Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

MODUL-3 (Refraktometer)
Wanda Suryadinata(1403010120051)
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Kamis,20 Maret 2014
Refraktometer merupakan alat untuk menentukan indeks bias suatu
medium.Sedangkan refraktometer abbe merupakan alat pengukur indeks bias
suatu zat cair yang mempunyai indeks bias 1,3 dan 1,7.
Praktikum dilakukan dengan 2 cairan yang berbeda, ini untuk membedakan
indeks bias masing-masing zat, zat cair yang dipakai adalah air suling dan
minyak.
Prinsip kerja alat berdasarkan sudut kritis,dimana sudut kritis diantara dua
medium adalah sudut datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
yang menghasilkan sudut bias sama dengan 90.
Dalam praktikum diperoleh berbagai nilai besaran, baik menentukan indeks
bias,nf-nc, sampai menghitung nilail KSRnya.KSR yang diperoleh dalam
praktikum in cukp kecil.









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Refraksi merupakan penyimpangan atau pembelokkan cahaya karena
melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya.Hal ini dikarenakan laju
perbedaan cahaya pada kedua medium,laju cahaya paa medium yang rapat lebih
lambat dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat.Akan
ada perbedaan sinar bias ketika sinar matahari melewati bidang yang berbeda
kerapatannya.Perbedaan kerapatan ini juga berdampak pada sinar biasnya, bisa
mendekati maupun menjauh dari garis normal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Proses refraksi pada medium yang berbeda indeks biasnya
2. Menentukan indeks bias dari suatu zat dengan menggunakan alat
refraktometer ABBE
3. Pengaruh cahaya terhadap indeks bias suatu zat atau optik atau hubungan
suhu dengan indeks bias
1.3 Tujuan
1. Mempelajari prinsip kerja alat Refraktometer ABBE.
2. Mengukur indeks bias suatu cairan.
3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap indeks bias.
4. Menentukan dispersi nf nc.





BAB II
TEORI DASAR
2.1 Refraksi
Refraksi adalah pembengkokan sinar cahaya ketika melewati permukaan
antara satu bahan transparan dengan bahan lainnya.
Ketika seberkas cahaya melintasi batas antara cahaya dengan objek dan
media lain, atau antara dua media yang berbeda, panjang gelombang perubahan
cahaya, tetapi frekuensi tetap konstan. Jika berkas cahaya tidak ortogonal (atau
lebih tepatnya normal) untuk batas, perubahan dalam hasil panjang gelombang
terhadap perubahan arah balok. Perubahan arah ini dikenal sebagai pembiasan.
Kualitas bias lensa sering digunakan untuk memanipulasi cahaya untuk
mengubah ukuran jelas dari gambar. Pembesar kacamata, kacamata, lensa kontak,
mikroskop dan teleskop pembiasan merupakan contoh manipulasi ini.
2.2 Penyebab terjadinya pembiasan cahaya
Pembiasan cahaya terjadi ketika cahaya lewat dari satu medium ke lainnya
propagasi dengan kepadatan optik yang berbeda, mengalami perubahan arah
kecepatan dan perubahan jika tidak insiden tegak lurus di permukaan. Pembiasan
cahaya merupakan penyimpangan dalam arah propagasi yang dijelaskan oleh
hukum Snell. Hukum dan pembiasan di media homogen, adalah konsekuensi dari
prinsip Fermat, yang menyatakan bahwa perjalanan cahaya antara dua titik di
sepanjang jalan jalur optik lebih memerlukan sedikit waktu.
Selain itu, kecepatan penetrasi cahaya dalam medium selain vakum
berhubungan dengan panjang gelombang dan, ketika sebuah berkas cahaya putih
melewati dari satu media ke yang lain, setiap warna mengalami penyimpangan
sedikit. Fenomena ini dikenal sebagai hamburan cahaya. Misalnya, untuk
mencapai medium padat, gelombang lebih pendek kehilangan kecepatan pada
panjang (misalnya, ketika cahaya putih melewati prisma). Panjang gelombang
pendek yang tersebar hingga 4 kali selama itu yang mengapa langit terlihat biru
karena rentang warna untuk indeks bias lebih besar dan lebih tersebar.

Dalam hukum refraksi menyimpulkan semua gerakan gelombang yang
mengatur keseluruhan:
1. Sinar insiden, dipantulkan dan dibiaskan adalah pada bidang yang sama.
2. Timbulnya sudut dan refleksi adalah sama, yang berarti mereka yang
masing-masing kejadian dan balok tercermin dengan tegak lurus (disebut
Normal) untuk batas ditarik pada titik kejadian. [1]
2.3 Proses Pembentukan Pembiasan dan Hukum Snellius
Cermin dapat memantulkan sinar yang mengenainya dengan arah tertentu.
Hukum pemantulan cahaya juga memberikan penjelasan tentang bagaimana sinar-
sinar cahaya dipantulkan pada sebuah cermin datar.
Hukum pemantulan cahaya terdiri dari dua rumusan pernyataan, yaitu:
1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal bertemu pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar yang sama
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul (i = r).
Pemantulan sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu pemantulan
teratur dan pemantulan baur (tidak teratur). Jika berkas cahaya mengenai
permukaan bahan-bahan seperti cermin, aluminium, baja maka semua sinar
dipantulkan dalam arah yang sama. Ini disebabkan permukaan bahan yang halus
(rata), ini masuk dalam peristiwa pamantulan baur. Sedangkan, jika cahaya jatuh
pada permukaan yang tidak kasar atau tidak rata, maka cahaya tersebut akan
dipantulkan dengan arah sembarang ke segala arah, sehingga terjadi peristiwa
pemantulan baur atau diffus (tidak teratur). Peristiwa pemantulan cahaya berbeda-
beda sifatnya tergantung dari bidang pantulnya. Bidang pantul yang umum dikaji
dalam subtopik fisika adalah cermin datar, cermin cekung, dan cermin
cembung (sifat pantulannya masing-masing akan kita bahas pada tulisan
terpisah).
Selain peristiwa pemantulan, cahaya juga dapat mengalami peristiwa
pembiasan. Pembiasan ini dapat terjadi jika cahaya melalui dua medium yang
berbeda. Dalam peristiwa pembiasan cahaya, terdapat beberapa hukum dasar yang
bisa menjelaskan perilaku pembiasan cahaya, hukum ini ditemukan
oleh Snellius Hukum pembiasan cahaya berbunyi:
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (n
1
< n
2
),
sinar akan dibelokkan mendekati garis normal; jika sinar datang dari medium
lebih rapat ke medium kurang rapat (n
1
> n
2
), sinar akan dibelokkan menjauhi
garis normal. [2]

2.4 Refraktometer
Refraktometer adalah alat untuk mengukur kerapatan atau densitas. Dalam
hal larutan gula digunakan untuk mengukur birx atau zat. Padat terlarut dalam
larutan tersebut. Prinsip dasar pengukuran adalah hubungan antara indeks dengan
brix larutan.
Refraktometer adalah alat untuk mengukur nilai kadar garam pada air. Alat
ini sanagt mudah dalam penggunaan dan perawatannya, amka kita harus
mengenal tiap-tiap dari bagian alat ini. Alat ini etrdiri dari :
a. Probe refraktometer : Probe berwarna biru ini merupakan bagian yang
paling sensitif dari refraktometer.
b. Penutup probe refraktometer : Penutup probe berwarna putih
transparan berfungsi untuk melindungi probe dari debu, atau benda-benda
lain yang dapat membuat probe tergores.
c. Murkolibresi : berfungsi untuk menyesuaikan nilai bacaan refraktometer
diguanakan apabila refraktometer ketika membaca air aquades tidak
menunjukkan nilai nol.
d. Handle/ Pegangan : berupa grid yang memanjang dari bagian murkolibresi
sampai pengatur cahaya. Berfungsi untuk memegang refraktometer.
e. Pengatur cahaya : berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk,sehingga
dapat melihat hasil bacaan menjadi lebih jelas.
f. Lensa : berfungsi untuk mata dalam melihat hasil bacaan dari kadar garam
pada air.
Setelah kita mengenal bagian-bagian dari refraktometer, kita dapat dengan
mudah menggunakan dan merawat refraktometer. Untuk membersihkan probe
refraktometer yang telah digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan tissue
yang dibasahi oleh air aquades. Tissue yang telah basah disapukan ke probe
secara perlahan dan searah.
Gambar refraktrometer abbe:
[3]
Prinsip kerja refraktometer:
Seperti yang sudah diketahui, refraktometer merupakan alat untuk
menentukan indeks bias suatu medium.Sedangkan refraktometer abbe merupakan
alat pengukur indeks bias suatu zat cair yang mempunyai indeks bias 1,3 dan 1,7.
Prinsip kerja alat berdasarkan sudut kritis,dimana sudut kritis diantara dua
medium adalah sudut datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
yang menghasilkan sudut bias sama dengan 90.
2.5 Indeks Bias
Menurut Christian Huygnes (1629-1695) perbandingan laju cahaya dalam
ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias. Secara
matematis dapat dirumuskan dimana :


n : Indeks bias mutlak zat optic
c : laju cahaya dalam ruang hampa (3x10
8
m/s)
v : laju cahaya dalam zat
indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya n .
Saat indeks bias sebuah medium berubah secara bertahap. Pembiasan
berlanjut yang membawa pada pembelokan cahaya secara bertahap. Sebuah
contoh menarik adalah pembentukan fatamorgana saat siang yang panas,
seringkali terdapat selapis udara di dekat tanah. Lapisan tanah ini lebih hanagt,
sehingga kurang padat (rapat) disbanding udara diatasnya. Laju cahaya sedikit
lebih besar dilapisan yang kurang rapat. [4]
2.6 Mengukur Indeks Bias
Apabila suatu bahan dengan indeks bias n ditempatkan pada gelas prisma
yang indeks biasnya n
g
dan sudut biasnya A, dengan sudut prisma A sebesar 62.
Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat gambar di bawah ini:




Dari Hukum Snellius: n
u
sin o = n
g
sin | dimana n
u
= n udara = 1
sin o = n
g
sin |
Dengan menggunakan perhitungan geometri:
A + | =180 A = r + |
| + r + | = 180 | = A r
| adalah sudut kritis, dimana n < n
g
sehingga o = 90
n sin 90 = n
g
sin |
n = n
g
sin |
n = n
g
sin (A - r)
n = n
g
sin A cos r - n
g
cos A sin r cos r = (1 sin
2
r)
1/2

n = n
g
sin A (1- Sin
2
r)
1/2
cos A sin i n
g
sin r = sin i
n = Sin A i sin A cos i sin n
2 2
g
+ [5]
















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
1. Refraktometer ABBE beserta grafik nf-nc
Refraktometer ABBE berfungsi sebagai alat untuk mengukur indeks bias
suatu zat cair.
Grafik nf-nc berfungsi sebagai acuan untuk menentukan nilai nf-nc setelah
diketahui harga drumer (d) dan indeks biasnya (n
d
).
2. Lampu natrium beserta power supply 110 V.
Berfungsi sebagai sumber cahaya dan sumber tegangan untuk menyalakan
lampu.
3. Bejana air beserta pompa, pemanas dan pipa-pipa penghubung
Berfungsi sebagai alat yang digunakan sebagai sarana percobaan.
4. Termometer
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu.
5. Minyak dan air
Berfungsi sebagai zat cair yang akan diukur indeks biasnya.
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Persiapan
1. Menyalakan lampu natrium dengan menggunakan sumber tegangan 110V,
menunggu selama 5 menit.
2. Memasang termometer pada refraktometer.
3. Menghubungkan pipa-pipa pada Refraktometer ABBE (seperti pada
gambar dibawah). Pipa dari pompa dihubungkan pada lubang masukan
Output ke
bejana Input dari
pompa
1
3
2
4
P
P
pada Refraktometer ABBE. Lubang 3 dan 4 dihubungkan dengan pipa ke
bejana. Memasang termometer pada Refraktometer ABBE.




3.2.2 Pengambilan Data
a. Menentukan indeks bias minyak pada suhu kamar
1. Membuka prisma dengan hati-hati, kemudian meneteskan satu tetes
minyak diatas prisma. Menutup dan menguncikan hingga teguh.
2. Mengatur cermin pemantul cahaya agar garis silang terlihat dengan jelas.
3. Mengatur tombol kompensator sehingga tampak batas terang dan gelap
terletak pada perpotongan garis silang.
4. Mengatur tombol alhidad sehingga batas bayangan terang dan gelap
terletak pada perpotongan garis silang.
5. Mencatat skala yang terlihat pada kaca benggala yang menunjukkan harga
indeks bias minyak (n
d
) dan skala yang terlihat pada kompensator yang
menunjukkan harga drumer (d).
6. Mencatat suhu ruangan dan suhu refraktometer.
7. Menentukan nilai nf-nc dengan bantuan grafik.
b. Menentukan indeks bias air suling pada berbagai suhu
1. Mengeringkan minyak pada prisma dengan tisu halus, hati-hati jangan
terlalu keras. Meneteskan satu tetes air suling pada prisma tersebut.
2. Menutup kembali prisma tersebut.
3. Menyalakan heater dan pompa.
4. Pada suhu 35C melakukan percobaan 2 s/d 5 pada prosedur a. Mengamati
suhu input dan outputnya.
5. Melakukan percobaan 4 untuk variasi suhu antara 35
o
C s.d. 60
o
C.
6. Menentukan nilai nf-nc pada masing-masing variasi suhu.


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
4.1.1 Menentukan Indeks Bias Minyak
Trefraktometer
(C)
nd d nf-nc
31,5 1,503 35 0,0209
31,5 1,5025 40 0,0158
31,5 1,503 45 0,013
31,5 1,5025 50 0,0143
31,5 1,503 60 0,0079
4.1.2 Menentukan Indeks Bias Air Suling Berbagai Suhu
Tair/ Input(C) Trefraktometer/out(C) nd d nf-nc
40 41 1,33 45 0,0113
45 46 1,327 44 0,012
50 51 1,33 50 0,0079
55 56 1,33 41 0,0146
60 61 1,328 51 0,0074
65 66 1,325 49 0,0085

4.2 Pengolahan Data Percobaan
a. Menghitung nilai terbaik indeks bias minyak pada suhu kamar
1.5028
5
1.5025 1.503 1.5025 1.503 1.503
.
1
=
+ + + +
=
=

=
d
n
i
i
d
n
n
nd
n

b. Menghitung besarnya indeks bias koreksi dan menghitung besarnya
kesalahan relatif
Dengan menggunakan rumus :
( )
043503590 . 0
20
04525 . 0
094 . 0 ) 20 ( * 5 . 29
10
2 1
5
=

+ =
+ =

D dengan
d T n
D
T D R
x R n n
d
d koreksi d

Dengan mensubtitusikan data dan hasil hasil ke dalam rumus di atas
maka hasilnya dapat dituliskan dalam bentuk tabel berikut:
- Buat Minyak
nd d nf-nc Truangan
1,503 35 0,0209 28
1,5025 40 0,0158 28
1,503 45 0,013 28
1,5025 50 0,0143 28
1,503 60 0,0079 28



R koreksi
step 1 step 2 hasil
10,26685 -0,56868 9,698167
10,26685 -0,54344 9,723409
10,26685 -0,54396 9,722892
10,26685 -0,54344 9,723409
10,26685 -0,54396 9,722892



Menghitung KSR dengan membandingkan nd koreksi dengan nd
percobaan
KSR =
ndkoreksi
n ndpercobaa ndkoreksi
x 100 %
Dengan menggunakan rumus diatas maka dipatkan KSR perbandingan nd
koreksi dengan nd percobaan sebesar:

nd koreksi
1,503096982
1,502597234
1,503097229
1,502597234
1,503097229

KSR KSR nf-nc
0,00006 -0,06504
0,00006 -0,07584
0,00006 -0,27792
0,00006 -1,25132
0,00006 -3,24391

- Air Suling
Nd d nf-nc
1,33 45 0,0113
1,327 44 0,012
1,33 50 0,0079
1,33 41 0,0146
1,328 51 0,0074
1,325 49 0,0085



c. Menghitung nilai nf-nc berdasarkan teori dan membandingkan dengan
percobaan
- Minyak
d nf-nc Truangan
35 0,0209 28
40 0,0158 28
45 0,013 28
50 0,0143 28
60 0,0079 28
Rkoreksi
step 1 step2
hasil
akhir
25,6671181 -25,7479 -0,08079
32,08389763 -31,17 0,913947
38,50067715 -42,232 -3,73134
44,91745668 -40,2158 4,701682
51,3342362 -56,9723 -5,63811
57,75101573 -61,4135 -3,6625
nd koreksi
1,3299992
1,3270091
1,3299627
1,330047
1,3279436
1,3249634
KSR
KSR nf-
nc
0,00000 -0,11081
0,00001 -0,08808
-0,00003 -0,24373
0,00004 -0,06251
-0,00004 -0,29953
-0,00003 -0,20606

nf-nc teori
step 1 A step2 step3 step4 hasil
0,01534925 -0,04224 0,003009 0,04350359 0,0196236
0,022912 -0,05517 0,003439 0,04350359 0,0146862
0,03262275 -0,06982 0,003868 0,04350359 0,0101728
0,04475 -0,0862 0,004298 0,04350359 0,0063518
0,077328 -0,12413 0,005158 0,04350359 0,0018615

- Air Suling
nd d nf-nc
1,33 45 0,0113
1,327 44 0,012
1,33 50 0,0079
1,33 41 0,0146
1,328 51 0,0074
1,325 49 0,0085

nf-nc teori
step 1 A step2 step3 step4 hasil
0,032623 -0,06982 0,003868 0,043504 0,010172765
0,030496 -0,06675 0,003782 0,043504 0,011028642
0,04475 -0,0862 0,004298 0,043504 0,00635184
0,024674 -0,05796 0,003525 0,043504 0,013740993
0,047489 -0,08968 0,004384 0,043504 0,005694383
0,042118 -0,08279 0,004212 0,043504 0,007047737
d. Grafik Indeks bias air dan suhu

y = -0.0001x + 1.3349
R = 0.3241
1.324
1.325
1.326
1.327
1.328
1.329
1.33
1.331
0 10 20 30 40 50 60 70
i
n
d
e
k
s

b
i
a
s

Suhu (celcius)
Hubungan Suhu dan indeks Bias
Series1 Linear (Series1)
4.3 Analisa Percobaan
Pada praktikum refraktometer abbe, dilakukan 2 jenis cairan yang akan
diketahui indeks zat cairnya,yaitu minyak dan air suling.Dalam
percobaannya,setiap cairan divariasikan sebanyak 5 sampai 6 variasi dalam
pengambilan data dalam hal penaikan suhunya.
Pada minyak, seiring penaikan nilai d, nilai nf-nc yang dihasilkan semakin
kecil.Hubungan antara nf-nc yang teori sama yang didapat sat praktikum tidak
jauh berbeda,ini dibuktikan dengan ksr yang relatif sangat kecil.Sedangkan untuk
nilai R koreksinya tidak jauh berbeda, ini dikarenakan perbedaan antara data satu
dengan data yang lainnya relatif sangat kecil.Tetapi dalam praktikum,nilai nd
mengalami kenaikan dan penurunan, praktikan kurang mengerti tentang hal ini,
mungkin dikarenakan saat melihat skala sedikit susah dikarenakan jarak antara
skala satu dengan skala yang lainnya sangat kecil, dan hal ini cukup mengganggu
penglihatan.Karena hal ini pula, data yang diambil sedikit mengalami kesalahan.
Pada air suling, dilakukan variasi sebanyak 6 kali.Pada air memiliki nilai
nf-nc mengalami fluktuatif terhadap penaikan suhu.Tetapi hubungan antara nf-nc
dengan d relatif mengalami penurunan seiring penaikan nilai d.Pada pengambilan
data dengan zat cair air suling sangat susah mengamati wilayah terang dan
gelapnya,ini dikarenakan indeks bias air yang lebih kecil dari minyak.
Nilai KSR pada percobaan ini sangat kecil, ini menandakan keakuratan
data yang cukup akurat dibanding dengan minyak.Sedangkan hubungan antara
nilai nf-nc teori dengan nf-nc percobaan tidak jauh berbeda, hal ini didukung
dengan nilai KSR yang sangat kecil.
Untuk mencari hubungan suhu dan indeks bias mengalami fluktuatif,
walaupung mendapat data yang akurat, tetapi pada saat diplot ke grafik antara
suhu dan indeks bias membentuk garis yang tidak linier.Ini dapat kita lihat saat
terjadinya pembiasan,yang sinar datangnya tidak sejajar dengan sinar biasnya.Ini
dikarenakan perbedaan kerapatan medium atar dua bidang.


DAFTAR PUSTAKA
[1] Refraksi 2014 http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2285181-
pengertian-pembiasan-cahaya/ 19 maret 2014 pukul 17:00 wib
[2]Proses pembiasan 2014 http://www.zakapedia.com/2013/01/peristiwa-
pemantulan-dan-pembiasan.html 19 Maret 2014 pukul 18:40 wib
[3] Gambar Refraktometer 2014 putrakalimas.blogspot.com 19 Maret 2014 0ukul
18:56 wib
[4] Halliday,Resnick.1997.Fisika Jilid 2.Erlangga:Jakarta
[5]Suryaningsih,Sri.2014.Modul Praktikum Fisika Eksperimen
1B.Unpad:Jatinangor

Anda mungkin juga menyukai