Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NYS USIA 23 TAHUN GIP0000Ab000 UK 33-35 MINGGU


T/H LET KEP, INTRAUTERIN PRO SC DENGAN KPD
DI RUANG OK IGD RSUD SIDOARJO

OLEH:
NIDA KURNIANINGSIH
0504.81

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikannya asuhan kebidanan ini dengan baik..
Asuhan kebidanan ini terselesaikan atas bantuan beberapa pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur RSUD Sidoarjo yang telah memberikan tempat untuk mengadakan praktek kebidan.
2. Laily Ami selaku Direktur Stikes Widyagama Husada Malang.
3. Hermin S, selaku kepala ruangan OK IGD RSUD Sidoarjo yang telah banyak memberikan
bimbingan dan membantu dalam pembuatan asuhan kebidanan ini.
4. Ifon Diah, Amd.Keb selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
koreksi selama praktek..
5. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material.
6. Semua teman-teman yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis

menyadari

sepenuhnya

bahwa

penulisan

laporan

ini

masih

banyak

kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan diwaktu yang akan datang.

Malang, Februari 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab dari infeksi pada bayi maupun
ibu, dimana ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm. Penyebab dari KPD tidak atau masih belum jelas, maka prefentif tidak dapat
dilakukan kecuali dalam menekan infeksi. Dengan terjadinya ketuban pecah dini
mengharuskan seorang ibu hamil untuk segera melahirkan anaknya karena selian potensial
terjadi infeksi pada bayi maupun ibunya juga mengakibatkan meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan, makin muda umur kehamilan makin memanjang periode latennya. Sedangkan
lamanya persalinan lebih pendek dari biasa. Insiden KPD ini kira-kira 12% semua
kehamilan. Meskipun sebagai salah satu infeksi, tetapi tidak semua KPD berakibat kea rah
infeksi, hal ini tergantung dari penanganan yang tepat, disamping oleh kondisi klien sendiri.
(Mochtar, Rustam, 1998)
1.2 TUJUAN
1.2.1

Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD,
diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pad aibu inpartu dengan
pendekatan manajemen kebidanan.

1.2.2

Tujuan Khusus
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengumpulkan data sampai dengan analisa data.
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah.

3. Mengidentifikasi masalah potensial.


4. Mengidentifikasi kebutuhan segera.
5. Merencanakan asuhan kebidanan.
6. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan.
7. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
1.3 METODE PENULISAN
Metode penulisan adalah studi kepustakaan dan studi kasus, yaitu mencari gambaran
yang jelas pada proses kebidanan yang terjadi pada saat sekaran, teknik pengumpulan data :
1. Wawancara
Pengambilan data dengan Tanya jawab langsung pada klien.
2. Pemeriksaan / Observasi
Pengamatan terhadap periaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang
kesehatan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan / status pasien, catatan
perkembangan pasien dan hasilnya.
4. Studi Pustaka
Dari buku-buku penunjang.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 tujuan
1.3 metode penulisan
1.4 sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep dasar persalinan
2.2 Konsep dasar KPD
2.3 Konsep dasar premature
2.4 konsep manajemen asuhan kebidanan.
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian data
3.2 Identifikasi diagnosa dan masalah
3.3 antisipasi masalah potensial
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
3.5 intervensi
3.6 implementasi
3.7 evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan
5.2 saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR PERSALINAN


2.1.1

Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan / dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir / melalui jalan lain
dengan bantuan / tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 1998 : 157)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain.
(Rustam, Mochtar, 1998 : 91)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi


yang cukup bulan / hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu.
(Unpad, 1983 : 221)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
(FK. UI, 2001 : 291)

2.1.2

Macam persalinan berdasarkan definisi


a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.
b. Persalinan bontan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
(Manuaba, 1998 : 107)

2.1.3

Etiologi
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan.
a. Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
menyebabkan kekejangan pembuluha darah sehingga timbul his bila kadar
progesterone turun.
b. Teori Plasenta menjadi Tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulsai utero plasenter.
d. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fluxus frankenhauser) dimana bila
digeser dan ditekan oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi Partus
-

Gangguan laminaria : beberapa laminaria dimasukkan ke dalam kanalis servikalis


dengan tujuan merangsang fluxus frankenhauser.

Amnioyomi : pemecahan ketuban.

Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infus.

Persalinan dengan tindakan operasi (SC).


(Rustam, Mochtar, 1998 : 92 93)

2.1.4

Tanda-tanda Persalinan
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
Keuar lender berampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil-kecil.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada.


(Rustam, Mochtar, 1998 : 93)
2.1.5

Faktor-faktor Penting dalam Persalinan


Power
a. His (kontraksi otot rahim).
b. Kontraksi otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotondum.

Passanger
Janin dan plasenta.

Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.

Psikis wanita (ibu)

Penolong
(Manuaba, 1998 : 160)

2.1.6

Kala Persalinan

Kala I (Kala pembukaan )


Proses pembukaan servik terdiri dari dua fase, yaitu :
1. Fase laten : berlangsung 8 jam pada multi gravida, 12 jam pada primi gravida,
pembukaan sampai 3 cm, his masih lemah dengan frekuensi his masih
jarang.
2. Fase aktif
o

Fase akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm.

Fase dilatasi maksimal, lamanya 2 jam dengan pembukaan


4-9 cm.

Fase deselerasi, lamanya 2 jam, pembukaan > 9 cm sampai


pembukaan lengkap, bis tiap 3-4 menit selama 45 detik pada multigravida
proses diatas berlangsung lebih cepat.

Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


Setelah serviks membuka lengkap, his terkoordinir kuat cepat dan lebih lama kira-kira
2-3 menit sekali dengan durasi 50-100 detik. Kepala janin turun masuk ruang panggul
menekan otot-otot dasar panggul secara reflek toris menimbulkan rasa mengedan
sehingga ibu merasa ingin BAB dengan tanda anus terbuka. Saat his kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan his mengedan
terpimpin akan lahir diikuti seluruh badan bayi, kala II pada primi berlangsung 1 - 2
jam sedangkan pada multi berlangsung - 1 jam.

Kala III (Kala Pengeluaran Uri)


Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sekitar 5 10 menit, uterus teraba keras.
Fundus uteri teraba setinggi pusat, beberapa kemudian timbal his pelepasan dan
pengeluaran uri, lepasnya plasenta diperkirakan dengan tanda-tanda :
o Uterus menjadi bundar.
o Tali pusat bertambah panjang.
o Semburan darah secara tiba-tiba.
o Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
Kala III berlangsung 5-30 menit setelah janin lahir.

Kala IV
Melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama observasi yang dilakukan :
o

Tingkat kesadaran penderita.

Pemeriksaan TTV (TD, nadi, suhu, pernafasan).

Kontraksi, perdarahan.
(Rustam, Mochtar, 1998 : 94 97)

2.2 KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI


2.1.1

Pengertian

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan 1 jam atau lebih
sebelum terjadinya persalinan.
(Hamilton, 1999)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
dan ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan.
(Manuaba, 1998)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air-air vagina setelah kehamilan 22
minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm, sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilan aterm.
(Saifudin, 2002 : M-112)
Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3
cm dan multi kurang dari 5 cm.
(Mochtar, Rustam, 1998)
2.1.2

Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya
tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya
juga disebabkan karena inkompetensi servik. Polihidramnion / hidramnion, mal
presentasi janin (seperti letak lintang) dan juga infeksi vagina / serviks.
(Prawirohardjo, 2002 : 218)

2.1.3

Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban antara lain :
a. Korio amnionitis, menyebabkan selaput ketuban jadi rapuh.
b.

Inkompetensi servik yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri.

c.

Kelainan otak sehingga tidak ada bagian terendah anak yang menutup PAP, yang
dapat mengurangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.

d.

Trauma yang menyebabkan tekanan intra uterin mendadak meningkat.

e.

Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C (Asam Askorbat).

(Unair, 1994)

2.1.4

Diagnosis / Penilaian Klinik


o Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan pemeriksaan inspeculo, adalah cairan
keluar melalui osteum uteri / terkumpul di forniks posterior.
o Tentukan usia kehamilan, jika perlu dengan USG.
o Tentukan ada tidaknya infeksi :

Suhu 38oC / lebih.

Air ketuban keruh dan bau.

Leukosit darah > 15000/m3

Janin mengalami takikardi karena mengalami infeksi intra uterin.

o Tentukan tanda-tanda inpartu yaitu adanya kontraksi yang teratur.


o Bau cairan ketuban yang khas.
o Tes lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru, menunjukkan adanya cairan
ketuban.
o Tes pakis yaitu meneteskan cairan ketuban pada obyek glass dan biarkan kering pada
pemeriksaan mikroskop menunjukkan kristal cairan amnion dan menunjukkan
gambaran pakis.
o Jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian.
o Tentukan pecahnya selaput ketuban, ditentukan dengan adanya cairan ketuban di
vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin /
meminta pasien batuk / mengejan.
(Saifudin, 2001 : 218)
2.1.5

Tanda dan Gejala


o

Ketuban pecah tiba-tiba.

Cairan tampak di introitus.

Tidak ada his dalam 1 jam.


(Saifudin, 2002 : M - 113)

2.1.6

Komplikasi
o Pada Bayi
- IUFD
- Asfiksia
- Prematuritas
o Pada Ibu
- Partus lama
- Infeksi intrauterin
- Atonia uteri
- Infeksi nifas
- Perdarahan post partum
(Saifudin, 2002 : M -113)

2.1.7

Penanganan
o Rawat di rumah sakit
o Jangan melakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis
dan dapat mengundang infeksi.
o Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut kemungkinan solusi plasenta.
o Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik yaitu
ampicilin 2 mg IV setiap 6 jam ditambah gentamicin 5 mg/kg BB setiap 24 jam. Jika
persalinan pervaginam hentikan antibiotic pasca persalinan
o Jika tidak ada infeksi dan usia kehamilan > 37 minggu.

Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis 2 gr IV setiap 6
jam / penicillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan.

Nilai serviks, jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin
dan infuse oksitosin / lahirkan dengan SC.
(Saifudin, 2002 : M-114)

2.1.8

Penatalaksanaan

o Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu) penderita dianjurkan untuk
beristirahat di tempat tidur dan obat antibiotik, profilaksis, spasmolitik dan roboransia
dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
o Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu) lakukan induksi partus 6-12 jam
setelah long phase dan berikan antibiotic profilaksis, pada kasus-kasus tertentu
dimana induksi partus dengan drip oksitosin gagal maka lakukan tindakan operatif,
jika pada PROM penyelesaian persalinan bisa :

Partus spontan

Ekstraksi vacuum

Ekstraksi forcep

Embriotomi bila anak sudah meninggal.

SC bila ada indikasi obstetric.


(Saifudin, 2002 : M : 115)

2.3 KONSEP PERSALINAN PRETEM


2.3.1 Definisi

Kehamilan 28 37 minggu, berat janin 1000 2500 gram

Persalinan 20 37 minggu

Menurut holmer dan de snoo : bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan kehamilan
antara 28 39 minggu

Menurut eastman : bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan BB 1000 2499
gram.
(Mochtar, Rustam, 1998)

2.3.2 Etiologi
Sering tidak diketahui, ada beberapa keadaan yang menimbulkan persalinan pretem adalah:
- Perkembangan janin terhambat
- Hipertensi
- Kelainan rhesus

- Solusio placenta
- Kelainan bawaan uterus
- Placenta previa
- Ketuban pecah dini
- Diabetes melitus
- Kehamilan ganda
- Servik incompeten
(Mochtar, Rustam, 1998)
2.3.3 Patofiologis
Faktor resiko mayor atau minor :
Mayor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, riwayat pielonifritis, merokok lebih dari 10 batang / hari,
riwayat abortus pada trimester II
Minor : Kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, servik terbuka lebih dari 1 cm
pada umur kehamilan 32 minggu, riwayat operasi konisasi, iritabilita uterus
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor mayor atau bila ada 2 atau
lebih faktor resiko minor atau ditemukan keduanya.
(FKUI , 1998 : 274 )
2.3.4 Faktor faktor mempengaruhi prematuritas
Umur ibu , suku bangsa . sosial ekonomi
Bakteriuira
BB sebelum hamil dan selama hamil
Kawin dan tidak kawin : tidak sah 15% prematur, sah 13% prematur
Antenatal care

Anemia, penyakit jantung


Jarak antara persalinan yang lalu terlalu dekat
Pekerjaan berat sewaktu hamil
Placenta previa, toksemia gravidarum, sosusio placenta, gemeli
(Mochtar, Rustam, 1998)
2.3.5 Manifestasi klinis
Kontraksi teratur 3 - 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu min 2 jam
Pada fase aktif, intensitas dan frekwensi kontraksi meningkat saat aktifitas
Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor resiko mayor dan minor
Usia kehamilan 20 37 minggu
Taksiran berat janin sesuai dengan UK 20 37 minggu
Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm
(Mochtar, Rustam, 1998)
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
Urinalis
Ultrasonografi untuk taksiran berat janin, posisi janin, dan letak placenta
Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio
lesitinsfingomielin, surfaktan dll
(Mochtar, Rustam, 1998)
2.3.7 Penatalaksanaan
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit, cari apakah ada faktor penyulit.
Dinilai apakah termasuk resiko tinggi dan rendah

Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai
apakah kontraksi berhenti atau tidak

Bila kontraksi masih barlanjut, berikan tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral


dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin 10 mg peroral dosis tunggal sebagai
pilihan kedua atau ibuprofen 400 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan ketiga

Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak minum
tidak diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral
tiap 6 jam atau ritodrin 10 mg peroral tiap 4 jam atau ibuprofen 400 mg tiap 8 jam
sampai 2 hari bebas kontraksi

Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraksi mutlak (gawat janin,
korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraksi relatif (gestosis,
diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, dan pembukaan servik 4 cm)
Observasi dilakuakan di Rumah Sakit

Observasi pasien selama 30 60 menit. Penatalaksanaannya tergantung kontraksi


uterus serta dilatasi dan pembukaan servik
a.

Hidrasi dan sedasi yaitu hidrasi dengan NaCL 0.9% : dektrosa 5% atau ringer
laktat : dektose 5% sebanyak 1:1 dan sedasi dengan morfin sulfat 8 12 mg
intramuskuler selama 1 jam sambil mengobservasi ibu dan janin

b. Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 yaitu :


Kelompok I

: pembukkan servik terus berlangsung maka diberikan tokolitik

Kelompok II

: tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus masih


terjadi maka diberikan tokolitik

Kelompok III

: tidak ada perubahan pembukaan dan kontraksi uterus berkurang


maka pasien hanya diobservasi

c.

Beriksan tokolitik bila janin dalam keadaan baik, kehamilan 20 37 minggu,


pembukaan servik < 4 cm dan selaput ketuban masih ada, jenis tokolitik adalah beta
mimetik adrenergik, magenesium sulfat 4 gram (200 ml MgSO 4 10% dalam 800 ml
dektrosa 5% dengan tetesan 100 ml/jam) etil alkohol, dan glukokortikoid (contoh
deksametason 12 mg per hari selam 3 hari)

Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomi
lebar dan ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan
persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat
partus pervagunam tidak terpenuhi. Infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam
tidak terpenuhi, janin letak lintang, plasenta previa dan taksiran berat janin 1500 gram

(FKUI , 1998 : 274 )


2.3.8 Pimpinan Persalinan / Partus

Sewaktu partus jangan berikan narkosa morfin dan sedativa kalau tidak perlu atau
tidak ada indikasi

Ketuban pecah dini berikan antibiotik yang cukup, ibu dirawat inap, dan tunggu
sampai anak cukup besar, jangan kiotus terlebih dahulu

Jangan banyak terlalu banyak trauma pada anak sewaktu menolong partus. Kalau perlu
segera lakukan episiotomi sewaktu kepala nampak di vulva. Tali pusat baru diklem
setelah pulasasi negatif

Bisa pula dipakai obat obatan: relaxin, releasin, dactil, dibulin dan infus alkohol 10%
yang gunanya memberikan relaksasi servik, kemasan progesteron (gestanon,
duphason) dan obat obatan yang lain

Cairan yang keluar dari jalan lahir dapat berupa:


a. Hidrorea amniotika : keluarnya atau pecahnya selaput ketuban dan keluarnya air
ketuban
b. Hidrorea palsu : keluar air ketuban palsu, ketuban belum pecah
c. Hidrorea hemoragika : keluar air ketuban dan darah, misalnya pada solusio
plasenta dan plasenta previa
d. Hidrorea alba : fluar albus atau keputihan
(FKUI , 1998 : 274 )

2.4 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


2.4.1 Pengkajian Data
Tanggal

Tanggal MRS :
Tempat

No. Reg

Oleh

A. Data Subyektif

jam :

1. Biodata
Nama

: untuk mengenal, memanggil dan menghindari kekeliruan

Umur

: Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi/rendah

Agama

: memudahkan dalam memberikan dukungan moril maupun spiritual

Pendidikan : memudahkan dalam pemberian KIE


Pekerjaan

: mengetahui apakah pekerjaan ibu beresiko terhadap kesehatannya

Alamat

: memudahkan komunikasi

2. Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien pada persalinan
premature dan KPD ibu akan merasakan kenceng-kenceng yang jarang dan
merasakan cairan keluar dari kemaluannya.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche

Siklus haid

Lama haid

Banyaknya

Dismenorhe :
HPHT

TP

4. Riwayat pernikahan

Menikah ke

Lama

Usia pertama menikah :


5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular,
menurun maupun menahun seperti DM, TBC, Jantung, hipertensi, asma dll yang
dapat mempengaruhi kesehatannya.
6. Riwayat Obstetri yang Lalu

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menular,


menurun maupun menahun seperti DM, TBC, Jantung, hipertensi, asma dll yang
dapat mempengaruhi kesehatannya.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam kelurga ibu ada yang menderita penyakit
menular, menurun maupun menahun seperti DM, TBC, Jantung, hipertensi, asma
dll yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N

Suami

o.

ke

Kehamilan
UK

Penyt

Persalinan
Jns

Pnlng

Tmpt

Anak
Penyult

Sex

BBL

H/M

Umur

9. Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui KB yang pernah digunakan dan setelah persalinan ini
rencananya akan menggunakan KB apa.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum MRS

:makanx/hari dengan komposisi


minum.gelas/hari

selama MRS

: Sebagai persiapan operasi, ibu disarankan untuk berpuasa

b. Istirahat
Sebelum MRS

: tidur siang..jam/hari, tidur malam.jam/hari

selama MRS

: ibu hanya berbaring ditempat tidur

c. Aktivitas
Sebelum MRS

:ibu bekerja sebagai,apakah pekerjaan ibu berpengaruh


terhadap KPD

selama MRS

: ibu hanya berbaring ditempat tidur, tidak boleh banyak


berjalan-jalan karena dapat benyebabkan infeksi

d. Pola Kebersihan
Sebelum MRS

: mandi.x/hari, ganti pakaian dan celana dalam.x/hari

selama MRS

: mandi.x,ganti baju..

e. Pola eliminasi
Sebelum MRS

:BAB x/hari, BAK.x/hari

selama MRS

: BABx,BAK..x

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: Baik-cukup

Kesadaran

: composmentis

TTV : TD

: 110/70 120/80 mmHg

: 70-90 x/menit

: 36-37,5 O C

RR

: 16-24 x/menit

2. Pemeriksaan fisik khusus


a. Inspeksi
Kepala

: tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih

Muka

: tidak oedem, tidak pucat

Mata

: simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak kuning.

Hidung

: simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut

: tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bibir tidak pucat

Telinga

: tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran


kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis.

Payudara

: bersih, terdapat hiperpigmentasi areola mammae, puting


menonjol.

Abdomen

: tidak terdapat luka bekas operasi, linea nigra dan striae


albicans.

Genetalia

: terdapat cairan merembes keluar dari jalan lahir, dan tidak ada
infeksi vagina / penyakit kelamin.

Ekstremitas : simetris, oedema -/-, varises -/- , tidak pucat


b. Palpasi
Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran


kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis.

Payudara

: tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, kolostrum


-/-

Abdomen

: Leopold I

: TFU 2 jari diatas pusat (29 cm)

Leopold II

: PUKA

Leopold III

: letak kepala dan belum masuk PAP.

Leopold IV

: convergen

TBJ

: (25 13) x 155 = 1860 gram

Ekstremitas : oedema -/-, varises -/-, turgor kulit baik.


c. Auskultasi
Dada

: tidak ada ronchi / wheezing.

Abdomen

: DJJ (+), 12 11 11 : 136 x/menit

d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella +/+
3. Pemeriksaan Dalam

Pembukaan

:-

Efficement

:-

Ketuban

: merembes

Bagian terdahulu

: kepala

Bagian terendah

: UUK

Disekitar bagian terdahulu : tidak ada bagian terkecil janin.


Hodge

:-

Molase

:-

4. Pemeriksaan Penunjang
USG : tampak ketuban sudah pecah, letak kepala, UK.minggu, TBJgram
2.4.2

Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx : Nyusiatahun GPAb..., UK Minggu, T/H Letak Kepala,Intrauterin pro
SC dengan KPD.
Ds : ibu mengatakan dikirim ke OK dan akan dilakukan operasi karena ketubannya
sudah pecah sejak 25-02-2008 dan jarang merasakan kenceng-kenceng. Sedangkan
usia kehamilannya masih 8 bulan.

Do : Keadaan umum : Baik-cukup


Kesadaran

: composmentis

TTV : TD

: 110/70 120/80 mmHg

: 70-90 x/menit

: 36-37,5 O C

RR

:16-24 x/menit

Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi
Genetalia

: tampak cairan merembes

b. Palpasi
Abdomen : Leopold I

: TFU 2 jari diatas pusat (29 cm)

Leopold II

: PUKA

Leopold III

: letak kepala dan belum masuk PAP.

Leopold IV

: convergen

TBJ

: (25 13) x 155 = 1860 gram

c. Auskultasi
Abdomen

: DJJ (+), 12 11 11 : 136 x/menit

Pemeriksaan Dalam
Pembukaan

:-

Efficement

:-

Ketuban

: merembes

Bagian terdahulu

: kepala

Bagian terendah

: UUK

Disekitar bagian terdahulu : tidak ada bagian terkecil janin.

Hodge

:-

Molase

:-

Pemeriksaan Penunjang
USG : tampak ketuban sudah pecah, letak kepala, UK.minggu, TBJ
gram

2.4.3 Antisipasi Masalah Potensial


Infeksi
Asfiksia
Gawat janin
Prematuritas
kematian

2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


2.4.5 Intervensi
Dx

: NyusiatahunGPAb...UKMinggu

T/H

Letak

Kepala,

Intrauterin, pro SC dengan KPD.


Tujuan

: Persalinan berjalan dengan lancar serta keadana ibu dan bayi baik selama
persalinan.

Kriteria hasil : -

TTV dalam batas normal.

Tidak terjadi komplikasi.

Ibu dan bayi dalam keadaan sehat

Intervensi :
1. Lakukan inform concent pada ibu dan keluarga
R/ persetujuan tindakan operasi
2. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya
R/ Ibu mengerti tentang kondisinya
3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
R/ ibu mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan

4. Ganti pakaian ibu dengan pakaian operasi


R/ meminimalkan kuman ikut masuk kedalam ruang operasi dan kesterilan dapat
tetap terjaga
5. Catat register pasien dibuku operasi
R/ mengetahui identitas dan operasi yang akan dilakukan
6. Catat obat dan alat dibuku daftar operasi
R/ mengetahui obat apa yang digunakan dan obat tidak tertukar
7. Lakukan persiapan instrument SC yang sudah steril dan persiapan operasi yang lain
R/ mempermudah melakukan tindakan
8. Antarkan pasien ke ruang operasi
R/ dilakukan SC
2.4.6 Implementasi
Tanggal :
Jam

Dx

: Nyusiatahun GPAb..., UK Minggu, T/H Letak Kepala,Intrauterin,


pro SC dengan KPD.

Sesuai dengan intervensi.

2.4.7 Evaluasi
Tanggal :
Jam

Dilakukan SOAP, mengacu pada tujuan dan criteria hasi

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN DATA


Tanggal

: 01-03-2008

jam : 11.15 WIB

Tanggal MRS

: 25-02-2008

Tempat

: ruang OK IRD RSUD sidoarjo

No. reg

: 1132342

Oleh

: Nida Kurnianingsih

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama

: Ny S

Nama suami : Tn M

Umur

: 23 th

Umur

: 25 th

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan : SD

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Sawahan 21/III buduran, sidoarjo

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan dikirim ke OK dan akan dilakukan operasi karena ketubannya sudah
pecah sejak 25-02-2008 dan jarang merasakan kenceng-kenceng. Sedangkan usia
kehamilannya masih 8 bulan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche

: 12 tahun

Siklus haid

: teratur

Lama haid

: 7 hari

Banyaknya

: 2-3 softex/ hari

Dismenorhe

:-

HPHT

: 07-07-2007

TP

: 14-04-2008

4. Riwayat pernikahan :
Menikah ke

:I

Lama

: 8 bulan

Usia pertama menikah : 23 tahun


5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular, menurun maupun menahun
seperti DM, TBC, Jantung, hipertensi, asma dll yang dapat mempengaruhi
kesehatannya.
6. Riwayat Obstetri yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun maupun menahun
seperti DM, TBC, Jantung, hipertensi, asma dll yang dapat mempengaruhi
kesehatannya.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit menular,

menurun maupun menahun seperti DM, TBC, Jantung, hipertensi, asma dll yang dapat
mempengaruhi kesehatannya.
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N
o.

Suami

Kehamilan
U

Penylt

Persalinan
Jns

Pnlng

Tmpt

Anak
Penyult

Sex

BBL

H/M

Umur

ke

hamil

ini

9. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB apapun dan setelah persalinan ini
rencananya akan menggunakan KB suntik.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum MRS : makan 2-3 x/hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur
Minum 4-5 gelas/hari
Selama MRS

: Sebagai persiapan operasi, ibu disarankan untuk berpuasa,


MMT : jam 05.00 WIB

b. Istirahat
Sebelum MRS : tidur siang 1-2 jam/hari, tidur malam 7-8 jam/hari
selama MRS

: ibu hanya berbaring ditempat tidur

c. Aktivitas
Sebelum MRS : ibu bekerja mengerjakan rumah seperti mencuci, memasak,
menyapu.
Selama MRS

: ibu hanya berbaring ditempat tidur, tidak boleh banyak


berjalan-jalan karena dapat benyebabkan infeksi.

d. Pola Kebersihan
Sebelum MRS : mandi 2-3 x/hari, ganti pakaian dan celana dalam tiap habis
mandi
selama MRS
e. Pola eliminasi

: mandi 1 x,ganti baju 2 x

Sebelum MRS :BAB 1 x/hari, BAK 5-6 x/hari


selama MRS

: BABtidak pernah, BAK 3 x/hari

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: cukup

Kesadaran

: composmentis

Tanda-tanda vital
TD

: 100/60 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

Suhu

: 36,7oC

Pernafasan : 24 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala

: tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih

Muka

: tidak oedem, tidak pucat

Mata

: simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak kuning.

Hidung

: simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut

: tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bibir tidak pucat

Telinga

: tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran


kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis.

Payudara

: bersih,

terdapat

menonjol.

hiperpigmentasi

areola

mammae,

puting

Abdomen

: tidak terdapat luka bekas operasi, linea nigra dan striae albicans.

Genetalia

: terdapat cairan merembes keluar dari jalan lahir, dan tidak ada
infeksi vagina / penyakit kelamin.

Ekstremitas : simetris, oedema -/-, varises -/-, tidak pucat

b. Palpasi
Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran


kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis.

Payudara

: tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, kolostrum -/-

Abdomen

: Leopold I

: TFU 2 jari diatas pusat (29 cm)

Leopold II

: PUKA

Leopold III

: letak kepala dan belum masuk PAP.

Leopold IV : convergen
TBJ

: (25 13) x 155 = 1860 gram

Ekstremitas : oedema -/-, varises -/-, turgor kulit baik.


c. Auskultasi
Dada

: tidak ada ronchi / wheezing.

Abdomen

: DJJ (+), 12 11 11 : 136 x/menit

d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Pembukaan

:-

Efficement

:-

Ketuban

: merembes

Bagian terdahulu

: kepala

Bagian terendah

: UUK

Disekitar bagian terdahulu : tidak ada bagian terkecil janin.


Hodge

:-

Molase

:-

4. Pemeriksaan Penunjang
USG : tampak ketuban sudah pecah
Letak kepala
UK 33-34 minggu
TBJ : 1900 gram.

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Dx

: NyS usia 23 tahun GIP0000Ab000 UK 33-35 Minggu, T/H

Letak

Kepala,

Intrauterin, pro SC dengan KPD.


Ds

: Ibu mengatakan dikirim ke OK dan akan dilakukan operasi karena ketubannya


sudah pecah sejak 25-02-2008 dan jarang merasakan kenceng-kenceng. Sedangkan
usia kehamilannya masih 8 bulan.

Do

: Keadaan umum : Baik-cukup


Kesadaran

: composmentis

TTV : TD

: 100/60 mmHg

: 90 x/menit

: 36,7 O C

RR

: 24 x/menit

Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Genetalia

: tampak cairan merembes

b. Palpasi
Abdomen

: Leopold I

: TFU 2 jari diatas pusat (29 cm)

Leopold II

: PUKA

Leopold III

: letak kepala dan belum masuk PAP.

Leopold IV

: convergen

TBJ

: (25 13) x 155 = 1860 gram

c. Auskultasi
Abdomen

: DJJ (+), 12 11 11 : 136 x/menit

Pemeriksaan Dalam
Pembukaan

:-

Efficement

:-

Ketuban

: merembes

Bagian terdahulu

: kepala

Bagian terendah

: UUK

Disekitar bagian terdahulu : tidak ada bagian terkecil janin.


Hodge

:-

Molase

:-

Pemeriksaan Penunjang

USG : tampak ketuban sudah pecah, letak kepala, UK 33-34 minggu, TBJ 1900
gram
Masalah : kecemasan ibu sehubungan dengan akan dilakukannya SC
DS : ibu mengatakan merasa takut akan dilakukan SC
DO : ibu tampak cemas

3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Infeksi
Asfiksia
Gawat janin
Prematuritas
kematian
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
3.5 INTERVENSI
Dx

: NyS usia 23 tahun GIP0000Ab000 UK 33-35 Minggu, T/H Letak Kepala,


Intrauterin, pro SC dengan KPD.

Tujuan

: Persalinan berjalan dengan lancar serta keadana ibu dan bayi baik selama
persalinan.

Kriteria hasil

Intervensi :

: -

TTV dalam batas normal.

Tidak terjadi komplikasi.

Ibu dan bayi dalam keadaan sehat

1. Lakukan inform concent pada ibu dan keluarga


R/ persetujuan tindakan operasi
2. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya
R/ Ibu mengerti tentang kondisinya
3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
R/ ibu mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan

4. Ganti pakaian ibu dengan pakaian operasi


R/ meminimalkan kuman ikut masuk kedalam ruang operasi dan kesterilan dapat tetap
terjaga
5. Catat register pasien dibuku operasi
R/ mengetahui identitas dan operasi yang akan dilakukan
6. Catat obat dan alat dibuku daftar operasi
R/ mengetahui obat apa yang digunakan dan obat tidak tertukar
7. Lakukan persiapan instrument SC yang sudah steril dan persiapan operasi yang lain
R/ mempermudah melakukan tindakan
8. Antarkan pasien ke ruang operasi
R/ dilakukan SC

Masalah

: kecemasan ibu sehubungan dengan akan dilakukannya operasi SC.

Tujuan

: setelah dilakukan asuhan kebidanan, kecemasan ibu dapat teratasi

Kriteria Hasil

: masalah teratasi

Intervensi
1. beri dukungan moril dan spiritualpada ibu

R/ mengurangi kecemasan
2. anjurkan ibu untuk selalu berdoa
R/ mengurangi rasa takut

3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 01-03-2008
Jam

:11.25 WIB

Dx

: NyS usia 23 tahun GIP0000Ab000 UK 33-35 Minggu, T/H

Letak

Kepala,

Intrauterin, pro SC dengan KPD.


1. Melakukan informed concent pada ibu dan keluarga sebagai persetujuan dilakukannya
operasi.
2. Memberitahukan keadaan ibu agar ibu tidak merasa khawatir.
3. Menjelaskan pada ibu prosedur tindakan yang akan dilakukan agar ibu tidak merasa
khawatir dan takut.sebelum dilakukan bembedahan ibu dilakukan pembiusan terlebih
dahulu.
4. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian operasi dan melepaskan perhiasan yang ada
sehingga meminimalkan kuman yang ada dan resiko infeksi semakin kecil serta menjaga
kesterilan ruangan.
5. Mencatat register pasien dibuku operasi untuk mengetahui identitas pasien dan
mengetahui operasi yang dilakukan.
6. Mencatat obat dan alat apa saja yang akan digunakan dan dibawa pasien sehingga tidak
tertukar dengan obat dan alat diruang OK.
7. Melakukan persiapan operasi, yaitu :
-

Mempersiapkan set SC yang sudah steril

- Mengantar pasien ke kamar operasi

- Mempersiapkan pasien
8. Memberikan dukungan moril dan spiritual agar ibu tidak merasa khawatir dan meminta
ibu untuk berdoa.

3.7 EVALUASI
Tanggal : 01-03-2008

Jam : 11.30 WIB

: Ibu mengatakan sudah siap dilakukan SC

: - informed concent sudah ditanda tangani


- Kekhawatiran ibu sudah berkurang
- Pakaian ibu sudah diganti dengan pakaian operasi
- Tanda-tanda Vital

TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Suhu

: 365oC (aksila)

Pernafasan

: 24 x/menit

: NyS usia 23 tahun G IP0000Ab000 UK 33-35 Minggu, T/H Letak Kepala, Intrauterin,
pro SC dengan KPD.

: - Dilakukan anestesi local


- Lakukan operasi SC

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa dari penulis mengenai kesenjangan-kesenjangan yang


terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus di lapangan dalam kasus yang diasuh oleh penulis
ini tidak banyak terdapat kesenjangan seperti pada rencana tindakan / intervensi dan tahap
pelaksanaan / implementasi yang ada pada tinjauan teori tidak semua dilakukan pada kasus nyata
karena disesuaikan dengan kebutuhan, sarana dan prasarana.Dimana setelah melaksanakan
asuhan kebidanan pada NyS usia 23 tahun G IP0000Ab000 UK 33-35 Minggu, T/H Letak Kepala,
Intrauterin, pro SC dengan KPD. Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus.
Dengan demikian penulis memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan gejala
dan keluhan yang terjadi sehingga di harapkan tidak menimbulkan masalah lain yang bisa
merugikan kesehatan pasien.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan ibu nifas khususnya pada ibu post partum dengan SC adalah asuhan yang
diberikan pada ibu.yang meliputi pantauan TTV sebagai parameter adanya infeksi,perawatan
luka post operasi dengan tehnik aseptic ,vulva hygine dengan memperhatikan lochea sampai
dengan perawatan payudara dan cara menyusui yang benar.
Asuhan pada ibu nifas ini juga mengajarkan untuk bermobilisasi dini dan cara
merawat bayi sehingga dalam hal tersebut dapat terlihat dengan nyata bahwa asuhan pada ibu
nifas post SC ini akan merambah pengetahuan dan ketrampilan.
5.1 Saran
Harapan penulis sebagai tenaga kesehatan, khususnya seorang bidan harus mampu
mengenali tanda-tanda bahaya pada ibu post SC dan dapat memberikan penanganan
terhadap hal tersebut dengan tepat,cermat,telitih dan lainya.
Dalam menentukan diagnosa ,identifikasi diagosa dan masalah,identifikasi masalah
potensial,identifikasi kebutuhan segerah ,intervensi,implementasi, dan evaluasi hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Chistin, 1996. perawatan kebidanan (perawatan nifas) jilid III. Jakarta : Bhrata
Hanifa, Winkjosastro, 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta : YBP SP
Manuaba, Ida Bagus, 1998. ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998. sinopsis obstetri. Jakarta : EGC
Hanifa, Winkjosastro, 2000. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBP SP
Saifudin, Abdul Bari dkk, 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : YBP SP

Anda mungkin juga menyukai