Anda di halaman 1dari 34

Fan07's Blog

Just another WordPress.com weblog


Beranda
About

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan,
memberikan kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang
benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera? Cedera yang dialami
tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu
memberikan resiko cedera yang berbeda-beda. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-
benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan
sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan
pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,
kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir
dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara.
Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal dari dari kebudayaan masyarakat
pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan
penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia,
Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam). Seperti pada cabang
bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll. Pencak Silat adalah bagian dari
kategori cabang olahraga body contac, maksudnya olahraga antara atlet satu dengan atlet
lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah pembatas. Sehingga kemungkinan
timbulnya cidera sangat besar. Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas
olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis
seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi
syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan
olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang
biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap
latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan
(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus
diikuti. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa
jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera
tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu
cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan
secara profesional (memeriksakan diri ke dokter). Perawatan dan pencegahan cedera di
perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup
agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor
perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya baik sebagai seorang atlet,
pelatih, maupun guru penjas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang
masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut : 1.
Cedera apa saja jenis cedera dalam olahraga pencak silat? 2. Apa sajakah penyebab cedera
yang terjadi? 3. Bagaimana menghindari penyebab timbulnya cedera? 4. Bagaimana penata
laksanaan terhadap cedera yang terjadi? C. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya
variabel penyebab masalah yang akan diteliti, maka dalam pembahasan makalah ini akan
dibatasi pada : Cedera Dalam Olahraga Pencak Silat Dan Cara Mengatasinya D. Perumusan
Masala Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apaka sajakah penyebab terjadinya cedera? 2.
Bagaimanakah cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3. Bagaimana
perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? E. Tujuan Penulisan Penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui : 1. Apa yang menjadi penyebab timbulnya cedera? 2. Cara
pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3. Perawatan serta pengobatan
terhadap cedera yang terjadi? F. Manfaat Penulisan Adapun kegunaan penulisan makalah ini
adalah : 1. Sebagai bahan pengetahuan bag Pelatih Pencak Silat dalam melatih. 2. Sebagai
bahan pengetahuan bagi pembaca agar bisa mengatasi jika terjadi cedera baik bagi diri
sendiri, maupun bagi orang lain. 3. Bagi penulis sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
Pencegahan Cedera Olahraga dan Cara mengatasinya. BAB II PEMBAHASAN A. Penyebab
Terjadinya Cedera Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru
pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera
olahraga. Dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu
orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah
dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga.
Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera
ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit. Dalam rangka
persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan mustahil karena
waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan
atlit yang cedera. Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan
cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara
pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Seperti yang telah disebutkan pada
bab sebelumnya, bahwa olahraga Pencak Silat merupakan salah satu dari sekian cabang
olahraga bela diri khususnya yang sangat rentan timbulnya cedera, baik pada saat latihan
maupun bertanding. Persentase untuk menghindari cedera pada cabang Pencak Silat
sangatlah tipis. IPSI ( Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia ) sebagai induk organisasi di
Indonesia telah menetapkan peraturan yang akan dipergunakan pada saat bertanding.
Pertandingan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur dalam peraturan
pertandingan dan dipimpin oleh pelaksana teknis pertandingan yang sah. Kategori
pertandingan Pencak Silat terdiri dari : kategori Tanding, kategori Tunggal, kategori Ganda,
kategori Regu untuk dapat melaksanakan pertandingan Pencak Silat dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan maksud dan tujuannya. 1. Kategori Tanding adalah : Kategori pertandingan
Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya
saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis /
mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan
taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah
dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak.
2. Kategori TUNGGAL : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat
memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap,
penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 3. Kategori GANDA : Kategori pertandingan
Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang sama, memperagakan
kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak Silat yang dimiliki. Gerakan serang
bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah
rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh
penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 4. Kategoi REGU : Kategori
pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu yang sama
mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh
penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini. Dari keempat kategori pertandingan Pencak Silat
diatas, kategori laga yang lebih dominan terjadi cedera, karena adanya kontak langsung dari
kedua pesilat, sedangkan dalam kategori seni (tunggal, regu, dan ganda) timbulnya cedera
sangat sedikit dan ringan. Cedera yang terjadi saat pertandingan laga. Banyak sekali
penyebab-penyebab cedera yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau
menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga. Beberapa faktor penting yang ada perlu
diperhatikan sebagai penyebab cedara. 1. Faktor olahragawan/olagragawati a. Umur Faktor
umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.
Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai
puncaknya pada usia 20-40 tahun. b. Faktor pribadi Kematangan (motoritas) seorang
olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman. c. Pengalaman Bagi atlit yang baru terjun akan
lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah
berpengalaman. d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar
latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu
berlebihan bias mengakibatkan cedera karena over use. e. Teknik Perlu diciptakan teknik
yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera. f. Kemampuan awal (warming up) Kecenderungan tinggi apabila tidak
dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan.
Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain. g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah
dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ
itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. h.
Kondisi tubuh yang fit Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk
berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau
mempermudah terjadinya cedera. i. Keseimbangan Nutrisi Keseimbangan nutrisi baik berupa
kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain. 2.
Peralatan dan Fasilitas Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan
kurang baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan,
jenis olahraga yang bersifat body contack, salah satunya Pencak Silat. 3. Faktor karakter dari
pada olahraga tersebut Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal
olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua
harus diketahui sebelumnya. B. Bagaimana Cara Mencegah Kemungkinan Cedera Yang Akan
Terjadi Sebelum kita membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera akan lebih
baiknya kita mengetahui bentuk-bentuk cedera yang erjad pada cabang pencak silat. 1.
Memar Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah
dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini
menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang
cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono
Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan
yang menyertai sedang sampai berat. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut
Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum,
yaitu : a. Sprain Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi
pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah
cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress
berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. b.
Dislokasi Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya.
Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena
terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono
Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. c. Patah Tulang Patah tulang adalah suatu keadaan yang
mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut
Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1.
Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. 2. Patah tulang stress, dimana
tulang retak, tetapi tidak terpisah. Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat
dibedakan sebagai berikut: 1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang
melukai kulit diatasnya dan tulang keluar. 2. Patah tulang tertutup dimana fragmen
(pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit. d. Perdarahan Perdarahan terjadi
karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh.
Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga pencak silat ialah pendarahan
pada hidung, mulut dan kulit. e. Pingsan Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah
keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh
berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal yang menyebabkan atle pingsan dalam
olahraga Pencak Silat karena jatuh dan benturan. f. Luka Menurut Hartono Satmoko
(1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan
dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi.
Dalam olahraga pencak silat luka diakibatkan goresan pada kulit akibat adanya benturan.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus
dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing
tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. 1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu
telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu
para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks. Dalam
meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk
daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko.
Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt
mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul. a) Mengurangnya antusiasme atau
kurang tanggap b) Kulit dan otot terasa mengembang c) Kehilangan selera makan d)
Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah e) Meningkatnya frekuensi jantung saat
istirahat f) Penurunan berat badan g) Melambatnya pemulihan h) Cenderung menghindari
latihan atau pertandingan 2. Pencegahan lewat Fitness Fitness secara terus menerus mampu
mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk
pertandingan lebih lama tanpa kelelahan. a. Strength Otot lebih kuat jika dilatih, beban
waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya
individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera. b. Daya tahan Daya tahan
meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah,
karena kelelahan mengundang cedera. c. Pencegahan lewat makanan Nutrisi yang baik akan
mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran
diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit
sehubungan dengan latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang
berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan. Pencegahan lewat
Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan : Untuk melenturkan
(stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai. Untuk menaikkan suhu
terutama bagian dalam seperti otot dan sendi. Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan
mental menghadapi tugasnya. d. Pencegahan lewat lingkungan Banyak terjadi bahwa cedera
karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak
ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh
secara benar agar tidak membahayakan. e. Peralatan Peralatan yang standart punya
peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera
pula, contoh yang sederhana pelindung badan (body protector), pelindung yang digunakan
hanya melindungi bagian depan sedangkan dalam suatu pertadingan punggung juga menjadi
sasaran, sehinnga jika punggung terkena benturan akan mengalami cedera. Begitu juga
dengan bagian tubuh lainnya seperti kaki, banyak pesilat tidak menggunakan pelindung kaki.
Berdasarkan hasil munas IPSI XII tahun 2007 pasal 7 tentang perlengkapan gelanggang dan
pertandingan bahwa : Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal
5 (lima) cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin,
berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai
dengan keperluaanya, disediakan oleh Komiti Pelaksana dengan penjelasan sebagai berikut :
Untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang pertandingan
terdiri dari : Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran : 10m x
10m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m
Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis putih selebar 5 cm ke arah luar
Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5
cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan Sudut pesilat
adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh
bidang tanding terdiri atas : a. Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja
Ketua Pertandingan b. Sudut berwarna merah yan berada diarah diagonal sudut biru c.
Sudut berwarna putih yaitu kedu sudut lainnya sebagai sudut netral Untuk kategori
TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang penampilan
untuk ketiga kategori tersebut adalah bidanggelanggang dengan ukuran 10m x 10m Pesilat
putra menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, sedangkan pesilat putri
memakai pembalut yang disediakan oleh masing-masing kontingen Pelindung sendi satu
lapis ukuran tipis tanpa ada bagian yang tebal bertujuan untuk melindungi cidera sesuai
dengan fungsinya (lutut, pergeangan tangan / kaki, siku) kecuali atas arahan dokter. f.
Medan Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan
atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena
iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit
mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera. g. Pencegahan lewat
pakaian Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos,
celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak
elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga
menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi
penampilan atlit. h. Pencegahan lewat pertolongan Setiap cedera memberi tiap
kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada
kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut
penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian
pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula. i. Implikasi terhadap
pelatih Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan
atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil,
bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan.
Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih
penting. C. Bagaimana Cara Pelaksanaan, Perawatan Dan Pengobatan Terhadap Cedera Yang
Terjadi 1. Cedera Memar Penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut :
Kompres dengan es selama 12-
untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak
yang rusak
berikutnya. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut Hardianto Wibowo
(1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan
diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya: R (Rest) :
diistirahatkan pada bagian yang cedera I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit C
(Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan
di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan E (Elevate) : ditinggikan atau
dinaikan pada bagian yang cedera Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis
atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut: (a)
Sprain/strain tingkat satu (first degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada
tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. (b)
Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus memberi pertolongan dengan metode
RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk
maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. (c) Sprain/strain tingkat tiga (Third
degree). Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim
kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali. 3. Dislokasi Penanganan yang dilakukan
pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian
yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa
kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur. 4. Patah Tulang Penanganan
patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut:
reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena
pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi
spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan
perdarahan. 5. Perdarahan Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis
menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: a. pendarahan pada hidung
penderita didudukan batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam
posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain Lakukan kurang lebih 5 menit dengan
jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut hidung dan mulut
dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan,
sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung Sekitar mata hingga pipi Kalau
pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlongan oleh dokter atau dibawa
kerumah sakit Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama
ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi. Bila
terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada
hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah
sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru. b. Pendarahan pada
mulut hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan
kompres dingin Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi
untuk penanganan lebih lanjut. c. Pendarahan pada kulit Bersihkan luka terlebih dahulu
dengan obat yang mengandung antiseptik. Setelah luka kering lalu diberi obat yang
mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di
jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan
bebatlah dengan bahan yang tidak melekat 6. Pingsan Penanganan pingsan yang dilakukan
sebagai berikut: ahragawan
Lakukan airway control ( membuka jalan nafas) 1. Extensikan cervicalis 2. Miringkan kesalah
satu sisi 3. Bersihkan dari hal-hal yang tersumbat 4. Longarkan pakaian 5. Berikan bau-bau
yang menyengat, seperti minyak kayu putih dsb.
teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur)
ini berarti bukan semata mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat. 7. Luka Perawatan
yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21)
adalah sebagai berikut:
akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan
Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol
atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun
dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat
merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat
sebaiknya dijahit BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah di atas dapat disimpulkan
bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan
(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus
diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya
pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya,
otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan
aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri
sendiri. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan, yaitu: 1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan
tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya
bisa mengatasi masalah cedera olahragan. 2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan
para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa
dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Pelatih juga harus mengetahui
bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. DAFTAR PUSTAKA Paul
M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA. Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional . La.Cava Cs. (1986). Pengobatan dan
Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Sumosardjuno. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan
Dalam Ol
Januari 20, 2010

PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA DAN CARA MENGETASINYA DALAM CABANG OLAHRAGA
PENCAK SILAT

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara-
cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa
menimbulkan cedera?

Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis
meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda.

Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada
masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik.
Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran
dan kesehatan jasmani dan rohani.

Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,
kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir
dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara.


Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal dari dari kebudayaan masyarakat
pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan
penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia,
Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam). Seperti pada cabang
bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll. Pencak Silat adalah bagian dari
kategori cabang olahraga body contac, maksudnya olahraga antara atlet satu dengan atlet
lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah pembatas. Sehingga kemungkinan
timbulnya cidera sangat besar.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut
Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur,
aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan
terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling
banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi
menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.

Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu
terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada
babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.

Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis
cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut.
Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar
tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara
profesional (memeriksakan diri ke dokter).

Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan
jasmani. Makalah ini mencakup agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang
prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat
mempraktekkanya baik sebagai seorang atlet, pelatih, maupun guru penjas.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah, yaitu sebagai berikut :
Cedera apa saja jenis cedera dalam olahraga pencak silat?
Apa sajakah penyebab cedera yang terjadi?
Bagaimana menghindari penyebab timbulnya cedera?
Bagaimana penata laksanaan terhadap cedera yang terjadi?
C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya variabel penyebab masalah yang akan diteliti, maka dalam pembahasan
makalah ini akan dibatasi pada : Cedera Dalam Olahraga Pencak Silat Dan Cara
Mengatasinya
D. Perumusan Masala

Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Apaka sajakah penyebab terjadinya cedera?
Bagaimanakah cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera?
Bagaimana perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi?
E. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui :
Apa yang menjadi penyebab timbulnya cedera?
Cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera?
Perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi?
F. Manfaat Penulisan

Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah :
Sebagai bahan pengetahuan bag Pelatih Pencak Silat dalam melatih.
Sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca agar bisa mengatasi jika terjadi cedera baik bagi diri
sendiri, maupun bagi orang lain.
Bagi penulis sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pencegahan Cedera Olahraga dan Cara
mengatasinya.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Penyebab Terjadinya Cedera

Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani,
maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga.

Dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang
paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan
dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga.

Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera
ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit.

Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan
mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi
tentang pengelolaan atlit yang cedera.

Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda.
Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun
pertolongan pertama secara benar.

Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa olahraga Pencak Silat merupakan
salah satu dari sekian cabang olahraga bela diri khususnya yang sangat rentan timbulnya
cedera, baik pada saat latihan maupun bertanding. Persentase untuk menghindari cedera
pada cabang Pencak Silat sangatlah tipis.

IPSI ( Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia ) sebagai induk organisasi di Indonesia telah
menetapkan peraturan yang akan dipergunakan pada saat bertanding. Pertandingan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur dalam peraturan pertandingan
dan dipimpin oleh pelaksana teknis pertandingan yang sah. Kategori pertandingan Pencak
Silat terdiri dari : kategori Tanding, kategori Tunggal, kategori Ganda, kategori Regu untuk
dapat melaksanakan pertandingan Pencak Silat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
maksud dan tujuannya.
Kategori Tanding adalah :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang
berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu
menangkis / mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan;
menggunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang,
menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus,
mendapatkan nilai terbanyak.
Kategori TUNGGAL :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat memperagakan
kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan,
dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang
berlaku untuk kategori ini.
Kategori GANDA :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat

dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak
Silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis,
mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat
maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan
dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk
kategori ini.
Kategoi REGU :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu yang sama
mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh
penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini.

Dari keempat kategori pertandingan Pencak Silat diatas, kategori laga yang lebih dominan terjadi
cedera, karena adanya kontak langsung dari kedua pesilat, sedangkan dalam kategori seni
(tunggal, regu, dan ganda) timbulnya cedera sangat sedikit dan ringan. Cedera yang terjadi
saat pertandingan laga. Banyak sekali penyebab-penyebab cedera yang perlu diperhatikan,
sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.

Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara.
Faktor olahragawan/olagragawati
Umur

Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.
Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai
puncaknya pada usia 20-40 tahun.
Faktor pribadi

Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera
dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.
Pengalaman

Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan
atau atlit yang sudah berpengalaman.
Tingkat latihan

Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari
terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan
cedera karena over use.
Teknik

Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang
salah maka akan menyebabkan cedera.
Kemampuan awal (warming up)

Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari
cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan
lain-lain.
Recovery period

Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah
dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ
itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
Kondisi tubuh yang fit

Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua
jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
Keseimbangan Nutrisi

Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh
yang sehat.
Hal-hal yang umum

Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
Peralatan dan Fasilitas

Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah
terjadinya cedera.

Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, salah
satunya Pencak Silat.
Faktor karakter dari pada olahraga tersebut

Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif
biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui
sebelumnya.
B. Bagaimana Cara Mencegah Kemungkinan Cedera Yang Akan Terjadi

Sebelum kita membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera akan lebih baiknya kita
mengetahui bentuk-bentuk cedera yang erjad pada cabang pencak silat.
Memar

Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di
bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan
seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan
daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup,
timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko,
1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang
menyertai sedang sampai berat.
Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen

Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan
ligamentum, yaitu :
Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai
cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada
sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan
yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering
terjadi pada atlet adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari
tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad,
2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor.
Patah Tulang

Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada
tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang
dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.

Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang
keluar.
Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Perdarahan

Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau
terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga pencak silat ialah
pendarahan pada hidung, mulut dan kulit.
Pingsan

Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat
sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa.
Hal yang menyebabkan atle pingsan dalam olahraga Pencak Silat karena jatuh dan benturan.
Luka

Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan
dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat
mengalami infeksi. Dalam olahraga pencak silat luka diakibatkan goresan pada kulit akibat
adanya benturan.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang
teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah
memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
Pencegahan lewat keterampilan

Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu
telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu
para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks. Dalam
meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk
daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko.
Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt
mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.

a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap

b) Kulit dan otot terasa mengembang

c) Kehilangan selera makan

d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah

e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat

f) Penurunan berat badan

g) Melambatnya pemulihan

h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan

2. Pencegahan lewat Fitness

Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan
tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.

a. Strength

Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk.
Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.

b. Daya tahan

Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat
lelah, karena kelelahan mengundang cedera.

c. Pencegahan lewat makanan

Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses
pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang
dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah
dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.

Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai.
Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.

d. Pencegahan lewat lingkungan

Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu
(tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan
peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.

e. Peralatan

Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering
menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhana pelindung badan (body protector),
pelindung yang digunakan hanya melindungi bagian depan sedangkan dalam suatu
pertadingan punggung juga menjadi sasaran, sehinnga jika punggung terkena benturan akan
mengalami cedera. Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya seperti kaki, banyak pesilat
tidak menggunakan pelindung kaki.

Berdasarkan hasil munas IPSI XII tahun 2007 pasal 7 tentang perlengkapan gelanggang dan
pertandingan bahwa :

Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5 (lima) cm, permukaan
rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m
dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai dengan keperluaanya,
disediakan oleh Komiti Pelaksana dengan penjelasan sebagai berikut :

Untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang pertandingan terdiri
dari : Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran : 10m x 10m.
Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m Batas
gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis putih selebar 5 cm ke arah luar Pada
tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5 cm
berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan Sudut pesilat
adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh
bidang tanding terdiri atas :
Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja Ketua Pertandingan
Sudut berwarna merah yan berada diarah diagonal sudut biru
Sudut berwarna putih yaitu kedu sudut lainnya sebagai sudut netral

Untuk kategori TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang
penampilan untuk ketiga kategori tersebut adalah bidanggelanggang dengan ukuran 10m x
10m

Pesilat putra menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, sedangkan pesilat putri
memakai pembalut yang disediakan oleh masing-masing kontingen Pelindung sendi satu
lapis ukuran tipis tanpa ada bagian yang tebal bertujuan untuk melindungi cidera sesuai
dengan fungsinya (lutut, pergeangan tangan / kaki, siku) kecuali atas arahan dokter.

f. Medan

Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik,
keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang
sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau
dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.

g. Pencegahan lewat pakaian

Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos
kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka
dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-
lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.

h. Pencegahan lewat pertolongan

Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat
lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi,
ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani
atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.

i. Implikasi terhadap pelatih

Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri
secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak
janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai
pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.
C. Bagaimana Cara Pelaksanaan, Perawatan Dan Pengobatan Terhadap Cedera Yang Terjadi
1. Cedera Memar

Penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut :
Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan
lunak yang rusak
Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen

Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan
ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE.
Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut
tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera

Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto
wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut: (a) Sprain/strain tingkat satu (first degree) Tidak
perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena
akan sembuh dengan sendirinya. (b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus
memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan
imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. (c)
Sprain/strain tingkat tiga (Third degree). Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan
urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.

3. Dislokasi

Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan
cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan
spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
4. Patah Tulang

Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut:
olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan
pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari
lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan
reposisi
kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta
menghentikan perdarahan.
5. Perdarahan

Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo
(1995:21) adalah sebagai berikut:
pendarahan pada hidung
penderita didudukan
batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan
dengan jari-jari yang lain
Lakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas
melalui mulut
hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil
dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung Sekitar mata hingga
pipi
Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlongan oleh dokter atau dibawa
kerumah sakit
Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan
besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada
hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah
sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.
Pendarahan pada mulut
hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres
dingin
Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih
lanjut.
Pendarahan pada kulit
Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.
Setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka
sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa
kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat
6. Pingsan

Penanganan pingsan yang dilakukan sebagai berikut:
Menyadarkan olahragawan
Mengeluarkan gelanggang dan membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi
terlentang dan kepala tanpa bantal
Lakukan airway control ( membuka jalan nafas)
Extensikan cervicalis
Miringkan kesalah satu sisi
Bersihkan dari hal-hal yang tersumbat
Longarkan pakaian
Berikan bau-bau yang menyengat, seperti minyak kayu putih dsb.
Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara
pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata mata gegar ringan tetapi dalam
keadaan gawat.
7. Luka

Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo
(1995:21) adalah sebagai berikut:
Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara
membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida
(H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK
(kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun
Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya:
obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat
Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit






BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi
pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena
panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak
cukup efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai
olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara
berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera
dan membahayakan diri sendiri.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu:

1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera
olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa mengatasi
masalah cedera olahragan.

2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit
mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim.
Pelatih juga harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun
rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA.

Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan Nasional .

La.Cava Cs. (1986). Pengobatan dan Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Sumosardjuno. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga . Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama.

http://surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=14557

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/

1096.jpg/2008).


Memuat...
Posted by fan07
Filed in Uncategorized
1 Comment
Satu Tanggapan to BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bertujuan untuk
menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah
dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera?
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis
meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda. Kegiatan olahraga
sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat
atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari
kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan
jasmani dan rohani. Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan
kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi,
sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-
kurangnya untuk menjadi juara. Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal
dari dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok
masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei
Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan
Vietnam). Seperti pada cabang bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll.
Pencak Silat adalah bagian dari kategori cabang olahraga body contac, maksudnya olahraga
antara atlet satu dengan atlet lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah
pembatas. Sehingga kemungkinan timbulnya cidera sangat besar. Ada beberapa hal yang
menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya,
pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini
karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan
salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya
dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau
ingin meningkatkan tahap latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet,
tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena
panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah
dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan
respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga
dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana
mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan
meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter). Perawatan dan
pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani.
Makalah ini mencakup agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-
prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya baik
sebagai seorang atlet, pelatih, maupun guru penjas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah,
yaitu sebagai berikut : 1. Cedera apa saja jenis cedera dalam olahraga pencak silat? 2. Apa
sajakah penyebab cedera yang terjadi? 3. Bagaimana menghindari penyebab timbulnya
cedera? 4. Bagaimana penata laksanaan terhadap cedera yang terjadi? C. Pembatasan
Masalah Mengingat banyaknya variabel penyebab masalah yang akan diteliti, maka dalam
pembahasan makalah ini akan dibatasi pada : Cedera Dalam Olahraga Pencak Silat Dan Cara
Mengatasinya D. Perumusan Masala Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi
masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apaka
sajakah penyebab terjadinya cedera? 2. Bagaimanakah cara pencegahan terhadap penyebab
timbulnya cedera? 3. Bagaimana perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi?
E. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Apa yang menjadi
penyebab timbulnya cedera? 2. Cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3.
Perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? F. Manfaat Penulisan Adapun
kegunaan penulisan makalah ini adalah : 1. Sebagai bahan pengetahuan bag Pelatih Pencak
Silat dalam melatih. 2. Sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca agar bisa mengatasi jika
terjadi cedera baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain. 3. Bagi penulis sebagai salah
satu tugas pada mata kuliah Pencegahan Cedera Olahraga dan Cara mengatasinya. BAB II
PEMBAHASAN A. Penyebab Terjadinya Cedera Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama
bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang
mempunyai atlit cedera olahraga. Dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi
pelatih olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis
disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu
tentang olahraga. Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada
saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa
depan atlit. Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh
dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang
tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera. Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga
mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani
haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Seperti
yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa olahraga Pencak Silat merupakan salah
satu dari sekian cabang olahraga bela diri khususnya yang sangat rentan timbulnya cedera,
baik pada saat latihan maupun bertanding. Persentase untuk menghindari cedera pada
cabang Pencak Silat sangatlah tipis. IPSI ( Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia ) sebagai
induk organisasi di Indonesia telah menetapkan peraturan yang akan dipergunakan pada
saat bertanding. Pertandingan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur
dalam peraturan pertandingan dan dipimpin oleh pelaksana teknis pertandingan yang sah.
Kategori pertandingan Pencak Silat terdiri dari : kategori Tanding, kategori Tunggal, kategori
Ganda, kategori Regu untuk dapat melaksanakan pertandingan Pencak Silat dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan maksud dan tujuannya. 1. Kategori Tanding adalah : Kategori
pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang berbeda.
Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis
/ mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan
taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah
dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak.
2. Kategori TUNGGAL : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat
memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap,
penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 3. Kategori GANDA : Kategori pertandingan
Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang sama, memperagakan
kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak Silat yang dimiliki. Gerakan serang
bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah
rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh
penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 4. Kategoi REGU : Kategori
pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu yang sama
mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh
penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini. Dari keempat kategori pertandingan Pencak Silat
diatas, kategori laga yang lebih dominan terjadi cedera, karena adanya kontak langsung dari
kedua pesilat, sedangkan dalam kategori seni (tunggal, regu, dan ganda) timbulnya cedera
sangat sedikit dan ringan. Cedera yang terjadi saat pertandingan laga. Banyak sekali
penyebab-penyebab cedera yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau
menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga. Beberapa faktor penting yang ada perlu
diperhatikan sebagai penyebab cedara. 1. Faktor olahragawan/olagragawati a. Umur Faktor
umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.
Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai
puncaknya pada usia 20-40 tahun. b. Faktor pribadi Kematangan (motoritas) seorang
olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman. c. Pengalaman Bagi atlit yang baru terjun akan
lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah
berpengalaman. d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar
latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu
berlebihan bias mengakibatkan cedera karena over use. e. Teknik Perlu diciptakan teknik
yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera. f. Kemampuan awal (warming up) Kecenderungan tinggi apabila tidak
dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan.
Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain. g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah
dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ
itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. h.
Kondisi tubuh yang fit Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk
berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau
mempermudah terjadinya cedera. i. Keseimbangan Nutrisi Keseimbangan nutrisi baik berupa
kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain. 2.
Peralatan dan Fasilitas Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan
kurang baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan,
jenis olahraga yang bersifat body contack, salah satunya Pencak Silat. 3. Faktor karakter dari
pada olahraga tersebut Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal
olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua
harus diketahui sebelumnya. B. Bagaimana Cara Mencegah Kemungkinan Cedera Yang Akan
Terjadi Sebelum kita membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera akan lebih
baiknya kita mengetahui bentuk-bentuk cedera yang erjad pada cabang pencak silat. 1.
Memar Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah
dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini
menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang
cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono
Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan
yang menyertai sedang sampai berat. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut
Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum,
yaitu : a. Sprain Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi
pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah
cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress
berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. b.
Dislokasi Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya.
Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena
terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono
Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. c. Patah Tulang Patah tulang adalah suatu keadaan yang
mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut
Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1.
Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. 2. Patah tulang stress, dimana
tulang retak, tetapi tidak terpisah. Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat
dibedakan sebagai berikut: 1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang
melukai kulit diatasnya dan tulang keluar. 2. Patah tulang tertutup dimana fragmen
(pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit. d. Perdarahan Perdarahan terjadi
karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh.
Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga pencak silat ialah pendarahan
pada hidung, mulut dan kulit. e. Pingsan Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah
keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh
berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal yang menyebabkan atle pingsan dalam
olahraga Pencak Silat karena jatuh dan benturan. f. Luka Menurut Hartono Satmoko
(1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan
dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi.
Dalam olahraga pencak silat luka diakibatkan goresan pada kulit akibat adanya benturan.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus
dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing
tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. 1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu
telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu
para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks. Dalam
meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk
daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko.
Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt
mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul. a) Mengurangnya antusiasme atau
kurang tanggap b) Kulit dan otot terasa mengembang c) Kehilangan selera makan d)
Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah e) Meningkatnya frekuensi jantung saat
istirahat f) Penurunan berat badan g) Melambatnya pemulihan h) Cenderung menghindari
latihan atau pertandingan 2. Pencegahan lewat Fitness Fitness secara terus menerus mampu
mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk
pertandingan lebih lama tanpa kelelahan. a. Strength Otot lebih kuat jika dilatih, beban
waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya
individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera. b. Daya tahan Daya tahan
meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah,
karena kelelahan mengundang cedera. c. Pencegahan lewat makanan Nutrisi yang baik akan
mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran
diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit
sehubungan dengan latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang
berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan. Pencegahan lewat
Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan : Untuk melenturkan
(stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai. Untuk menaikkan suhu
terutama bagian dalam seperti otot dan sendi. Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan
mental menghadapi tugasnya. d. Pencegahan lewat lingkungan Banyak terjadi bahwa cedera
karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak
ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh
secara benar agar tidak membahayakan. e. Peralatan Peralatan yang standart punya
peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera
pula, contoh yang sederhana pelindung badan (body protector), pelindung yang digunakan
hanya melindungi bagian depan sedangkan dalam suatu pertadingan punggung juga menjadi
sasaran, sehinnga jika punggung terkena benturan akan mengalami cedera. Begitu juga
dengan bagian tubuh lainnya seperti kaki, banyak pesilat tidak menggunakan pelindung kaki.
Berdasarkan hasil munas IPSI XII tahun 2007 pasal 7 tentang perlengkapan gelanggang dan
pertandingan bahwa : Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal
5 (lima) cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin,
berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai
dengan keperluaanya, disediakan oleh Komiti Pelaksana dengan penjelasan sebagai berikut :
Untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang pertandingan
terdiri dari : Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran : 10m x
10m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m
Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis putih selebar 5 cm ke arah luar
Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5
cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan Sudut pesilat
adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh
bidang tanding terdiri atas : a. Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja
Ketua Pertandingan b. Sudut berwarna merah yan berada diarah diagonal sudut biru c.
Sudut berwarna putih yaitu kedu sudut lainnya sebagai sudut netral Untuk kategori
TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang penampilan
untuk ketiga kategori tersebut adalah bidanggelanggang dengan ukuran 10m x 10m Pesilat
putra menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, sedangkan pesilat putri
memakai pembalut yang disediakan oleh masing-masing kontingen Pelindung sendi satu
lapis ukuran tipis tanpa ada bagian yang tebal bertujuan untuk melindungi cidera sesuai
dengan fungsinya (lutut, pergeangan tangan / kaki, siku) kecuali atas arahan dokter. f.
Medan Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan
atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena
iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit
mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera. g. Pencegahan lewat
pakaian Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos,
celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak
elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga
menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi
penampilan atlit. h. Pencegahan lewat pertolongan Setiap cedera memberi tiap
kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada
kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut
penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian
pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula. i. Implikasi terhadap
pelatih Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan
atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil,
bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan.
Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih
penting. C. Bagaimana Cara Pelaksanaan, Perawatan Dan Pengobatan Terhadap Cedera Yang
Terjadi 1. Cedera Memar Penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut :
Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan tirahat
untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak
yang rusak
berikutnya. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut Hardianto Wibowo
(1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan
diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya: R (Rest) :
diistirahatkan pada bagian yang cedera I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit C
(Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan
di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan E (Elevate) : ditinggikan atau
dinaikan pada bagian yang cedera Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis
atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut: (a)
Sprain/strain tingkat satu (first degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada
tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. (b)
Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus memberi pertolongan dengan metode
RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk
maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. (c) Sprain/strain tingkat tiga (Third
degree). Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim
kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali. 3. Dislokasi Penanganan yang dilakukan
pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian
yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa
kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur. 4. Patah Tulang Penanganan
patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut:
reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena
pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi
spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan
perdarahan. 5. Perdarahan Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis
menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: a. pendarahan pada hidung
penderita didudukan batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam
posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain Lakukan kurang lebih 5 menit dengan
jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut hidung dan mulut
dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan,
sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung Sekitar mata hingga pipi Kalau
pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlongan oleh dokter atau dibawa
kerumah sakit Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama
ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi. Bila
terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada
hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah
sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru. b. Pendarahan pada
mulut hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan
kompres dingin Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi
untuk penanganan lebih lanjut. c. Pendarahan pada kulit Bersihkan luka terlebih dahulu
dengan obat yang mengandung antiseptik. Setelah luka kering lalu diberi obat yang
mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di
jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan
bebatlah dengan bahan yang tidak melekat 6. Pingsan Penanganan pingsan yang dilakukan
sebagai berikut:
Lakukan airway control ( membuka jalan nafas) 1. Extensikan cervicalis 2. Miringkan kesalah
satu sisi 3. Bersihkan dari hal-hal yang tersumbat 4. Longarkan pakaian 5. Berikan bau-bau
yang menyengat, seperti minyak kayu putih dsb.
teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur)
ini berarti bukan semata mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat. 7. Luka Perawatan
yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21)
adalah sebagai berikut: arena dikhawatirkan
akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan
Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol
atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun
dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat
sebaiknya dijahit BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah di atas dapat disimpulkan
bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan
(misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus
diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya
pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya,
otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan
aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri
sendiri. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan, yaitu: 1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan
tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya
bisa mengatasi masalah cedera olahragan. 2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan
para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa
dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Pelatih juga harus mengetahui
bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. DAFTAR PUSTAKA Paul
M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA. Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional . La.Cava Cs. (1986). Pengobatan dan
Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Sumosardjuno. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan
Dalam Ol
fan07 berkata
Januari 20, 2010 pada 4:13 pm

TERIMA KASH ATAS KUNJUNGANNYA
Balas
Tinggalkan Balasan

Kategori
Uncategorized
Arsip
Januari 2010
Blogroll
WordPress.com
WordPress.org

The Ambiru Theme. Blog pada WordPress.com.
Ikuti
Follow Fan07's Blog

Get every new post delivered to your Inbox.




Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai