Anda di halaman 1dari 13

Frasa

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penulisan Laporan

Disusun oleh : Abdurachman Muchlis Bagus Wijaya Maleowati Dwi Irjayanti Novrian Luhur Budi Ridwan Setiawan Rodif Rusydandj Suwandi Slamet Rianto Wima Fathir Noor Mauludi Wini Yulindatika Yoga Wiranoto 101101038 101101004 101101068 101101018 101101080 101101162 101101094 101101064 101101136 101101022

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN INDRAMAYU 2014

FRASA 1. Pengertian Frasa Banyak sering mempermasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa. Contoh: 1. Gedung sekolah itu 2. Yang akan pergi 3. Sedang membaca 4. Sakitnya bukan main 5. Besok lusa Keterangan : frasa. Pada kalimat pertama kata mereka yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata sering saja

ii

yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya. Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga. Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan. 6. Di depan. Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja. 1. Gedung sekolah itu(S) luas(P). 2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket). 3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O). 4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P). 5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P). 6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).

iii

Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Contoh: 1. Mereka(S) sering terlambat(P). 2. Mereka(S) terlambat(P).

1. Subjek dan Predikat. Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat.

Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain. Contoh: Sedang belajar(P) mereka itu(S). Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan Siapa yang sedang belajar? Jawabannya mereka itu. 2. Objek dan Pelengkap. 1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina. 2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).

iv

3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek. Frasa lazim diartikan sebagai suatu satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat objek). A. Jenis Frasa 1. Frasa Eksosentrik Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan

keseluruhannya. Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frase preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif (komponen

pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba). 2. Frasa Endosentrik Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat

menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase ini disebut juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang

bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang

merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan. Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina maka frase ini dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka dapat menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang intinya berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral). 3. Frasa Koordinatif Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis. 4. Frasa Apositif Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua

komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan. B. Perluasan Frasa

vi

Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain karena pertama, untuk menyatakan konsepkonsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa

pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasabahasa fleksi, melainkan dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep nomina Frasa Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.). Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut. 1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih. 2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat. C. Kategori Frasa 1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.

vii

Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan. Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut. Contoh: Ayah akan pergi nanti malam. Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti. 2. Frasa Idiomatik 1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam. 2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam. Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam . Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak

viii

dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik. 3. Konstruksi Frasa Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik. - Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli. Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik. Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.

ix

Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa : 1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif 2. frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau. Contoh: Pintu dan jendelanya sedang dicat. 3. Frasa Endosentrik yang Atributif Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Contoh: Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah. 4. Frasa Endosentrik yang Apositif Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi. Contoh: Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan 5. Kelas Frasa Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan. 1. Frasa Benda atau Frasa Nomina Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata benda. Contoh: a. Dita menerima hadiah ulang tahun. b. Dita menerima hadiah.

frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa benda atau frasa nomina. 2. Frasa Kerja atau Frasa Verba Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba. Contoh: Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru. Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis. 3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut. Contoh: a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus. b. Lukisan yang dipamerkan itu bagus-bagus. c. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan. a. Frasa keterangan sebagai keterangan. Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa

xi

keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat. Contoh: 1) Tidak biasanya dia pulang larut malam. 2) Dia tidak biasanya pulang larut malam. 3) Dia pulang larut malam tidak biasanya. b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja. Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu. 5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan. Contoh: Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu 6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas. Contoh: Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara. D. Frasa yang Bersifat Ambigu Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna. Contoh: Kambing hitam dan mobil tetangga baru.

xii

Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat

xiii

Anda mungkin juga menyukai