Anda di halaman 1dari 25

Nama NiM Kelas Mata Kuliah

: Winda Asriyani : 25010112120058 : A 2012 : Ilmu Kependudukan

KASUS INTEGRASI : MATA KULIAH ILMU KKEPENDUDUKAN

Perhatikan pernyataan berikut: Suatu hasil survey diperoleh informasi jumlah balita di desa X makin meningkat namun demikian presentase balita yang secara rutin dibawa ke posyandu oleh ibunya secara rutin hanya 40% dengan berbagai macam alasan baik dari sisi petugas maupun sisi ibu.

Berdasarkan kasus tersebut: 1. Temukan istilah-istilah/konsep yang saudara temukan dari hasil survei tersebut. Misalnya: konsep tentang posyandu, anak balita, praktek ibu. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi tersebut? (buatlah dalam suatu kerangka konsep untuk melihat keterkaitan antar konsep yang saudara temukan) 3. Buatlah pembahasannya berdasarkan kerangka konsep yang saudara buat 4. Apa saran saudara untuk penanggulangan masalah yang saudara bahas.

1. Dasar Teori A. POSYANDU 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan kegiatan yang dipadukan khususnya adalah Program KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan diare. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama ( Effendy, 1998 ). Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar ( Effendy,1998 ). Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). 2. Tuhuan Posyandu a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi,balita dan angka kelahiran dalam rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga b. Menjadikan kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatn masyarakat

c. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality Rate). d. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). e. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat. f. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan. 3. Sasaran Penyelenggaraan Posyandu Sasarannya meliputi : a. Bayi usia kurang dari 1 tahun b. Anak balita usia 1 5 tahun c. Ibu hamil, menyusui dan ibu nifas d. Wanita Usia Subur 4. Kegiatan Posyandu Kegiatan posyandu menurut Panca Krida Posyandu ( Effendy,1998) a. Kesehatan Ibu dan Anak b. Keluarga Berencana c. Imunisasi d. Peningkatan Gizi e. Penanggulangan Diare Kegiatan gizi di posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang meliputi : 1. Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) melalui penimbangan oleh kader. 2. Pemberian Makanan Tambahan 3. Penyuluhan Gizi. Prosedur pelaksanaan posyandu mengikuti system lima meja atau lima

langkah dasar. Pola pelaksanaan posyandu sistem lima meja dapat dilihat pada Gambar 1

SKEMA POLA PELAYANAN POSYANDU

Meja 1

Pendaftaran Balita dan Ibu Hamil

Meja 2

Penimbangan Balita dan Ibu Hamil

Meja 3

Pencatatan Hasil Penimbangan

Meja 4

Penyuluhan Ibu Balita dan Ibu Hamil

Meja 5

Pelayan Kesehatan

5. Klasifikasi Posyandu Klasifikasi posyandu terdiri dari : a. Posyandu pratama ( warna merah ) Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. b. Posyandu Madya ( warna kuning ) Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) masih rendah yaitu kurang dari 50%.

c. Posyandu purnama ( warna hijau ) Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) lebih 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat tetapi masih sederhana. d. Posyandu Mandiri ( warna biru ) Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. ( DepKes RI, 2001 ) 6. Pengelola Posyandu a. Pokjanal Posyandu Pokjanal posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu : 1. Tingkat Propinsi : a. BKKBN b. PMD (Pembinaan Masyarakat Desa) c. Bappeda d. Tim Penggerak PKK e. d.l.l 2. Tingkat Kab/Kodya : a. Kantor Depkes/Kantor Dinkes b. BKKBN c. PMD d. Bappeda e. d.I.I

3. Tingkat Kecamatan :

a. Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina petugas Lapangan, KB,Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan) 4. Tingkat Kelurahan atau Desa a. PD (Kader Pembangunan Desa) 4 Pokjanal Posyandu bertugas : 1. Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program. 2. Menyiapkan kader. 3. Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan masalah. 4. Menyusunan rencana. 5. Melakukan pemantauan dan bimbingan. 6. Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait. 7. Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.

B. KADER POSYANDU 1. Pengertian Kader Posyandu Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa. Setiap warga keluarahan setempat laki-laki maupun perempuan yang bisa membaca dan menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki kemampuan dan mau bekerja sukarela dengan tulus ikhlas bisa menajadi kader . Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan untuk itu pula perlu adanya pembatasan tugas yang diemban baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun yang menjadi tugas kader pada kegiatan Posyandu adalah; Pertama, sebelum hari pelaksanaan Posyandu meliputi kegiatan pencatatan sasaran yaitu pada bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS, pemberitahuan sasaran kegiatan Posyandu pada ibu yang mempunyai bayi dan

balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS. Kedua, kegiatan pada hari Posyandu meliputi kegiatan pendaftaran pada pengunjung, penimbangan terhadap bayi dan balita, pencatatan KMS bayi dan balita, penyuluhan pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui dan PUS, pemberian alat kontrasepsi, pemberian vitamin. Ketiga, kegiatan sesudah hari Posyandu meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan, mendatangi sasaran yang tidak hadir, mendatangi sasaran yang mempunyai masalah untuk diberikan penyuluhan, menentukan tidak lanjut kasus (rujukan) yang mempunyai masalah setelah diperiksa dan tidak bisa ditangani oleh kader. 2. Tanggung Jawab Kader Posyandu Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan. Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan

pembangunan kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah dimengerti dan dipahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. 3. Peran Kader Posyandu Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. Menurut Depkes RI (2000) ada dua peran kader yaitu: a. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:

1. Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskannama balit pada KMS dalam secarik kertas yangdiselipkan pada KMS, mendaftarkan ibu hamil yangmenuliskan nama ibu hamil pada formulir atau lembar registrasi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) 2. Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasilpenimbangan pada secarik kertas yang dipindahkanke KMS, penimbangan ibu hamil. 3. Meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan hasil penimbagan balita dari secarik kertas di dalamKMS anak tersebut 4. Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : a. Menjelaskan data KMS atau keadaan anak yangdigambarkan berdasarkan data kenaikan beratbadan yang digambarkan dalam grafik KMSkepada ibu dari anak yang bersangkutan. b. Memberikan penyuluhan kepada ibu denganmengacu pada data KMS anaknya atau dari hasilpengamatan yang di alami sasaran c. Memberikan rujukan kepada balita apabiladiperlukan untuk balita, ibu hamil dan menyusuidengan langkah yaitu dimana balita yang apabilaberat badan dibawah garis merah (BGM) padaKMS dua kali berturut-turut berat badannya tidaknaik , kelihatan sakit, lesu dan kurus, busung lapar ibu hamil adanya dan menyusui pada apabila kaki,

keadaannyakurus,

pucat

bengkak

pusingperdarahan, sesak nafas, gondokan dan orangsakit. d. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader posyandu misalnya dalam pemberianpil tambahan darah (pil bezi), vitamin A, dan oralit. 5. Meja 5 merupakan pelayanan sektor yang biasanyadilakukan oleh petugas kesehatan, pusat layanankeluarga berencana (PLKB), pusat program layanan(PPL) pelayanan yang diberiakan yaitu pelayanan KB berupa IUD dan suntikan pemerikasaan kesehatandan pengobatan, pemberian tablet zat besi (fe) sertavitamin A.

b. Peran kader di luar posyandu adalah: 1. Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan

penanggulangan diare. 2. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu. 3. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan

permasalahan yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah C. Balita 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Masa balita merupakan fase terpenting dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Rusmil (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dengan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Proses tumbuh kembang anak sangat berkaitan dengan faktor kesehatan atau dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat terjadi proses tumbuh kembang yang normal. Proses tersebut sangat bergantung pada orang tua meskipun proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah. Apalagi masa lima tahun pertama setelah anak lahir (bayi dan balita) merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun intelegensinya.

2. Pemantauan Pertumbuhan Balita Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi, sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Menurut Departemen Kesehatan RI , pemantauan pertumbuhan balita di Indonesia telah dilaksanakan sejak Tahun 1975 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan penimbangan setiap bulannya diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pembinaan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin anak tumbuh kembang secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas, sehat cerdas, kreatif, produktif, bertanggung jawab dan berguna bagi bangsa dan negara. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari : 1) Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan 2) Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. 3. Cakupan Penimbangan Posyandu Penimbangan adalah pengukuran anthropometri (pengukuran bagianbagian tubuh) yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberikan petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Pengukuran anthtropometri merupakan salah satu metode penentuan status gizi secara langsung. Berat badan merupakan ukuran suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku. Berat badan anak ditimbang

sebulan sekali mulai umur 1 bulan hingga 5 tahun di posyandu (Depkes RI, 2008). Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu adalah jumlah anak balita yang datang ke posyandu dan baru pertama sekali ditimbang pada periode waktu tertentu yang dibandingkan dengan jumlah anak balita yang berada di wilayah posyandu pada periode waktu yang sama. Hasil cakupan penimbangan merupakan salah satu alat untuk memantau gizi balita yang dapat dimonitor dari berat badan hasil penimbangan yang tercatat di dalam KMS. D. KARTU MENUJU SEHAT Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, KMS Bagi Balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. KMS adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak, oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan termasuk bidan dan dokter. Dengan KMS, gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu: S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu N : Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik.

Keberhasilan posyandu berdasarkan :

1. 2.

, yaitu baik/kurangnya peran serta(partisipasi) masyarakat , yaitu berhasil/tidak program posyandu


Adapun tindak lanjut penimbangan berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan

balita yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita adalah sebagai berikut: 1. Berat badan naik (N) a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana c. Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya. d. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya. 2. Berat badan tidak naik 1 kali a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu. b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana. c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak. d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu. e. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya f. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya. 3. Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM)

a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya. b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu. e. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya f. Rujuk anak ke puskesmas/pustu/poskesdes. a. Cara mengisi data KMS 1. Identitas 2. Mengisi Berat Badan Lahir 3. Tanggal Lahir 4. Mengisi bulan dalam KMS 5. Memplot Berat Badan: BB diletakkan di garis tegak/ vertikal Terdapat 2 variasi: 1. Menurut bulan kunjungan. ( tiap kunjungan, 1 titik BB di KMS). 2. Menurut Umur, dibulatkan kebawah ( umur 2 bulan dan umur 2 bulan lebih 3 minggu ditempat yang sama). 3. Tidak harus digaris tegak 4. Titik garis berat badan jika umurnya tepat di tanggal lahir bulan itu. ( kelebihan 1 minggu berarti maju kolom) 5. Membuat Grafik 6. Menghubungkan 2 titik di KMS Ada 2 pendapat: 1. Hanya dapat dihubungkan apabila bulan sebelumnya datang ke posyandu menimbang

2. Arah pertumbuhan/ trend dapat dihubungkan kapan saja. b. Cara membaca dan menganalisis data pada KMS Membaca Growth Chart. Standar Departemen Kesehatan RI untuk pertumbuhan anak Indonesia mengacu pada standar badan dunia WHO. Termuat di Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku kesehatan ibu dan anak (KIA), bentuknya growth chart atau tabel berat badan, tinggi badan (BB/TB), dan lingkar kepala. Ukur tinggi badan berat badan dan lingkar kepala anak. Cantumkan tanda berupa titik masing-masing di hasil pengukuran di kurva Pertambahan Berat Badan, Kurva Pertambahan Tinggi Badan dan Kurva Lingkar Kepala. Bila titik berada di area hijau yang paling terang, artinya BB atau TB anak baik. Di luar area tersebut, asalkan masih di area hijau, masih normal. Jika titik berada di area merah, bunda harus waspada. Hubungkan dengan sebuah garis, titik BB/TB anak saat ini dengan titik BB/TB hasil pengukuran bulan lalu. Bandingkan apakah garis yang menghubungkan kedua titik tersebut posisinya naik (meningkat), yang berarti keadaan gizi anak baik karena ia bertumbuh. Bila garis mendatar, atau bahkan turun tanda pertumbuhannya kurang baik. Bila berat anak tidak naik atau kenaikan tidak sesuai seharusnya jangan langsung panik. Tunggu hingga 56 hari (untuk bayi usia di bawah 5 bulan), atau 90 hari (untuk bayi usia di atas 5 bulan). Jika keadaan tidak membaik, grafik tetap statis, konsultasikan dengan dokter, apakah pertumbuhannya lambat akibat pola makan yang kurang baik, penyakit, atau gangguan hormon pertumbuhan. E. Perilaku 1. Pengertian Perilaku menurut Notoatmodjo (2005) merupakan semua kegiatan atau aktivitas manusia,baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat dapat diamati dari pihak luar. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua

setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu,kelompok atau masyarakat seperti yng dinyatakan Blum( 1974), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2005). Perilaku dapat di artikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap linggkungannya. Perilaku terjadi apabila ada rangsangan dari luar dan dari rangsangan akan menghasilkan reaksi dan perilaku tertentu. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1990) mendefinisikan perilaku ebagai proses interaksi individu dengan lingkungannya ebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang meliputi latar belakang, kepercayaan, dan sikap mental, sarana dann faktor pencetus. Dari beberapa definisi diatas maka dapt disimpulkan bahwa perilku adalah aktivitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung sebagai suatu reaksi terhadap lingkungan yang berupa rangsangan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Tidak Membawa Balita Ke Posyandu

Orang Tua Jarang Membawa Balita Ke Posyandu

Kader

Orang Tua Balita ( Ibu )

Faktor Intrinsik 1. Minat kader Rendah 2. Kemampuan Kader Rendah

Faktor Ekstrinsik 1. Fasilitas Kader Tidak Ada 2. Insentif Untuk Kader Tidak Ada 3. Pelatihan Untuk Kader Tidak Ada 4. Dukungan Dari Masyarakat Kurang 5. Pembinaan Terhadap Kader Kurang 6. Tidak Ada Penghargaan Untuk Kader

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik 1. Umur Balita 2. Umur Ibu 3. Jumlah Anggota Keluarga 4. Tingkat Pendapatan Rendah 5. Tingkat Pendidikan Rendah 6. Tingkat Pengetahuan Rendah 7. Pekerjaan 1. Jarak Posyandu Jauh 2. Sarana dan prasarana Posyandu Rendah 3. Dari Lingkungan yang tidak mendukung

3. Pembahasasn Dari Bagan Ketidakhadiran Orang Tua Di Posyandu A. Dilihat Dari Sisi Ibu Balita Unsur Intrinsik a. Umur Balita Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan karena pada umur ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Ibu balita tidak lagi hadir di posyandu khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan sosial anak semakin bertambah. faktor umur balita berhubungan dengan kunjungan biodata ke posyandu. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah faktor umur, umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan. Karena pada umur ini merupkan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Hal ini yang menyebabkan ibu balita tidak hadir di Posyandu khususnya ibu balita yang balitanya berusia diatas 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa aankanya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan sosial anak semakin bertambah.

b. Umur Ibu Umur seorang ibu akan mempengaruhi pada perilaku dalam pola asuh dan asupan ibu terhadap anak balitanya. Semakin tinggi umur seorang ibu, semakin banyak pengalaman dalam pola asuh dan asupan anak, sehingga smakin bijaksana dalam merawat dan mengasuh anak tersebut. Sebaliknya semakin muda umur seorang ibu, kurang pengalamannya dalm mengasuh balitanya. Maka dari itu terkadang ibu yang umurnya sudah tua/tinggi merasa dia mampu mengurusi bayi dan balita nya sehingga ia enggan untuk datang ke posyandu, karena mereka pikir posyandu hanya kegiatan yang tidak trlalu penting untuk tumbuh kembang balitanya. c. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi bayi dn balita yang ada dalam keluarga trsebut. Keluarga besar sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi seseorang. Kehadiran ibu di Posyandu di pengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Bahwa semakn besar keluarga maka semakin besar pula permasalahan yang muncul dirumah terutama untuk mengurus anak mereka. Seorang ibu akan sulit mengatur waktu untuk datang ke Posyandu karena waktunya akan habis untuk memberi perhatian dan kasih sayang untuk mengurus anank-anaknya dirumah. d. Pekerjaan Pekerjaan juga merupakan salah satu faktor penyebab ibu balita tidak membawa balitanya ke Posyandu. Pekerjaan yang dilakukan ibu balita merupakan kegiatan yang banyak menyita waktu. Ibu-ibu yang bekerja akan mendatangkan pengaruh bagi kehidupan keluarga dan berkurangnya waktu untuk mengurus dan mengasuh anak. Peran ibu bekerja dan tidak

bekerja sangat berpengaruh khususnya terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat terlihat dari waktu yng diberikan ibu ntuk mengasuh dan untuk membawa balitanya ke Posyandu yang masih kurang. Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu meliputi jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang dipergunakan untuk keluarganya dirumah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1996) bahwa kondisi kerja yang menonjol merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku ibu membawa balitanya ke Posyandu. Tuntutan pekerjaan dan kebutuhan untuk sandang,pangan dan papan memaksa para ibu bekerja. Status pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu balita. Karena kesibukannya untuk

bekerja,sehingga para ibu mengabaikan kunjungan ke posyandu. Hal ini juga mempengaruhi ibu balita untuk hadir di kegiatan posyandu. e. Pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh pola pikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula wawasan orang tersebut. Biasanya orang yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi yang rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Inovasi biasanya lebih mudah diterima oleh orang yang berpendidikan tinggi. Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohani yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Faktor pendidikan ibu balita yang baik akan mendorong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperolek. Pendidikan dalam keluarga sangat diperlukan, hal ini terkait dengan informasi

kunjungan ibu balita ke posyandu dan kemampuan keluarga untuk melaksanakan fungsinya untuk mengambil tindakan secepatnya.

Rendahnya tingkat pendidikan sangat berkaitan dengan perilaku ibu dalam memanfaatkan sarana kesehatan (Posyandu). Tingkat Pendidikan ibu yang mrendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang posyandu terbatas. Semakin Tinggi tingkat pendidikan ibu, mortalitas dan morbiditas akan semakin menurun Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka kesadaranuntuk berkunjung ke posyandu semakin aktif. f. Pengetahuan Pengetahuan dalam Notoatmodjo (2007) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai posyandu tentunya akan terkait dengan cakupan penimbangan balita. Tanpa adanya pengetahuan ibu tentang posyandu maka para ibu baita sulit untuk datang ke posyandu. Pengetahuan tentang posyandu berdampak pada perilaku ibu balita dalam memanfaatkan kegiatan posyandu. Kurangnya pengetahuan ibu balita disebbkan kareba kepercayaan diri oara kader kesehatn dalam menerapkan ilmunya dan kurangnya para kader untuk menyampaikan ilmunya dalam penyuluhan sehari-hari. Tingkat pengetahuan seseorang turut serta mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin baik perliaku masyarakat dalam memanfaatkan posyandu dan sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuaan ibu balita maka semakin rendah pula kesdaran ibu melakukan kunjungan ke posyandu. g. Pendapatan

Faktor pendapatan atau penghasilan sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Sehingga jika pendapatan suatu keluarga baik maka ibu balita akan sering membawa anaknya ke posyandu karena mereka beranggapan bahwa kesehatan lebih penting dari segalanya selain itu mereka juga ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namaun sebaliknya jika kondisi pendapatan keluarga buruk mereka tidaak peduli dengan kesehatan dan kebutuhan anaknya, mereka hanya mementingkan bagaiman caa mereka makan setiap harinya. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula tingkat unjungan ibu balita ke posyandu dan sebaiknya semakin rendah tingkat pendapatan seseorang maka semakin kecil tingkat kunjungan ibu balita keposyandu. Unsur Ekstrinsik a. Jarak antara tempat tinggal dengan lokasi Posyandu Faktor lingkungan fisik dan lingkungan geografis berpengaruh terhadap terhadap perilku seseorang terhadap kesehatan. Ketidak hadiran ibu balita ke posyandu disebabkan karena letak rumah balita dengan tempat posyandu yang jauh. Karena biasanya ibu balita tidak mau datang ke posyandu karena dengan alasan jauh dari rumah dan membutuhkan waktu yang lama. b. Dukungan Dari Pihak Keluarga ( Lingkungan) Dukungan dari pihak keluarga mempengaruhi ketidak hadiran ibu balita di posyandu. Biasaanya ibu balita tidak hadir di posyandu karena tidak ada dukungan dari pihak keluarga. Ibu balita biasanya dilarang oleh suami untuk dateng ke posyandu, suami menganggap posyandu tidak terlalu penting untuk perkembangan tubuh balitanya. c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tidak memadai menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketidak hadiran ibu balita ke posyandu. Inu balita menganggap bahwa posyandu yng sarana dan prasarana tidak lengkap maka kualitas dari posyandu tersebut kurang baik dan kgiatan posyandu tidak dapat berjalan dengan sebagaimana semestinya. B. Dilihat Dari Sisi Kader Unsur Intrinsik a. Minat Kader Minat kader merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakhadiran dari ibu balita keposyandu. Jika minat dari kader kurang maka tenaga kader nya pun sedikit sehingga posyandu tidak berjalan dengan baik dan menyebabkan ibu balita tidak hadir dalam kegiatan posyandu. Ibu balita beranggapan bahwa dengan jumlah kader yang sedikit maka kegiatan posyandu yang di jalankan tidak bisa maksimal. b. Kemampuan Kader Kemampuan kader merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam kegiatan posyandu. Jika kemampuan kader tidak baik maka keberhasilan kegiatan posyandu pun berkurang. Sehingga ibu balita menjadi malas untuk datang ke posyandu dan mereka menganggap jika kegiatan

posyandu adalah kegiatan yang percuma dan tidak bermanfaat karena kader tidak bisa menjadi fasilitaor yang baik kepada ibu balita karena kemampuan mereka sedikit. Unsur Ekstrinsik a. Fasilitas untuk kader tidak ada Fasilitas kader yang kurang juga mempengaruhi ketidak hadiran ibu balita ke posyandu. Kader yang tidak memiliki fasilitas yang baik enggan untuk datang ke posyandu sehingga posyandu sering tutup.

Sehingga ibu balita sering kecewa kemudian ia enggan untuk datang ke posyandu. b. Insentif untuk Kader Tidak Ada atau Kurang Kader akan semangat bekerja bila ia mendapatkan imbalan berupa dana atau uang. Jika kader mendapatkan imabalan maka ia akan bekerja secara maksimal dan kegiatan posyandu dapat berjalan dengan baik sehingga ibu balita itu senang untuk datang ke posyandu namun sebaliknya jika kader tidak diberi imbalan maka mereka akan bekerja semena-mena dan posyandu tidak berjalan dengan baik dan ibu balita menjadi enggan untuk datang ke Posyandu karena pelayanan dari kader pun kurang. c. Pelatihan Terhadap Kader Kurang Jika pelatihan terhadap kader kurang maka keahlian kader juga kurang sehingga ia tidak dapat menjalankan kegiatan posyandu dengan baik. Dan Ibu balita merasa bahwa keahlian atau kemampuan kader tidak baik sehingga ia tidak mau untuk datang ke posyandu. d. Kurangnya Dukungan dari Masyarakat Kader akan bekerja dengan baik jika ia mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar. Sehingga ia merasa bahwa keberadaannya menjadi kader menjadi salah satu kepentingan berjalannya kegiatan posyandu, hal ini juga membuat kader menjadi semangat untuk bekerja di posyandu dan banyak ibu baliata yang akan datang ke posyandu. Namun sebaliknya jika kader tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat maka kinerja mereka akan buruk dan kegiatan posyandu tidak berjalan dengan baik. Maka ibu balita pun akan enggan untuk datang ke posyandu. e. Kurangnya Pembinaan Terhadap Kader Kurangnya pembinaan terhadap kader merupakan salah satu yang menyebabkan ibu balita tidak mau datang ke posyandu. Karena kader

tidak dibina dan tidak ada yang membina sehingga kinerja kader pun asal-asalan dan kurang baik hal ini juga mempengaruhi kualitas kegiatan posyandu. f. Tidak Adanya Penghargaan untuk Kader Kader posyandu akan bekerja dengan baik dan semangat dalam

menjalankan tugas jika ia mendapatkan penghargaan namun sebaliknya jika kader tidak mendapatkan penghargaan maka ia tidak akan bekerja dengan baik dan kegiatan posyandu tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga ibu balita menjadi malas untuk datang ke posyandu 4. Saran 1. Sebaiknya lakukan lebih sering penyuluhan tentang pentingnya posyandu kepada masyarakat tidak hanya kepada ibu balita tetapi kepaa seluruh masyarakat 2. Lakukan pembinaaan dan pelatihan kepada kader posyandu agar keterampilan dan kemampuan kader menjadi baik sehingga kegiatan posyandu dapat berjalan dengan baik 3. Sebaiknya diberikan sarana dan prasarana posyandu yang memadaai sehingga kegiatan posyandu dapat berjalan dengan baik 4. Tempat posyandu disesuaikan dengan lingkungan dan jangan terlalu dari pemukiman warga 5. Mencari kader posyandu yang yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik tentang posyandu 6. Pemerintah sebaiknya melakukan pendampingan dalam kegiatan posyandu dan masyarakat mengawasi kegiatan posyandu sehingga posyandu dapat berjaln dengan baik

Daftar Pustaka
Efendi, N. Dasar-dasar Keperawatan, Kesehatan Masyarakat. Jakarta : IEGC, 1998 Departemen Kesehatan RI. 1990 Departemen Kesehatan RI. 2000 Departemen Kesehatan RI. 2001 Departemen Kesehatan RI. 2006 Departemen Kesehatan RI. 2008 Notoatmojo, S. Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta.2005 Rusmi,(2006) Fungsi dan Kegiatan Posyandu, ,EGC, Jakarta. Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu. Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat dalam UPKM. http://www.library.usu.ac.id. diunduh pada tanggal 5 Juni 2013 pukul 10.00 Mardiyanto, didi. 2009. Optimalisasi Kader Posyandu untuk Pengembangan PAUD. http://www.rumahcerdaskreatif.com diunduh pada tanggal 6 Juni 2013 pukul 13.00 Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan Balita di Posyandu. http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id. diunduh pada tanggal 6 Juni 2013 pukul 11.00 Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. USU : FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat).

Anda mungkin juga menyukai