Anda di halaman 1dari 62

Aspek Seksualitas dalam Keperawatan untuk Oaran Dewasa

BAB I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari aspek biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan gendernya.

BAB II PEMBAHASAN I. Pengertian Seksualitas Seksualitas suliat untuk di definisikan karena seksualitas memiliki banyak aspek kehidupan kita dan diekspresikan melalui beragam perilaku. Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah didefinisikan sebagai perintregrasian aspek somatik emosional intelektual dan social dari kehidupan seksual dengan cara yang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta. Banyak orang salah berpikir tentang seksualitas hanya dalam istilah seks. Seksualitas dan seks bagaimanapun adalah sesuatu hal yang berbeda seks sering digunakan dalam 2 cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk member lebel jender, baik sesorang itu pria atau wanita. Seksualitas dilain pihak adalah istilah yang lebih luas seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan atau sama dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerak tubuh, etiket berpakaian, dan perbendaharaan kata. Seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengalaman hidup ini sering berbeda antara pria dan wanita (Denney dan Quadagno, 1992; Zawid, 1994) II. Aspek Seksualitas dalam Keperawatan untuk orang dewasa a. Masalah keperawatan pada seksualitas Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisi seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual sedangkan kesehatan seksual sendiri adalah integrasi dari aspek samatis, emosional, intelektual, dan sosial dari

keberadaan seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan kepribadian. Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual. b. Perkembangan Seksual Masa Dewasa Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengesplorasi dan menemukan maturasi emosional dalam hubungan. Dewasa mudah secara tradisonal dipandang sebagai berperan dalam melahirkan anak atau membesarkan anak. Model ini menggambarkan sebagian besar orang dewasa. Keintiman dan seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk tidak melakukan hubungan seks, tetap melajang karena pilihan sendiri atau karena situasi tertentu tetap menginginkan aktivitas seksul, yaitu mereka yang melajang setelah memutuskan hubungan, mereka yang homoseksul, mereka yang tidak mempunyai anak berdasarkan pilihan, atau mereka yang tidak mampu melahirkan anak. Sambil mengembangkan hubungan yang intim, semua orang dewasa yang secara seksual aktif harus belajar teknik stimulasi dan respon seksual yang memuaskan bagi pasangan mereka beberapa orang dewasa mungkin hanya memerlukan isi untuk beresksperimen dengan perilaku.plihan atau keyakinan bahwa ekspresi seksual selain dari senggama penis-vagina adlah normal. Orang dewasa dapat didorong untuk mengungkapkan kepada pasangan mereka tipe stimuli dan seksual atau kasih sayang yang dianggap sebagai memuaskan. Pengenalan secara mutual tentang keinginan dan preverensi dan negosiasi praktik seksual mencetuskan ekspresi seksual yang positif. Penyuluhan keagaman, nilai keluarga, dan sikap keluarga mempengaruhi penerimaan terhadap sebagian bentuk stimulasi atau mungkin akan mempunyai efek emosional residual seperti rasa bersalah atau ansietas dan disfungsi seksual. Pada akhir masa dewasa individu menyesuiakan diri terhadap perubahan social dan emosi sejalan denga anak2 mereka meninggalkan rumah.pembaruan kembali keintiman dapat memungkinkan atau diperlukan diantara pasangan.nmun demikian salah sati atau kedua pasangan dapat mengalami ancaman terhadap gambaran diri karena tubuh ltelah menua dan mungkin berupaya untuk mencapai kemudaan melalui hubunga seksual dengan pasangan yang

jauh lbh muda.jika di inginkan pasangan dapat di bantu untuk mennemukan sesuatu yang baru atau kegairahan baru galam hubungan monogami yang langgeng melalui percobaan posisi teknik seksual dan penggunaan fantasi. Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dengan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal: pada wanita ditandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payu darah dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina selanjutnya akan tejadi penurunan reaksi ereksi. Pada pria di tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis proses pernikahan dan memiliki anak sehingga terjadi perubahan peran. Masa dewasa tua Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita sedangakan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi dan pembesaran kelenjar prostat. Masa Dewasa Tua (Lansia) Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi mnjdi penekanan pd pertemanan kedekatan fisik komunikasi intim dan hubungan fisik mncri ksenangan (Ebersole & Hess 1994).Tidak ADa alas an bagi individu tdk dpat ttp aktf secara seksual sepanjang mereka memilihnya.Hal ini dapat secara efektif dipenuhi dgn mmperthnkn aktifitas seksual scra teratur sepnjng hidup.terutama seks bagi wanita hubungan senggama teratur membantu mmperthnkan elastisitas vagina mncegah atrofi dam mmperthnkan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual. Perubahan fisik yang terjadi bersama proses penuaan harus dijelaskan kepada klien lansia.lansia mngkin juga menghadapi kekuatiran kesehatan yang mmbuat sulit bagi mereka utk melanjutkan aktifitas seksual.dewasa yang menua

mungkin harus menyesuaikan tindakan seksual dan berespons terhadap penyakit kronis medikasi sakit dan nyeri atau masalah kesehatan lainnya. c. Penyimpangan seksual pada orang dewasa Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat dijumpai di masyarakat atara lain: 1. Pedovilia yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubunga seksual dengan anak puberitas. Hal tersebut disebabkan oleh kelainan mental, seperti zhizofrenia, sadisme organik, atau gangguan kepribadian organik. 2. Eksibisionisme yaitu kepuasan seksualdicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin dihadapan orang yang tidakdikenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual. 3. Fetisisme yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat disebabkan antara lain karena eksperimen seksualyang normal dan beda pergantian kelamin. 4. Transvestisme yaitu kepuasan seksual dicapai dengan memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang sedangan menggunakan pakaian dalam wanita. 5. Transeksualisme yaitu bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang terhadap alat kelaminnya, adanya kelainan untuk berganti kelamin. 6. Voyerisme / Skopoffilia yaitu kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktivitas seksual yang dilakukan orang lain. 7. Marokisme yaitu kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau disakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologi. 8. Sadisme merupakan lawan dari Masokisme yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik maupun psikologis (dengan menyiksa pasangan) hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah. 9. Homoseksual dan Lesbianisme yaitu penyimpangan seksual yang ditandai dengan ketertarikan secara fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin sama. 10. Zoofilia yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek binatang.

11. 12. 13. 14. 15.

Sodomi yaitu kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus. Nekropilia yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek mayat. Koprofilia yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek feses. Urolagnia yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek urine yang diminum. Oral seks/Kunilingus yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin wanita.

16. 17.

Fekiksio yaitu kepuasan seksual dicapai dengan menggunkan mulut pada alat kelamin laki-laki. Froterisme/Friksionisme yaitu kepuasan seksual dicapai dengan cara menggosokan penis pada pantat wanita atau badan yang berpakain ditempat yang penuh sesak manusia.

18. 19.

Goronto yaitu kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan lansia. Frottage yaitu kepuasan seksual dicapai dengan cara meraba orang yang senangi tanpa diketahui lawan jenis.

20.

Pornografi yaitu gambar atau tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan seksual (Maramis WF, 2004). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seksual Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan dalam fungsi seksual diantaranya:

1. 2.

Tidak adanya panutan (role model) Gangguan struktur dan fungsi tubuh seperti adanya trauma, obat, kehamilan atau abnormalitas anatomi genetalia.

3. 4. 5. 6. 7.

Kurang pengetahuan atau informasi yang salah megenai masalah seksual. Penganiayaan secara fisik. Adanya penyimpangan psikoseksual. Konflik terhadap nilai. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian.

PENUTUP A. Kesimpulan

Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual yang dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang mengalami penurunan fungsi organ reproduksi mengakibatkan kecanggungan dalam hubungan pasangan suami istri. Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisi seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual. B. Saran

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Oleh karena itu seksualitas pada orang dewasa sangat dibutuhkan dalam keharmonisan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba medika. Anonim, 2010. Pengertian seksualita. http://blog.re.or.id/seksualitas.htm Di akses pada 16 mei 2010. Anonim, 2010. Aspek Seksualitas dalam Keperawatan untuk orang dewasa. http://blog.re.or.id/aspek seksualitas.htm Di akses pada 16 mei 2010. Potter dan perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik. Edisi 4 Jakarta: EGC

Diposkan oleh Lani Florentie Makaminang di 16.53

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang. Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri menjadi dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau disiapkan. Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir itu bukan

kebetulan, tapi merupakan pilihan.

B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. 2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa. 3. Untuk lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.. C. Ruang Lingkup Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Masa Dewasa.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode deskriptif dan disesuaikan dengan literatur yang digunakan. E. Sistematika Penulisan Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 3 bab yaitu sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pengertian, masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa, masalah psikososial BAB III : Asuhan keperawatan psikososial pada masa dewasa yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetian Masa ini sering disebut adult, masa dewasa, masa dimana usia sudah berkisar ke angka di atas 21 tahun. Masa dewasa merupakan periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Selain itu masa dimana mempersiapkan masa depan, penentu karier dan masa usia memasuki dunia pekerjaan dan masa dunia perkarieran, masa mempersiapkan punya keturunan dan masa usia matang, masa penentuan kehidupan, dan prestasi kerja di masyarakat, masa merasa kuat dalam hal fisik, masa energik, masa kebal, masa jaya dan masa merasakan hasil perjuangan . Masa dewasa ditandai kemampuan produktif dan kemandirian. Menurut Prof. Dr. A.E Sinolungan (1997), masa dewasa dapat di bagi dalam beberapa fase yaitu: 1. Fase dewasa awal Fase dewasa awal (20/21-24 tahun), seorang mulai bekarya dan mulai melepaskan ketergantungan kepada orang lain. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu: a. mereka mendapat pengawasan dari orang tua b. mereka mulai mengembangkan persahabatan yang akrab dan hubungan yang intim di luar c. mereka membentuk seperangkat nilai pribadi d. mereka mengembangkan rasa identitas pribadi e. mereka mempersiapkan untuk kehidupan kerja 2. Fase Dewasa tengah Fase dewasa tengah (25-40 tahun) ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk

menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Harga diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap perubahn fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang seimbang, tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik. a. Teori-teori tentang masa dewasa tengah 1) Teori Erikson Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.

2) Teori Havighurst Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan untuk orang dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi: a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia

d) Mengembangkan aktivitas luang e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan

g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia. b. Tahap-tahap perkembangan 1) Perkembangan fisiologis Perubahan ini umumnya terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode ini.

2) Perkembangan kognitif Perubahan kognitif pada masa dewasa tengah jarang terjadi kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti program pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau perubahan pekerjaan. 3) Perkembangan psikosial Perubahan psikososial pada masa dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan

atau kematian teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh tingkat kesehatan dewasa. 3. Fase dewasa akhir Fase dewasa akhir (41-50/55tahun) ditandai karya produktif, sukses-sukses berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu: a. Menurunnya keadaan jasmaniah b. Perubahan susunan keluarga c. Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan kesehatan yang lalu d. Penurunan fungsi tubuh Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom. Faktor faktor yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan ini, individu mengalami PPS. Misalnya penghalangnya adalah: 1. Tingkat perkembangan yang mundur 2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan 3. Tidak ada motivasi 4. Kesehatan yang buruk 5. Cacat tubuh

6. Tingkat kecerdasan yang rendah 7. Tingkat adaptasi yang jelek 8. Selain itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi bagi pegawai menghadapi sepi dan masa masamemasuki pensiun. Biasanya ada PPS ( Post Power Sindrom) misalnya biasa seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindromAdanya penyakit kronis Tingkat ketidakmampuan dan persepsi klien pada penyakit dan ketidakmampuan menentukan sampai mana perubahan gaya hidup akan terjadi. 9. Tingkat kesejahteraan Perawat mengkaji status kesehatan pada klien dewasa tengah. Pengkajian tersebut member arah untuk merencanakan asuhan keperawatan dan berguna dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan. 10. Membentuk kebiasaan sehat yang positif Kebiasaan adalah sikap atau perilaku seseorang yang biasa dilakukan. Pola perilaku ini didorong oleh seringnya pengulangan sehingga menjadi cara perilaku individu yang biasa. B. Masalah-masalah psikososial 1. Ansietas Ansietas adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan dengan perubahan, konflik, dan penegndalian lingkungan yang diterima (Haber at al, 1992). 2. Depresi Depresi adalah gangguan alam perasaan yang dimanifestasikan dalam berbagai cara. Walaupun usia yang paling banyak mengalami depresi adalah usia 24-25 tahun, tapi juga

biasa terjadi pada usia dewasa baya dan mungkin banyak memiliki penyebab (Haber at al, 1992).

Dengan memahami usia/ masa, tahapan hukum dengan ciri-ciri perilaku di masing-masing tahapan perkembangan perawat sedini mungkin dapat mendeteksi secara dini langkah/ upaya perawatan apa yang harus dilakukan sesuai dengan masa tahapan perkembngan manusia. Bagi perawat pribadi teori perkembangan manusia dapat dijadikan masukan pribadi berada pada masa usia tahapan yang mana dirinya pada saat ini maupun pada saat yang akan datang maupun waktu saat sekarang ini ada perilaku khusus yang yang pernah dilalui. Perawat perlu memahami, mempelajari teori-teori perkembangan manusia atau individu karena tugas perawat dalam merawat individu tentunya dari masa konsepsi yang dialami individu, kehamilan, lahir sampai sakaratul maut. Perkembangan manusia memiliki tahapan keluasan masa. Masa kematangan sehingga dideteksi dini terhadap masa-masa tertentu dihubungkan dengan teori

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA MASA DEWASA A. Pengkajian Pengkajian dilakukan untuk mengetahui masalah keperawatan yang terjadi pada klien secepat mungkin sesuai dengan keadaan klien. Pengkajian dapat dilakukan dengan beberapa cara yakini ; wawancara, observasi dan menuju dokumen medik. Pengkajian ini dilakukan denagan melibatkan keluaraga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan klien. Format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajan pada klien yang dikembangkan sesuia dengan keberadaaan klien. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas: 1. Data dasar a. Identitas b. Alamat c. Usia d. Pendidikan e. Pekerjaan f. Agama g. Suku bangsa 2. Data biopsikososial spiritualkultural

3. Lingkungan 4. Status fungsional 5. Fasilitas penunjang kesehatan 6. Pemerikasaaan fisik B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan ansietas Tujuan: proses pikir pasien akan meningkat dengan terapi ansietas 2. Ketidak efektifan koping yang berhubungan dengan ansietas Tujuan: pasien akan meningkatkan mekanisme koping untuk mengatasi ansietas. 3. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan ganti karier/ pengunduran diri Tujuan: menghubungkan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dari pilihan-pilihan, menceritakan ketakutan dan keprihatinan mengenai pilihan-pilihan dan respons dari orang lain, dan membuat sebuah pilihan yang diketahui/diberitahu. 4. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan akan kegagalan seksual Tujuan: menceritakan kepedulian/ masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual, mengidentifikasi stressor dalam kehidupan, melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya, dan melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.

C. Intervensi Dx 1 & 2

1. Kaji pasien secara cermat untuk memastikan bahwa ansietas pasien bukan gejala yang mendasari proses penyakit, seperti nyeri atau hipoksia 2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutannya secara verbal 3. Tanyakan pada pasien keterampilan koping yang biasa berhasil digunakan untuk mengatasi stress sebelumnya 4. Berikan obat antiansietas sesuai program dan perhatikan efektifitasnya 5. Tanyakan pada pasien obat apa yang sedang digunakan. Gejala ansietas dapat diakibatkan penggunaan obat-obatan, mencakup kafein, hormone tiroid, aminofilin, obat antidiabetik oral, obat antiinflamasi nonsteroid, steroid, glikosida jantung, dan inhibitor ambilan ulang serotonin selektif. Lebih baik tanyakan pada dokter untuk mengganti dengan obat yang menghasilkan lebih sedikit efek ansietas daripada menambah obat-obatan lain hanya untuk mengatasi tanda dan gejala ansietas 6. Alkohol adalah cara yang biasa digunakan orang untuk pengobatan ansietas, tetapi bukan cara yang baik tidak berbahaya. Pastiakn untuk menanyakan pasien menegani kebiasaannya menggunakan alkohol-jenis apa yang ia minum (bir, anggur, wiski), kira-kira berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.

Dx 3 1. Menetapkan hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan perhatian. 2. Memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis

a. Bantu

individu

dalam

mengenali

apa

masalah-masalahnya

dan

dengan

jelas

mengidentifkasi keputusan yang harus dibuat b. Gali apa resiko terhadap apa yang timbul dari tidak membuat keputusan c. Mintalah individu untuk membuat daftar dari semua alternatif atau pilihan yang mungkin d. Bantu mengidentifikasi kemungkinan hasil dari berbagai alternative e. Bantu individu untuk menghadapi ketakutan f. Benahi kesalahan informasi

g. Bantu dalam mengevaluasi alternatif-alternatif berdasarkan pada ancaman potensial atau actual terhadap keyakinan/ nilai-nilai h. Beri dorongan pada individu untuk membuat keputusan 3. Beri dorongan pada orang terdekat individu untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan 4. Bantu individu dalam proses menggali nilai-nilai dan hubungan pribadi yang mungkin mempunyai dampak pada pengambilan keputusan 5. Dukung individu dalam membuat keputusan yang diketahui meskipun kebutuhan konflik dengan nilai-nilainya sendiri a. Rundingkan pemuka agamanya sendiri 6. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangan dia dan adalah menjadi haknya untuk melakukan demikian 7. Jangan biarkan orang lain untuk merusak rasa percaya individu dalam pengambilan keputusannya sendiri 8. Kolaborasikan dengan keluarga untuk mengklarifikasi proses pengambilan keputusan Dx 4 1. Dapatkan riwayat seksual

a. Pola seksual biasanya b. Kepuasan (individu, pasangan) c. Penegtahuan seksual d. Masalah-masalah (seksual, kesehatan) e. Harapan-harapan f. Suasana hati, tingkat energy

2. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang mungkin mengganggu pasien 3. Gali hubungan pasien dengan pasangannya 4. Jika stressor atau gaya hidup yang penuh stressor berdampak negative terhadap fungsi: a. Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi stress b. Dorong identifikasi stressor yang ada dalam kehidupan; kelompokkan menurut individu sebagai dapat mengontrol dan tidak dapat mengontrol: 1) Dapat mengontrol Keterbelakangan pribadi Keterlibatan dalam aktivitas komunitas 2) Tidak dapat mengontrol Mengeluh Penyakit anak perempuan c. Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stress. Lihat perilaku mencari bantuan kesehatan untuk intervensi 5. Identifikasi pilihan metode untuk melampiaskan energ seksual bila pasangan tidak ada atau tidak ada keinginan

a. Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu b. Ajarkan keuntungan fisik dan psikologis tentang aktivitas fisik teratur (sedikitnya 3 kali seminggu selama 30 menit c. Jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam, klub janda/ duda, kerja komunitas) 6. Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh mempunyai dampak negtif terhadap fungsi: a. Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap kehilangan (mengingkari, depresi, marah) b. Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan c. Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan pasangan

BAB IV PENUTUP A. maupun Kesimpulan Tingkah laku seseorang dipelajari sepanjang proses kehidupannya ketika menghadapi krisis dan kecemasan akibat stressor. Menurut teori keperawatan, sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentangan yang sangat dinamis dari kehidupan seseorang. Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka dimana sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup. Menyiapkan diri menjadi dewasa, karena menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, maka tentunya harus direkayasa atau

disiapkan. Tidak bisa dibiarkan alami. Karena memang menjadi dewasa dalam cara berpikir itu bukan kebetulan, tapi merupakan pilihan. B. Saran Di dalam perkembangan dewasa terdapat berbagai masalah yang apabila tidak diperhatikan maka akan berdampak buruk pada perkembangan dewasa itu sendiri, sehingga sudah seharusnya perkembangan pada dewasa itu dijadikan bahan pikiran pada individu,keluarga masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC Stockslager, Jaime L., 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta: EGC

My Life
Minggu, 10 Oktober 2010
Perkembangan Aspek Spiritual (Remaja, Dewasa muda, Dewasa pertengahan, Dewasa akhir & Lansia)
I. PENDAHULUAN Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Seringkali permasalahan yang mucul pada klien ketika mengalami suatu kondisi dengan penyakit tertentu (misalnya penyakit fisik) mengakibatkan terjadinya masalah psikososial dan spiritual. Ketika klien mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Dengan kata lain apabila satu dimensi terganggu, maka dimensi yang lain akan terganggu. Sebagai contoh apabila seseorang sedang sakit gigi atau sakit kepala (dimensi fisik terganggu)maka akan sangat mudah baginya untuk marah (dimensi emosional ikut terganggu). Untuk menghadapi masalah distres spiritual perawat dapat memberikan intervensi yang ditujukan untuk memenuhi beberapa hal yaitu: dengan membantu klien, memenuhi kewajiban agamanya, meningkatkan perasaan penuh harap dan memberi sumber spiritual serta membina hubungan personal dengan pencipta. Namun, dalam memberikan asuhan keperawatan tersebut sebelumnya perawat harus mengkaji terlebih dahulu dan menyesuaikan asuhan keperawatan sesuai dengan perkembangan aspek spiritual dari klien. II.PEMBAHASAN Dari semua cabang ilmu kesehatan, ilmu kesehatan jiwa yang paling dekat dengan agama, bahkan menurut Dadang Hawari (1996) terdapat titik temu antara kesehatan jiwa dan agama. Pada prakteknya, ilmu pengetahuan dan agama saling menunjang. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi agama tanpa ilmu pengatahuan bagaikan orang lumpuh. Merujuk pada pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Penelitian lain yang disebutkan dalam buku La Tahzan seseorang dinyatakan usianya tinggal beberapa bulan, tetapi karena ia memilki koping yang baik berdasarkan pengalaman agamanya, ia tetap bahagia menjalani hari-harinya dengan bernyanyi dan ceria, membuat puisi-puisi yang indah. Ternyata orang tersebut mampu bertahan hingga bartahun-tahun. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Pressman, dkk (1990) menunjukkan bahwa wanita lanjut usia yang menderita farktur tulang pinggul yang kuat religi dan pengalaman agamanya, ternyata lebih kuat mental dan kurang mengeluh, depresi, dan lebih cepat berjalan daripada yang tidak mempunyai komitmen agama.Dari hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan dimensi spiritual menjadi hal penting sebagai terapi kesehatan. Spiritual itu sendiri merupakan komitmen tertinggi individu, prinsip yang paling komprehensif

tentang argumen yang sangat kuat terhadap pilihan yang dibuat dalam hidup (farran et al 1989 dalam potter & perry, 2005). Sedangkan keyakinan spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa & maha pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya pada Allah sebagai pencipta atau sebagai maha kuasa (hamid, 2008). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa spiritual merupakan suatu keyakinan didalam diri yang berasal dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai luhur dari yang diyakini dan dijadikan sebagai sumber kekuatan untuk menghadapi masalah dan ketenangan hidup. Kesehatan spiritual merupakan keharmonisan antara individu dengan orang lain, alam dan kehidupan tertinggi. Keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan dan sistem keyakinan mereka dengan hubungan mereka didalam diri dan dengan orang lain. Setiap individu mempunyai tiga kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai sehat spiritual yaitu: Kebutuhan akan arti dan tujuan hidup Kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan Kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan Spiritual dan kehidupan individu memiliki hubungan yang sangat kuat. Spiritual yang tinggi akan meningkatkan pemahaman hidup individu tersebut. Pemahaman hidup individu tersebut terlihat dari dua domain spiritual dalam individu yaitu: semangat hidup dan harapan hidup. Pengakjian dan intervensi spiritual mampu meningkatkan semangat hidup dan harapan hidup pasien, kedua hal ini menjadikan individu dapat mengatasi masalahnya dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan, mencari bantuan kesehatan atau sikap patuh terhadap anjuran minum obat secara teratur. Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Perawat yang mempunyai tugas memenuhi kebutuhan spiritual klien penting sekali mengetahui tahap perkembangan spiritual dari manusia, agar tepat dalam memberikan asuhannya. Tahap perkembangan spiritual ini dimulai dari lahir sampai meninggal. Didalam laporan tugas mandiri ini saya hanya akan membahas mengenai perkembangan aspek spiritual pada remaja (12-18 tahun), dewasa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir dan lanjut usia. a) Remaja (12-18 tahun) Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. b) Dewasa muda (18-25 tahun) Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan

merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa. c) Dewasa pertengahan (25-38 tahun) Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem niali. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual. d) Dewasa akhir (38-65 tahun) Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat. e) Lanjut usia (65 tahun sampai kematian) Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber (1987) pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri. Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda. III. KESIMPULAN Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi (caring). Suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas adalah untuk menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya. Rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien. Penerapan proses keperawatan dari pespektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengakaji ritual dan praktik keagamaan klien. Memahami spiritualitas klien dan kemudian secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan persepektif baru yang lebih luas. Persepektif tersebut melibatkan seluruh dimensi kebutuhan manusia yang terdiri dari: dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Dimensi spiritual menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena memiliki keterkaitan dan mampu mempengaruhi dimensi lainnya, melalui dimensi spiritual akan terbentuk nilai dan keyakinan dan tujuan hidup sehingga berpengaruh terhadap kemampuan dari dimensi lainnya. Oleh karena itu penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan dimensi spiritual, Untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang tepat maka perawat dapat melihat klien berdasarkan perkembangan aspek spiritual mereka, Kemudian membuat rencana tindak lanjut berdasarkan tahap perkembangan spiritualnya.

REFERENSI: Daniel G,.( 1999). Emotional Intelligence, Jakarta.: gramdia, Pustaka Utama Danah Zohar. (2000). Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence:Great Britain Fortune, Karen Lee. 2003. Mental Health Nursing 5 th ed. Pearson education, inc. BAB 2. Haber j.dkk. 3 nd.(1987). Comprehensive Psychiatric Nursing. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Hinchliff, Sue.(1997).Kamus Keperawatan. Alih bahasa oleh dr.Andry Hartono.Jakarta: EGC Kozier, Erb. Berman. Snyder. (2004). Fudamental of nursing: Concepts, process, and practice. Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc. New Websters Dictionary: Of the English Language.(1981). New York: Delair Publishing Company Inc. Potter, P.A & Perry, A.G.(2005). Fundamental Of Nrsing: Concepts, Process, and Practice. Eds 4. Jakarta: EGC Town send, Mary C. 2000.Psychiatric Mental Nursing Concept of Care 3 th ed. Philadelphia: F.A. Devis Company. BAB 6. h.89-99 Yani, A. (1994). Bahan kuliah Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Yetty.K dan Agustini N. (1998). Dimensi Spiritual dalam Asuhan Keperawatan. Makalah Aspek-aspek Kecerdasan Emosi, tersedia dalam.http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/30/musik_merupakan_stimulasi_terhad.htm(diakses 26 Oktober 2009 pukul 12.10 WIB) Eko Iman, Paradigma Baru Kecerdasan Manusia, tersedia dalam http://www.mailarchive.com/formiskat@groups.plnkalbar.co.id/msg00083.html(diunduh 26 oktober 2009 11.30 WIB) Stephen R Covey, 2002, Bahagia dan sukses, tersedia dalam http://sepia.blogsome.com/sepia/ Diposkan oleh susi blog di 21.35 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom) Ada kesalahan di dalam gadget ini Ada kesalahan di dalam gadget ini Ada kesalahan di dalam gadget ini

Tampilan slide

Monks (1989), mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal ditentukan oleh masyarakat, yaitu melakukan suatu pekerjaan, kawin, membangun suatu keluarga, mendidik anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok-kelompok tertentu. Havighurst, (dalam Mappiare, 1983), mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut : a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau isteri) b. Belajar hidup bersama dengan suami atau isteri c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga d. Belajar mengasuh anakanak e. Mengelola rumah tangga f. Mulai bekerja dalam suatu jabatan g. Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak h. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya Tingkat penguasaan tugastugas ini pada tahuntahun awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika mencapai puncak keberhasilan maupun selama tahuntahun akhir kehidupan mereka.

Pendidikan yang sudah selesai Bekerja untuk mengembangkan dan meningkatkan karir Menikah Mengatur rumah tangga Bermasyarakat Mempersiapkan masa tua Siapa itu Havighurst? Beliau salah satu tokoh dalam psikologi perkembangan. Hehe... keterangan lengkapanya monggo nggugel sendiri aja. Ntar kepanjangan kalo dijelasin disini. :p

Waktu belajar tentang teori ini di salah satu matakuliah di kampus, saya jadi mikir, 'berarti kalau salah satu tugas perkembangan ini gak dipenuhi, individu ini gak bisa disebut dewasa dong?' Karena jelas banget prolognya adalah 'individu bisa disebut dewasa jika individu tersebut telah memenuhi tugas-tugas perkembangan sbb.' Nah, lho, terus gimana dengan orang-orang yang memutuskan untuk gak menikah? Karena pilihan profesi mereka, misalkan? Seorang Paus (Pope), gak menikah. Masa iya, beliau akhirnya disebut gak dewasa karena tugas perkembangan menikah dan mengatur rumah tangga gak terpenuhi? Lalu ada lagi orang-orang yang ternyata belum diberi kesempatan untuk

Masa Dewasa Dini/Early Adulthood (18 40 tahun):

Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relative sudah tidak sepesat masa sebelumnya (puber dan remaja), bahkan di awal usia dewasa dini (sekitar 18 tahun) kondisi fisik cenderung sudah menetap, dalam arti bila terjadi perubahan tidak signifikan lagi. Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang mulai sempurna di awal usia dua puluhan, dan akan mengalami penurunan kualitas di usia pertengahan tiga puluhan.

Masa Dewasa Madya/Middle Age (40 60 tahun)

Pada masa ini mulai terjadi penurunan kemampuan fisik dan psikologis yang akan tampak semakin menonjol pada setiap individu. Pada sebagian individu, khususnya pada masa awal dewasa madya (40-50tahun) kondisi ini menimbulkan sikap penolakan (denial) yang ditunjukkan dengan sikap over acting, untuk menunjukkan kepada orang lain, bahwa dirinya masih potensial dan tetap muda seperti dua puluh tahun lalu, dengan berusaha mencari pasangan baru yang berusia jauh di bawah individu ybs (usia dua puluhan), atau menutupi kerut-kerut wajah dengan menebalkan kosmetik yang digunakan.

Masa Dewasa Lanjut/Old Age (60 meninggal)

Masa ini sering diistilahkan senescence atau usia lanjut. Pada masa ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat mengalami penurunan, dan cenderung untuk terus menerus menurun. Ciri-ciri kematangan

Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang yang sudah matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaanperasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien. Seseorang yang telah matang akan melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuantujuan itu dapat didefinisikan secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak, serta bekerja secara terencana menuju arah tertentu Mengendalikan perasaan pribadi. Individu yang telah matang secara psikologis, akan mampu menyetir dan menguasai perasaan-perasaannya sendiri ketika mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak lagi hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi telah mampu mempertimbangkan perasaan perasaan orang lain. Objektif. Individu yang sudah mencapai taraf kematangan psikologis akan mampu bersikap objektif, dalam arti mampu melihat sesuatu secara apa adanya, sehingga ketika mengambil keputusan relative lebih tepat dan dapat diterima orang lain. Menerima kritik dan saran dari orang lain. Individu yang sudah mencapai kematangan akan memiliki kemauan yang realistis, menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik, dan saran dari orang lain demi peningkatan kualitas dirinya.

Bertanggung jawab Individu yang sudah mencapai kematangan akan mampu memper-tanggung jawabkan perilakunya, serta selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk ikut maju bersama-sama mencapai tujuan. Individu menyadari bahwa untuk mencapai suatu tujuan tidak mungkin bila hanya mengandalkan kerja individual. Meski pun begitu individu tetap bertanggung jawab atas langkah-langkah yang dilakukannya. Mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap situasi-situasi baru Individu yang telah mencapai kematangan, memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri dimana pun ia berada.

MASA DEWASA DINI/ EARLY CHILDHOOD


Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan social baru. Pada masa ini mereka diharapkan mulai memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orangtua, dan sebagai pemimpin rumah tangga, serta mengembangkan sikap, minat dan nilai yang disesuaikan dengan peranannya yang baru. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini o Usia Reproduktif (Reproductive Age) o Bagi sebagian besar individu yang berada pada masa ini, menjadi ayah atau ibu merupakan salah satu peran yang sangat penting dalam kehidupannya. o Berperan sebagai orangtua, nampak lebih nyata bagi perempuan bila dibanding laki-laki. Meski demikian, searah dengan semakin banyaknya kaum perempuan yang berperan di sector public, menyebabkan peran sebagai orangtua tidak hanya dibebankan kepada kaum perempuan, melainkan juga menjadi tanggung jawab kaum pria. Artinya, ketika seseorang telah mengikrarkan diri untuk berkeluarga, maka tanggung jawab di dalam mendidik anak adalah tanggung jawab bersama, antara ibu dan ayah. o Pada perempuan usia reproduktif, dalam pengertian medis/fisik, lebih terbatas bila dibandingkan laki-laki. o Mendekati akhir masa dewasa dini, secara fisik/medis, kaum perempuan akan mengalami penurunan kemampuan berreproduksi, sedangkan pada laki-laki, sampai usia akhir masa dewasa dini kemampuan reproduksinya masih tetap optimal, dan baru akan cenderung menurun, ketika individu mulai memasuki masa akhir dewasa madya atau bahkan baru terjadi ketika sudah memasuki masa usia lanjut.

Usia Pemantapan Kedudukan (Settling-down Age)

Kalau pada masa kanak-kanak dan remaja disebut sebagi masa pertumbuhan atau growing-up, maka masa dewasa merupa-kan masa pemantapan kedudukan atau settling-down age. Ketika seseorang telah memasuki usia dewasa secara syah, maka hari-hari kebebasan mereka telah berakhir, dan digantikan oleh adanya tanggung jawab sebagai seorang yang telah berusia dewasa.

Secara konvensional hal ini berarti, bagi laki-laki, mereka hendaklah mulai menapaki karier/bidang kerja yang akan menjadi bekalnya dikemudian hari. Sedangkan bagi perempuan, mereka diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Saat ini antara laki-laki dan perempuan relative tidak begitu tampak perbedaan peran yang harus mulai dipersiapkan/ dimasuki. Di usia pertengahan tiga puluhan, rata-rata individu telah memiliki kemantapan dalam pola-pola hidup, yang kelak akan menjadi sandaran dalam kehidupan sebagai orang dewasa. Individu yang cepat memperoleh kemantapan kedudukan, dalam arti mampu menyeimbangkan antara dorongan-dorongan, minat, dan kemampuan yang dimiliki, akan memperoleh kepuasan. Sebaliknya, bila individu tidak memperoleh apa yang menjadi keinginannya, sangat memungkinkan munculnya ketidak puasan terhadap prestasi yang telah diraihnya.

Problem Age (Masalah di masa dewasa dini)


Pada masa ini banyak persoalan baru yang dihadapi individu. Permasalahan-permasalahan tersebut berbeda dengan yang pernah dialami pada masamasa sebelumnya. Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari permasalahan masa remaja akhir yang belum terpecahkan. masalah pekerjaan dan jabatan, pemilihan teman hidup, masalah-masalah yang berhubungan pemenuhan kebutuhan hidup (keuangan). Kompleksnya masalah pekerjaan yang berhubungan dengan kondisi intern individu itu sendiri, factor lingkungan social, termasuk orangtua, factor kesempatan kerja, dan lapangan kerja yang tersedia.

Faktor-faktor yang bpengaruh pada dewasa dini


Ciri-ciri pribadi, sikap, kemampuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki. Kadangkadang antara potensi yang dimiliki tidak sesuai dengan bidang kerja yang tersedia, dsb. Pemilihan teman hidup biasanya melibatkan berbagai pihak, sehingga kesulitan akan muncul karena adanya perbedaan persepsi tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah pemilihan teman hidup.

Ketegangan Emosi (Emotional Tension) pada masa Dewasa Dini

Pada beberapa individu, kepuasan dan ketenangan hidup dapat dicapai di awal usia dewasa dini, sedangkan kebanyakan yang lain tetap mengalami ketegangan emosi hingga mendekati pertengahan masa dewasa dini. Pada masa ini hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya ketegangan emosi adalah: persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dsb. Ketegangan emosi terjadi secara bertingkat, searah dengan intensitas persoalan yang dihadapi, dan sejauh mana individu mampu mengatasi persoalan tersebut.

Ketegangan emosi pada dewasa dini (Menurut Havighurst)

Seseorang yang berusia awal hingga pertengahan tiga puluhan telah mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi serta cukup mampu mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga mereka akan mencapai kestabilan emosi. Namun, bila mereka memiliki harapan yang terlalu tinggi, maka bila harapan tersebut tidak selaras dengan potensi yang dimiliki, maka individu akan mengalami banyak kekecewaan yang dapat mengakibatkan terjadinya kekacauan psikologis atau psikosomatis. Ketegangan emosi pada individu dewasa dini juga dapat terjadi karena situasi lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan harapan/ nilai-nilai individu ybs. Hal ini dapat terjadi karena individu merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini telah dianut/diyakininya. Ketegangan emosi pada dewasa dini seringkali dinampakkan dalam bentuk ketakutanketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran, yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu.

kekhawatiran masa dewasa


Pada usia 20-an, biasanya kekhawatiran muncul disebabkan oleh masalah-masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai moral dalam dating. Memasuki usia 30-an biasanya kekhawatiran muncul dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah keuangan. Di usia 27-35 tahun, biasanya masalah-masalah yang berhubungan dengan performance individu muncul. Memasuki usia 35 sampai akhir masa dewasa dini kekhawatiran berpusat pada masalahmasalah kesehatan, meraih kesuksesan dalam karier, keamanan kerja, keharmonisan perkawinan dan hubungan kekeluargaan.

Dedicated to Aku cuma seorang blogger yang cinta seo

USIA DEWASA TENGAH

Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an tahun. (Santrock, 1995)

Perubahan Fisik Pada masa ini, mulai terjadi perubahan fungsi-fungsi fisik yang dimiliki manusia. Perubahan fungsi melihat dan mendengar merupakan perubahan yang paling tampak pada masa dewasa tengah ini.

Fungsi melihat berkurang dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya menurunnya daya akomodasi mata, retina mata menjadi kurang sensitive terhadap intensitas cahaya yang rendah, dan berkurangnya aliran darah pada mata . Khususnya, individu pada usia tengah baya mulai mengalami kesulitan melihat obyek-obyek yang dekat (Kline & Scheiber, 1985). Sedangkan fungsi mendengar berkurang, disebabkan oleh sensitivitas pada nada tinggi mulai menurun. Selain fungsi melihat dan pendengaran, juga terjadi penurunan terhadap kekuatan otot dan piringan sendi seseorang pada masa ini sehingga menyebabkan tulang-tulang bergeser lebih dekat antara satu dengan yang lainnya dan berakibat seseorang menjadi semakin pendek. Perkembangan Kognitif Aspek kognitif yang terlihat menurun pada masa dewasa tengah ini adalah daya ingat. Banyak hal yang menyebabkan daya ingat menurun. Menurut penelitian Craik (1997), daya ingat menurun pada masa dewasa tengah lebih mungkin terjadi ketika memori jangka panjang (long term memory) terlibat daripada memori jangka pendek (short term memory). Daya ingat juga lebih mungkin turub ketika organisasi dan pembayangan tidak digunakan (Hultsch, 1971 ; Smith, 1977). Daya ingat juga cenderung menurun ketika informasi yang coba diingat kembali adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan (Riege 7 Inman, 1980). Daya ingat pada masa dewasa tengah akan menurun juga jika kesehatannya jelek dan sikapnya negative (Poon, 1985 ; Salthouse, 1989). Dan akhirnya, daya ingat cenderung menurun jika diharapkan mengingat (recall) daripada mengenali (recognize) (Mandler, 1980). Perkembangan Sosioemosional Teori-Teori Fase Dewasa: 1. Teori Perkembangan Psikososial Erikson Fase Generativitas Vs. Fase Stagnasi Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah menghadapi persoalan yang signifikan, yaitu generativitas vs. stagnasi. Generativitias mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya. Melalui generativitas, orang dewasa mencapai semacam imortalitas dengan meninggalkan warisan seseorang pada generasi selanjutnya (McAdams, 1990). Sedangkan Stagnasi berkembang ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi selanjutnya 2. Teori Transformasi Gould

Roger Gould (1975, 1978, 1980, 1994) menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang transformasi perkembangan.

Berikut adalah tabel transformasi perkembangan Gould: Fase 1 2 3 4 Perkiraan Usia 16 hingga 18 18 hingga 22 22 hingga 28 29 hingga 34 Perkembangan Keinginan untuk lepas dari kontrol orang tua Meninggalkan keluarga ; orientasi kelompok sebaya Mengembangkan kemandirian; komitmen pada karir dan anak-anak Mempertanyakan diri; kebingungan peran; pernikahan dan karir yang mudah menimbulkan ketidakpuasan 5 35 hingga 43 Periode urgensi untuk mencapai tujuan hidup; kesadaran akan keterbatasan waktu; penysusunan kembali tujuan hidup 6 7 43 hingga 53 53 hingga 60 Menetap; menerima kehidupan seseorang Lebih toleran; menerima masa lalu; negativisme berkurang; pematangan dan pendewasaan umum

Dia menekankan bahwa paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, dengan pengecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk menangani krisis barangkali akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat. Menurut Gould, menangani krisis paro baya kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan kematangan yang dewasa (Santrock, 1995). 3. Musim-Musim Kehidupan Manusia Levinson

Lavinson menekankan tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai pada masing-masing fase seperti halnya Havighurst (1972). Berikut adalah tabel dari teori perkembangan orang dewasa Levinson Fase Novice phase Usia 20-an Tugas perkembangan Transisi dari depndensi menuju independensi harus terjadi; ditandai dengan pembentukan impian; waktu untuk eksperimen terhadap penhujian mimpi di dunia nyata Masa Transisi BOOM (Becoming Ones Man) menjadi sendiri Own diri 28 hingga 33 40-an Penentuan tujuan hidup yang serius; fokus pada keluarga dan karir Mencapai tempat yang stabil dalam karir; mengatasi dan menguasai usaha-usaha sebelumnya yang lebih lemah untuk belajar menjadi orang dewasa; melihat kedepan pada jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusia dewasa usia tengah baya

Menurut Levinson, perubahan ke masa dewasa tengah membutuhkan waktu sekitar 5 tahun dan mengharuskan orang dewasa untuk mengatasi empat konflik utama yang telah ada dalam kehidupannya sejak remaja, yaitu: Konflik Menjadi muda Vs. Menjadi tua Menjadi destruktif Vs.

Menjadi konstruktif Menjadi maskulin Vs. Menjadi feminin Terikat pada orang lain Vs. Terlepas dari orang lain

4. Perluasan Teori Erikson oleh Vaillant George Vaillant (1977; Vaillant,& Koury, 1994) berpendapat bahwa dua fase tambahan seharusnya ditambahkan pada fase-fase dewasa Erikson. Dua fase itu adalah: 1. Fase Konsolidasi Karir adalah fase Vaillant yang terjadi antara kira-kira usia 23 hingga 34 tahun yang merupakan

periode dimana karir individu menjadi semakin stabil dan koheren 2. Fase Menjaga Arti (Rigiditas) Vs. Kekakuan adalah fase Vaillant yang terjadi antara kira-kira usia 45 hingga 55 tahun yang merupakan masa

rileks atau santai sebagai karakteristik orang dewasa yang telah mencapai tujuan-tujuannya, atau jika mereka tidak dapat mencapai tujuannya, mereka akan menerima kenyataan itu. Pada masa ini, orang dewasa memfokuskan perhatian terhadap usaha untuk mencari makna tertentu dari kehidupannya dan berjuang agar tidak jatuh ke dalam orientasi kaku.

MASA KRISIS Dalam ilmu psikologi, setiap tahap kehidupan mempunyai ciri-ciri yang khas. Beberapa ahli menekankan bahwa masa kanak-kanak adalah paling penting dalam kehidupan seseorang, sedangkan tokoh yang lain mengatakan bahwa tahap kehidupan lainlah yang lebih penting. Freud misalnya, beliau

mengatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk pada masa lima tahun pertama dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu masa balita ini adalah masa yang sangat penting. Kejadiankejadian yang dialami pada masa kecil seorang individu akan menjadi bagian dari ketidaksadaran dan mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya dalam kehidupan individu. Sebaliknya, Jung lebih menekankan pentingnya tahap usia dewasa pertengahan (40-60 tahun) daripada tahap-tahap lainnya. Pada masamasa ini mulai terjadi transisi dan perubahan yang banyak. Kehidupan seseorang menurut Jung, sangat ditentukan bagaimana ia mengatasi midlife crises-nya ini. Masa krisis ialah masa dimana usaha individu untuk mengatasi kesenjangan antara masa lalu dan masa depan yang akan mengancam kontuinitas kehidupannya (Daniel Levinson). Merupakan suatu dekade untuk menilai dan mencatat kebenaran tahun tahun remaja dan masa dewasa dan hanya sebagian kecil saja individu yang mengalaminya (George Vaillant). Midlife crisis atau krisis paruh baya seringkali lebih dikenal dengan istilah puber kedua. Sebagaimana hal-nya dengan masa pubertas yang dialami remaja, puber kedua ini terkait dengan terjadinya perubahan fisik yang signifikan dalam diri individu. Perbedaannya, karakter utama perubahan fisik pada masa remaja adalah penambahan kapasitas, sementara perubahan fisik pada usia paruh baya ditandai dengan penyusutan kapasitas. Puber pertama merupakan masa perpindahan dari seorang anak menjadi seorang remaja, sementara puber kedua adalah tahapan dari seorang dewasa berpindah menjadi tua. Berbeda dengan masa puber pertama yang ditunggu-tunggu dan disambut dengan suka cita, masa puber kedua justru menjadi masamasa di mana seseorang dihinggapi rasa takut dan keraguan diri, yaitu takut menjadi tua, takut menjadi tidak menarik lagi, takut mati, takut tidak berguna lagi, takut tidak kuat lagi, dan sebagainya. Pada usia paruh baya, banyak peristiwa besar yang dapat menimbulkan masa-masa penuh stress dan depresi seperti meninggalnya orang yang dicintai (orang tua ataupun pasangan hidup), kemunduran dalam karir, anak-anak yang mulai meninggalkan rumah (untuk hidup mandiri), gejala penuaan secara umum (munculnya keriput, uban, kulit berkurang elastisitasnya, berkurangnya vitalitas, menopause, dan lain-lain). Akibatnya, menurut satu kajian, 15% dari mereka akan mengalami midlife turnmoil yang mungkin saja berupa keinginan untuk membuat perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan seperti karir, perkawinan, atau hubungan romantis. Beberapa ahli perkembangan yakin bahwa zaman yang berubah dan ekspektasi sosial yang berbeda akan mempengaruhi kelompok usia (kohort) yang berbeda. Sebagai contoh kelompok yang lahir dan besar pada masa penjajahan Belanda akan memiliki pemikiran dan ekspektasi yang berbeda dengan kelompok yang lahir dan besar pada masa setelah penjajahan. Neugarten percaya bahwa kohort

tertentu dapat merubah jam sosial, yaitu jadwal yang mengatur individu untuk menyelesaikan tugas tugas kehidupan seperti menikah, memiliki anak, atau berkarir. Usia tengah baya merupakan suatu waktu dalam hidup dimana terjadi banyak peristiwa besar yang memaksa kita untuk mengadakan penataan kembali. Penilaian kembali ini diadakan bukan hanya karena seseorang memasuki usia 36 atau 39 tahun, bukan juga karena kehidupan pernikahan menjadi tawar atau karena mengalami suatu kehilangan yang menimbulkan trauma dalam kehidupan. Penataan kembali ini tampaknya terjadi karena adanya satu gabungan faktor-faktor berikut yang bertemu dalam usia tengah baya.

Stres apakah yang dimaksud di sini? 1. Pandangan kebudayaan kita saat ini mengenai pemuda dan usia. 2. Situasi pernikahan yang tidak bahagia atau hampir tidak hadirnya suatu kehidupan pernikahan. 3. Krisis usia tengah baya dari teman hidup kita sendiri. 4. Tuntutan dari anak-anak dan keinginan mereka yang semakin bertambah. 5. Prioritas karier. 6. Penumpukan kehilangan traumatis seperti: kematian, sakit, atau menjadi tua. 7. Desakan dari dalam diri kita agar mewujudkan impian hidup kita. 8. Keharusan untuk menilai kembali masa lampau dan merencanakan masa yang akan datang.

Dalam usia tengah baya, laki-laki dan perempuan sangat mirip dalam beberapa bidang: Keduanya dipengaruhi tekanan kebudayaan mengenai masa muda dan keduanya menyadari akan tubuh mereka yang semakin tua. Akan tetapi mereka jelas berbeda dalam beberapa bidang : 1. Karier Seorang pria yang memasuki usia tengah baya bertanya, "Mengapa saya harus bekerja? Apa yang telah saya capai dalam hidup saya? Bagaimana saya dapat memperlambat atau mengarahkan kembali tenaga saya untuk mengalami karier yang lebih berarti?" Tetapi wanita tengah baya akan bertanya, "Kapan saya dapat mulai bekerja? Bagaimana saya dapat mengembangkan karier saya?" Ia memikirkan kemungkinan bersekolah kembali guna meraih

gelarnya. Ia memikirkan untuk dapat mengikuti seminar-seminar. Singkatnya, ia sungguhsungguh mulai berkembang dengan cita-cita kariernya. 2. Keintiman Seorang pria bersikap intim pada awal pernikahannya untuk mengokohkan pernikahannya, tetapi kemudian konsentrasinya beralih pada kariernya, yang telah menjadi pusat hidupnya sepanjang tahun ketika anak-anak masih berada di rumah. Tetapi pada waktu ia memasuki saat krisis usia tengah baya, ia mulai memikirkan hubungan antarpribadi yang telah hilang, terutama hubungannya dengan anak- anaknya. Ia juga menghendaki agar istrinya menjadi pacar dan kekasihnya, bukan hanya sekadar seorang ibu dan pengelola rumah tangga saja. Wanita tengah baya sering menukar keintiman dengan sikap yang tegas. Ia melihat dengan jelas ke mana ia menuju dan mulai mencapai sasarannya. Kadang-kadang, wanita tengah baya yang berorientasi pada sasaran mengorbankan beberapa kualitas keintiman yang sebelumnya dilakukan untuk mencapai sasaran hidupnya. Mungkin ia kembali mengikuti kuliah secara penuh sebagai seorang mahasiswa. Ini merupakan waktu yang sempit dan jika ia terlalu letih pada akhir hari itu dan tidak dapat berbicara lagi -- maka pembicaraan harus ditunda sampai keesokan harinya lagi. 3. Sikap tegas Pria usia tengah baya yang selama ini menjadi pemegang kemudi dan pendorong, dalam sebagian besar dari kehidupan pernikahannya, kini mulai mundur ke belakang, mulai bersenangsenang, dan mulai menikmati beberapa hal yang telah dicapainya. Ia menghendaki masa liburan yang lebih banyak, "Marilah kita keluar kota untuk berakhir pekan lebih lama sedikit", "Marilah kita sedikit bersantai." Wanita tengah baya melakukan yang sebaliknya. Ia berkata, "Saya ingin kembali kuliah. Saya ingin maju terus. Segala sesuatu akhirnya tiba ke tempat di mana saya mampu bergerak maju. Marilah kita bergerak maju. Pandangan terhadap keluarga. Pada awal usia tengah baya pria melalaikan keluarganya sementara ia memusatkan pada kariernya. Sekarang ia sedang menghadapi rasa penyesalan yang dalam dan merasa bersalah, karena ia berharap untuk dapat mengalami kembali sebagian

dari saat-saat itu. Tomy berkata, "Saya benar-benar berhasil sebagai seorang usahawan, tetapi pada waktu saya menuju proses keberhasilan itu, saya kehilangan anak-anak saya." Wanita usia tengah baya telah memakai sebagian besar waktunya dengan keluarganya. Sekarang ia telah siap menghadapi suatu tantangan baru dalam hidupnya. Ini tidak berarti bahwa ia tidak mempedulikan keluarganya, tetapi keluarga sekarang tidak menduduki tempat yang terlalu penting dalam hidupnya. 4. Seksualitas Selama masa usia tengah baya, kapasitas seksual seorang pria menjadi perhatiannya yang terutama. Nafsu seksualnya sekarang lebih lambat ketimbang dahulu ketika mencapai puncaknya pada masa remajanya; ia memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai ereksi dan berejakulasi. Tetapi seorang pria pada usia empat puluhan adalah seorang kekasih yang jauh lebih efektif. Ia memahami kebutuhan istrinya dengan lebih utuh dan nafsu seks yang lebih lambat menyebabkan hubungan seksualnya lebih memuaskan. Sebaliknya, kebanyakan wanita usia tengah baya, sedang mengalami suatu kebangkitan seksual yang baru. Dorongan seksualnya yang bertambah menyebabkan mereka lebih tegas, mengalami frekuensi orgasme yang lebih banyak dan mengalami orgasme ganda dalam tempo yang lebih pendek. Dengan perkataan lain, wanita usia tengah baya sungguh-sungguh sedang memasuki masa puncak kehidupan seksualnya. 5. Pandangan terhadap kematian Pada usia empat puluhan terjadi kenaikan yang tajam dari jumlah pria yang meninggal secara mendadak, misalnya karena sakit jantung. Pria mulai memikirkan kehidupan dan kematian -- memikirkan sampai usia berapa ia akan hidup -- berapa lama lagi ia masih memiliki waktu untuk menyelesaikan kewajibannya -- apa yang benar-benar penting dalam hidupnya. Ia sedang menghadapi kematiannya sendiri. Akan tetapi seorang wanita usia tengah baya tidak terlalu memikirkan tentang kematian. Wanita cenderung untuk hidup lebih lama dan kematian mendadak karena penyakit jantung dan penyakitpenyakit yang lain tidak akan dialami oleh seorang wanita sampai ia melampaui masa menopause. Jadi, di satu pihak, pria sedang memikirkan kematian dan bertanya-tanya kapan hidupnya akan berakhir, sementara istrinya berkata, "Bagi saya, hidup baru saja

2.4 TUGAS PERKEMBANGAN MASA REMAJA Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku

kekanak-kanakan serta berusaha untuk menepati kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock dalam Mappiare (1992) adalah berusaha: 1. Mampu menerima keadaan fisiknya. Pada periode pra remaja, anak tumbuh demikian cepat mengarahkan pada bentuk orang dewasa, yang dibarengi oleh perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri, bukan hayalan dan impian. 2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. Dalam masa remaja diharapkan mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka tidak memuaskan. 3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. Akibat adanya kematangan seksuil yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial yang terutama ditekankan pada hubungan antara dua jenis kelamin yang merupakan suatu kewajaran remaja saling mencari pasangan. Sangat penting dalam hal ini, bahwa seorang remaja haruslah mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis atau sesama jenis agar memperoleh rasa dibuthkan dan rasa berharga. 4. Mencapai kemandirian emosional. Tugas perkembangan yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dar ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak mereka. Pada masa kanak-kanak, anak sangta bergantung emosinya pada orang tua atau orang dewasa lain. Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung semacam itu. 5. mencapai kemandirian ekonomi. Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal yang berhubungan dengan ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja yang penting, karena mereka akan kelak hidup sebagai orang dewasa. 6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlakukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. Sebagai hasil dari perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragamn pengalaman dengan lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya atau sisitem nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain , remaja sudah dapat memikirkan atau menduga hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi berdasarkan sesutau yang abstrak dan memikirkan semua kemungkinan secara sistematis utnuk memecahkan suatu persoalan atau masalah. 7. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua 8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa proses pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang lain. Pada usia remaja akhir, para remaja sudah dapat mencapai sikap altruistik yang tinggi. 9. Mempersiakan diri untuk memasuki perkawinan. Sikap remaja terhadap pernikahan ternyata beragam, sebagian remaja bersifat antagonistik (menentang dan merasa takut) dan sebagian lainnya menerimanya dengan sikap positif. 10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Tugas-tugas fase perkembangan fase remeja ini amat berkaitan dengan perkembangan

kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya. 2.5 TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Masa dewasa tidak kalah pentingnya dengan masa-masa yang lain dalam kehidupan. Di masa inilah, segala kematangan dalam kehidupan diperoleh. Sedangkan tugas-tugas perkembagan masa dewasa awal adalah sebagai berikut: 1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau calon istri) Dewasa awal sadar bahwa dirinya ada rasa simpati, rasa tertarik untuk selalu bersama-sama dengan lawan jenisnya. Tetapi mereka umumnya masih ada rasa ragu dan malu untuk saling mendekat dan saling bergaul pada mulanya. 2. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri 3. Mulai hidup dalam keluarga 4. Belajar mengasuh anak-anak 5. Mengelola rumah tangga 6. Mulai bekerja dalam suatu jabatan 7. Mulai bertanggung jawab sebagai warganegara secara layak 8. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya 2.6 TUGAS PERKEMBANGAN MASA SETENGAH BAYA Pada masa setengah baya, tanggung jawab sebagai manusia dewasa menjadi lebih besar. Tugastugas perkembangan pada masa ini, yaitu: 1. Memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berwarga negara dan hidup bermasyarakat. 2. Menetapkan dan memelihara suatu standart kehidupan ekonomi bagi kehidupannya. 3. Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia. 4. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang sesuai dengan orang dewasa. 5. Menciptakan hubungan diri dengan suami atau istri sebagai pribadi. 6. Menerima dan menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan pisiologis dalam masa setengah baya. 7. Menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua yang sudah lanjut usia. 2.7 TUGAS PERKEMBANGAN MASA TUA Pada umumnya pada masa ini manusia banyak mengalami degradasi, terutama pada aspek fisik. Tugas-tugas pada masa ini ialah: 1. Menyesuaikan diri pada keadaan berkurangnya kekuatan fisik dan kesehatan. 2. Menyesuaikan diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang berkurang. 3. Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami atau istri. 4. Menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman seusia. 5. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai warga negara dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat. 6. Menyusun keadaan hidup yang memuaskan dalam hal fisik.

Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda


Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap hams memperhaukan orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b) membina kehidupan rumah tangga, (c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan (d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab. A. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi persyaratan yang syah(perkawinan resmi) B. Membina Kehidupan Rumah Tangga
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau uni-versitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga hams dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harm

dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga hams dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudarasaudara.

C. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga


Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

D. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab


Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan baliagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan

cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak ter-cela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan sebagainya).Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendu^ selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu mencari pasangan hidup dan bagian B membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.

LITERATURE

Agoes Dariyo 2003, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda,Jakarta;PT.Gramedia Widiasarana Indonesia

Tugas perkembangan masa dewasa awal Memilih pasangan hidup Belajar hidup dengan suami atau istri Memulai kehidupan berkeluarga Membimbing dan merawat anak Mengolah rumah tangga Memulai suatu jabatan Menerima tanggung jawab sebagai warga negara Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menarik Tugas Perkembangan masa setengah baya Memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara Membangun dan memperthankan standar ekonomi Membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia Membina kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa Membina hubungan dengan pasanga hidup sebagai pribadi Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri Menyesuaikan diri dengan pertambahan umur Tugas perkembangan orang tua Menyesuaikan diri dengan menurunya kesehatan dan kekuatan fisik Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan menurunya pendapatan Menyesuaikan diri yterhadap meninggalnya suami/istri Menjalin hubuingan dengan perkumpulan manusia usia lanjut Memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara

Membangun kehidupan fisik yang memuaskan Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspekaspek lainya, yaitu fisik, psikis serta emosional, moral dan sosaial.

erubahan selalu terjadi dalam diri manusia yang berlangsung selama manusia itu hidup. Awal ketika lahir manusia disebut seabagai bayi yang kemudian menjadi manusia dalam kategori remaja, dewasa hingga tua. Perubahan sangat nampak pada perubahan fisik, dimana ketika bayi organ-organ tubuh manusia masih berukuran kecil dan berangsur membesar seperti menjadi lebih tinggi dan berat tubuhnya. Perilaku manusia pada masa bayi masih sangat tergantung pada orang dewasa, masih kanak-kanak, egois yang sebenarnya meminta perhatian, remaja yang mencari jati diri, pembangkangan, dewasa yang mulai terkontrol untuk mencapai tujuan hidup dan mandiri hingga masa dewasa tua dimana manusia mulai memikirkan tentang kehidupan setelah dunia, kebijaksanaan dalam mengasuh juga sangat tampak. Ada kalanya ketika masa dewasa tua ini manusia seperti kembali pada sifat kekanak-kanakannya. Tingkah laku mereka sulit dimengerti, egois dan meminta perhatian yang sangat kepada lingkungan sekitar muncul kembali, fisiknya mulai lemah sehingga dalam bertindak pun selalu memerlukan orang lain. Namun itulah hakikat kehidupan manusia yang pasti dijalani manusia ketika manusia itu hidup dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi ciptaan Yang Maha Kuasa ini. Perubahan dalam diri manusia sering diartikan sebagai pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum, orang lebih sering menamakan pertumbuhan dan perkembangan disebut sebagai satu kata yaitu perkembangan. Ahli psikologi, Moh. Kasiram (Kasiram, 1983:23), berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan meski saling melengkapi namun mempunyai arti sendirisendiri. Pada peristiwa pertumbuhan, tampak adanya perubahan jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, sedangkan perkembangan ditandai dengan adanya sifat-sifat yang baru yang berbeda dari sebelumnya. Dicontohkan, anak ayam kecil yang menjadi besar adalah merupakan peristiwa pertumbuhan. Sedangkan perubahan dari telur menjadi anak ayam adalah peristiwa perkembangan. Dalam psikologi perkembangan, kata pertumbuhan selain dalam arti fisik dan psikis, dapat pula dalam arti proses pendewasaan, perubahan dalam kemampuan (ability), proses mengadakan reorganisasi terus-menerus terhadap sesuatu yang baru ke dalam sesuatu yang lama. Jadi, pada dasarnya perkembangan memiliki kesamaan. Dilihat dari sisi psikologi, perkembangan mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak. Karena pertumbuhan fisik berpengaruh pada pada proses perkembangan yang mengarah pada perilaku. Ketika fungsi otak anak tumbuh, fungsi biologis pada setiap organ tubuh tumbuh, anak mulai dapat tersenyum, berbicara, berjalan. Saat anak mulai dapat berbicara, bagaimana anak dilatih agar berbicara yang baik sebagai bentuk penilaian perilaku. Ini berarti anak mulai dapat bertingkah laku yang dapat diamati. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, dan menyebabkan perubahan perilaku yang merupakan objek dalam psikologi. Fase dan Tugas-tugas Perkembangan.

Dalam setiap perkembangan, manusia mengalami perubahan secara bertahap menuju kemajuan dalam fungsi tubuh, cara berpikir maupun dalam berperilaku. Walaupun pada hakikatnya, perkembangan tampak tidak teratur, dalam rentang waktu yang tidak sama, namun pada dasarnya untuk seorang bayi menuju remaja dan dewasa melewati suatu perubahanperubahan dalam waktu tertentu yang sering diartikan sebagai fase-fase perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan, terdapat perubahan perkembangan yang menjadi ciri khas pada masa tertentu. Ciri dari suatu perubahan ini umumnya terjadi secara otomatis pada perkembangan normal seorang anak yang harus dikuasai. Satu tahap/ fase perkembangan harus dikuasai anak sebelum mencapai tahap selanjutnya. Perubahan yang harus dikuasai inilah yang disebut sebagai tugas perkembangan dan muncul dalam setiap fase perkembangan. Ada beberapa pendapat tentang fase dan tugas perkembangan yaitu menurut Buhler, Hurlock, Erikson, dan Havighurst. Secara umum fase perkembangan terdiri dari masa bayi, masa anakanak, masa remaja, masa dewasa hingga masa tua. Masa bayi, anak yang normal akan memulainya dengan terlihatnya fungsi-fungsi motorik halus, seperti gerakan-gerakan dasar pada anggota tubuh. Lama-kelamaan tubuh anak semakin kuat. Anak umumnya sudah dapat menguasai gerakan-gerakan otot, misalnya jalan sendiri, bicara, makan, bermain. Masa bayi ini berkisar sampai anak berusia 2 tahun. Masa anak, pada masa sebelumnya anak sudah dapat berbicara, berjalan Pada masa ini anak mulai bereksplorasi selalu ingin tahu. Anak umumnya menjadi sangat kritis, pintar bertanya, anak berlari kesana-kemari bermain dengan temantemannya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Masa ini berkisar sampai anak berusia 10/ 11 tahun. Masa remaja adalah masa penuh bergejolak, perkembangan fungsi tubuh seperti seks mulai mengganggu. Remaja sudah dapat merasakan kebutuhan akan pasangan, namun belum begitu dalam. Remaja ingin selalu menunjukkan identitas diri, pola perilakunya sering berubahberubah. Dengan kemampuan adaptasi dengan lingkungan sebelumnya, seharus remaja dapat mensosialisasikan dirinya dengan baik. Masa remaja sampai berkisar usia 20/ 21 tahun. Ketika masa dewasa remaja sudah dapat memantapkan identitas dirinya, remaja mulai memantapkan tujuan hidupnya dan lebih mandiri. Masa dewasa berlanjut pada masa tua. Ketika seseorang mulai mengambil kebijaksanaan hidup melalui pengalaman-pengalaman hidup yang telah dilalui. Masa tua juga merupakan masa penyesuaian kembali, tak jarang seseorang yang telah berusia 40-60 tahun seperti kembali pada sifat-sifat kekanak-kanakan. Fase dan Tugas Perkembangan Menurut Havighurst menandai bahwa erjalanan hidup seseorang ditandai dengan adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi dan bersifat khas pada masamasa tertentu. Tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) yaitu tugas-tgas yang harus dilakukan seseorang dalam masa hidup tertentu, sesuai dengan norma-norma masyarakat serta norma-norma kebudayannya. Beberapa catatan Erickson yaitu dalam tugas-tugas perkembangan berbeda-beda setiap negara, tidak semua macam tugas perkembangan sama pentingnya, jadi kebahagiaan dan kesejahteraan tidak hanya dipengaruhi berhasil tidaknya melakukan tugas-tugas perkembangan. Seperti memperoleh pekerjaan yang memuaskan akan lebih penting daripada mendapatkan teman hidup ketika masa-masa tertentu. Catatan selanjutnya bahwa pendidikan banyak

ditentukan oleh kebudayaan suatu bangsa, yang berarti pula proses belajar dan sosialisai dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan kultur tertentu pada periode tertentu pula. Catatan terakhir bahwa seseorang dalam ketegangan antara keinginan untuk bergantung dan dorongan bebas dari orang tua, berjuang untuk mendaparkan tanggung jawab sendiri dalam menentukan pola hidupnya. Prinsip-prinsip Perkembangan . Prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat perkembangan. Atau dapat diartikan pula patokan secara umum mengenai sebab akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia. Prinsip-prinsip perkembangan antara lain perkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh besar, tetapi mencakup rangkaian perubahan yang tidak terlepas dan bersifat progresif, teratur, koheren dan berkesinambungan, perkembangan megarah pada prinsip totalitas pada diri seseorang yang lambat laun bagian-bagian yang masih bersifat samar menjadi bertambah nyata dan jelas dalam kerangka keseluruhan dengan aspek mental, emosi, fisik-motorik, dan sosial yang saling berkaitan erat, perkembangan dimulai dari respon umum menuju respon khusus, tahapan perkembangan berlangsung secara berantai dan universal. Sebagai contoh perkembangan anak normal berturut-turut yaitu memiringkan badan, telungkup, mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan bantuan, akhirnya dapat berjalan sendiri. Selanjutnya tempo kecepatan seseorang berbeda-beda, ada yang cepat, sedang dan lambat, irama perkembangan tidak tetap, kadang naik, kadang turun. Terkadang irama perkembagan anak goncang, yang disebut masa kritis/ trotz. Yaitu ketika anak mengalami masa egois dan membantah orang tua. Setiap anak memiliki dorongan dan hasrat dalam mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif, mengembangkan diri guna mendapatkan kemajuan baru, dalam perkembangan terdapat masa peka, yaitu masa ketika fungsi jasmani atau rohani dapat berkembang cepat jika mendapat latihan yang baik dan kontinu, perkembangan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir tetapi juga karena faktor lingkungan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak tumbuh dan berkembang untuk dapat menjadi manusia dewasa yang matang, sanggup dan mampu mengurus dirinya sendiri, tidak selalu bergantung pada orang lain atau bahkan tidak menyebabkan masalah bagi keluarga, kelompok dan masyarakat. Anak dilahirkan dari sebuah keluarga dengan latar belakang berbeda-beda. Ketika anak lahir, anak dihadapkan dengan lingkungan sosialnya. Terdapat berbagai perbedaan pendapat, faktor manakah yang lebih berperan sehingga muncul berbagai aliran perkembangan. Aliran Nativisme atau Aliran Pembawaan Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1800), seorang filsof Jerman. Para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Aliran Nativisme mengemukan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan,

manakala pembawaan itu baik, baik pula anak itu kelak dan sebaliknya. Pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya. Aliran Empirisme atau Aliran Lingkungan Aliran empirisme memandang bahwa perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor bakat pembawaan tidak ada pengaruhnya. Anak waktu dilahirkan masih dalam keadaan suci bersih, laksana kertas putih bersih atau semacam tabula rasa yaitu meja yang tertutu lapisan lilin putih. Kertas putih dapat ditulis dengan tinta warna apapun, begitu pula dengan meja lilin yang bisa dicat berwarna-warni.Teori ini dikemukakan oleh John Locke. Lingkungan pendidikan akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, sudah pasti tidak mungkin tidak, pendidikan pun dapat membuat anak menjadi baik atau buruk. Faktor lingkungan sebenarnya sangat kompleks mempengaruhi perkembangan, seperti penggunaan obat-obatan ketika anak masih dalam kandungan maupun ketika anak lahir. Obat dapat bereaksi kimia yang dapat menghambat perkembangan anak. Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan berlebih ketika mengandung juga dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan, janin tidak dapat tumbuh normal, sehingga ketika lahir organ tubuh bayi kecil, atau perkembangannya lambat karena pengaruh obat-obatan saat dalam kandungan. Lingkungan juga dapat berarti nutrisi atau gizi yang diberikan kepada anak, akan mempengaruhi perkembangan anak. Masa bayi adalah masa kebutuhan asupan gizi yang besar. Apabila bayi tidak mendapat asupan gizi yang tepat maka kemungkinan besar perkembangan bayi lambat. Tubuh bayi kecil, tidak dapat segera berjalan, dsb. Aliran Kovergensi atau Aliran Campuran Tokoh aliran konvergensi adalah Louis William Stern. Aliran ini menggabungkan arti pentingya hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman, demikian pula sebaliknya faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Lingkungan tang sehat dan sesuai akan mendorong berfungsinya kemampuan anak, begitu sebaliknya kondisi sosialnya buruk, dapat melumpuhkan potensi pembawaan anak. Pengaruh keturunan membutuhkan perantara atau perangsang yang terdapat dalam lingkungan, sekalipun kenyataannya memang ada tingkatan yang lebih atau kurang pada keadaan tertentu. Ada kalanya faktor-faktor tersebut berlangsung singkat atau dalam jangka waktu lama, ada masa ketika pengaruh lingkungan sangat kecil atau sebaliknya, ada masa-masa ketika pengaruhnya besar. Ini disebut juga faktor segmental. Jadi, pada kesimpulannya faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan dalam perkembangan manusia. Kedua-duanya tidak mutlak 100 % sama-sama mempengaruhi. Ada kalanya, masa-masa tertentu faktor pembawaan berpengaruh lebih besar atau sebaliknya faktor

lingkungan. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan. Bakat pembawaan apabila tidak ada rangsangan dari luar, maka bakat itu hanya sebagai pembawaan saja. Aliran psikoanalisis, kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh ketidaksadaran. Teori ini meyakini bahwa sumber utama konflik dan gangguan mental terletak pada ketidak sadaran seseorang. Aliran asosiasi, kemampuan seseorang dalam menerima rangsang dan memproduksinya kembali. Penggabungan rangsangan yang satu dengan yang lain, sehingga muncullah kemampuan berfikir. Aliran gestalt, perkembangan belajar tidak dapat dalam aspek-aspek yang terpisah melainkan menyeluruh. Akan lebih mudah belajar dalam keseluruhan, tidak merinci pada detailnya. Kejiwaan seseorang tidak berdasarkan jumlah unsur-unsurnya melainkan gestalt (keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan kesatuan. Aliran behavior, yaitu bahwa perilaku manusia jika mendapat perintah baru mau melakukan. Artinya bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh perintah. Aliran behavior mempelajari tingkah laku yang erat kaitannya dengan kebiasaan dan hasil dari belajar. Aliran kognitif, yaitu kemampuan berfikir untuk dapat membandingkan, menceritakan kembali, menguraikan Aliran konstruktivisme, yaitu untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang. Aliran humanistik, pemahaman perilaku seseorang dari sudut pandang si pelaku, bukan dari yang mengamati. Aliran ini mempunyai pandangan bahwa tiap-tiap individu di pengaruhi dan dibimbing diri pribadi yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sendiri. Implikasinya/ Implementasinya dari beberapa aliran Aliran nativisme, mengacu pada pengembangan dalam pengolahan bakat yang dibawa sejak lahir. Pada aliran konstruktivisme, anak dilatih untuk memecahkan suatu masalah, aliran empirisme, dengan menciptakan lingkungan yang baik bagi perkembangan anak. Aliran kognitif ditekankan pada proses belajar yang sesuai dengan tugas dan perkembangan anak, melatih siswa untuk berfikir. Pada aliran behavior yaitu dengan mengefektifkan kegiatan belajar, aliran gestalt yaitu dengan menstransfer kegiatan belajar secara terorganisir.

1. Periode Perkembangan Masa Dewasa Pada masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun yang sering disebut dewasa awal, individu dalam masa ini telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja.

Permasalahan tekanan oleh keluarga maupun dari bos kerjanya menjadikan salah satu beban psikologis pada individu di usia dewasa awal. Selain itu pada masa ini individu juga akan lebih merasakan kejenuhan karena kehilangan persahabatan yang dimiliki pada masa remaja. Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin. Masa dewasa madya juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress. Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.

3. KESIMPULAN a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda. b. Masa remaja dan dewasa merupakan masa yang panjang dan didalamnya akan lebih banyak problem sosial namun permasalahan yang muncul tidak jauh dari akibat banyaknya tugas perkembangan pada masa itu. DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres. Syamsudin,dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah (BPK PPKM) Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY. Zulkifli. L, Drs. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

1. Periode Perkembangan Masa Dewasa Pada masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun yang sering disebut dewasa awal, individu dalam masa ini telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja. Permasalahan tekanan oleh keluarga maupun dari bos kerjanya menjadikan salah satu beban psikologis pada individu di usia dewasa awal. Selain itu pada masa ini individu juga akan lebih merasakan kejenuhan karena kehilangan persahabatan yang dimiliki pada masa remaja. Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin. Masa dewasa madya juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress.

Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.

3. KESIMPULAN a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda. b. Masa remaja dan dewasa merupakan masa yang panjang dan didalamnya akan lebih banyak problem sosial namun permasalahan yang muncul tidak jauh dari akibat banyaknya tugas perkembangan pada masa itu. DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres. Syamsudin,dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah (BPK PPKM) Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY. Zulkifli. L, Drs. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

1. Periode Perkembangan Masa Dewasa Pada masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun yang sering disebut dewasa awal, individu dalam masa ini telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap

memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja. Permasalahan tekanan oleh keluarga maupun dari bos kerjanya menjadikan salah satu beban psikologis pada individu di usia dewasa awal. Selain itu pada masa ini individu juga akan lebih merasakan kejenuhan karena kehilangan persahabatan yang dimiliki pada masa remaja. Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin. Masa dewasa madya juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress. Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.

3. KESIMPULAN a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda. b. Masa remaja dan dewasa merupakan masa yang panjang dan didalamnya akan lebih banyak problem sosial namun permasalahan yang muncul tidak jauh dari akibat banyaknya tugas perkembangan pada masa itu. DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres. Syamsudin,dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah (BPK PPKM) Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY. Zulkifli. L, Drs. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

1. Periode Perkembangan Masa Dewasa Pada masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun yang sering disebut dewasa awal, individu dalam masa ini telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja. Permasalahan tekanan oleh keluarga maupun dari bos kerjanya menjadikan salah satu beban psikologis pada individu di usia dewasa awal. Selain itu pada masa ini individu juga akan lebih merasakan kejenuhan karena kehilangan persahabatan yang dimiliki pada masa remaja. Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin. Masa dewasa madya juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress.

Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.

3. KESIMPULAN a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda. b. Masa remaja dan dewasa merupakan masa yang panjang dan didalamnya akan lebih banyak problem sosial namun permasalahan yang muncul tidak jauh dari akibat banyaknya tugas perkembangan pada masa itu. DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres. Syamsudin,dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah (BPK PPKM) Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY. Zulkifli. L, Drs. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

1. Periode Perkembangan Masa Dewasa Pada masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun yang sering disebut dewasa awal, individu dalam masa ini telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap

memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja. Permasalahan tekanan oleh keluarga maupun dari bos kerjanya menjadikan salah satu beban psikologis pada individu di usia dewasa awal. Selain itu pada masa ini individu juga akan lebih merasakan kejenuhan karena kehilangan persahabatan yang dimiliki pada masa remaja. Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin. Masa dewasa madya juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress. Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.

3. KESIMPULAN a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda. b. Masa remaja dan dewasa merupakan masa yang panjang dan didalamnya akan lebih banyak problem sosial namun permasalahan yang muncul tidak jauh dari akibat banyaknya tugas perkembangan pada masa itu. DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres. Syamsudin,dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah (BPK PPKM) Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY. Zulkifli. L, Drs. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

1. Periode Perkembangan Masa Dewasa Pada masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun yang sering disebut dewasa awal, individu dalam masa ini telah menyelesaikan tugas perkembangannya secara umum dan siap memikul status dan tanggung jawabnya dalam masyarakat bersama dengan orang lain. Pada masa ini problem sosial lebih terfokus pada hubungan keluarga dan dalam dunia kerja. Permasalahan tekanan oleh keluarga maupun dari bos kerjanya menjadikan salah satu beban psikologis pada individu di usia dewasa awal. Selain itu pada masa ini individu juga akan lebih merasakan kejenuhan karena kehilangan persahabatan yang dimiliki pada masa remaja. Pada masa dewasa madya muncul pada usia 40 tahun hingga 60 tahun, pada masa ini merupakan masa dimana dalam kehidupan sosial individu lebih selektif dalam memilih teman. Selain itu pada dewasa madya individu telah berada pada posisi puncak karir dan ekonomi sehingga mereka mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial dan mempunyai banyak peluang untuk menjadi pemimpin. Masa dewasa madya juga sering disebut sebagai masa berbahaya karena biasanya penyakit yang biasanya tidak dirasakan akan lebih terasa, selain itu beban pikiran akan mudah untuk menyebabkan stress.

Pada masa dewasa akhir dimulai pada usia 60 tahun, pada masa ini terjadi banyak sekali penurunan kemampuan individu. Baik secara fisik maupun psikis, beban pekerjaan dan keluarga akan lebih berkurang dan kehidupan sosialnya pun semakin berkurang dikarenakan kurangnya kemampuan.

3. KESIMPULAN a. Dalam setiap periode memiliki karakteristik perilaku yang berbeda, sehingga juga menunjukkan bahwa setiap periode memiliki problem sosial yang berbeda-beda. b. Masa remaja dan dewasa merupakan masa yang panjang dan didalamnya akan lebih banyak problem sosial namun permasalahan yang muncul tidak jauh dari akibat banyaknya tugas perkembangan pada masa itu. DAFTAR PUSTAKA

Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres. Syamsudin,dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah (BPK PPKM) Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: FIP UNY. Zulkifli. L, Drs. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai