BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera? Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar- benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani. Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal dari dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam). Seperti pada cabang bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll. Pencak Silat adalah bagian dari kategori cabang olahraga body contac, maksudnya olahraga antara atlet satu dengan atlet lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah pembatas. Sehingga kemungkinan timbulnya cidera sangat besar. Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter). Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya baik sebagai seorang atlet, pelatih, maupun guru penjas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Cedera apa saja jenis cedera dalam olahraga pencak silat? 2. Apa sajakah penyebab cedera yang terjadi? 3. Bagaimana menghindari penyebab timbulnya cedera? 4. Bagaimana penata laksanaan terhadap cedera yang terjadi? C. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya variabel penyebab masalah yang akan diteliti, maka dalam pembahasan makalah ini akan dibatasi pada : Cedera Dalam Olahraga Pencak Silat Dan Cara Mengatasinya D. Perumusan Masala Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apaka sajakah penyebab terjadinya cedera? 2. Bagaimanakah cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3. Bagaimana perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? E. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Apa yang menjadi penyebab timbulnya cedera? 2. Cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3. Perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? F. Manfaat Penulisan Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah : 1. Sebagai bahan pengetahuan bag Pelatih Pencak Silat dalam melatih. 2. Sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca agar bisa mengatasi jika terjadi cedera baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain. 3. Bagi penulis sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pencegahan Cedera Olahraga dan Cara mengatasinya. BAB II PEMBAHASAN A. Penyebab Terjadinya Cedera Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga. Dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga. Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit. Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera. Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa olahraga Pencak Silat merupakan salah satu dari sekian cabang olahraga bela diri khususnya yang sangat rentan timbulnya cedera, baik pada saat latihan maupun bertanding. Persentase untuk menghindari cedera pada cabang Pencak Silat sangatlah tipis. IPSI ( Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia ) sebagai induk organisasi di Indonesia telah menetapkan peraturan yang akan dipergunakan pada saat bertanding. Pertandingan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur dalam peraturan pertandingan dan dipimpin oleh pelaksana teknis pertandingan yang sah. Kategori pertandingan Pencak Silat terdiri dari : kategori Tanding, kategori Tunggal, kategori Ganda, kategori Regu untuk dapat melaksanakan pertandingan Pencak Silat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan maksud dan tujuannya. 1. Kategori Tanding adalah : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis / mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak. 2. Kategori TUNGGAL : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 3. Kategori GANDA : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak Silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 4. Kategoi REGU : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu yang sama mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. Dari keempat kategori pertandingan Pencak Silat diatas, kategori laga yang lebih dominan terjadi cedera, karena adanya kontak langsung dari kedua pesilat, sedangkan dalam kategori seni (tunggal, regu, dan ganda) timbulnya cedera sangat sedikit dan ringan. Cedera yang terjadi saat pertandingan laga. Banyak sekali penyebab-penyebab cedera yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga. Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara. 1. Faktor olahragawan/olagragawati a. Umur Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun. b. Faktor pribadi Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman. c. Pengalaman Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman. d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena over use. e. Teknik Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera. f. Kemampuan awal (warming up) Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain. g. Recovery period Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. h. Kondisi tubuh yang fit Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera. i. Keseimbangan Nutrisi Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. j. Hal-hal yang umum Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain. 2. Peralatan dan Fasilitas Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, salah satunya Pencak Silat. 3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya. B. Bagaimana Cara Mencegah Kemungkinan Cedera Yang Akan Terjadi Sebelum kita membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera akan lebih baiknya kita mengetahui bentuk-bentuk cedera yang erjad pada cabang pencak silat. 1. Memar Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu : a. Sprain Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. b. Dislokasi Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. c. Patah Tulang Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. 2. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah. Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar. 2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit. d. Perdarahan Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga pencak silat ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. e. Pingsan Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal yang menyebabkan atle pingsan dalam olahraga Pencak Silat karena jatuh dan benturan. f. Luka Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Dalam olahraga pencak silat luka diakibatkan goresan pada kulit akibat adanya benturan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. 1. Pencegahan lewat keterampilan Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul. a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap b) Kulit dan otot terasa mengembang c) Kehilangan selera makan d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat f) Penurunan berat badan g) Melambatnya pemulihan h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan 2. Pencegahan lewat Fitness Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan. a. Strength Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera. b. Daya tahan Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera. c. Pencegahan lewat makanan Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan. Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan : Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai. Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi. Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya. d. Pencegahan lewat lingkungan Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan. e. Peralatan Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhana pelindung badan (body protector), pelindung yang digunakan hanya melindungi bagian depan sedangkan dalam suatu pertadingan punggung juga menjadi sasaran, sehinnga jika punggung terkena benturan akan mengalami cedera. Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya seperti kaki, banyak pesilat tidak menggunakan pelindung kaki. Berdasarkan hasil munas IPSI XII tahun 2007 pasal 7 tentang perlengkapan gelanggang dan pertandingan bahwa : Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5 (lima) cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai dengan keperluaanya, disediakan oleh Komiti Pelaksana dengan penjelasan sebagai berikut : Untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang pertandingan terdiri dari : Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran : 10m x 10m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis putih selebar 5 cm ke arah luar Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5 cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh bidang tanding terdiri atas : a. Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja Ketua Pertandingan b. Sudut berwarna merah yan berada diarah diagonal sudut biru c. Sudut berwarna putih yaitu kedu sudut lainnya sebagai sudut netral Untuk kategori TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang penampilan untuk ketiga kategori tersebut adalah bidanggelanggang dengan ukuran 10m x 10m Pesilat putra menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, sedangkan pesilat putri memakai pembalut yang disediakan oleh masing-masing kontingen Pelindung sendi satu lapis ukuran tipis tanpa ada bagian yang tebal bertujuan untuk melindungi cidera sesuai dengan fungsinya (lutut, pergeangan tangan / kaki, siku) kecuali atas arahan dokter. f. Medan Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera. g. Pencegahan lewat pakaian Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit. h. Pencegahan lewat pertolongan Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula. i. Implikasi terhadap pelatih Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting. C. Bagaimana Cara Pelaksanaan, Perawatan Dan Pengobatan Terhadap Cedera Yang Terjadi 1. Cedera Memar Penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut : Kompres dengan es selama 12- untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak berikutnya. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya: R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut: (a) Sprain/strain tingkat satu (first degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. (b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. (c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree). Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali. 3. Dislokasi Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur. 4. Patah Tulang Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan. 5. Perdarahan Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: a. pendarahan pada hidung penderita didudukan batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain Lakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung Sekitar mata hingga pipi Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi. Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru. b. Pendarahan pada mulut hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres dingin Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut. c. Pendarahan pada kulit Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik. Setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat 6. Pingsan Penanganan pingsan yang dilakukan sebagai berikut: ahragawan Lakukan airway control ( membuka jalan nafas) 1. Extensikan cervicalis 2. Miringkan kesalah satu sisi 3. Bersihkan dari hal-hal yang tersumbat 4. Longarkan pakaian 5. Berikan bau-bau yang menyengat, seperti minyak kayu putih dsb. teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat. 7. Luka Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat sebaiknya dijahit BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu: 1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa mengatasi masalah cedera olahragan. 2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Pelatih juga harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. DAFTAR PUSTAKA Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional . La.Cava Cs. (1986). Pengobatan dan Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Sumosardjuno. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Ol Januari 20, 2010
PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA DAN CARA MENGETASINYA DALAM CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara- cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera?
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda.
Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara.
Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal dari dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam). Seperti pada cabang bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll. Pencak Silat adalah bagian dari kategori cabang olahraga body contac, maksudnya olahraga antara atlet satu dengan atlet lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah pembatas. Sehingga kemungkinan timbulnya cidera sangat besar.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya baik sebagai seorang atlet, pelatih, maupun guru penjas. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut : Cedera apa saja jenis cedera dalam olahraga pencak silat? Apa sajakah penyebab cedera yang terjadi? Bagaimana menghindari penyebab timbulnya cedera? Bagaimana penata laksanaan terhadap cedera yang terjadi? C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya variabel penyebab masalah yang akan diteliti, maka dalam pembahasan makalah ini akan dibatasi pada : Cedera Dalam Olahraga Pencak Silat Dan Cara Mengatasinya D. Perumusan Masala
Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apaka sajakah penyebab terjadinya cedera? Bagaimanakah cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? Bagaimana perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? E. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : Apa yang menjadi penyebab timbulnya cedera? Cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? Perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? F. Manfaat Penulisan
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah : Sebagai bahan pengetahuan bag Pelatih Pencak Silat dalam melatih. Sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca agar bisa mengatasi jika terjadi cedera baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain. Bagi penulis sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pencegahan Cedera Olahraga dan Cara mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN A. Penyebab Terjadinya Cedera
Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga.
Dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga.
Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit.
Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.
Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar.
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa olahraga Pencak Silat merupakan salah satu dari sekian cabang olahraga bela diri khususnya yang sangat rentan timbulnya cedera, baik pada saat latihan maupun bertanding. Persentase untuk menghindari cedera pada cabang Pencak Silat sangatlah tipis.
IPSI ( Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia ) sebagai induk organisasi di Indonesia telah menetapkan peraturan yang akan dipergunakan pada saat bertanding. Pertandingan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur dalam peraturan pertandingan dan dipimpin oleh pelaksana teknis pertandingan yang sah. Kategori pertandingan Pencak Silat terdiri dari : kategori Tanding, kategori Tunggal, kategori Ganda, kategori Regu untuk dapat melaksanakan pertandingan Pencak Silat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan maksud dan tujuannya. Kategori Tanding adalah :
Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis / mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak. Kategori TUNGGAL :
Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. Kategori GANDA :
Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat
dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak Silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. Kategoi REGU :
Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu yang sama mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini.
Dari keempat kategori pertandingan Pencak Silat diatas, kategori laga yang lebih dominan terjadi cedera, karena adanya kontak langsung dari kedua pesilat, sedangkan dalam kategori seni (tunggal, regu, dan ganda) timbulnya cedera sangat sedikit dan ringan. Cedera yang terjadi saat pertandingan laga. Banyak sekali penyebab-penyebab cedera yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara. Faktor olahragawan/olagragawati Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena over use. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. Kondisi tubuh yang fit
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, salah satunya Pencak Silat. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya. B. Bagaimana Cara Mencegah Kemungkinan Cedera Yang Akan Terjadi
Sebelum kita membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera akan lebih baiknya kita mengetahui bentuk-bentuk cedera yang erjad pada cabang pencak silat. Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu : Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu: Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut: Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga pencak silat ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal yang menyebabkan atle pingsan dalam olahraga Pencak Silat karena jatuh dan benturan. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Dalam olahraga pencak silat luka diakibatkan goresan pada kulit akibat adanya benturan.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f) Penurunan berat badan
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan : Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai. Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi. Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.
e. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhana pelindung badan (body protector), pelindung yang digunakan hanya melindungi bagian depan sedangkan dalam suatu pertadingan punggung juga menjadi sasaran, sehinnga jika punggung terkena benturan akan mengalami cedera. Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya seperti kaki, banyak pesilat tidak menggunakan pelindung kaki.
Berdasarkan hasil munas IPSI XII tahun 2007 pasal 7 tentang perlengkapan gelanggang dan pertandingan bahwa :
Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5 (lima) cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai dengan keperluaanya, disediakan oleh Komiti Pelaksana dengan penjelasan sebagai berikut :
Untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang pertandingan terdiri dari : Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran : 10m x 10m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis putih selebar 5 cm ke arah luar Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5 cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh bidang tanding terdiri atas : Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja Ketua Pertandingan Sudut berwarna merah yan berada diarah diagonal sudut biru Sudut berwarna putih yaitu kedu sudut lainnya sebagai sudut netral
Untuk kategori TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang penampilan untuk ketiga kategori tersebut adalah bidanggelanggang dengan ukuran 10m x 10m
Pesilat putra menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, sedangkan pesilat putri memakai pembalut yang disediakan oleh masing-masing kontingen Pelindung sendi satu lapis ukuran tipis tanpa ada bagian yang tebal bertujuan untuk melindungi cidera sesuai dengan fungsinya (lutut, pergeangan tangan / kaki, siku) kecuali atas arahan dokter.
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g. Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet- lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.
h. Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
i. Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting. C. Bagaimana Cara Pelaksanaan, Perawatan Dan Pengobatan Terhadap Cedera Yang Terjadi 1. Cedera Memar
Penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut : Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya: R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut: (a) Sprain/strain tingkat satu (first degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. (b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. (c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree). Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.
3. Dislokasi
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur. 4. Patah Tulang
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan. 5. Perdarahan
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: pendarahan pada hidung penderita didudukan batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain Lakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung Sekitar mata hingga pipi Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi. Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru. Pendarahan pada mulut hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres dingin Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut. Pendarahan pada kulit Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik. Setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat 6. Pingsan
Penanganan pingsan yang dilakukan sebagai berikut: Menyadarkan olahragawan Mengeluarkan gelanggang dan membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal Lakukan airway control ( membuka jalan nafas) Extensikan cervicalis Miringkan kesalah satu sisi Bersihkan dari hal-hal yang tersumbat Longarkan pakaian Berikan bau-bau yang menyengat, seperti minyak kayu putih dsb. Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat. 7. Luka
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit
BAB III
PENUTUP A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri. B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu:
1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa mengatasi masalah cedera olahragan.
2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Pelatih juga harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional .
La.Cava Cs. (1986). Pengobatan dan Olahraga. Semarang: Dahara Prize.
Sumosardjuno. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga . Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Memuat... Posted by fan07 Filed in Uncategorized 1 Comment Satu Tanggapan to BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera? Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda. Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani. Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang- kurangnya untuk menjadi juara. Pencak Silat merupakan cabang olahraga beladiri, berasal dari dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam). Seperti pada cabang bela diri lainnya seperti karate, taekwondo, kempo dll. Pencak Silat adalah bagian dari kategori cabang olahraga body contac, maksudnya olahraga antara atlet satu dengan atlet lainnya saling berhadapan langsung tanpa ada sebuah pembatas. Sehingga kemungkinan timbulnya cidera sangat besar. Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter). Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar pembaca mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip- prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya baik sebagai seorang atlet, pelatih, maupun guru penjas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Cedera apa saja jenis cedera dalam olahraga pencak silat? 2. Apa sajakah penyebab cedera yang terjadi? 3. Bagaimana menghindari penyebab timbulnya cedera? 4. Bagaimana penata laksanaan terhadap cedera yang terjadi? C. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya variabel penyebab masalah yang akan diteliti, maka dalam pembahasan makalah ini akan dibatasi pada : Cedera Dalam Olahraga Pencak Silat Dan Cara Mengatasinya D. Perumusan Masala Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apaka sajakah penyebab terjadinya cedera? 2. Bagaimanakah cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3. Bagaimana perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? E. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Apa yang menjadi penyebab timbulnya cedera? 2. Cara pencegahan terhadap penyebab timbulnya cedera? 3. Perawatan serta pengobatan terhadap cedera yang terjadi? F. Manfaat Penulisan Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah : 1. Sebagai bahan pengetahuan bag Pelatih Pencak Silat dalam melatih. 2. Sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca agar bisa mengatasi jika terjadi cedera baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain. 3. Bagi penulis sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pencegahan Cedera Olahraga dan Cara mengatasinya. BAB II PEMBAHASAN A. Penyebab Terjadinya Cedera Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga. Dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga. Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit. Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera. Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa olahraga Pencak Silat merupakan salah satu dari sekian cabang olahraga bela diri khususnya yang sangat rentan timbulnya cedera, baik pada saat latihan maupun bertanding. Persentase untuk menghindari cedera pada cabang Pencak Silat sangatlah tipis. IPSI ( Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia ) sebagai induk organisasi di Indonesia telah menetapkan peraturan yang akan dipergunakan pada saat bertanding. Pertandingan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur dalam peraturan pertandingan dan dipimpin oleh pelaksana teknis pertandingan yang sah. Kategori pertandingan Pencak Silat terdiri dari : kategori Tanding, kategori Tunggal, kategori Ganda, kategori Regu untuk dapat melaksanakan pertandingan Pencak Silat dengan sebaik- baiknya sesuai dengan maksud dan tujuannya. 1. Kategori Tanding adalah : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis / mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak. 2. Kategori TUNGGAL : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 3. Kategori GANDA : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak Silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. 4. Kategoi REGU : Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu yang sama mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini. Dari keempat kategori pertandingan Pencak Silat diatas, kategori laga yang lebih dominan terjadi cedera, karena adanya kontak langsung dari kedua pesilat, sedangkan dalam kategori seni (tunggal, regu, dan ganda) timbulnya cedera sangat sedikit dan ringan. Cedera yang terjadi saat pertandingan laga. Banyak sekali penyebab-penyebab cedera yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga. Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara. 1. Faktor olahragawan/olagragawati a. Umur Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun. b. Faktor pribadi Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman. c. Pengalaman Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman. d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena over use. e. Teknik Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera. f. Kemampuan awal (warming up) Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain. g. Recovery period Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. h. Kondisi tubuh yang fit Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera. i. Keseimbangan Nutrisi Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. j. Hal-hal yang umum Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain. 2. Peralatan dan Fasilitas Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, salah satunya Pencak Silat. 3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya. B. Bagaimana Cara Mencegah Kemungkinan Cedera Yang Akan Terjadi Sebelum kita membahas bagaimana cara mencegah terjadinya cedera akan lebih baiknya kita mengetahui bentuk-bentuk cedera yang erjad pada cabang pencak silat. 1. Memar Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu : a. Sprain Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. b. Dislokasi Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. c. Patah Tulang Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. 2. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah. Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar. 2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit. d. Perdarahan Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga pencak silat ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. e. Pingsan Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal yang menyebabkan atle pingsan dalam olahraga Pencak Silat karena jatuh dan benturan. f. Luka Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Dalam olahraga pencak silat luka diakibatkan goresan pada kulit akibat adanya benturan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan. 1. Pencegahan lewat keterampilan Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wajar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul. a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap b) Kulit dan otot terasa mengembang c) Kehilangan selera makan d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat f) Penurunan berat badan g) Melambatnya pemulihan h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan 2. Pencegahan lewat Fitness Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan. a. Strength Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera. b. Daya tahan Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera. c. Pencegahan lewat makanan Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya. Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan. Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan : Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai. Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi. Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya. d. Pencegahan lewat lingkungan Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan. e. Peralatan Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhana pelindung badan (body protector), pelindung yang digunakan hanya melindungi bagian depan sedangkan dalam suatu pertadingan punggung juga menjadi sasaran, sehinnga jika punggung terkena benturan akan mengalami cedera. Begitu juga dengan bagian tubuh lainnya seperti kaki, banyak pesilat tidak menggunakan pelindung kaki. Berdasarkan hasil munas IPSI XII tahun 2007 pasal 7 tentang perlengkapan gelanggang dan pertandingan bahwa : Gelanggang dapat dilantai dan dilapisi matras dengan tebal maksimal 5 (lima) cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai dengan keperluaanya, disediakan oleh Komiti Pelaksana dengan penjelasan sebagai berikut : Untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang pertandingan terdiri dari : Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran : 10m x 10m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis putih selebar 5 cm ke arah luar Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkaran dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5 cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh bidang tanding terdiri atas : a. Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja Ketua Pertandingan b. Sudut berwarna merah yan berada diarah diagonal sudut biru c. Sudut berwarna putih yaitu kedu sudut lainnya sebagai sudut netral Untuk kategori TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gelanggang penampilan untuk ketiga kategori tersebut adalah bidanggelanggang dengan ukuran 10m x 10m Pesilat putra menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, sedangkan pesilat putri memakai pembalut yang disediakan oleh masing-masing kontingen Pelindung sendi satu lapis ukuran tipis tanpa ada bagian yang tebal bertujuan untuk melindungi cidera sesuai dengan fungsinya (lutut, pergeangan tangan / kaki, siku) kecuali atas arahan dokter. f. Medan Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera. g. Pencegahan lewat pakaian Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit. h. Pencegahan lewat pertolongan Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula. i. Implikasi terhadap pelatih Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting. C. Bagaimana Cara Pelaksanaan, Perawatan Dan Pengobatan Terhadap Cedera Yang Terjadi 1. Cedera Memar Penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut : Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan tirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak berikutnya. 2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya: R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut: (a) Sprain/strain tingkat satu (first degree) Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. (b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. (c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree). Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali. 3. Dislokasi Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur. 4. Patah Tulang Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan. 5. Perdarahan Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: a. pendarahan pada hidung penderita didudukan batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain Lakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung Sekitar mata hingga pipi Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi. Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru. b. Pendarahan pada mulut hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres dingin Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut. c. Pendarahan pada kulit Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik. Setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat 6. Pingsan Penanganan pingsan yang dilakukan sebagai berikut: Lakukan airway control ( membuka jalan nafas) 1. Extensikan cervicalis 2. Miringkan kesalah satu sisi 3. Bersihkan dari hal-hal yang tersumbat 4. Longarkan pakaian 5. Berikan bau-bau yang menyengat, seperti minyak kayu putih dsb. teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat. 7. Luka Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut: arena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat sebaiknya dijahit BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu: 1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru pendidikan jasmaninya bisa mengatasi masalah cedera olahragan. 2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan dan disembuhkan secara bersama tim. Pelatih juga harus mengetahui bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. DAFTAR PUSTAKA Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional . La.Cava Cs. (1986). Pengobatan dan Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Sumosardjuno. (1992). Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Ol fan07 berkata Januari 20, 2010 pada 4:13 pm
TERIMA KASH ATAS KUNJUNGANNYA Balas Tinggalkan Balasan
Kategori Uncategorized Arsip Januari 2010 Blogroll WordPress.com WordPress.org
The Ambiru Theme. Blog pada WordPress.com. Ikuti Follow Fan07's Blog