Keguguran (abortus) adalah salah satu hal yang paling banyak dikahawatirkan dan ditakutkan oleh para ibu hamil. Tidak ada satupun perempuan atau calon ibu yang ingin mengalami keguguran, tapi apa daya bila kenyataan berkata lain, untuk hal seperti keguguran yang banyak terjadi. Bayangan akan memiliki bayi kecil hadirnya buah hati, lucunya bayi mungil yang menggemaskan sirna sirna sudah ketika divonis keguguran oleh dokter. Ditambah lagi oleh rasa sakit, stress, dan bahkan trauma menghantui para ibu hamil yang mengalami keguguran. Berdoa pada Yang Maha Kuasa sudah seharusnya dilakukan untuk menjauhi kejadian yang tidak diinginkan ini. Tapi itu saja belum cukup. Ibu hamil pun mesti memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda dan penyebab keguguran sehingga dapat melakukan antisipasi dan tindakan penyelamatan sebelum keguguran terjadi. Seseorang yang mengalami keguguran pasti ingin tahu penyebabnya sehingga bisa dicegah saat kehamilan berikutnya. Keguguran biasanya ditandai dengan kram atau nyeri perut parah serta pendarahan yang memerlukan penanganan medis. Oleh karena itu, mari kita ketahui mengenai apa itu keguguran, apa penyebabnya dan bagaimana tanda-tanda dari keguguran ini. Agar dengan diketahui mengenai seluk beluk keguguran, diharapkan keguguran dapat terhindarkan. Sebenarnya, apa itu keguguran? Apa saja penyebabnya dan hal-hal apa saja yang dapat membuat wanita berisiko keguguran? Simak penjelasannya berikut ini;
60-75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan. "Umumnya sekitar 80 persen kehamilan bisa terus berlanjut sampai melahirkan dan memiliki bayi yang sehat. Tapi keguguran yang terjadi biasanya muncul secara acak," ujar Henry Lerner, MD, profesor klinis kebidanan dan ginekologi di Harvard Medical School.
Tiga Jenis Abortus / keguguran Apakah ibu hamil yang mengalami gejala-gejala tadi pasti akan kehilangan calon bayinya? Belum tentu. Perdarahan yang dialami ibu hamil, umpamanya, bisa bukan merupakan tanda keguguran tapi hal lain, seperti letak plasenta yang tidak benar atau karena ibu hamil mengalami trauma. Abortus sendiri pun digolongkan menjadi tiga; abortus yang mengancam, abortus spontan, serta abortus lanjut.
Abortus mengancam
Biasanya terjadi di antara kehamilan timester pertama dan kedua awal. Tanda-tandanya; ibu mengalami kontraksi, perdarahan, dan bisa disertai keluarnya cairan. Janin bisa diselamatkan jika masih dalam kondisi baik dan ostium (lubang rahim) belum terbuka. Sebaliknya jika lubang rahim sudah terbuka, dokter tidak bisa berbuat banyak. Kemungkinan yang terjadi adalah abortus spontan.
Abortus spontan
Yakni keluarnya janin dari dalam rahim sebelum dapat hidup mandiri. Biasanya terjadi di kehamilan trimester pertama atau bahkan sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dengan kata lain, abortus spontan bisa terjadi tanpa diketahui karena gejalanya mirip haid hanya lebih berat dan lebih terasa tegang. Maka itu waspadai bila ibu mengalami keluarnya bercak-bercak darah yang terus menerus, perdarahan disertai nyeri di bagian tengah perut dan kadang-kadang disertai sakit pinggang serta terdapat bekuan darah. Penyebab abortus jenis ini adalah kelainan embrio, janin atau plasenta kekurangan hormon, penyakit infeksi yang diderita ibu seperti gondong, cacar air dan campak atau juga reaksiauto-immune dimana sel-sel kekebalan ibu menyerang janin.
Abortus lanjut
Keluarnya hasil konsepsi yang disebabkan kelainan plasenta dan serviks atau ibu hamil terpapar bahan beracun seperti asap rokok, alkohol dan bahan kimia. Tanda-tandanya sama dengan abortus spontan.
Jenis - Jenis Keguguran Istilah keguguran sendiri dibedakan berdasarkan waktu kejadiannya. Disebut keguguran dini jika terjadi sebelum minggu ke-12 kehamilan dan keguguran lambat jika terjadi setelah minggu ke-12. Pembagian lain adalah keguguran penuh dan tidak penuh. Disebut keguguran penuh apabila jaringan janin dan plasenta keluar seluruhnya dari rahim pada saat keguguran. Disebut keguguran tidak penuh jika sebagian jaringan fetus tertinggal dalam rahim.
1. Ketika mengandung berusia lebih dari 33 tahun atau suami berusia lebih dari 53 tahun. 2. Pernah mengalami keguguran lebih dari 3 kali. 3. Pernah melahirkan bayi meninggal atau bayi cacat. 4. Punya keluarga dengan riwayat keguguran.
Penyebab Terjadinya Keguguran Berikut di bawah ini penyebab paling umum bagi keguguran tunggal atau yang berulang, yaitu:
Kelainan kromosom
Bryan Cowan, MD, ketua departemen obstetri dan ginekologi University of Mississippi Medical Center di Jackson menuturkan kelainan atau ketidakcocokan kromosom ini jadi penyebab setidaknya 60 persen kasus keguguran. Kondisi ini disebabkan adanya kerusakan pada sel telur atau sperma sehingga kromosom tidak dicetak dengan benar. Embrio yang dihasilkan jadi memiliki kelainan kromosom. Biasanya pasangan yang 2 kali atau lebih berturut-turut mengalami keguguran disarankan melakukan tes medis untuk ini.
Perempuan dengan PCOS memiliki kadar hormon testosteron yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan ovulasi dan menstruasi yang tidak teratur. PCOS ini menyebabkan resisten insulin yang mencegah kematangan lapisan endometrium.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Berisiko Keguguran Meskipun setiap wanita berisiko keguguran, namun akan lebih besar risikonya kepada seseorang yang memiliki kecenderungan seperti berikut:
1. Usia: wanita dengan usia yang lebih tua berisiko mengandung bayi dengan kelainan kromosom dan besar kemungkinannya untuk keguguran. Wanita yang hamil saat usia 40 tahun berisiko keguguran dua kali lipat dibanding wanita berusia 20 tahun. 2. Riwayat keguguran: wanita yang memiliki dua atau lebih riwayat keguguran secara berturut-turut lebih mungkin dibandingkan wanita lain untuk keguguran lagi. 3. Penyakit kronis: diabetes tidak terkontrol dan kelainan darah tertentu yang diwariskan, gangguan autoimun (seperti sindrom antifosfolipid atau lupus), dan
gangguan hormonal (seperti sindrom ovarium polikistik) adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko keguguran. 4. Masalah rahim atau serviks: memiliki kelainan tertentu pada rahim bawaan, kondisi rahim yang parah (pita jaringan parut), atau leher rahim yang lemah atau tidak normal (dikenal sebagai insufisiensi serviks) adalah peluang untuk keguguran. Hubungan antara fibroid rahim dan keguguran masih kontroversial, namun kebanyakan fibroid tidak menimbulkan masalah. 5. Riwayat cacat lahir atau masalah genetik: jika Anda, pasangan, atau anggota keluarga Anda memiliki kelainan genetik, pernah diidentifikasi punya masalah genetik pada kehamilan sebelumnya, atau pernah melahirkan anak dengan cacat lahir, Anda akan berisiko lebih tinggi untuk keguguran pada kehamilan selanjutnya. 6. Infeksi: penelitian telah menunjukkan risiko yang paling tinggi untuk keguguran jika Anda memiliki listeria, gondok, rubella, campak, cytomegalovirus, parvovirus, gonorrhea, HIV, dan infeksi tertentu lainnya. 7. Merokok, minum alkohol, dan menggunakan narkoba: merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat-obatan seperti kokain dan MDMA (ekstasi) selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingginya tingkat mengonsumsi kafein dan peningkatan risiko keguguran. 8. Obat: terdapat beberapa obat yang jika dikonsumsi dapat meningkatkan risiko keguguran. Penting bagi Anda untuk meminta penjelasan kepada dokter jika diberikan beberapa obat untuk diminum saat hamil. Hal ini juga berlaku untuk obat resep, termasuk obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seperti ibuprofen dan aspirin. 9. Racun lingkungan: faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang berisiko keguguran adalah racun yang ada di lingkungan. Beberapa bahan kimia seperti formaldehid, benzena, dan etilen oksida, dan dosis besar radiasi atau gas anestesi dianggap berbahaya. 10. Faktor Paternal: kondisi ayah juga berkontribusi terhadap risiko keguguran. Para peneliti sedang mempelajari sejauh mana sperma dapat rusak oleh racun lingkungan tapi masih memungkinkan untuk membuahi sel telur. Beberapa studi telah menemukan risiko yang lebih besar untuk mengalami keguguran ketika ayah telah terkena merkuri, timbal, dan beberapa bahan kimia industri dan pestisida. 11. Obesitas: beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dan keguguran. 12. Prosedur Diagnostik: ada kemungkinan kecil terhadap risiko keguguran setelah chorionic villus sampling (diagnosa yang dilakukan pada jaringan plasenta) dan amniosentesis (suatu pemeriksaan diagnostik menggunakan cairan ketuban, untuk mengetahui kemungkinan kelainan pada janin). 13. Risiko keguguran juga akan tinggi jika Anda hamil kembali dalam waktu tiga bulan setelah melahirkan.
Tidak enak badan; merasa lemas atau tidak fit seperti hari-hari sebelumnya Perut tidak nyaman, kepala pusing, atau terasa limbung Mimisan.
Jika ibu mengalami gejala tadi, beberapa tindakan ini bisa membantu mengatasinya:
Minum air putih, setelah itu bisa diteruskan dengan minum minuman segar lain, seperti jus. Makan makanan bergizi. Jika tidak bisa (karena mual), makanlah buah-buahan segar, biskuit, atau minum susu. Hentikan semua aktivitas. Lakukan relaksasi (atur napas dan tenangkan pikiran). Kuatkan keyakinan bahwa ibu dapat melalui kondisi ini dengan baik. Berdoalah dan pikirkan hal-hal yang menyenangkan yang akan dilakukan dengan si jabang bayi saat ia lahir nanti.
Jika semua ini tidak membuat kondisi ibu membaik, segera hubungi dokter. Jika Anda diminta datang kontrol, sempatkan diri untuk itu. Saat pemeriksaan, ceritakan apa yang terjadi. Sebaiknya ibu tidak melewatkan satu gejala pun karena anamnesis (mencari keterangan dari pasien) sangat memengaruhi diagnosis. Akan baik bila ibu memiliki buku catatan kejadian dan pengalaman selama kehamilan.
Berikut beberapa pertanda awal keguguran yang perlu Anda perhatikan gejala umum keguguran yang memerlukan penanganan medis segera, yaitu:
Pendarahan.
Perdarahan adalah tanda yang paling umum. Perdarahan yang terjadi bisa hanya berupa bercak-bercak yang berlangsung lama sampai darah berwarna merah segar yang mengalir dan perdarahan hebat. Perdarahan yang cukup banyak, seperti saat menstruasi atau dalam satu jam bisa menghabiskan lebih dari dua pembalut. Namun waspadai juga keluarnya bercakbercak darah yang berlanjut terus-menerus (selama lebih dari tiga hari). Kadang-kadang terdapat bagian jaringan yang robek yang ikut keluar bersamaan dengan darah. Misalnya, bagian dari jaringan dinding rahim yang terkoyak atau kantung ketuban yang robek.
Tapi, keluarnya bercak darah bukan berarti tanda keguguran. Banyak juga mama yang mengalami pendarahan di awal kehamilan tidak mengalami risiko ini.
Sakit Punggung.
Saat kram perut Anda bisa juga merasakan sakit punggung. Hati-hati terutama jika terdapat pendarahan di saat bersamaan.
Ibu hamil kehilangan tanda-tanda kehamilan seperti tegangnya payudara disertai pusing dan tubuh terasa loyo. Setelah beberapa minggu mengalami mual, keletihan, sakit belakang, tibatiba anda merasa baik-baik saja. Hal ini berarti telah terjadi keseimbangan hormon. Ia kemungkinan tahap hormon telah jatuh dimana hormon tersebut tidak lagi mengekalkan kehamilan apabila semua tanda kehamilan telah hilang. Jika Anda mengalami hal ini bersamaan dengan gejala lain, bisa berarti pertanda keguguran. Ketiadaan denyutan jantung bayi. Denyutan jantung bayi biasanya boleh dikesan melalui ultrasound scan. Jika denyutan jantung bayi tidak boleh dikesan, ia mungkin menjadi satu tanda bahawa bayi telah mati dan tidak berkembang.
Serviks terbuka.
Dalam kehamilan yang sihat dan normal, serviks biasanya kekal ditutup rapat sehingga beberapa minggu sebelum kelahiran bayi. Jika serviks anda buka dalam tempoh beberapa mingu pertama kehamilan, risiko keguguran adalah agak tinggi.
Jika ujian diambil pada dua pagi berturut-turut dimana hari pertama mendapat ujian positif dan kembali kepada negatif pada hari kedua, ia bukan saja tanda keguguran, ia mungkin juga menjadi tanda kehamilan luar rahim, ektopik. Segera hubungi dokter kandungan untuk memastikannya. Jika mengalami gejala-gejala dari keguguran tersebut, segeralah hubungi dokter untuk melakukan pengujian diagnostik sehingga bisa diketahui apakah kehamilan dapat diteruskan atau tidak. Dan jika kehamilan tidak bisa diselamatkan, maka jangan terus menerus menyalahkan diri sendiri karena banyak faktor yang bisa menyebabkan keguguran.