Misalkan kita perhatikan sebuah populasi yang bertambah dengan pembelahan sel.
Dalam model, kita asumsikan bahwa rata-rata pertumbuhan adalah proposional
terhadap populasi awal. Asumsi ini konsisten terhadap pengamatan dari pertumbuhan
bakteri. Sepanjang cukup ruang dan supply makanan untuk bakteri, kita
juga asumsikan bahwa rata-rata kematian adalah nol. Ingat bahwa jika sebuah bakteri
membelah, bakteri itu tidaklah mati tetapi menjadi dua sel baru. Sehingga kita
akan mendapatkan model matematika untuk pertumbuhan bakteri adalah
; p(0) = p0;
dimana k1 > 0 adalah konstanta proposional untuk rata-rata pertumbuhan dan
p0 adalah populasi bakteri pada saat t = 0. Untuk pertumbuhan manusia, asumsi
bahwa rata-rata kematian adalah nol adalah jelas salah. Akan tetapi jika kita asumsikan
bahwa kematian manusia merupakan kasus alam, kita bisa mengharap bahwa
rata-rata kematiannya juga akan proposional terhadap populasinya. Sehingga kita
akan peroleh model pertumbuhannya, yakni
)
dimana k =
, dan
>
= kp; p(0) =
;
yang disebut hukum Maltus atau hukum eksponesial dari pertumbuhan populasi.
Penyelesaian dari persamaan diferensial hukum maltus dapat dengan mudah kita
temukan, yakni
p(t) =
exp(kt):
Contoh 1. Dalam tahun 1790 jumlah penduduk Amerika 3.93 juta, kemudian
dalam tahun 1890 62.95 juta jiwa. Gunakan model pertumbuhan Maltus, perkiraan
pertumbuhan penduduk Amerika sebagai fungsi dari waktu!
Jawab: Misalkan untuk t = 0 di tahun 1790, maka dari penyelesaian persamaan
diferensial model Maltus, kita akan dapatkan
p(t) = 3.93 exp(kt);
dimana p(t) adalah jumlah penduduk dalam juta. Untuk menentukan konstanta k,
kita perhatikan bahwa dalam tahun 1890, saat t = 100, kita dapatkan
p(100) = 62:95 = 3:93 exp(100k):
Dan kita mudah menemukan k, yakni
() ()
Jadi kita peroleh perkiraan pertumbuhan penduduk Amerika sebagai fungsi dari
waktu adalah
p(t) = 3:93 exp(0:027737t):
Contoh 2. Banyaknya bakteri pada suatu waktu tumbuh dalam rata-rata yang
proposional dengan banyaknya bakteri saat sekarang. Jika populasi dari bakteri
dalam suatu waktu banyaknya dua kali lipat dalam waktu satu jam, temukan banyaknya
bakteri dalam waktu 3.5 jam!
Jawab: Misalkan x adalah banyaknya bakteri pada suatu waktu t. Maka model
matematikanya adalah
dimana k adalah konstanta proposional. Dan solusi dari persamaan diferensial pertumbuhan
bakteri adalah
x(t) =
exp(kt);
misalkan untuk saat t = 0 banyaknya bakteri awal x = 100, maka kita akan dapatkan
x(t) = 100 exp(kt):
Pada waktu t = 1 jumlah bakteri menjadi dua kali lipat, maka
200 = x(1) = 100 exp(k) k = ln(2):
Dan kita peroleh perkiraan banyaknya bakteri setelah 3.5 jam yaitu
x(3:5) = 100 exp(3:5 ln(2)) = 100.(
) = 1131
Dari kedua contoh dan penyelesaian persamaan diferensial hukum Maltus dapat
diperhatikan bahwa populasi tumbuh secara eksponensial dari populasi awal. Dalam
hal tersebut rata-rata pertumbuhan ditentukan dengan parameter k, dapat diperhatikan
bahwa jika k besar maka pertumbuhan populasi akan lebih cepat bila parameter
k kecil. Parameter ini juga menunjukkan perbedaan ukuran dan penyebaran
populasi untuk k besar dan k kecil. Kenyataannya dalam alam, kebanyakan populasi
tidak bertumbuh secara eksponensial murni karena populasi akan menuju tak hingga
jika waktunya menuju tak hingga. Jadi kita perlu pemodelan yang lebih realistik
untuk ini, jika suatu populasi menjadi besar maka mereka akan lebih kompetitif baik
untuk makanan, air, tempat untuk hidup dan lain sebagainya. Dalam suatu arti,
bahwa teory Darwin menunjukkan bahwa populasi tidak dapat kompetitif. Sebuah
model pertumbuhan yang lebih realistis adalah
() ()
yang tetap sama dengan persamaan pertumbuhan Maltus, hanya saja rata-rata
pertumbuhannya dalam hal ini bergantung pada ukuran populasi itu sendiri. Persamaan
diferensial pertumbuhan ini disebut persamaan Autonomous karena ruas
kanan dari persamaan itu tidak bergantung pada waktu. Untuk mendapatkan sebuah
model yang lebih realistis kita tentukan beberapa kenyataan
Jika p kecil, maka populasi tumbuh (h(p) > 0).
Jika p besar, maka populasi menurun (h(p) < 0).
Cara termudah untuk menggabungkan sifat tersebut di atas dalam sebuah persamaan
diferensial, kita misalkan
h(p) = k ap;
sedemikian sehingga jika p kecil, h(p) k > 0 dan jika p besar h(p) ap < 0.
Dengan ini kita peroleh persamaan populasi
)
Dimana K
yang disebut titik seimbang (equilibrium), karena solusi tidak tumbuh atau menurun.
Tetapi bukan berarti bahwa solusinya stabil. Untuk persamaan logistik, equilibrium
terjadi jika
)
yang akan memberikan solusi equilibrium
p = 0 dan p = K:
Lebih umum, solusi equilibrium dapat ditentukan dari sebarang persamaan diferensial
dalam bentuk
()
Solusi titik tetap atau solusi equilibrium yc diberikan dengan
f(yc) = 0:
Equilibrium ini juga sering disebut juga titik kritik(critical points). Kita kembali
lagi ke masalah persamaan logistik di atas dan titik-titik kritiknya. Secara khusus
kita akan membahas stabilitas dari titik-titik kritiknya. Kita katakan bahwa untuk
p kecil populasi tumbuh, tetapi untuk p besar populasi menurun. Jadi dalam hal ini
kita punyai
)
(
)
Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan akan kita peroleh
|| |
()
Dengan mengasumsikan populasi awal p0, maka kita akan punyai solusi dari persamaan
logistik yaitu
) ()
Jelas bahwa jika maka . Jadi sekali lagi dapat kita lihat bahwa p = K adalah
equilibrium stabil secara asimptotik dan p = 0 adalah equilibrium yang tidak stabil.
Persamaan logistik merupakan model populasi yang cukup menarik karena populasi tumbuh
dan akhirnya akan mencapai suatu limit dari populasi. Kita dapat juga memikirkan modifikasi
dari model logistik yang tidak kalah menariknya. Misalkan sejumlah species diproduksi ulang
dari sejumlah besar populasi(misalnya burung merpati pos).Dalam kasus ini adalah jika
populasi dibawah level tertentu akan tutun. Dalam hal ini kita modifikasi persamaan logistik
dalam bentuk
) (
) ()
Dalam gambar (2.3), kita plot analogi dari gambar (2.2). Dalam modifikasi dari model
logistik dapat diperhatikan bahwa populasi akan menuju nol jika pupolasi awalnya di bawah
p = K. Dan jika populasi lebih dari K, maka populasinya akan mencapai titik jenuhnya pada
titik equilibrium p = A.