Anda di halaman 1dari 5

ABSTRAK

Hasil para peneliti pendahulu yang meneliti gambar-gambar anak-anak mereka pada
umumnya memiliki hasil kesimpulan yang hampir sama. Pada tulisan ini pun merupakan hasil
penelitian terhadap anak-anak usia 4 6 tahun di Kota Bandung tahun 2008, secara acak
mengambil sample sebanyak 60 gambar dari 40 anak-anak. Gambar itu diteliti dari mulai proses,
sikap anak, dan hasil gambar yang diperoleh. Gambar itu dianalisis berdasarkan goresan, bentuk
obyek, ukuran obyek, dan komposisinya.

Hasil penelitian itulah yang dituangkan dalam tulisan ini. Dari hasil penelitian itu
membuktikan bahwa ada kesamaan hasil kesimpulan, bila dibandingkan dengan hasil peneliti
pendahulu, seperti Oho Graha, Primadi Tabrani, Corado Ricci, Neni Nurbayani, Victor Jower
Feld, dan para peneliti pendahulu lainnya, yaitu bahwa gambar anak-anak dapat mencerminkan
perkembangan anak.
Dapat digarisbawahi bahwa gambar anak- anak sebagai salah satu media bahasa rupa,
cetusan rasa, karsa, dan cipta anak-anak, yang dapat menggambarkan kondisi perkembangan
jiwa mereka, maka dengan melalui pengamatan proses dan hasil gambar, kita dapat
menafsirkan kondisi perkembangan mereka.Ini penting untuk membantu mereka yang memiliki
hambatan dalam proses perkembangan fisik dan psikisnya.








Abstract: Based on 2007 Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of mental
emotional disorder among Indonesian people aged >15 years was 11.6%. Mental
emotional disorder is a condition which indicated an emotional changed of a person and
could grow into a pathologic condition if it continues. Prevention actions should be taken
to maintain the mental healthiness of a community. A description of mental emotional
symptoms experienced by a community is needed
through sociodemographic characteristics influenced and symptoms analysis based on
the community. The main aim of this study was to undertake the magnitude of mental
emotional symptoms
of Indonesian population. A mental health survey was conducted within the Riskesdas
2007 frame, in 33 provinces in Indonesia, which consisted of 438 districts or cities. The
inclusion criterion were age 15 years or older and were willing to participate in the
research. Mental health assessment
was done through interviews using self reporting questionnaire (SRQ), consisted of 20
questionnaire items. If there were at least 6 yes answers, a respondent was
considered to have a mental emotional disorder. SPSS 15.0 version was used and
analysis was done with complex
samples method. It was concluded that the most symptoms experienced by most
people were somatic symptoms, although depression symptom was the main symptom
of mental emotional disorder (e.g. could not perform useful things in life, having
thoughts to end life or feel useless,
have work disturbance, and difficult to enjoy daily activities). The elderly had the
strongest association with mental emotional disorder.
Keywords: mental emotional disorder, Riskesdas, SRQ

ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah psikososial dan lingkungan diketahui memainkan peranan
penting dalam hal etiologi, pemeliharaan, dan penatalaksanaan sejumlah gangguan
jiwa.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui distribusi masalah psikososial dan lingkungan
pada penderita gangguan bipolar dan mengetahui karakteristik pasien gangguan bipolar
berdasarkan faktor sosiodemografik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
pekerjaan dan status perkawinan).
Metode penelitian: Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik nonprobability sampling jenis
consecutive sampling, jumlah sampel 39 orang pasien yang memiliki diagnosis aksis I
gangguan bipolar sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
4th edition Text Revision (DSM-IV-TR) yang datang ke poliklinik psikiatri dalam periode
antara 1 Februari sampai dengan 29 Februari 2012. Kriteria inklusi adalah pasien laki-
laki atau perempuan dengan diagnosis aksis I gangguan bipolar. Kriteria eksklusi
adalah pasien gangguan bipolar dengan ketergantungan zat (narkotika, alkohol dan zat
adiktif, kecuali kafein dan nikotin).
Hasil Penelitian: Usia subjek penelitian terbanyak adalah pada usia 20- 30 tahun,
yaitu sebanyak 14 orang (35,9%); subjek penelitian terbanyak adalah perempuan,
sebanyak 21 yaitu orang (53,9%); tingkat pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah
tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 29 orang (74,4%); berdasarkan status
pekerjaan, subjek penelitian terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 29 orang
(74,4%); dari status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah tidak kawin, yaitu
sebanyak 26 orang (66,7%). Proporsi adanya masalah psikososial dan lingkungan yang
mendahului awitan pada pasien gangguan bipolar sebanyak 34 orang (87,2%). Masalah
psikososial dan lingkungan yang ditemukan berdasarkan jenisnya adalah: masalah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dengan primary support group sebanyak 12 orang (35,3%), masalah ekonomi sebanyak
10 orang (29,4%), masalah pekerjaan sebanyak 5 orang (14,7%), masalah berkaitan
dengan lingkungan sosial sebanyak 4 orang (11,8%), dan masalah pendidikan
sebanyak 3 orang (8,8%).
Kesimpulan: Masalah psikososial dan lingkungan yang paling sering pada pasien
gangguan bipolar adalah masalah dengan primary support group, yang mencakup
kekacauan dalam keluarga akibat perselisihan dengan orang tua sebesar 66,7%;
bertengkar dengan pasangan hidup sebesar 16,7%; kematian orang tua sebesar 8,3%;
dan kebandelan anak-anak sebesar 8,3%.
Kata kunci : Masalah psikososial dan lingkungan, gangguan bipolar, DSM-IV-TR
UNIVERSITAS


ABSTRACT
Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is characterized by a pattern of diminished
sustained attention (inattention), hyperactivity and higher levels of impulsivity in a child or
adolescent than expected for someone of that age and developmental level. A child with ADHD
usually gets a difficulty in learning process that cause the decreasing of achievement at school.
The objective of this study was to know the correlation between ADHD with the achievement
among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto. The method of this study was analytic
observational with cross-sectional design studies and sampling techniques were purposive
sampling and simple random sampling in 43 students; 19 students that had high risk of ADHD
and 24 students without ADHD. Univariate analysis used table of frequency and bivariate
analysis used chi square. Proportion of ADHD was 44,2%. There was a correlation between
ADHD with the achievement (p=0,004; r=0,450). This result showed that there was a statistically
significant correlation between ADHD with the achievement among students of SDN 2 and SDN
3 Berkoh Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai