Anda di halaman 1dari 36

1.

HEMATURI
1.1 Definisi
Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu
keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi. Keadaan ini
sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.
Harus diyakinkan pula bahwa seorang yang menderita hematuria atau pseudo
hematuria. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau
kecoklatan yang bukan disebabkan oleh sel darah merah, melainkan oleh zat lain lain
yang mewarnai urine misalnya pada keadaan hemoglobinuria, mioglobinuria,
konsentrasi zat asam urat yang meningkat, sehabis makan atau minum bahan yang
mengandung pigmen tumbuh tumbuhan berwarna merah atau setelah
mengkonsumsi beberapa obat- obatan tertentu seperti fenotiazina, piridium, porfirin,
rifampisin dan fenolftalein.

1.2 Etiologi
Hematuri dapat disebabkan oleh berbagai etiologi seperti:
a. Infeksi : Bacterial cystitis (sering), Interstitial cystitis (jarang), Prostatitis,
Uretritis, Tuberculosis, Schistosomiasis
b. Batu : Batu ginjal, Batu ureter, Batu buli-buli
c. Tumor : Renal carcinoma, Ureteric carcinoma, Bladder carcinoma, Prostatic
carcinoma
d. Inflamasi : Glomerulonefritis, IgA nefropati, Goodpastures syndrome,
Radiation cystitis
e. Trauma : Trauma ginjal (trauma tumpul abdomen), Trauma buli-buli
(kateterisasi)
f. Hematologi : Terapi antikoagulan, Henoch-Schonlein purpura, Kelainan
koagulasi, Sickle cell disease
g. Olahraga : pelari jarak jauh

1.3 Gambaran Klinis
Pada anamnesis ditanyakan, hematuria bermula pada awal berkemih dimana
menunjukkan ada kelainan di uretra bagian distal. Manakala, jika hematuria
berlangsung selama berkemih menunjukkan adanya kelainan di saluran kemih bagian
atas dan jika hematuria terjadi di akhir berkemih, kemungkinan adanya kelainan di
leher dari buli-buli (bladder neck) atau uretra pars prostatika. Pada wanita yang
mengalami hematuria, perlu dipastikan apakah pasien dalam keadaan menstruasi saat
dievaluasi untuk mengambil langkah berjaga-jaga dalam mendapatkan specimen buat
analisis.
Gejala-gejala lain seperti peningkatan frekuensi berkemih dan disuria perlu
ditanyakan karena kedua gejala dapat mengarah adanya infeksi saluran kemih atau
uroepithelial malignancy. Jika pada pasien didapatkan adanya nyeri kolik, perlu
dicurigai penyebab hematuria adalah batu saluran kemih. Hematuria tanpa rasa nyeri
menunjukkan kemungkinan disebabkan oleh kelainan lain seperti nefrolitiasis,
infeksi, atau nekrosis papiler. Selain itu, hematuria yang tidak nyeri serta tanpa
gejala-gejala lain dari penyakit ginjal perlu di periksa dengan lebih lanjut untuk
menolak kemungkinan adanya keganasan genitourinaria.
Keluhan lain yang ditanyakan seperti penurunan berat badan, kemerahan di
kulit, arthritis, artralgia, atau gejala penyakit paru menunjukkan adanya penyakit
sistemik termasuk sindroma vaskulitis, keganasan dan tuberkulosis. Nyeri
tenggorokan atau infeksi di kulit yang terjadi tidak lama sangat berhubung erat
dengan poststreptokokus glomerulonefritis.
Riwayat pemakaian obat penting untuk diketahui karena gambaran diskolorasi
urine atau hematuria sendiri dapat terjadi akibat pemakaian beberapa macam obat
seperti penggunaan analgesic untuk jangka waktu yang lama (analgesic
nephropathy). Penggunaan kontrasepsi oral juga dikaitkan dengan loin-pain
hematuria syndrome. Perokok dan pasien yang diobati dengan siklofosfamid juga
mempunyai risiko tinggi menderita kanker buli-buli. Riwayat keluarga seperti sickle
cell disease, polycystic kidney disease, atau penyakit ginjal yang lain serta riwayat
bepergian ke area endemik malaria atau schistosomiasis.


Pada pemeriksaan fisik, hipertensi terutama yang baru terjadi mungkin
merupakan tanda-tanda dari penyakit ginjal. Temuan pada pemeriksaan fisik seperti
petekia, arthritis, mononeuritis multiplex, dan eritema mungkin berkaitan dengan
koagulapati, penyakit imunologik, atau vaskulitis. Pemeriksaan prostat dan meatus
uretra juga perlu dilakukan untuk mendapatkan evaluasi yang lengkap.

1.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak semua pemeriksaan dilakukan ke semua pasien. Pemeriksaan dipilih
berdasarkan kemungkinan penyebab hematuria.
a. Tes darah
Darah lengkap : deteksi anemia
ESR Erythrocyte sedimentation : meningkat pada infeksi dan
keganasan
Faal ginjal : ureum dan kreatinin
b. Tes urine
Tes Dipstick : deteksi darah
Miksroskopi : hematuria mikroskopik
Sitologi urine : deteksi tumor buli-buli
Morfologi sel darah merah dalam urine : deteksi sumber perdarahan
c. Radiologi
Foto polos : mayoritas dari kasus batu ginjal, ureter dan buli-buli
IVP (intravenous pyelography) :
Pemeriksaan yang sering digunakan untuk melihat struktur sistem
genitourinaria selain pemeriksaan ini lebih murah. Namun, IVP tidak dapat
mendeteksi batu saluran kemih yang berukuran diameter <3 cm dan tidak
dapat mengevaluasi buli-buli dan uretra sepenuhnya.
USG (ultrasonography) :
Sangat penting untuk mendeteksi kista dan dapat digunakan pada
pasien gagal ginjal (tidak menggunakan kontras). Namun, USG tidak dapat
mendeteksi batu saluran kemih yang berukuran diameter < 3 cm dan sangat
tidak bermanfaat untuk mengevaluasi uroepitelium.
CT scan :
CT scan dengan kontras sangat bermakna digunakan untuk mendeteksi
massa kecil parenkim ginjal, urolitiasis, dan abses ginjal. Kekurangan CT
scan adalah dalam mendeteksi keganasan uroepitelial.
MRI : dapat menentukan derajat kanker prostat
d. Patologi
Biopsi : karsinoma
Biopsi ginjal : dilakukan selepas pemeriksaan rutin ginjal
e. Bedah
Semua pemeriksaan di atas tidak dapat melakukan evaluasi dari mukosa buli-
buli, maka cystoscopy dilakukan terutama pada pasien berusia >40 tahun dan juga
pasien yang masih muda tetapi mempunyai faktor risiko menderita keganasan
genitourinaria.
Flexicystoscopy : pemeriksaan endoskopi buli-buli bawah pengaruh
anestesi lokal
Rigid cystoscopy : pemeriksaan endoskopi buli-buli bawah pengaruh
anestesi umum
Retrograde ureterography : visualisasi ureter dan pelvis renalis
Ureteroscopy : pemeriksaan endoskopi ureter via buli-buli

1.5 Diagnosis Banding
a. Hemoglobinuria
b. Makanan (contoh: beetroot)
c. Obat (contoh: nitrofurantoin dan rifampisin)
d. Porphyrias
e. Menstruasi

1.6 Tatalaksana
Pada pasien dengan keluhan terdapat darah dalam urin atau hematuria, langkah
awal untuk pemeriksaan dilakukan tes urin yaitu tes dipstick. Jika hasilnya positif,
dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan sedimen urin untuk melihat apakah
terdapat sel darah merah ( eritrosit ). Jika tidak didapatkan sel darah merah, maka
dapat dicurigai adanya myoglobinuria atau hemoglobinuria. Pada kasus ini juga, perlu
diperhatikan adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang menimbulkan efek
samping yaitu hematuria.
Jika didapatkan sel darah merah dalam sedimen urin, harus dipastikan kembali
apakah terdapat pyuria atau bakteriuria, jika ada lakukan kultur urin. Hasil neharif
pada kultur urin dapat dicurigai adanya nefritis intertisial. Pada kasus yang positif sel
darah merah pada urin, harus dilakukan juga pemeriksaan ada tidaknya protein dalam
uri ( proteinuria ), jika tidak ada protein dalam urin atau yang disebut isolated
hemturia, maka dilakukan pemeriksaan darah lengkap, prothombin time, partial
tromboplastin time dan elektoforesis Hb. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengevaluasi kemungkinan terjadinya suatu proses keganasan dan kelainan struktur.


2. INFEKSI SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih (mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra). Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering
pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan
per tahun (NKUDIC). Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat, menyerang anak-anak maupun dewasa dan merupakan
masalah kesehatan yang serius.
Infeksi saluran kemih dapat hanya mengenai saluran bagian bawah atau saluran
bagian bawah dan atas sekaligus. Infeksi saluran bawah antara lain : cystitis, uretritis,
dan prostatitis, Sedangakan infeksi saluran atas meliputi : Pyelonephritis.
2.1 CYSTITIS
2.1.1 Definisi
Cystitis adalah inflamasi akut pada kandung kemih. Cystitis akut adalah
inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan oleh infeksi oleh
bakteria. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E. coli, Enteroccoci,
Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke kandung kemih melalui uretra.
2.1.2 Etiologi
E coli menyebabkan 70-95% ISK atas dan bawah. Berbagai organisme juga
dapat menyebabkan infeksi ini, termasuk S saprophyticus, spesies Proteus, spesies
Klebsiella, Enterococcus faecalis, Enterobacteriaceae lain, dan ragi. Beberapa spesies
lebih sering terjadi pada sub kelompok tertentu, seperti Staphylococcus saprophyticus
pada wanita muda.
Faktor risiko terpenting adalah adanya kateter. Kateter memasukkan organisme
ke dalam kandung kemih dan memacu kolonisasi dengan menyediakan permukaan
untuk adhesi bakteri dan menyebabkan iritasi mukosa. Hubungan seksual juga
memberikan kontribusi terhadap peningkatan risiko, seperti halnya penggunaan
diafragma dan / atau spermisida.
2.1.3 Manisfestasi Klinik
a. Cystitis biasanya memperlihatkan gejala :
b. Disuria (nyeri waktu berkemih)
c. Peningkatan frekuensi berkemih terutama pada malam hari (nokturia)
d. Perasaan ingin berkemih dan tertekan pada perut bagian bawah
e. Adanya sel-sel darah merah dalam urin (hematuria)
f. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
g. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
h. Seringnya berkemih, namun jumlah urin sedikit (oliguria)
i. Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
j. Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
k. Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l. Rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Selain dilihat dari gejala umum sistitis seperti urgensi, frekuensi, disuria, dan,
sesekali, hematuria, dispareunia, kram perut, dan / atau nyeri kandung kemih dan
kejang. Tes yang dilakukan adalah:
a. Microscopic urinalysis
Spesimen urin menunjukkan piuria dalam spesimen yang disentrifugasi, biasanya
didefinisikan sebagai > 10 PMNs/400X high dry field (WBC, RBC, atau bakteri),
menunjukkan uretritis atau cystitis.
b. Gram stain
Pewarnaan Gram yang menampilkan> 1 organisme / minyak imersi lapangan
(1000X) menunjukkan infeksi saluran kemih bakteri (ISK).
c. Urine culture
Jika kultur urin diperoleh, 103 koloni hitungan organisme uropathogenic tunggal
(E. coli, S. saprophyticus, Proteus spp.) menunjukkan adanya ISK.
2.1.5 Patofisiologi
Saluran kemih biasanya steril. ISK tanpa komplikasi melibatkan kandung kemih
di host tanpa mendasari penyakit ginjal, metabolik, atau neurologis. Cystitis
merupakan invasi mukosa kandung kemih, paling sering oleh bakteri coliform
enterik (misalnya Escherichia coli) yang mendiami introitus vagina periuretra dan
naik ke kandung kemih melalui uretra.
Pada ISK berulang, E coli, puncak kolonisasi daerah periuretra 2-3 hari sebelum
perkembangan gejala cystitis akut kisaran 46-90%. Selama periode yang sama,
asimtomatik bakteriuria meningkat dari 7% menjadi 70%.
Karena hubungan seksual dapat meningkatkan migrasi ini, cystitis sering terjadi
pada wanita muda yang sehat. Umumnya, urin adalah media kultur yang baik.
Faktor-faktor yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri termasuk pH
rendah (5,5 atau kurang), konsentrasi tinggi urea, dan adanya asam organik yang
berasal dari diet yang mencakup buah-buahan dan protein. Asam organik
meningkatkan pengasaman urin.
Sering berkemih dikaitkan dengan penurunan kejadian ISK. Biasanya, lapisan
tipis air seni tetap di dalam kandung kemih setelah mengosongkan, dan setiap
bakteri ini dikeluarkan oleh produksi sel mukosa asam organik.
Secara umum, ada 3 mekanisme utama yang bertanggung jawab untuk ISK:
Kolonisasi dengan ascending spread
Hematogenous spread
Periurogenital spread
Bakteri virulensi
Uropathogenic bakteri, berasal dari flora tinja. Ciri-ciri memfasilitasi kolonisasi
dan infeksi saluran kemih. Adhesins adalah struktur permukaan bakteri yang
memungkinkan keterikatan pada membran inang. Pada infeksi E coli, ini termasuk
pili (yaitu, fimbriae) dan outer-membran protein (misalnya, hemaglutinin). P
fimbriae, yang melekat pada globoseries tipe glikolipid ditemukan dalam usus besar
dan epitel saluran kemih, yang berhubungan dengan pielonefritis dan cystitis dan
ditemukan di strain E. coli banyak yang menyebabkan urosepsis. Faktor lain yang
mungkin penting untuk virulensi E coli pada saluran kemih meliputi polisakarida
kapsuler, hemolysins, faktor nekrosis sitotoksik (CNF) protein, dan aerobactins.
Contoh lain dari virulensi bakteri adalah kemampuan dipenuhi dari Proteus
mirabilis. Musim kawin melibatkan ekspresi gen tertentu ketika bakteri ini terkena
permukaan seperti kateter. Hal ini menghasilkan gerakan terkoordinasi sejumlah
besar bakteri, memungkinkan P mirabilis untuk bergerak di permukaan padat. Hal
ini mungkin menjelaskan hubungan antara P mirabilis UTI dengan organ pada
saluran kemih.
2.1.6 Klasifikasi
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
Bacterial cystitis
Umumnya disebabkan oleh infeksi kandung kemih dengan jenis bakteri yang
disebut Escherichia coli (E. coli). Bakteri ini terjadi secara alami dalam usus
dan biasanya tidak menimbulkan masalah sampai mereka masuk ke dalam
sistem kemih
Non bacterial cystitis/ interstisial cystitis (IC)
Disebabkan oleh sejumlah hal, termasuk:
a. Dehidrasi
Ini dapat disebabkan oleh efek dari beberapa makanan atau minuman.
Alkohol, teh, kopi dan minuman bersoda semua dapat merangsang ginjal dan
menyebabkan dehidrasi dengan meningkatkan output urin.
b. Makanan tertentu dapat mengiritasi kandung kemih pada orang yang sensitif
c. Sesekali, (infeksi jamur) dapat menyebabkan sistitis, situasi dapat diperburuk
oleh konsumsi makanan manis.
d. Hubungan seksual dapat menyebabkan iritasi dan memar.
e. Bahan kimia dalam bentuk sabun dihilangkan, mandi gelembung dan bubuk
cuci juga dapat menyebabkan iritasi.
f. Pakaian terbuat dari serat buatan dapat mencegah udara yang mencapai
daerah perineum dan dapat menyebabkan sistitis atau thrush.
Cystitis dapat juga diklasifikasikan menjadi :
Uncomplicated Cystitis
Uncomplicated Cystitis terjadi pada pasien yang memiliki saluran genitourinari
normal; yang tidak memiliki riwayat instrumentasi terakhir, dan yang gejalanya
terbatas pada saluran kemih bawah. Uncomplicated Cystitis paling sering terjadi
pada anak, wanita aktif secara seksual. Pasien biasanya datang dengan disuria,
frekuensi kencing dan urgensi kemih.
Complicated Cystitis
Complicated Cystitis dikaitkan dengan kondisi yang dapat meningkatkan risiko
kegagalan terapi. Beberapa kondisi yang mendasarinya termasuk diabetes, gejala
selama 7 hari atau lebih sebelum mencari pengobatan, gagal ginjal, kelainan
fungsional atau anatomis pada saluran kemih, ginjal transplantasi, sebuah stent
kateter berdiamnya, atau imunosupresi.

Pasien dengan cystitis akut ditemukan dengan gangguan buang air kecil,
seperti dysuria, frekuensi dan urgensi. Pasien juga merasakan nyeri punggung
bawah dan nyeri suprapubik. Hematuria dan urin keruh juga tanda yang sering
ditemukan. Cystitis jarang disertai demam, mual, muntah, badan lemah dan
kondisi umum yang menurun. Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang
perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas.
Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa inflamasi kandung kemih
menjadi kemerahan (eritema), edema dan hipersensitif sehingga jika kandung
kemih terisi urine, akan mudah terangsang untuk segera mengeluarkan isinya;
hal ini menyebabkan gejala frekuensi. Kontraksi kandung kemih akan
menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah suprapubik dan eritema mukosa
kandung kemih mudah berdarah dan menimbulkan hematuria.
Gejala infeksi saluran kemih pada anak anak, meliputi:
Diarrhea
Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu
(misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
Kehilangan nafsu makan
Demam
Mual dan muntah
Untuk anak anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada
ginjal)
seringnya berkemih
ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata
lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
2.1.7 Terapi
Non farmakologi
Selalu bersihkan anus dari belakang dan menyeka dari depan ke belakang,
tidak pernah sebaliknya.
Bersihkan perineum sebelum berhubungan seksual.
Bersihkan urin setelah berhubungan.
Pastikan asupan cairan cukup untuk menghindari dehidrasi..
Farmakologi
Yang pertama dipiliih untuk pengobatan sistitis akut uncomplicated pada
nitrofurantoin monohidrat / macrocrystals, trimethoprim-sulfamethoxazole
(TMP-SMX), atau fosfomycin. Beta-laktam antibiotik dapat digunakan ketika
obat yang direkomendasikan tidak dapat digunakan. Fosfomycin dan
monohidrat nitrofurantoin / macrocrystals harus dihindari pada pasien dengan
pielonefritis awal mungkin. Fluoroquinolones biasanya disediakan untuk
complicated cystitis.
2.2 URETRITIS
2.2.1 Definisi
Uretritis sering disebut peradangan pada uretra (saluran tempat lewatnya air seni
dari kandung kemih ke luar tubuh) pada pria ditandai dengan keluarnya cairan dan/
atau gejala seperti disuria uretra atau gatal pada bagian uretra, tapi dimungkinkan
juga tanpa memperlihatkan gejala. Uretritis biasanya disebabkan karena infeksi dan
juga dapat disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri dan jamur. Uretritis
noninfeksi seringkali disebabkan dari hasil kateterisasi medis. Uretritis juga dapat
berkembang karena sensitivitas kimia yang menyebabkan iritasi, seperti dari
spermatosit di kondom, kontrasepsi jelly, krim, atau foam.
2.2.2 Etiologi
Faktor risiko terkena uretritis, meliputi :
1. Praktek seksual tertentu dapat meningkatkan tertularnya uretritis sekunder
untuk PMS.
2. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat membantu untuk mengurangi
kemungkinan STD.
3. Penggunaa spermisida dapat menyebabkan uretritis kimia.
4. Usia yang lebih muda saat berhubungan seksual pertama berkorelasi dengan
peningkatan risiko tertular PMS (penyakit menular seksual).
5. Individu dengan banyak pasangan lebih mungkin terkena PMS.
6. Preferensi seksual, pria homoseksual memiliki tingkat PMS tertinggi.
Uretritis juga dapat meningkatkan pelepasan virus dari HIV.
2.2.3 Patofisiologi
Uretritis adalah kondisi peradangan yang dapat menular atau pasca trauma di
alam. Penyebab infeksi uretritis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan
digolongkan sebagai uretritis gonokokal, dimana uretritis yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae sedangkan Uretriris Non Gonokokal disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis,
Mycoplasma genitalium, atau Trichomonas vaginalis.
Uretritis pasca trauma dapat terjadi pada 2% - 20% pasien yang sedang
mengalami kateterisasi intermiten dan setelah instrumentasi atau penyisipan benda
asing. Kasus uretritis dengan kateter lateks 10 kali lebih tinggi dibandingkan kateter
dengan silikon.
Uretritis disebabkan oleh hubungan dengan sindrom menular lainnya, seperti
epididimitis, orkitis, prostatitis, procititis, arthritis reaktif, iritis, pneumonia, otitis
media, dan infeksi saluran kemih.
Pada awal mulanya pasien mengeluh sensasi perih saat buang air kecil (disuria).
Sekitar 25% kasus uretritis tidak tampak gejalanya. Timbulnya gejala pada umumnya
mulai 4 hari sampai 2 minggu setelah kontak pasangan yang terinfeksi, atau pasien
yang mungkin tanpa gejala. Pada uretal discharge tampak cairan berwarna kuning,
hijau, coklat, atau warna merah darah dari produksi urinnya. Sebuah sensasi gatal
atau iritasi pada bagian uretra. Pada pria menunjukkan keluarnya darah di urin
(hematuria). Selain itu, uretritis juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri
gonorrhoeae yang penampakan fisiknya sering mengeluarkan nanah dari penisnya.
Jika uretritis terjadi pada pria, saat hubungan seksual dan ejakulasi terasa
menyakitkan (orchalgia), dan adanya noda darah pada air maninya. Pada wanita
biasanya mengeluhkan gejala memburuk selama menstruasi.
Patofisiologi pada Uretritis Gonoreal
Bakteri Neisseria gonorrhoeae akan mengalami kontak seksual di uretra, lalu
akan menginvasi dan menempel pada mukosa uretra. Di dalam mukosa uretra bakteri
akan berproliferasi untuk menghancurkan sel mukosa yang mengakibatkan inflamasi,
edema pada mukosa. Peradangan pada saluran uretra inilah yang menyebabkan
uretritis.
Patofisiologi pada Uretritis Non-Gonoreal
Bakteri Chlamydia trachomatis masuk melalui uretra. Lalu, bakteri akan
menginvasi dan menempel pada dinding mukosa uretra. Dalam mukosa mengalami
proliferasi bakteri, dimana akan mengakibatkan peradangan dan edema mukosa ureter
sehingga menyebabkan uretritis.
2.2.4 Klasifikasi
Uretritis biasanya dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu Uretritis
Gonokokal (GU) dan Uretritis Non Gonococcal (NGU).
Gonokokal Uretritis (80% kasus) disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Gonorrhoeae, yang merupakan bakteri gram negatif. Pasien memiliki
masa inkubasi yang lebih pendek dibandingkan dengan Uretritis Non Gonokokal.
Pada pria, infeksi orifisium mental terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas
uretral purulen muncul dalam 3 sampai 14 hari (atau lebih lama) setelah kontak
seksual. Meskipun demikian penyakit ini dapat bersifat asimtomatik. Pada pria,
infeksi melibatkan jaringan di sekitar uretra, menyebabkan periuretritis, prostatis,
epididimitis, dan striktir uretra. Sterilitas dapat terjadi akibat obstruksi
vasoepididimal. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit juga
asimtomatik. Oleh karena itu gonorea pada wanita sering tidak didiagnosis dan
dilaporkan.
Uretritis Non Gonokokal (50% kasus) disebabkan oleh Chlamydia trachomatis,
Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Mycoplasma genitalium dan T.
Vaginalis. Pasien memiliki inkubasi lebih lama dibandingkan dengan uretritis
gonokokal. Periode inkubasi untuk NGU adalah 1-5 minggu. Jika pada pria, akan
terjadi keluhan adanya disuria tingkat sedang atau parah dan rabas uretral dengan
jumlah sedikit sampai sedang. Uretritis kateterisasi terjadi pada 2-20% pasien yang
mengalami kateterisasi intermiten dan kateter lateks cenderung lebih mungkin
menimbulkan uretritis daripada kateter silikon.
2.2.5 Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala Uretritis Gonococcal (UG) dan Uretritis Non Gonococcal
(UNG) pada dasarnya adalah sama, namun berbeda pada derajat keparahan gejala
yang timbul. Kedua uretritis baik gonoccoccal maupun UNG menyebabkan adanya
lendir, dysuria, dan gatal pada uretra. Lendir yang sangat banyak, dan purulen lebih
sering pada gonorrhea, sedangkan pada kondisi UNG, lendir yang dihasilkan lebih
sedikit dan mukoid. Pada UNG, lendir sering hanya muncul pada pagi hari, atau
hanya terlihat seperti krusta yang melekat di meatus atau terlihat seperti bercak pada
pakaian dalam. Frekuensi, hematuria, dan urgensi sering terjadi pada kedua jenis
infeksi. Masa inkubasi jauh lebih pendek pada infeksi gonorrhea, yaitu dalam 2-6
hari, sedangkan pada UNG, gejala muncul dalam 1-5 minggu setelah infeksi, dengan
masa inkubasi rata-rata 2-3 minggu.
2.2.6 Treatment
a. Farmakologi
Uretritis yang disebabkan oleh gonore dan infeksi bakteri lainnya biasanya
dapat berhasil apabila diobati dengan terapi antibiotik. Apabila disebabkan oleh
clamidyal maka pengobatan yang paling efektif adalah penggunaan anticlamydial.
Penatalaksanaan terapi berdasarkan panduan The Center for Disease Control and
Prevention. Antibiotika yang direkomendasikan untuk N. Gonnorrheae :
Cefixime 400 mg oral
Ceftriaxone 250 mg IM
Ciprofloxacine 500 mg oral
Ofloxacin 400 mg oral
Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.
Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh karena
itu perlu ditambahkan antibiotika anti-chlamydial :
Azithromycin, 1000 mg oral (dosis tunggal)159
Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari175
Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari
Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari
Seperti pada penyakit menular seksual lainnya, penatalaksanaan terhadap
pasangan seksual perlu diberikan.
Pasien dengan infeksi klamidia harus dimonitor selama 2 minggu.
Pemberian informasi kepada pasangan, pencegahan hubungan seksual
sementara serta penyelesaian terapi dengan benar harus dicek. Dalam hal
ini pasangan maupun semua orang yang memiliki kontak seksual
langsung dengan penderita harus diidentifikasi dan diberikan saran untuk
mendapatkan terapi serupa.
b. Non farmakologi
Pantang untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama masa
pengobatan (lebih baik lagi tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah).
Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengobati pasangan seksualnya.
Uretritis yang disebabkan oleh iritasi kimia (deterjen, lotion, spermisida, atau
kontrasepsi) atau trauma diperlukan dengan cara menghindari faktor pencetusnya.
2.3 PROSTATITIS
2.3.1 Definisi
Bakterial prostatitis merupakan peradangan yang terjadi pada kelenjar prostat
dan jaringan sekitarnya. Bacterial prostatitis terbagi menjadi prostatitis akut dan
kronik. Dari definisinya, bakteri patogen dan inflamasi akan muncul pada ekskresi
prostat dan urin yang menjadi tanda untuk diagnosis bakterial prostatitis. Prostatitis
jarang terjadi pada laki-laki muda, tetapi infeksi berulang akan muncul pada pria
yang berumur di atas 30 tahun. Akut prostatitis dikarakterisasi dengan adanya batuk
yang muncul tiba-tiba, dan gejala urin dan konstitutional. Prostatitis kronis
menimbulkan gejala susah buang air kecil, sakit punggung belakang, dan tekanan
perineal. Penyakit ini merupakan infeksi berulang oleh organisme yang sama akibat
pengobatan yang tidak sempurna bakteri dari kelenjar prostat.
2.3.2 Etiologi
Akut bakterial prostatitis dapat disebabkan infeksi melalui uretra, refluks urin
ke dalam saluran prostat, atau penyebaran langsung dari dubur. 80% patogen adalah
organisme gram negatif seperti Eschericia coli, Enterobacter, Serratia, Pseudomonas,
Enterococcus, dan spesies prosteus. Merawat pasien di rumah dengan penggunaan
kateter yang tidak baik dapat menyebabkan resiko munculnya penyakit akut bakterial
prostatitis.
Kronis bakterial prostatitis dapat disebabkan oleh hal berikut :
Masalah utama disfungsi berkemih, baik struktural dan fungsional.
75-80% E coli menyebabkan kronik bakterial prostatitis.
C trachomatis, spesies Ureaplasma, Trichomonas vaginalis.
Organisme yang tidak umum, seperti M tuberculosis dan Coccidioides, Histoplasma,
dan spesies candida. Tuberkulosis prostatitis dapat ditemukan pada renal
tuberkulosis.
HIV
Cytomegalovirus
Kondisi inflamasi
Penyebab kronis prostatitis dan kronis pelvis pain adalah :
Patologi fungsional dan struktural kandung kemih seperti obstruksi leher vesikal dan
pseudodyssynergia
Obstruksi saluran kemih
Peningkatan tekanan pelvis
Inflamasi nonspesifik prostatic.

2.3.3 Patofisiologi
Di bakterial prostatitis, penularan bakteri umum terjadi, tapi hematogenus,
limfatik, dan penyebaran infeksi dari organ sekitarnya perlu diperhitungkan.
Kehadiran sel akut inflamasi pada kelenjar epitelium dan lumen prostat, dan kronik
inflamasi sel di jaringan perigandular mengkarakterisasi prostatitis. Meskipun
kehadiran dan kuantitas sel inflamatori di urin dan sekresi prostat tidak berkaitan
dengan berbagai macam gejala klinik. Sindrom kronis sakit pada panggul didiagnosis
melalui kultur urin dan sekresi prostat. Disfungsi neuromuscular atau masuknya urin
pada saluran ejakulator dan saluran prostat dapat menjadi faktor pengendapan. Virus
dan granulomatosa prostitis dapat dihubungkan dengan infeksi HIV dan penyebab
lainnya penyakit kultur negatif. Virus patogen yang umum pada prostatitis bagi
pasien yang terinfeksi HIV adalah cytomegalovirus. Mycobacteria seperti
mycobacterium tuberkulosis dan jamur seperti Candida albicans.
2.3.4 Klasifikasi
National Institutes of Health (NIH) mengklasifikasikan dan mendefinisikan
kategori prostatitis yaitu :
Kategori 1 : Akut bakterial prostatitis yaitu infeksi akut pada prostat
Kategori 2 : Kronis bakterial prostatitis, infeksi saluran kencing yang berulang dan
atau infeksi kronis pada prostat
Kategori 3 : kronis abakterial prostatitis atau sindrom kronis nyeri panggul,
ketidaknyamanan atau sakit pada bagian panggul selama 3 bulan dengan gejala yang
bervariasi
Kategori 3a : sindrom inflamasi kronis nyeri pada panggul, sel darah putih di semen
dan atau muncul pada sekresi prostat dan atau spesimen kandung kemih
Kategori 3b : sindrom noninflamasi kronis nyeri pada panggul, tidak ada sel darah
putih di semen atau sekresi prostat
Kategori 4 : inflamasi prostatitis asimptomatik : berdasarkan sampel biopsi, semen,
dan atau sekresi prostatik, tanpa gejala.

2.3.5 Manifestasi klinik
Demam, meriang, rasa tidak enak, mialgia, sakit pada perineal, disuria,
gangguan saluran kencing, sakit pada punggung belakang, sakit pada abdominal.
Tanda dan gejala : Akut bakterial prostatitis : demam tinggi, menggigil,
malaise, mialgia, nyeri lokal pada perineum, rektum, dan sacrococcygeal, dan disuria.
Kronis bakterial prostatitis : disuria, sakit pada punggung dan
ketidaknyamanan pada suprapubic dan perineal.
\

2.3.6 Terapi
Farmakologi : a. Trimethoprim-sulfamethoxazole
b. Ciprofloxacin (golongan quinolone)
Non Farmakologi : a. menjaga kebersihan genital
b. menjaga pola makan dan minum

2.4 PYELONEPHRITIS
2.4.1 DEFINISI
Pyelonephritis adalah infeksi pada ginjal yang terjadi pada bagian pelvis ginjal.
Pyelonephritis terjadi lebih sering karena penderita terlebih dahulu sudah terinfeksi
saluran kencing bagian bawah pada bagian uretra dan kandung kemih melalui ureter
yang menghubungkan kandung kemih ke ginjal.
2.4.2 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi pada kejadian pielonefritis sangat sedikit. Di Amerika Serikat
ditemukan 15-17 kasus per 10.000 perempuan dan 3-4 per 10.000 laki-laki.
Sedikitnya 250.000 kasus pielonefritis didiagnosis setiap tahun di AmerikaSerikat.
Pielonefritis akut berkembang pada 20-30% wanita hamil dengan bakteriuria
asimtomatik tidak diobati (2-9,5%), paling sering pada trimester kedua akhir dan
trimester ketiga awal. Sedangkan pada bayi dan anak jarang ditemukan kasusnya.
2.4.3 ETIOLOGI
Sebagian besar pada kasus pielonefritis disebabkan oleh bakteri uropatogen
yaitu:
a. Bakteri gram negatif : Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella spp,
Citrobacter spp, Enterobacter spp, Pseudomonas aeruginosa.
b. Bakteri gram positif : Coagulase-negative staphylococci, Enterococci, Group B
streptococci, Staphylococcus aureus.
2.4.4 PATOFISIOLOGI
Pielonefritis akut hasil dari invasi bakteri pada parenkim ginjal.Bakteri
biasanya mencapai ginjal dengan naik dari saluran kemih bawah. Pada semua
kelompok umur, yang sering terjadi adalah bakteriuria, tetapi tidak menunjukkan
gejala dan tidak menyebabkan infeksi. Perkembangan infeksi dipengaruhi oleh faktor
bakteri dan faktor inang.
Bakteri juga dapat mencapai ginjal melalui aliran darah. Sumber hematogen
dari gram positif organisme, seperti Staphylococcus, yang bisa berasal dari
penyalahgunaan obat intravena dan endokarditis. Bukti eksperimental menunjukkan
bahwa penyebaran hematogen dari gram negatif organisme ke ginjal kurang mungkin
kecuali ada masalah mendasar, seperti halangan.
Data yang didapat dari beberapa penelitian yaitu berasal dari bakteri
Escherichia coli, yang menyumbang 70-90% dari kasus ISK nonkomplikasi dan 21-
54% dari kasus ISK komplikasi (yaitu, ISK sekunder yang terjadi karena kelainan
anatomi atau fungsional yang mengganggu pengosongan kandung kemih; berkaitan
dengan gangguan metabolisme, atau melibatkan patogen yang tidak biasa). Sebuah
subset dari E.coli uropathogenic (UPEC), yang juga disebut E.coli patogen
ekstraintestinal (ExPEC), menyumbang isolat klinis yang paling besar pada kasus
ISK.
UPEC umumnya berasal dari filogenetik kelompok B2 dan D, yang
mengekspresikan antigen khas yaitu O, P, dan H. Gen UPEC menyandikan beberapa
faktor virulensi dipostulasikan (VFS), termasuk adhesins, siderophores, protectins,
dan racun, serta memiliki keuntungan metabolisme sintesis zat penting.
Virulensi faktor
Adhesins memiliki daerah tertentu yang menempel pada reseptor sel epitop
dengan cara key-dan lock. Mannose-sensitif adhesins (biasanya fimbriae tipe 1) pada
dasarnya ada pada semua E.coli. Mereka berkontribusi terhadap kolonisasi (misalnya
pada, kandung kemih, usus, mulut, vagina) dan mungkin patogenesis infeksi, namun
mereka juga menambahkan neutrofil polimorfonuklear (PMN), menyebabkan
pembersihan bakteri. Mannose sensitif adhesins mengizinkan bakteri untuk
menempel pada sel epitel, sehingga menolak tindakan pembersihan aliran urin dan
pengosongan kandung kemih. Mereka juga memungkinkan bakteri untuk tetap di
dekat sel epitel, meningkatkan aktivitas VFS lain.
Para fimbriae P keluarga adhesins ini epidemiologis dikaitkan dengan
prostatitis, pielonefritis (70-90% dari jenis), dan sepsis. Family adhesins ini dikaitkan
dengan kurang dari 20% tanpa gejala strain bakteriuria. Keluarga AFA Dr dikaitkan
dengan diare, ISK, dan khususnya pielonefritis pada kehamilan. Keluarga S/F1C
dikaitkan dengan meningitis neonatal dan ISK.
Siderophores terlibat dalam penyerapan zat besi, elemen penting untuk bakteri,
dan mungkin adhesi. Protectins dan kontribusi mereka terhadap virulensi meliputi :
Lipopolisakarida (LPS) pelapis yaitu menahan fagositosis.
Tra T dan Iss berfungsi menolak tindakan pelengkap
Omp T berfungsi membelah pertahanan tuan rumah protein (misalnya,
imunoglobulin)
Racun yang mempengaruhi fungsi sel inang berbagai, termasuk berikut ini:
Alpha-hemolisin
Nekrosis faktor sitotoksik-1
Cytolethal distending toksin
Disekresikan autotransporter toksin
Tidak ada VF tunggal yang cukup atau diperlukan untuk mempromosikan
patogenesis. Ternyata, beberapa VFS diperlukan untuk memastikan patogenesis,
meskipun adhesins memainkan peran penting.
Asimptomatik bakteriuria strain. Jenis bakteri yang memproduksi ABU
mungkin dalam beberapa hal memberikan perlindungan terhadap infeksi gejala dari
organisme UPEC dan lainnya. Di sisi lain, ABU juga dapat menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas. Setelah bakteriuria didirikan, strain muncul
untuk berhenti memproduksi adhesins, yang memungkinkan mereka untuk bertahan
hidup dan bertahan tanpa menghasilkan reaksi inflamasi.
Patogen
Seperti disebutkan di atas, akun UPEC untuk sebagian besar kasus pielonefritis
tidak rumit dan sebagian besar kasus pielonefritis. Mikroorganisme berikut ini juga
sering terisolasi:
Staphylococcus saprophyticus
Klebsiella pneumoniae
Proteus mirabilis
Enterococci
S aureus
Pseudomonas aeruginosa
Enterobacter spesies Ini adalah spektrum yang sama dari organisme
dibudidayakan di sistitis. Pada 10-15% kasus gejala sistitis, budaya menggunakan
metode rutin tetap negatif, meskipun gejala-gejala biasanya menanggapi terapi
antibiotik. Dalam beberapa kasus, budaya menggunakan media selektif telah tumbuh
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum dan. Data ini
tidak dapat diperpanjang untuk pielonefritis akut, tetapi mereka menggambarkan
kesulitan dalam mengisolasi organisme penyebab.
Epitel tambahan dan respon inflamasi
Bukti menunjukkan bahwa patogenesis pielonefritis mengambil jalur 2-
langkah. Pertama, UPEC menempel pada epitel dan memicu respon inflamasi yang
melibatkan paling sedikit 2 reseptor, glycosphingolipid (GSL) dan Pulsa seperti
reseptor 4 (TLR4).Dalam model tikus, GSL adalah reseptor primer dan TLR4
direkrut dan merupakan reseptor penting untuk membebaskan kemokin.Ketika TLR4
secara genetik tidak ada, sebuah carrier tanpa gejala berkembang pada tikus yang
terinfeksi. Kedua, sebagai akibat dari respon inflamasi, kemokin (misalnya
interleukin-8 [IL-8], yang chemotactic untuk PMN) dilepaskan dan menempel pada
reseptor kemokin neutrofil-activating 1 (CXCR1), yang memungkinkan PMN untuk
menyeberangi epitel penghalang ke dalam urin. Pada anak-anak rentan terhadap
pielonefritis, misalnya, CXCR1 ekspresi telah terbukti secara signifikan lebih rendah
dibanding subyek kontrol.
Beberapa faktor host lain bertentangan dengan ISK simtomatik.Fagositosis
bakteri dalam urin dimaksimalkan pada pH 6.5-7.5 dan osmolalitas dari 485 mOsm;
nilai-nilai yang menyimpang dari kisaran tersebut menyebabkan fagositosis secara
signifikan berkurang atau tidak ada. Faktor penting lainnya adalah tindakan
pembilasan aliran urin di ureter dan kandung kemih, penghambatan lampiran tipe 1
coli fimbriae E untuk sel uroepithelial oleh tubular protein sel-disekresikan Tamm-
Horsfall, dan penghambatan lampiran oleh beberapa mucopolysaccharides
permukaan padauroepithelial sel.
Obstruksi adalah faktor yang paling penting. Ini meniadakan efek pembilasan
aliran urin, urin memungkinkan untuk kolam (stasis urine), menyediakan media
bakteri yang berkembang biak, dan perubahan aliran darah intrarenal, mempengaruhi
pengiriman neutrofil. Obstruksi mungkin ekstrinsik atau intrinsik. Obstruksi
ekstrinsik terjadi dengan sembelit kronis (terutama pada anak), pembengkakan prostat
/ massa (misalnya, hipertrofi, infeksi, kanker), dan massa retroperitoneal. Obstruksi
intrinsik terjadi dengan obstruksi kandung kemih outlet, sistokel, bola jamur, nekrosis
papiler, striktur, dan batu kemih.Dengan meningkatnya ukuran batu, kemungkinan
bagian batu berkurang sedangkan probabilitas meningkat obstruksi. Meskipun
demikian, batu sekecil 2 mm telah mengakibatkan obstruksi, sedangkan 8-mm batu
sekali-sekali lewat secara spontan. Infeksi batu, batu urease, atau triple-fosfat batu
terdiri dari magnesium amonium fosfat atau account struvite dan apatit selama 10-
15% dari semua batu kemih. Mereka mengembangkan sekunder untuk tindakan urea-
pemisahan organisme dan dapat tumbuh cepat dan berkembang (yaitu, staghorn
kalkuli). Jika tidak diobati, staghorn kalkuli akan menghancurkan ginjal dan dapat
menyebabkan kematian pasien. Komplikasi termasuk azotemia, hydropyonephrosis,
abses perinephric, pielonefritis (parah atau stadium akhir), sepsis, dan pielonefritis
xanthogranulomatous.
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap mungkin berhubungan dengan
obat-obatan (misalnya antikolinergik). Para spermisida nonoxynol-9 menghambat
pertumbuhan laktobasilus.Lactobacillus menghasilkan hidrogen peroksida, yang
melindungi ekosistem vagina terhadap patogen. Hubungan seksual sering
menyebabkan trauma mekanik lokal ke uretra pada kedua pasangan.
Mukosa vagina atrofik pada wanita menopause predisposes untuk kolonisasi
patogen saluran kemih dan UTI karena pH yang lebih tinggi (5,5 vs 3,8) dan tidak
adanya laktobasilus. Prostatitis bakteri (akut atau kronis) menghasilkan bakteriuria,
sedangkan prostatitis nonbakterial dan sindrom nyeri pelviperineal (prostadynia)
tidak.
Organisme yang tidak biasa termasuk Mycoplasma, Pseudomonas, dan urea-
pemisahan organisme. Pseudomonas aeruginosa memiliki beberapa mekanisme yang
mendorong kepatuhan, termasuk alginat, protein membran lainnya, pili, dan
permukaan terkait exoenzyme S.
Urea-pemisahan organisme menghasilkan urease, yang menghidrolisis urea,
menghasilkan amonia, bikarbonat, dan karbonat, ini menyebabkan urin lebih basa dan
memungkinkan pembentukan kristal (staghorn kalkulus) dari jenuh dari apatit
karbonat dan struvite. Batu staghorn terus tumbuh dalam ukuran, yang mengarah ke
infeksi, obstruksi, atau keduanya.
Komplikasi obstruksi disertai infeksi termasuk hidronefrosis, pyonephrosis,
urosepsis, dan pielonefritis xanthogranulomatous.Selain itu, patogen dapat menyerap
dalam batu struvite, terlindung dari sistem kekebalan inang. Spesies Proteus adalah
urea-pemisahan yang paling umum organisme. E coli, Klebsiella, Pseudomonas, dan
Staphylococcus juga dapat menghasilkan urease, bagaimanapun, dan kadang-kadang
terlibat dalam pembentukan kalkulus staghorn.
2.4.5 Gambaran Klinis
Presentasi klasik dalam pielonefritis akut adalah tiga serangkai yaitu demam,
nyeri sudut kostovertebral, dan mual dan / atau muntah. Mungkin tidak semua
muncul gejala, bagaimanapun mereka mungkin tidak terjadi bersamaan. Gejala
mungkin minimal muncul saat sudah parah dan biasanya berkembang selama jam
atau selama sehari. Jarang, timbul gejala selama beberapa hari dan bahkan mungkin
ada selama beberapa minggu sebelum pasien mencari perawatan medis. Gejala sistitis
mungkin bisa muncul pada beberapa kasus. Ini mungkin termasuk frekuensi kencing,
keraguan, nyeri perut bagian bawah, dan urgensi.
Gross hematuria (hemorrhagic cystitis) hadir dalam 30-40% kasus pielonefritis
pada wanita, paling sering wanita muda. Gross hematuria tidak biasa pada laki-laki
dan harus meminta pertimbangan dari penyebab yang lebih serius. Nyeri mungkin
ringan, sedang, atau berat. Nyeri panggul dapat terjadi unilateral atau kadang-kadang
bilateral. Ketidaknyamanan atau nyeri mungkin ada di belakang (lebih rendah atau
menengah) dan atau daerah suprapubik. Pasien mungkin menggambarkan gejala
suprapubik sebagai rasa tidak nyaman, berat, sakit, atau tekanan. Nyeri perut bagian
atas tidak biasa, dan radiasi rasa sakit ke pangkal paha sugestif dari batu saluran
kemih. Demam tidak selalu hadir. Saat ini, tidak jarang untuk suhu melebihi 103 F
(39,4 C). Pasien mungkin menunjukkan kekakuan, dan menggigil mungkin ada
tanpa adanya demam ditunjukkan. Malaise dan kelemahan juga mungkin ada.
Gejala gastrointestinal bervariasi. Anoreksia adalah umum. Mual dan muntah
bervariasi dalam frekuensi dan intensitas dari absen sampai parah. Diare terjadi
jarang, tanda-tanda dan gejala klasik diamati pada orang dewasa sering ada pada
anak-anak, terutama neonatus dan bayi. Pada anak-anak usia 2 tahun dan lebih muda,
gejala yang paling umum infeksi saluran kemih (ISK) adalah gagal tumbuh, kesulitan
makan, demam, dan muntah. Saat demam hadir, pielonefritis harus dalam diagnosis
diferensial.
Pasien usia lanjut dapat hadir dengan manifestasi khas pielonefritis, atau
mereka mungkin mengalami demam, perubahan status mental, dekompensasi pada
sistem lain organ, atau kerusakan umum.
2.4.6 Terapi
Pielonefritis adalah infeksi serius yang memerlukan pengobatan dengan
antibiotik. Pengobatan secara rawat jalan direkomendasikan untuk penderita
pielonefritis.
Untuk sebagian besar kasus pielonefritis, rawat inap tidak diperlukan.
Perawatan di rumah lebih baik, asalkan penderita bisa mendapatkan dan konsisten
dapat mengambil antibiotik oral. Misalnya, mereka tidak harus terbatas pada tempat
tidur atau secara teratur muntah. Namun, rawat inap diperlukan untuk mengobati
pielonefritis lebih parah. Pemberian antibiotik secara intravena di rumah sakit hanya
untuk memastikan bahwa obat mencapai ginjal.
Antibiotik biasanya diresepkan untuk total minimal tujuh hari pemberian.
Pengobatan yang dapat diberikan di rumah sakit yaitu pemberian antibiotik secara
intravena, yang kemudian dilanjutkan dengan perawatan di rumah dengan
memberikan antibiotik dalam sediaan oral.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. infeksi saluran kemih. editor
sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. Ilmu penyakit
dalam Edisi V. Jakarta: Interna publishing. 2009.
2. Anderson, etc, Handbook of Clinical Drug Data, 10th edition, McGraw-Hill
Companies, USA, 174, 2002.
3. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H. European
Association of urology : guidelines on urinary and Male genital Tract
Infections. 2001
4. Infeksi saluran kemih, http://emedicine.medscape.com/article/438091-
overview#showall, diakses tanggal 1 februari 2014
5. Infeksi saluran kemih, 2011, http://reference.medscape.com/drug/macrobid-
macrodantin-nitrofurantoin-342567, diakses pada tanggal 1 februari 2014
6. Depkes, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai