Abstrak Dari berbagai perubahan yang sangat mendasar terhadap kehadiran otonomi daerah, salah satunya yang esensial menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan. Kecamatan yang sebelumnya merupakan kepala wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah Camat melaksanakan tugas umum pemerintahan dan kewenangan yang dilimpahkan dari Bupati/alikota. Kecamatan yang sebelumnya merupakan kepala wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah Camat melaksanakan tugas umum pemerintahan dan kewenangan yang dilimpahkan dari Bupati/alikota. !al ini dilakukan sebagai upaya dalam rangka mempermudah akses masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan, karena pemerintah kecamatan dekat dengan masyarakat pengguna jasa layanan. "erubahan tersebut ternyata membawa implikasi yang sangat mendasar atau fundamental bagi Camat dan institusi kecamatan itu sendiri. "ara Camat merasakan bahwa secara formal #yuridis$, kini kewenangan dan kekuasaan mereka sangat berkurang. Selain itu, para camat juga merasa bahwa kewenangan dan fungsi mereka sekarang menjadi kurang jelas. %toritas Camat berkisar pada fungsi& fungsi pelayanan yang sangat terbatas bahkan hanya menjalankan fungsi pelayanan yang lebih bersifat surat rekomendasi atau surat pengantar atau surat keterangan bagi lembaga diatasnya yaitu Bupati/alikota. Kata Kunci : Kecamatan, Pelayanan Publik, Perangkat Daera i Kar!l Te!"ani #!$an, %&AP&, M&AP a$ala %ta' Penga(ar )ni"ersitas Putra *atam PENDAH)#)AN 'eformasi pemerintahan yang terjadi di (ndonesia telah mengakibatkan pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik kearah desentralisasi. Dalam kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang tercantum dalam )) *o. ++ ,ahun -... yang dire/isi menjadi )) *o. 0+ ,ahun +112 ,entang "emerintahan Daerah, distribusi kewenangan berubah secara signifikan. Kebijakan otonomi daerah dalam )ndang&)ndang *omor 0+ ,ahun +112 tentang "emerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. "emerintah Daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. 3elalui )ndang&)ndang *omor 0+ ,ahun +112, pemerintah daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan daerah. "ergeseran paradigma tersebut mengarah pada asas desentralisasi dengan pemberian otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab, dimana prinsip&prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan karakteristik daerah menjadi titik sentral pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah. )ntuk mencapai reformasi pemerintahan tersebut, bangsa (ndonesia melalui perjalanan yang begitu panjang. Desentralisasi dimaksudkan sebagai instrumen yang mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat yang tergolong majemuk dengan kondisi dan potensi yang beragam pula. *amun demikian, perlu diawasi bersama kemungkinan dampak negatif desentralisasi yang tak terkendali seperti munculnya 4republik kecil4, 4raja kecil4, dan korupsi, kolusi, nepotisme #KK*$ sebagai akibat lemahnya kontrol pusat terhadap daerah. 5ika dampak negatif terjadi maka bukannya kemaslahatan yang diperoleh namum kemudrahatan kolekif yang dinikmati. ,entu hal ini akan mengurangi kemampuan negara untuk mencapai tujuan dasarnya. Dengan demikian sebenarnya desentralisasi tidak berarti meninggalkan sentralisasi karena pada dasarnya desentralisasi dan sentralisasi berada dalam suatu garis kontinum #3uluk, - +11. 6 70$. Desentralisasi dan sentralisasi pada dasarnya tidak saling meniadakan namun saling melengkapi sebagai suatu konfigurasi yang bermanfaat dalam pencapaian tujuan&tujuan pemerintahan. %leh karena itulah dapat dipahami bahwa penerapan desentralisasi secara tepat dalam pengertian yang luas mampu memenuhi tujuan pemerintahan. Dalam kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang tercantum dalam )ndang&)ndang *o. 0+ ,ahun +112 ,entang "emerintahan Daerah, distribusi kewenangan berubah secara signifikan, termasuk perubahan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dari berbagai perubahan yang sangat mendasar terhadap kehadiran otonomi daerah, salah satunya mengenai eksistensi atau keberadaan organisasi kecamatan. Salah satu perubahan yang sangat esensial tersebut yaitu menyangkut kedudukan, tugas dan kewenangan kecamatan. Kecamatan yang sebelumnya merupakan kepala wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah Camat melaksanakan tugas umum pemerintahan dan kewenangan yang dilimpahkan dari Bupati/alikota. !al ini dilakukan sebagai upaya dalam rangka mempermudah akses masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan, karena pemerintah kecamatan dekat dengan masyarakat pengguna jasa layanan. 8una mendukung pemberlakuan )ndang&undang *omor 0+ tahun +112 tentang pemerintahan daerah, pemerintah mengeluarkan "eraturan "emerintah #""$ *o. -. ,ahun +119 ,entang Kecamatan. "eraturan pemerintah tersebut sekaligus mempertegas )) *omor 0+ tahun +112 tentang pemerintahan daerah yang belum secara jelas mengatur mengenai urusan otonomi daerah yang dilimpahkan ke kecamatan. "ada pasal -: ayat + #"" *o. -. tahun +119$ disebutkan bahwa Camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/alikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek6 peri;inan< rekomendasi< koordinasi< pembinaan< pengawasan< fasilitasi< penetapan< penyelenggaraan< dan kewenangan lain yang dilimpahkan. + 5ika dicermati kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah, maka jelas terkandung maksud dari pemerintah untuk memposisikan kecamatan sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, tanpa terkontaminasi oleh unsur&unsur politik praktis yang berkembang di masyarakat. "erubahan posisi atau status Camat dari kepala wilayah menjadi perangkat daerah dengan fungsi utama menangani sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan serta menyelenggarakan tugas umum pemerintahan ini ternyata membawa implikasi yang sangat mendasar atau fundamental bagi Camat dan institusi kecamatan itu sendiri. "ara Camat merasakan bahwa secara formal #yuridis$, kini kewenangan dan kekuasaan mereka sangat berkurang. Selain itu, para Camat juga merasa bahwa kewenangan dan fungsi mereka sekarang menjadi kurang jelas. !al ini kerapkali menimbulkan keragu&raguan bagi Camat dalam menjalankan tugasnya. 3enurut (ndaryanti, #+119 6 +$ pergeseran status dan kedudukan Camat dan 4"erangkat ilayah #"$ menjadi "erangkat Daerah #"D$ sangat jelas telah mengurangi bahkan menghilangkan sebagian otoritas Camat. Saat ini otoritas Camat berkisar pada fungsi&fungsi pelayanan yang sangat terbatas bahkan hanya menjalankan fungsi pelayanan yang lebih bersifat surat rekomendasi atau surat pengantar atau surat keterangan. Sementara itu ruang gerak kecamatan yang semakin terbatas untuk berperan menghadapi publiknya sedangkan anggapan yang sangat tinggi terhadap posisi Camat pada masa lalu sebagai bapaknya wilayah kecamatan dalam mengadukan keluhan dan menyelesaikan permasalahan. Selanjutnya kecamatan akan muncul sebagai organisasi dengan fungsi minimal dan membebani anggaran tanpa output yang berarti #Dharmawan, +119 6 :$. Sehingga banyak Camat yang mengeluhkan mengenai ketidakjelasan tugas atau kewenangan mereka terhadap perubahan kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah. 0 Penelitian Ter$aulu "enelitian terdahulu berikut digunakan untuk memudahkan pemahaman ataupun analisis yang rele/an dengan kajian kecamatan di =ra %tonomi Daerah. Dengan demikian dapat dianalisis prakteknya dilapangan. Kinseng +,--./, "enelitian dengan judul Kecamatan di =ra %tonomi Daerah 6 Status dan ewenang Serta Konflik Sosial, yang dilakukan pada tahun +11>. "enelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri bersama ,im "S"0&("B #"usat Studi "embangunan "ertanian dan "emberdayaan 3asyarakat&(nstitut "ertanian Bogor$ dan bekerjasama dengan ,im D'S"&)S?(D #Democratic Reform Support Program- United States Agency For International Development$. Studi ini dilakukan pada lima propinsi yakni "ropinsi *anggroe ?ceh Darussalam, Sumatera Barat, Daerah (stimewa @ogyakarta, Bali dan Kalimantan Barat. Di *?D, Kabupaten yang dipilih adalah Kabupaten ?ceh Besar dengan dua kecamatan yakni Kecamatan (ngin jaya dan Baitussalam. Di Sumatera Barat, Kabupaten yang dipilih adalah Kabupaten ,anah Datar sedangkan Kecamatannya adalah Kecamatan ,anjung =mas dan A Koto. Di D(@, studi dilakukan di Kabupaten Bantul sedangkan Kecamatan adalah Kecamatan Dlingo dan Bangun ,apan. Sementara itu di Bali studi dilakukan di Kabupaten Bangli #kecamatan ,embuku$ dan Kabupaten Karang ?sem #Kecamatan Kubu$, sedangkan di "ropinsi Kalimantan Barat studi ini dilakukan du Kabupaten Sambas dengan Kecamatan "aloh dan Selakao. "enelitian ini bertujuan mengkaji status serta kekuasaan dan kewenangan Camat/Kecamatan di era otonomi daerah atau era )) *o. 0+ ,ahun +112 dalam realitas di lapangan. !asil penelitian ini menyimpulkan bahwa #-$ keberadaan Kecamatan di wilayah studi masih diperlukan. ?da banyak alasan yang dikemukakan, misalnya terbatasnya kemampuan Kabupaten untuk menangani permasalahan dan mengawasi desa yang begitu banyak, perlunya penajaman pembangunan berbasis wilayah, kemampuan desa yang terbatas, alasan histori, hingga masalah habisnya waktu Bupati untuk melantik para kepala desa di wilayahnya jika hal itu harus dilakukan oleh Bupati seperti yang diamanatkan dalam )) *o 0+ ,ahun +112. #+$ di lapangan, para Camat merasa bahwa kewenangan 2 mereka di era )) 0+ ,ahun +112 ini sangat berkurang dibandingkan era )) *o :/-.>2. *amun demikian, tuntutan masyarakat terhadap peran Camat masih seperti pada era )) *o :/-.>2. ?kibatnya, dalam kenyataan mereka tetap harus berperan aktif seperti dulu di tengah&tengah masyarakat. 3ereka dituntut untuk siap melayani 4selama +2 jam4 dan harus tahu 4segala sesuatu yang terjadi di wilayah kecamatan4. Bupati sendiri kadangkala juga masih mengharapkan Camat berperan seperti itu, meskipun tanpa dilimpahkannya kewenangan. #0$ ?kibat 4dipangkasnya4 kewenangan Camat, maka Camat seringkali ragu&ragu dalam bertindak, khususnya dalam kaitannya dengan para kepala desa, yang bukan lagi 4bawahan4 mereka seperti pada re;im )) *o :/-.>2. Selain itu, koordinasi dengan para kepala cabang dinas/)", di Kecamatan juga kurang efektif, karena mereka lebih tunduk pada atasan mereka masing&masing sementara para atasan mereka di Kabupaten seringkali turut 4mengabaikan4 peran Camat. %anusi $kk +,-0-/ merupakan ,im "eneliti dari Bembaga ?dministrasi *egara #B?*$. ,im tersebut, melakukan penelitian yang kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku yang berjudul 6 Bunga 'ampai Kajian Kelembagaan< QUO VADIS K=B=3B?8??* K=C?3?,?* D( ='? %,%*%3( D?='?!< ?nalisis =fektifitas Kecamatan. "enelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat keefektifitas kelembagaan kecamatan di =ra otonomi daerah. "enelitian ini menggunakan metode wawancara dan Cuisioner dengan instrumen S"eK%" #Sistem "engukuran Kinerja %rganisasi "emerintah$ dalam mendapatkan data yang diperlukan. S"eK%" dapat diamati oleh beberapa indikator yaitu 6 Kepemimpinan, "erencanaan, Daktor =ksternal, "roses (nternal, Sumber Daya 3anusia, Sistem (nformasi 3anajemen, dan !asil. "enelitian ini dilakukan pada + #dua$ daerah yaitu Kota "angkapinang dan Kabupaten 3alang. !asil penelitian menunjukkan bahwa seiring dengan pemberlakuan %tonomi daerah, kedudukan Kecamatan sebagai perangkat daerah menjalankan tugas umum pemerintahan dan kewenangan yang dilimpahkan. Kewenangan yang dilmpahkan ke Kecamatan di Kota "angkalpinang berjumlah -+ kewenangan sedangkan Kabupaten : 3alang -> kewenangan. Kewenangan tersebut belum berjalan secara optimal karena ketidakjelasan saring kewenangan dengan dinas daerah. ,ugas umum pemerintahan yang diberikan merupakan tugas yang sebenarnya dilaksanakan oleh Kecamatan, yang dalam pelaksanaan koordinasi sudah berjalan dengan baik. "elayanan kepada masyarakat masih bersifat memberikan surat keterangan atau pengantar. Sedangkan pengurusan K," dan KK sudah ditarik ke Kota/Kabupaten dan tidak adanya )", Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kecamatan sehingga disatu sisi menimbulkan !ig "ost bagi masyarakat karena harus mengurus ke kota/Kabupaten. Selanjutnya persepsi masyarakat terhadap pelayanan di Kantor Kecamatan, secara umum sudah baik. Dimana penilian dilakukan melalui wawancara dan Euisioner dengan (nstrumen S"eK%". In$aryanti +,--./, penelitian ini dengan judul 4"erspesi dan =kspetasi "ublik terhadap Dungsi dan "eran Kelembagaan Kecamatan di ,ingkat Bokal4. "enelitian ini dilakukan di : #lima$ wilayah pro/insi, dimana masing&masing pro/insi dipilih satu atau dua Kabupaten kasus studi, yaitu 6 Kabupaten tanah datar di pro/insi Sumatera Barat, Kabupaten Bantul di "ro/insi Daerah (stimewa @ogyakarta, Kabupaten Sambas di "ro/insi Kalimantan Barat, Kabupaten Karangasem dan Bangli di "ro/insi Bali. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif. ,ujuan penelitian ini adalah untuk #-$ mengetahui persepsi/pandangan publik #masyarakat$ terhadap kinerja kelembagaan Kecamatan selama ini di lokasi studi, #+$ mempelajari ekspetasi atau harapan publik terhadap kinerja kelembagaan kecamatan ke depan. !asil penelitian ini adalah #-$ ekspetasi masyarakat di lokasi studi, kecamatan dapat memainkan peran sebagai lembaga yang menjalankan program pengentasan kemiskinan, memberikan jaminan keamanan, dan fungsi pelayanan.#+$ masyarakat di kelima lokasi studi memandang keberadaan kecamatan selama ini sangat berarti sebagai lembaga administratif, penyampaian #delivery$ pelayanan publik, dan fungsinya dalam tanggap masalah kritis/bencana. #0$ posisi kelembagaan kecamatan di kelima lokasi studi sampai saat ini masih sangat diharapkan keberadaannya serta peran dan fungsinya oleh masyarakat. *amun dalam realitanya di lapangan, fungsi&fungsi 7 kecamatan yang dijalankan selama ini umumnya dipandang belum dijalankan secara efektif. Desentralisasi $an Ot!n!mi Daera Konsep otonomi secara formal tidak dapat dipisahkan konteksnya dengan desentralisasi. Smith #-.9: 6 -&-9$ menyampaikan bahwa desentralisasi merupakan konsep pendelegasian kekuasaan dan kewenangan dari pemerintahan di atasnya terhadap pemerintahan yang lebih rendah dalam sebuah hirarki wilayah. Secara etimologis konsep ini berasal dari bahasa latin, yaitu De yang berarti lepas dan "entrum yang artinya pusat. Dengan demikian Decentrum berarti melepas dari pusat atau menjauh dari pemusatan. Desentralisasi tidak diartikan sebagai putus sama sekali dengan pemerintah pusat melainkan hanya menjauh dari pusat #*urcholis, +11> 6 .$. Dengan kata lain desentralisasi merupakan konsep menjauhkan 4sesuatu4 dari pemerintah atau organisasi yang lebih tinggi kepada pemerintah atau organisasi di bawahnya, Dalam konteks organisasi 4sesuatu4 tersebut adalah kekuasaan dan kewenangan seperti halnya yang disampaikan oleh Smith di atas. Smith #-.9: 6 2>$ mengemukakan bahwa tekanan terhadap keberadaan desentralisasi dipengaruhi oleh + #dua$ kebutuhan yaitu kebutuhan administrasi dan politik. Kebutuhan administrasi meliputi 6 #a$ hubungan yang dekat antara indi/idu sebagai warga negara dengan pejabat pemerintah, #b$ pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pejabat setempat, dan #c$ faktor geografi yang beragam. Sedangkan kebutuhan politik didasarkan pada faktor&faktor yang meliputi6#a$ perbedaan budaya, #b$ ketidakmerataan pembangunan/pertumbuhan ekonomi, #c$ kebergaman etnis dan #d$ menjaga kebutuhan fungsi demokrasi #pemerintah daerah merupakan representatif masyarakat setempat$. Kondisi yang demikianlah menurut Smith menjadi tekanan atau sebuah kebutuhan akan keberadaan desentralisasi. Selanjutnya menurut *urcholis #+11> 6 -1$ desentralisasi adalah penyerahan wewenang politik dan administrasi dari puncak hirarki organisasi #pemerintah "usat$ kepada jenjang organisasi di bawahnya #pemerintah daerah$. Dua kewenangan > tersebut #politik dan administrasi$ diserahkan kepada pemerintah daerah. ewenang politik tersebut merupakan wewenang dalam membuat kebijakan sedangkan wewenang administrasi merupakan kewenangan untuk menjalankan kebijakan tersebut. Sementara itu Bryant dan hite #idodo, +11- 6 21$ mengemukakan bahwa desentralisasi dapa bersifat administrasi dan politik. Desentralisasi administrasi biasanya disebut dekonsentrasi dan berarti pendelegasian wewenang pelaksanaan kepada tingkat&tingkat lokal. "ara pejabat tingkat lokal bekerja dalam batas&batas rencana dan sumber&sumber anggaran, namun mereka memiliki elemen kebijaksanaan dan kekuasaan #diskresi$ serta tanggungjawab tertentu dalam hal sifat hakekat jasa dan pelayanan pada tingkat lokal. Sedangkan desentralisasi politik atau de/olusi berarti wewenang pembuatan keputusan dan kontrol tertentu terhadap sumber daya yang diberikan pada pejabat regional dan lokal. De/olusi disebut desentralisasi dan diserahkan adalah wewenang pengambilan keputusan politik dan administrasi. Selanjutnya menurut idjaja #+119 6 :1$, desentralisasi merupakan instrumen pencapaian tujuan bernegara dalam kerangka kesatuan bangsa yang demokratis. )ntuk itu, harus diperhatikan keseimbangan antara kebutuhan untuk menyelenggarakan desentralisasi dengan kebutuhan memperkuat kesatuan nasional. Dua tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan desentralisasi yaitu tujuan politik dan tujuan administratf6 a. ,ujuan "olitik ,ujuan politik akan memosisikan pemerintah daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society #masyarakat madani$. b. ,ujuan ?dministratif ,ujuan administratif akan memosisikan pemerintah daerah sebagai unit pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efisien dan ekonomis. 9 Selanjutnya proses peralihan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi disebut pemerintah daerah dengan otonomi. 3enurut idjaja #+11. 6 >7$, %tonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang&undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan *egara Kesatuan 'epublik (ndonesia. Selanjutnya *draha #+111$ mengatakan bahwa tujuan otonomi daerah adalah segala cara untuk mengurangi beban pusat, meningkatkan efisiensi, memenuhi kebutuhan psikologi daerah akan self esteem atau self actiuali$ation atau mendekatkan layanan kepada masyarakat atau juga sebagai alat dan cara untuk membuat daerah atau masyarakat mandiri #$elfstanding$. hal ini sejalan dengan yang dimaksud oleh Depdagri dan Bappenas #=dyar, +11: 6 -:0$, bahwa 4ada kelompok dalam masyarakat yang lebih teliti melihat otonomi daerah sebagai suatu mekanisme empo%erment&' Selain itu !oessein dikutip oleh 3uluk #+11. 6 :7&:9$ juga menyampaikan bahwa desentralisasi mencakup dua elemen pokok yaitu pertama, pembentukan daerah otonom dan kedua penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah otonom. Dari kedua elemen pokok tersebut lahirlah apa yang disebut sebagai local government #pemerintahan lokal$. (ocal government ini merupakan sebuah konsep yang dapat mengandung tiga #0$ arti. "ertama, ia berarti pemerintah lokal yang kerap kali dipertukarkan dengan local autorty yang mengacu pada organ, yakni council dan mayor dimana rekrutmen pejabatnya didasarkan pada pemilihan. Kedua, ia mengacu pada pemerintahan lokal yang dilakukan oleh pemerintah lokal. ?rti kedua ini lebih mengacu pada fungsi. Ketiga, ia bermakna daerah otonom. !oessein seperti yang dikutip oleh 3uluk #+11. 6 :9$ menjelaskan bahwa pembentukan daerah otonom yang secara simultan merupakan kelahiran status otonomi berdasarkan atas aspirasi dan kondisi objektif . dari masyarakat yang berada di wilayah tertentu sebagai bagian dari bangsa dan wilayah nasional. Dalam sistem pemerintahan daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan kepentingan dan aspirasinya. Dengan kewenangan ini masyarakat daerah setempat melalui wakil& wakilnya membuat kebijakan publik/kebjakan daerah. Kebijakan daerah ini lalu dilaksanakan oleh pejabat&pejabat daerah setempat. Dengan demikian urusan urusan masyarakat diputuskan oleh masyarakat sendiri. %leh karena itu, jika muncul masalah, dengan cepat masyarakat akan menyelesaikannya. "elayanan publik yang diberikan oleh pejabat pelaksana dapat diterima maysrakat secara cepat dan mudah karena tidak terdapat jalur birokrasi yang panjang, kompleks, dan berbelit&belit. Dengan proses pemerintahan demikian, pemerintahan daerah mampu melahirkan kinerja yang lebih efisien. 3enurut *urcholis #+11> 6 2+$, !al&hal yang membuat sistem pemerintahan daerah lebih efisien adalah 6 a$ Dilihat dari kuantitasnya, urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah lebih sedikit daripada yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat< b$ Dilihat dari rumitnya birokrasi, pemerintahan daerah lebih sederhana daripada diselenggarakan secara terpusat< c$ Dilihat dari pemberian pelayanan publik, pemerintahan daerah lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih mudah, murah dan cepat< d$ Dilihat dari cara menyelesaikan masalah, pemerintah daerah lebih cepat menyelesaikannya. Selanjutnya istilah daerah dalam terminologi daerah otonom di (ndonesia memunculkan dua penafsiran utama yang apabila tidak dipahami dengan benar oleh para pembuat kebijakan maka hal tersebut memunculkan konflik #3uluk, +11. 6 .7$. "enafsiran pertama tentang istilah daerah yang dipahami sebagai area, teritorial, atau kekuasaan atas luas tanah tertentu. Daerah dalam penafsiran ini dipahami sebagai teritorial fisik berupa lahan, dataran, tanah dan dalam batas&batas fisik tertentu yang berada dalam wilayah kekuasaan tertentu. Dulu di (ndonesia, nama daerah senantiasa -1 berorientasi pada kekuasaan penguasan tertentu, seperti kerajaan, kadipaten, kabupaten, kawedanan, termasuk kelurahan. Kerajaan dipahami sebagai wilayah kekuasaan raja, begitu pula dengan kadipaten yang berarti wilayah kekuasaan seorang adipati, dan seterusnya pada kabupaten dan kelurahan. "enafsiran berikutnya tentang daerah otonom dipengaruhi oleh pendekatan yang berorientasi pada orang. Daerah otonom dimaknai sebagai kumpulan orang yang secara satu kesatuan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri. !al tersebut tercantum dalam )) *omor 0+ tahun +112 tentang pemerintahan daerah pada Bab - ketentuan umum, pasal -. "enentuan batas merupakan hal yang krusial yang senantiasa dihadapi oleh berbagai negara di dunia. (su&isu S?'? di berbagai negara bahkan mampu mengoreksi batas&batas dan status daerah ini. *amun demikian persoalan penentuan batas daerah ini bukanlah sesuatu hal yang harus dihindari melainkan persoalan yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya. Perkembangan Kecamatan $i In$!nesia Dulu di bawah )ndang&)ndang *omor : ,ahun -.>2 terdapat wilayah administrasi Kecamatan. Camat adalah pejabat pemerintah pusat yang ditempatkan di wilayah kerja administrasi Kecamatan. %leh karena itu, Camat disebut kepala wilayah, bukan kepala daerah. Keberadaan wilayah administrasi adalah akibat dari diterapkannya asas dekonsentrasi. ,elah dijelaskan bahwa dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian wewenang pejabat tingkat pusat kepada pejabat di wilayah negara. 3enurut *urcholis #+11> 6 0-$, berdasarkan atas dekonsentrasi maka menteri atau pejabat pusat menempatkan pejabatnya di daerah dengan wilayah kerja tertentu. ilayah kerja tertentu pejabat pusat yang ditempatkan di daerah inilah yang disebut dengan wilayah administrasi. "ada era berlakunya )) *o :/-.>2 tentang pokok&pokok "emerintahan di Daerah, Camat merupakan kepala wilayah +K$. !al ini dinyatakan dengan tegas dan jelas pada pasal >7 dan >>. "ada pasal >7 dikatakan bahwa 4setiap ilayah -- dipimpin oleh seorang Kepala ilayah sedangkan dalam pasal >> dikatakan bahwa Kepala ilayah meliputi 6 a. "ropinsi dan (bukota *egara disebut 8ubernur< b. Kabupaten disebut Bupati< c. Kotamadya disebut alikotamadya< d. Kota ?dministratif disebut alikota< e. Kecamatan disebut Camat. Disini terlihat bahwa kepala wilayah Kecamatan disebut Camat. Selanjutnya dalam pasal 91 dikatakan 6 4Kepala ilayah sebagai akil "emerintah adalah penguasa tunggal dibidang pemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpin pemerintahan mengkoordinasikan pembangunan dan membina kehidupan masyarakat disegala bidang4. ewenang, tugas dan kewajiban Camat selaku kepala wilayah Kecamatan sama dengan wewenang, tugas dan kewajiban kepala wilayah lainnya, yakni 8ubernur, Bupati, alikotamadya dan alikota. Secara lengkap dalam pasal 9- dijelaskan bahwa wewenang, tugas dan kewajiban kepala wilayah adalah6 a. 3embina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan ketentraman dan ketertiban yang ditetapkan oleh "emerintah< b. 3elaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinaan ideologi, *egara dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan Bangsa sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh "emerintah< c. 3enyelenggarakan koordinasi atas kegiatan&kegiatan (nstansi&instansi Fertikal dan antara (nstansi&instansi Fertikal dengan Dinas&dinas Daerah, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar&besarnya< d. 3embina dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan Daerah< e. 3engusahakan secara terus menerus agar segala peraturan perundang&undangan dan peraturan daerah dijalankan oleh (nstansi&instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta pejabat&pejabat yang ditugaskan untuk itu serta -+ mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah< f. 3elaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan peraturan perundang&undangan diberikan kepadanya< g. 3elaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu (nstansi lainnya. Dari sini jelas terlihat betapa kuatnya posisi dan kewenangan seorang Camat di wilayah kecamatan. Camat adalah kepala wilayah, wakil pemerintah pusat, dan penguasa tunggal di wilayah kecamatan yang dapat 4mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah4. Seiring dengan Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, kedudukan Kecamatan diatur dalam )) 0+ tahun +112 tentang pemerintahan daerah yang kemudian diatur lebih lanjut dalam "eraturan "emerintah *omor -. ,ahun +119 tentang Kecamatan. Dalam peraturan tersebut, Kecamatan diletakkan dalam dua pengertian. "ertama, Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota. yang pengaturannya pada "" *o -. ,ahun +119 ,entang Kecamatan pasal -. Selanjutnya, pemahaman Kecamatan sebagai wilayah diperkuat pada Bab (( tentang pembentukan Kecamatan yang meliputi syarat administrasi, teknis #jumlah penduduk, luas wilayah, akti/itas perekonomian$ dan fisik kewilayahan #jumlah desa/kelurahan, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan$. Dari pemahaman ini, sebagai kepala Kecamatan, Camat adalah pimpinan di wilayah Kecamatan tersebut. Kedua, Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat. Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah. Kecamatan sebagai sebuah %rganisasi juga dapat ditunjukkan pada Bab F tentang susunan %rganisasi, pasal +0 ayat - disebutkan bahwa %rganisasi kecamatan terdiri dari - #satu$ sekretaris, paling banyak : #lima$ seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 0 #tiga$ subbagian. -0 Dengan pengaturan ini, Kecamatan disamakan kedudukannya dengan organisasi perangkat daerah lainnya seperti dinas daerah, lembaga teknis daerah, sekretariat daerah, dan sekretariat D"'D. Kecamatan tidak langsung merujuk pada suatu wilayah tertentu #Kecamatan$ seperti yang dipahami diatas, tetapi ia merujuk pada nama suatu unit organisasi seperti halnya dinas dan lembaga teknis. "erbedaannya dari organisasi perangkat daerah lainnya adalah Kecamatan mempunyai daerah operasional tertentu, yaitu beberapa desa atau Kelurahan. Selanjutnya idjaja, #+119 6 -+$, mengatakan bahwa perangkat daerah adalah organisasi/lembaga pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dan membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas sekretariat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah. Selanjutnya, organisasi perangkat daerah ditetapkan dengan peraturan daerah #perda$ dengan pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi perangkat daerah. Kusumah seperti yang dikutip oleh Sobandi dkk #+117 6 :2&::$ mengatakan bahwa perubahan status kecamatan adalah sebagai dampak dari kebijakan otonomi daerah. ?kan tetapi di dalam kebijakan tersebut tidak mengatur secara jelas atau kepastian mengenai status organisasi kecamatan. Kepastian status apakah masuk kedalam kelompok staff #sekretariat daerah$, unsur lini #dinas daerah$, atau unsur lembaga teknis daerah #badan atau kantor$ merupakan sesuatu yang penting. Dari karakteristik tugas pekerjaannya, secara empiris, kecamatan akan lebih tepat dan memadai untuk dikelompokkan pada jajaran unsur lini dengan nama atau nomenklatur unsur lini kewilayahan. "engelompokkan ini diperlukan untuk membedakan dengan unsur lini teknis seperti nomenklatur bagi dinas daerah. 5adi, Camat sebagai unsur lini kewilayahan menjalankan tugas pokoknya yang melekat sebagai unsur lini yaitu Direct to do to act. Dalam hal ini, kegiatan camat beserta jajarannya bersifat operasional, memberi pelayanan langsung kepada masyarakat di bidang pemerintahan umum dan berperan sebagai koordinator perangkat daerah yang berada di wilayahnya. -2 Selanjutnya menurut )tomo #Sobandi, +117 6 .0$ adapun pilihan untuk mengembangkan organisasi kecamatan dapat dipilih di antara dua opsi berikut 6 a. 3enetapkan format organisasi secara seragam #homogen$ mengingat tipisnya karakteristik antara kecamatan di suatu daerah. b. 3enetapkan format organisasi secara heterogen berdasarkan tiplogi tertentu yang dihitung berdasarkan indikator jumlah penduduk, kelurahan, luas wilayah, serta sarana fasilitas dasar bidang sosial ekonomi. "emberlakuan )ndang&)ndang 0+ tahun +112 tentang pemerintahan daerah, Camat tidak lagi menjadi kepala wilayah, melainkan sebagai perangkat daerah #"D$& Secara terinci kewenangan Camat, dalam pasal -+7 ayat + #dua$ dijelaskan bahwa Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau alikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. 5adi, berdasarkan ayat dua #+$ ini seorang Camat mendapat kewenangan yang dilimpahkan atau diberikan oleh Bupati atau alikota, untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Sementara itu, pada ayat tiga #0$, dijelaskan bahwa Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. ,ugas umum pemerintahan ini meliputi 6 a. 3engkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat. b. 3engkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketrentraman dan ketertiban umum. c. 3engkoordinasikan penerapan dan penegakkan peraturan perundang&undangan. d. 3engkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. e. 3engkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat kecamatan. f. 3embina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan. g. 3elaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugas dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Selanjutnya pada tanggal +9 Debruari +119 pemerintah telah mengeluarkan "eraturan "emerintah #""$ *o. -. ,ahun +119 ,entang Kecamatan, yang secara jelas dan tegas memberikan "engaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi -: pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya. "ada pasal -: ayat + #"" *o. -. tahun +119$ disebutkan bahwa Camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/alikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek 6 peri;inan< rekomendasi< koordinasi< pembinaan< pengawasan< fasilitasi< penetapan< penyelenggaraan< dan kewenangan lain yang dilimpahkan. 3enurut Suharmawijaya #+11. 6 2$, peneliti )e *a%apos Institute of Pro Otonomi #5"("$, Camat adalah kekuasaan kepanjangan tangan Bupati/alikota. Bila merunut sejarah, kecamatan merupakan reinkarnasi 4kademanganG4 dalam struktur pemerintahan 5awa era kolonial atau kerajaan. Kademangan dipimpin oleh seorang demang yang bertanggung jawab kepada adipati. ?dipati saat ini menjelma sebagai Bupati atau alikota #5awapos, +11. 6 2$. 5ika dicermati kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah, maka jelas terkandung maksud dari pemerintah untuk memposisikan Kecamatan sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, tanpa terkontaminasi oleh unsur&unsur politik praktis yang berkembang di masyarakat. Subarsono seperti yang dikutip oleh (ndaryanti #+119 6 :$ menyebutkan bahwa produk birokrasi publik, sebagai suatu organisasi publik, adalah pelayanan publik yang diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara luas. "elayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian akti/itas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. "engguna atau pelanggan yang dimaksud adalah warganegara yang membutuhkan pelayanan publik, seperti pembuatan kartu tanda penduduk, akta kelahiran, akta nikah, akta kematian, serfitikat tanah, ijin usaha, ijin mendirikan bangunan #(3B$, ijin gangguan #!%$, dan sebagainya. )rgensi Pelim1aan Ke2enangan ke Kecamatan "roses kelahiran kecamatan sebagai perangkat daerah tidak dapat dilepaskan dari makna desentralisasi. "ada negara kesatuan dimana pada hakekatnya semua kewenangan dimiliki oleh pemerintah pusat, dengan melalui proses desentralisasi, sebagian kewenangan diserahkan kepada daerah. "enyerahan kewenangan harus -7 dipahami sebagai penyerahan kewenangan kepada rakyat di daerah tersebut yang selanjutnya rakyat melalui proses demokrasi yaitu melalui pemilu memilih kepala daerah untuk melaksanakan kewenangan rakyat di daerah tersebut. )ntuk mewujudkan dan menjalankan kewenangan tersebut, maka kepala daerah membentuk organisasi perangkat daerah. %leh karena itu sebagai bagian dari organisasi pemerintah daerah, Kecamatan mempunyai tugas dan fungsi untuk dapat mewujudkan pelaksanaan kewenangan tersebut. Senada dengan pemikiran diatas, menurut Bitterer #3uluk, +11. 6 >1$ dalam ilmu administrasi, adanya pemerintahan daerah mencerminkan adanya upaya untuk mencapai tujuan organisasi melalui pembagian kerja berdasarkan area dan lokasi karena bisa menyerap aspirasi dan kebutuhan yang beragam di setiap lokasi berbeda. Dengan mengamati uraian diatas, dapat dimengerti bahwa keberadaan kecamatan sebagai perangkat daerah yang merupakan bagian dari organisasi pemerintah daerah merupakan sebuah usaha untuk mendukung pelaksanaan tugas pemerintahan Kepala daerah di wilayah kecamatan. Dengan demikian, keberadaan kecamatan dipandang sebagai pelaksana tugas pemerintahan yang telah diberikan oleh Kepala daerah, guna menyerap aspirasi serta kebutuhan yang beragam di wilayah Kecamatan yang dilakukan dengan pembagian kerja. 3enurut Kaho #+11> 6 +22$ pembagian pekerjaan haruslah diikuti dengan pelimpahan kewenangan. Seseorang yang diserahi tugas tertentu mempunyai tanggungjawab penuh atas pekerjaan tersebut. ,anggungjawab hanya dapat dilakukan dengan sebaik&baiknya apabila yang bersangkutan mempunyai kewenangan untuk memutuskan segala sesuatu yang berkaitan denga tugasnya tersebut. Dengan demikian pelimpahan kewenangan dari Bupati/alikota, Camat mempunyai tanggungjawab penuh atas pelaksanaan tugas pemerintahan dan mempunyai kewenangan untuk memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya tersebut. "endekatan kewilayahan sebagaimana dianut dalam )) *omor : tahun -.>2 sedikit banyak masih mewarnai perilaku dan juga persepsi masyarakat, sehingga -> mengkondisikan seorang Camat untuk tau dan paham segalanya terhadap apa yang terjadi di wilayahnya. "ersepsi masyarakat juga menganggap bahwa banyak urusan akan bisa diselesaikan ditingkat Camat, padahal kebijakan baru tidak memberikan otoritas untuk menanganinya. Dalam situasi transisional ini sering terjadi menjadi masalah. ,erutama karena peran sosiologis yang sebelumnya telah mempersepsikan bahwa Camat adalah pimpinan wilayah yang diasosiasikan bisa menjadi tumpuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan di wilayahnya yang operasionalisasi tidak terlepas dari dukungan kejelasan dari kewenangan dan seberapa besar kewenangan tersebut diberikan selain daripada dukungan keuangan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana. Dengan demikian pelimpahan kewenangan dai Bupati/alikota menjadi sangat penting dalam era otonomi daerah ini. Sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan "eraturan "emerintah nomor -. tahun +119 tentang Kecamatan, disebutkan bahwa selain melaksanakan tugas umum pemerintahan, Camat juga melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan dari Bupati/alikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Dalam )ndang&undang *omor 0+ tahun +112 tentang pemerintahan daerah, tidak ditemukan aspek&aspek yang meliputi sebagian urusan otonomi daerah tersebut. "eraturan pemerintah ini memberikan aspek&aspek yang dilimpahkan sebagai pedoman para kepala daerah dalam memberikan sebagian kewenangan urusan otonomi daerah #pasal -:$ yang meliputi 6 peri;inan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan dan kewenangan lain yang dilimpahkan. Sebenarnya ketentuan mengenai pelimpahan kewenangan ini telah diatur dalam peraturan pemerintah ini. Selanjutnya bahwa seberapa besar kewenangan tersebut akan diberikan kepada Camat, tergantung pada kepala daerah masing&masing yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan Kecamatan. Dengan demikian, tentunya pelimpahan kewenangan alikota Batam kepada Camat se&kota Batam tidak akan sama sama dengan kota lainnya. "elimpahan kewenangan untuk urusan otonomi daerah daerah sesuai dengan ketentuan "eraturan "emerintah *omor -. ,ahun +119 tentang Kecamatan sesuai -9 dengan pasal -: ayat +. Dalam ketentuan tersebut, disebutkan juga bahwa pelaksanaan tugas dan wewenang Camat diatur dengan peraturan Bupati/alikota berpedoman pada peraturan pemerintah ini. Dengan memaknai perubahan yang terjadi terhadap Kecamatan sebagai perangkat daerah, melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pelimpahan kewenangan sebagian urusan otonomi inilah maka pemerintah Kota Batam melimpahkan kewenangan yang dimiliki. *amun kehadiran peraturan pemerintah nomor -. tahun +119 tentang kecamatan dinilai sudah sangat tepat mendukung atau sesuai dengan kewenangan yang telah dilimpahkan kepada Camat. Secara teoritis&normatif Kusumah #Sobandi, +117 6 :2$, kewenangan terbagi menjadi + #dua$ yaitu kewenangan atributif dan kewenangan delegatif. Kewenangan atributif adalah kewenangan yang melekat dan diberikan kepada pejabat atau institusi berdasarkan peraturan perundang&undangan. Sedangkan kewenangan delegatif adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan atau pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi tingkatannya. 3enurut )tomo #Sobandi, +117 6 .0$ salah satu prinsip dalam distribusi kewenangan yang harus dijaga adalah tidak adanya kewenangan yang dimiliki dan dilaksanakan secara bersama&sama oleh lebih dari satu lembaga. Karena itu, untuk menghindari kewenangan rangkap tersebut, suatu kewenangan hanya dilaksanakan oleh lembaga yang memiliki dan diberi delegasi untuk melaksanakannya. %leh karena itu, diperlukan adanya kejelasan tentang mekanisme kerja Kecamatan dengan perangkat daerah lainnya, dan pendistribusian Kecamatan #saring autority$ yang lebih proporsional antara Kecamatan dengan dinas daerah lainnya. Berdasarkan uraian diatas, yang kemudian diperbandingankan terdapat perbedaan dan persamaan. "erbedaan menyangkut besaran kewenangan yang dilimpahkan karena memang lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik Kecamatan serta merupakan hak prerogratif seorang kepala daerah. (nilah yang pada pembahasan sebelumnya yang peneliti sebut sebagai kewenangan yang heterogen. Dimana setiap daerah pasti akan beragam, tergantung kepada kebijakan kepada -. daerah. *amun yang menjadi catatan penting bahwa kondisi yang sama hampir terjadi pada semua Kecamatan ialah ketidakjelasan kewenangan yang dilimpahkan. Secara formal pelimpahan kewenangan telah dilakukan tapi secara empiris sangat susah untuk dilaksanakan karena masih adanya ego sektoral yang kuat. "eran Camat hanya dibutuhkan dalam hal pengawasan dan pemberian informasi. ,erlepas dari itu semua, pelimpahan kewenangan sebenarnya memiliki nilai positif. Selama kewenangan tersebut dilakukan secara cermat dan jelas, untuk siapa dan bagaimana melakukannya. 3enurut Sobandi dkk #+117 6 9:$ bahwa ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari model delegation of po%er dari pemerintah Kabupaten/kepada kecamatan atau kelurahan ini sebagai berikut6 Pertama, beban kerja pemerintah daerah dalam penyediaan/pemberian pelayanan publik semakin berkurang karena telah diambil alih oleh kecamatan dan kelurahan sebagai ujung tombak. +edua, "emerintah daerah tidak perlu membentuk kelembagaan yang besar sehingga dapat menghemat anggaran. +etiga, alokasi dan distribusi anggaran lebih merata ke seluruh wilayah sehingga dapat menjadi stimulan bagi pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi regional. +eempat, sebagai wahana memberdayakan fungsi Kecamatan yang selama ini terabaikan. Dari perspektif administrasi publik, pelimpahan kewenangan dari bupati/walikota kepada Camat dan dari Camat kepada Burah bukan hanya sebuah kebutuhan, namun keharusan untuk menciptakan efekti/itas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan umum di daerah. 5ika kewenangan dibiarkan terkonsentrasi di tingkat Kabupaten/Kota, dua permasalahan akan muncul. Pertama, pemkab/pemkot akan cenderung memiliki beban kerja yang terlalu berat #overload$ sehingga fungsi pelayanan kepada masyarakat menjadi kurang efektif. Disisi lain, karena kewenangan yang terlalu besar, organisasi Kabupaten/Kota harus didesain untuk mewadahi seluruh kewenangannya sehingga format kelembagaan pun semakin besar dan tidak efisien. +edua, kecamatan sebagai perangkat daerah akan muncul sebagai organisasi dengan fungsi minimal yang hanya akan membebani anggaran. Kemudian kecamatan akan +1 muncul sebagai organisasi perangkat daerah yang mengerjakan tugas&tugas rutin administratif yang selama ini dijalankan tanpa ada upaya untuk lebih memberdayakan kecamatan. Sementara itu, sebagai perangkat daerah yang merupakan bagian dari konsep otonomi daerah dan desentralisasi yang menurut ,he Biang 8ie #=dyar, +112 6 -7+$, bahwa pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada satuan&satuan pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah. !al ini senada dengan apa yang dikatakan oleh !andoko #Kaho, +11> 6 +22$ bahwa pendelegasian kewenangan merupakan penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tuntas dan tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik, dari pejabat yang satu kepada yang lain. Sementara itu, ?riwibowo #=dyar, +112 6 -70$ mengatakan bahwa pelimpahan wewenang kepada Camat merupakan suatu keharusan, namun masa transisi pemerintah perlu melakukan pendampingan dalam artian berkoordinasi, bukan mengawasi dengan ketat. ?da beberapa keuntungan yang diperoleh dari model delegation of po%er dari pemerintah kabupaten/kota kepada Kecamatan atau Kelurahan. Pertama, beban kerja pemerintah daerah dalam penyediaan/pemberian pelayanan publik semakin berkurang karena telah diambil alih oleh Kecamatan dan kelurahan sebagai ujung tombak. +edua, "emerintah daerah tidak perlu membentuk kelembagaan yang besar sehingga dapat menghemat anggaran. +etiga, alokasi dan distribusi anggaran lebih merata ke seluruh wilayah sehingga dapat menjadi stimulan bagi pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi regional. +eempat, sebagai wahana memberdayakan fungsi Kecamatan yang selama ini terabaikan Sobandi dkk #+117 6 9:$. Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa pendelegasian kewenangan kepada Kecamatan akan membawa manfaat tidak saja kepada kecamatan yang menerima limpahan, tetapi juga kepada Kabupaten/Kota yang bersangkutan. 3enurut )tomo #Sobandi, dkk +117 6 9:&97$, kebijakan pelimpahan kewenangan kepada unit organisasi yang lebih rendah ini juga memiliki manfaat ditiga bidang. "ertama, +- politik, menciptakan pemerintahan yang demokratis #egalitarian governance$ untuk mendorong terwujudnya good governance and good society. Kedua, sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah #regional disparity$ atau ketimpangan #ine,uity$, memacu pertumbuhan pembangunan #economic gro%t$, mendorong prakarsa dan partisipasi publik. Ketiga, administratif, mendorong efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, mempercepat pelayanan publik, dan memperkuat kinerja pemerintahan. 3enurut Kusumah #Sobandi dkk, +117 6 :2&::$, Camat tidak secara otomatis berwenang untuk menjalankan urusan pemerintahan umum yang meliputi pengawasan, koordinasi, dan kewenangan residu, kecuali harus melalui pengaturan, pelimpahan/pendelegasian kewenangan dari Bupati/Kota. Secara teoritis&normatif, kewenangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kewenangan atribut dan delegatif. Kewenangan atribut adalah kewenangan yang melekat dan diberikan kepada institusi atau pejabat berdasarkan peraturan perundang&undangan. Sedangkan kewenangan delegatif adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan atau pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi tingkatannya. Koeswara #(ndaryanti, +119 6 0+$ mengatakan bahwa kedudukan Camat seperti yang tertera di dalam undang&undang, camat posisinya mempunyai predikat sebagai &Delegated Position&. !anya saja dalam realisasinya pelimpahan sebagian wewenang Bupati/alikota kepada camat belum banyak dilakukan secara formal, baik dalam peraturan Bupati atau Surat Keputusan #SK$ Bupati. Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, dalam kedudukan seperti ini posisi camat mempunyai predikat sebagai &Attri-uted Position& yang menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksanaan pelayanan masyarakat. Selanjutnya )tomo #Sobandi dkk, +117 6 .0$ menyebutkan bahwa salah satu prinsip dalam distribusi kewenangan yang harus dijaga adalah tidak adanya kewenangan yang dimiliki dan dilaksanakan secara bersama&sama oleh lebih dari satu lembaga. Karena itu, untuk menghindari kewenangan rangkap tersebut, suatu kewenangan hanya dilaksanakan oleh lembaga yang memiliki dan diberi delegasi ++ untuk melaksanakannya. %leh karena itu, diperlukan adanya kejelasan tentang mekanisme kerja Kecamatan dengan perangkat daerah lainnya, dan pendistribusian kecamatan #saring autority$ yang lebih proporsional antar kecamatan dengan perangkat dibawahnya, yaitu kelurahan. ,ampaknya faktor political %ill alikota untuk mendelegasikan sebagian kewenangannya secara formal kepada para Camat menjadi faktor penting bagi kedudukan Camat dalam menjalankan peran dan fungsinya sehari&hari. Disadari juga oleh banyak pihak ditingkat lokal bahwa pelimpahan kewenangan yang diharapkan diberikan oleh Bupati tidak perlu semuanya, tetapi secukupnya yang sekiranya akan mendekatkan masyarakat kepada pusat pelayanan di tingkat lokal. !al tersebut terutama terkait dengan persoalan tidak adanya anggaran yang dipandang memadai untuk bisa Kecamatan menjalankan semua tugas dan fungsi jika Bupati/alikota melimpahkan semua kewenangan kepada camat, selain itu juga disadari masih lemahnya sumber daya manusia #SD3$ di tingkat Kecamatan dan terbatasnya fasilitas atau peralatan untuk beroperasinya kantor Kecamatan secara optimal. Pelayanan Publik $i Kecamatan Selanjutnya, pelayanan publik pada dasarnya adalah untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. 3enurut ibawa #+11.6-22$, dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan publik harus memperhatikan asas&asas pelayanan publik, yaitu6 a. ,ransparansi, pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. ?kuntabilitas, pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang&undangan yang berlaku. c. Kondisional, pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efekti/itas. +0 d. "artisipatif, peran yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. e. Kesamaan hak, pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain&lain. f. Keseimbangan hak dan kewajiban, pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik. Dwiyanto #+119 6 :>$, mengatakan bahwa untuk melihat kinerja birokrasi dalam pelayanan publik dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu akuntabilitas, responsi/itas, efisiensi pelayanan dan orientasi pada pelayanan. ?kuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilihat dari indikator&indikator kinerja berikut ini 6 #a$ acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. (ndikator tersebut mencerminkan prinsip orientasi pelayanan yang dikembangkan oleh birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa< #b$ tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat masyarakat pengguna jasa yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan< #c$ dan dalam menjalankan tugas pelayanan, seberapa jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh proritas dari aparat birokrasi. 'esponsi/itas sangat dibutuhkan didalam penyelenggaraan pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan dan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program&program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat #Dilulio,-..2 dalam Dwiyanto, +119 6 7+$. Selanjutnya %sborne dan "lastrik #Dwiyanto, +119 6 7+$ mengatakan bahwa organisasi yang memiliki responsi/itas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga. 'esponsi/itas pelayanan publik dapat dijabarkan menjadi beberapa indikator, yang meliputi 6 keluhan dari masyarakat pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan, sikap aparat dalam merespon keluhan tersebut, penggunaan keluhan dari dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada +2 masa mendatang, berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan dan penempatan pengguna jasa oleh birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku. =fisiensi pelayanan adalah perbandingan terbaik antara input dan output pelayanan. %rientasi pada pelayanan menunjuk pada seberapa banyak energi birokrasi yang dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pelayanan publik. (dealnya, segenap kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh aparat birokrasi hanya dicurahkan atau dikonsentrasikan untuk melayani kebutuhan dan kepentingan pengguna jasa. Sementara itu menurut Heithaml, dkk #Dwiyanto, +119 6 :0$ mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang baik dapat dlihat me(alui berbagai indikator yang sifatnya fisik. "enyelenggaraan pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik pelayanan yang diberikan, seperti tersedianya gedung pelayanan yang representatif, fasilitas pelayanan berupa tele/isi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung memiliki teknologi canggih, misalnya komputer. "enelitian yang mengkaji mengenai Kecamatan di =ra %tonomi Daerah pernah dilakukan oleh Sanusi dkk #+1-1$ di Kecamatan Bukit (ntan Kabupaten "angkalpinang dan Kecamatan Kepanjen Kabupaten 3alang. "ada + #dua$ Kecamatan penelitian ini diketahui bahwa untuk saat ini pelayanan yang langsung diselenggarakan adalah pelayanan administrasi, dimana Kecamatan hanya memberikan rekomendasi yang usulannya datang dari rukun warga #'$, Burah dan akan diolah/diproses oleh masing&masing instansi terkait, misalnya (3B #i;in 3endirikan Bangunan$ dengan Dinas ,ata Kota, i;in usaha dengan bagian perekonomian dan S(8 #surat i;in gangguan$ dengan kepolisian. Dari penelitian yang telah dilakukan seperti diatas dapat diketahui bahwa perubahan kedudukan kecamatan berdampak pada pelayanan yang diberikan. Kecamatan sebagai perangkat daerah saat ini lebih diperankan pada pelayanan administrasi yang minimal. Dalam kondisi demikian, posisi kecamatan dalam bidang pelayanan hanyalah sebagai penghubung, atau pemberi surat rekomendasi atau surat keterangan seperti yang sekarang terjadi. Kecamatan tampil sebagai oragnisas perangkat daerah yang mempunyai fungsi pelayanan yang sangat minimal. +: Selanjutnya, kondisi demikian juga hanya akan memperpanjang rantai birokrasi karena usulan datang dari ', Burah, Camat lalu menuju dinas terkait. Sementara letak/jarak yang ditempuh masyarakat untuk menuju tempat tersebut tentunya menghabiskan waktu. Kejadian ini tentunya tidak semangat dengan prinsip efisiensi pelayanan publik dan mendekatkan organisasi pelayanan publik pada masyarakat. Bagaimanapun kecamatan masih merupakan ujung tombak dalam pelayanan masyarakat dimana Kecamatan merupakan unit organisasi yang terdekat dengan masyarakat yang dilayani oleh organisasi perangkat daerah. Dengan demikian, untuk alasan efisiensi pelayanan publik sebenarnya peran yang lebih besar dapat dijalankan oleh Kecamatan sebagai organisasi pelayanan publik. Kecamatan sebagai perangkat daerah merupakan kondisi yang ideal dalam pelayanan publik karena Kecamatan adalah organisasi pelayanan publik yang terdekat dengan masyarakat. Berdasarkan pada kondisi ideal tersebut lebih dikenal catcment area. 3enurut !oessein seperti yang dikutip oleh 3uluk #+11. 6 -19$ catcment area, yakni luas wilayah yang optimal bagi pelayanan publik, pembangunan, penarikan sumber daya, partisipasi dan kontrol baik masyarakat maupun birokrasi. "atcment area dalam administrasi publik berarti daya jangkau layanan yang bisa dilakukan oleh institusi pelayanan publik tertentu. ,entu setiap institusi pemerintah memiliki daya jangkau layanan yang berbeda satu sama lain bergantung pada banyak faktor seperti luas wilayah, jumlah penduduk, kapasitas kelembagaan, sarana dan prasarana serta keberadaan institusi pelayanan yang lain. Kondisi ideal catcment area adalah bahwa seluruh masyarakat terjangkau oleh layanan publik. Suharmawijaya #5awapos, +11. 6 2$, peneliti )e *a%apos Institute of Pro Otonomi #5"("$, mengatakan bahwa Camat adalah kekuasaan kepanjangan tangan Bupati/alikota. Bila merunut sejarah, kecamatan merupakan reinkarnasi 4kademanganG4 dalam struktur pemerintahan 5awa era kolonial atau kerajaan. Kademangan dipimpin oleh seorang demang yang bertanggung jawab kepada adipati. ?dipati saat ini menjelma sebagai Bupati atau alikota. +7 5ika dicermati kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah, maka jelas terkandung maksud dari pemerintah untuk memposisikan kecamatan sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, tanpa terkontaminasi oleh unsur&unsur politik praktis yang berkembang di masyarakat. Subarsono #(ndaryanti, +119 6 :$ menyatakan bahwa produk birokrasi publik, sebagai suatu organisasi publik, adalah pelayanan publik yang diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara luas. "elayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian akti/itas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. "engguna atau pelanggan yang dimaksud adalah warganegara yang membutuhkan pelayanan publik, seperti pembuatan kartu tanda penduduk, akta kelahiran, akta nikah, akta kematian, serfitikat tanah, ijin usaha, ijin mendirikan bangunan #(3B$, ijin gangguan #!%$, dan sebagainya. 'asyid #idodo, +11- 6 +7.$ mengemukakan bahwa pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreati/itasnya demi tercapainya tujuan bersama. Dengan demikian, peran Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan lebih sebagai pemberi makna pemerintahan di wilayah Kecamatan. Berdasarkan pertimbangan demikian, maka Camat secara filosofis pemerintahan dipandang masih rele/an untuk menggunakan tanda jabatan khusus sebagai perpanjangan tangan dari Bupati/alikota di wilayah kerjanya.Bagaimanapun kecamatan masih merupakan ujung tombak dalam pelayanan masyarakat dimana ia merupakan unit organisasi yang terdekat dengan masyarakat yang dilayani oleh organisasi perangkat daerah. "erubahan yang terjadi ini sebenarnya lebih ditujukan untuk lebih memberdayakan Kecamatan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Depdagri dan Bappenas #=dyar, +112 6 -:0$, bahwa 4ada kelompok dalam masyarakat yang lebih teliti melihat otonomi daerah sebagai suatu mekanisme empo%erment&' Dengan kondisi ini organisasi pemerintah Kecamatan akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan perubahan suasana di daerah, +> menyatukan /isi dengan dinas daerah dan lembaga Kecamatan menjadi lebih ino/atif dan memberikan semangat bekerja serta meningkatkan kinerja karena mendapatkan tantangan baru dalam bekerja. "erlu dicermati bahwa saat )) *o. ++ ,ahun -... diberlakukan dan kemudian diganti oleh )) *o. 0+ ,ahun +112, masalah kewenangan Camat dan lurah merupakan isu krusial dan sentral dalam konteks kebijakan otonomi daerah secara menyeluruh. )nit pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat adalah kecamatan dan kelurahan. 5adi, cita&cita meningkatkan kualitas pelayanan melalui otonomi daerah dapat dicapai jika kedudukan dan fungsi kecamatan diperkuat. Ditengah semangat membangun otonomi, sesuatu yang ironis telah terjadi yakni bahwa kewenangan dan sumber daya besar yang dimiliki Kabupaten/Kota kurang berdampak pada pemberdayaan kecamatan. "adahal kecamatan inilah yang semestinya diposisikan sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. %tonomi boleh saja menjadi domein pemkab/pemkot, namun front line dari sebagian fungsi pelayanan diserahkan kepada kecamatan dan kelurahan, disamping kepada dinas daerah. Selanjutnya, dalam kebijakan )) *o. 0- ,ahun +112 ,entang "emerintahan Daerah dan "" *o. -. ,ahun +119 ,entang Kecamatan tidak mengatur secara jelas atau kepastian mengenai status organisasi Kecamatan. Kejelasan posisi Kecamatan ini menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah. %leh karena itu untuk menentukan posisi kecamatan seharusnya mempunyai dasar pertimbangan yang kuat. 3enurut !enry 3in;tberg seperti yang dikutip oleh ,hoha #+119 6 22$, jika suatu organisasi sudah terbentuk maka susunannya mengandung unsur&unsur berikut 6 #a$ adanya unsur pimpinan #Strategic Ape./0 #b$ ada unsur 1iddle line yang bertugas dan berwenang memberikan fasilitas kepada unsur&unsur lainnya. #c$ ada unsur pelaksana kebijakan strategis yang dibuat oleh pimpinan dengan sebutan operating core, yakni unsur organisasi yang berfungsi melaksanakan tugas substansi atau tugas pokok organisasi. #d$ ada satuan organisasi yang bertugas melaksanakan analisis, +9 yang hasil analisinya disampaikan kepada satuan pimpinan untuk membuat kebijakan strategis. Satuan dan unsur ini dinamakan teno structural, dan yang terakhir #e$ ada unsur supporting staff, yang berfungsi memberikan bantuan staf pada unit atau unsur middle line dan unsur&unsur lain. Setiap unsur yang dimaksudkan diatas, setiap unsur memiliki perannya masing&masing sesuai dengan karateristik tugas yang dimiliki. )nsur tersebut secara sederhana dapat diterjemahkan ke dalam organisasi pemerintah daerah. "ertama, strategic ape.0 dalam hal ini merupakan kepala daerah #Bupati/alikota$ yang merupakan pengambil keputusan strategis dalam organisasi pemerintah daerah' Kedua, middle structure yang merupakan posisi sekretaris daerah dalam menjembatani struktur atau unsur&unsur yang lainnya untuk menuju kepada kepala daerah. Ketiga, operating core yang merupakan posisi dinas daerah dan sebagai unsur terpenting dalam organisasi pemerintah daerah yang mengerjakan tugas pokok dari kepala daerah, atau lebih tepatnya sebagai unsur operasional atau pelaksana tugas dari kepala daerah. Keempat, tecno structure masuk dalam posisi lembaga teknis daerah #badan/kantor$, contohnya seperti Badan pemberdayaan perempuan. Kelima, supporting staff sebagai posisi sekretariat daerah dalam memberikan pelayanan kepada semua struktur atau unsur yang disebutkan sebelumnya. Dari karakteristik tugas pekerjaannya, secara empiris, Kecamatan akan lebih tepat dan memadai untuk dikelompokkan pada jajaran operating core sebagaimana pendapat 3in;tberg. Kecamatan sebagai perangkat daerah menerima atau menjalankan tugas pokok yang langsung diberikan oleh Bupati/alikota. Kecamatan tidak menerima atau menjalankan tugas dari dinas atau instansi lain melainkan dari kepala daerah, karena dalam struktur organisasi pemerintah daerah Camat berada langsung di bawah Bupati/alikota. Kecamatan dalam hal ini merupakan unsur operasional, atau pelaksana kebijakan yang telah dibuat oleh kepala daerah dan sebagai unsur terpenting dalam sebuah organisasi pemerintah daerah. Dengan demikian posisi kecamatan sebenarnya masuk ke dalam jajaran dinas daerah atau unsur lini kewilayahan sebagaimana yang disampaikan oleh Kusumah #Sobandi dkk, +. +117 6 :2&::$. 3enurut Kusumah, dari karakteristik tugas pekerjaannya secara empiris, kecamatan akan lebih tepat dan memadai untuk dikelompokkan pada jajaran unsur lini dengan nama atau nomenklatur unsur lini kewilayahan. "engelompokkan ini diperlukan untuk membedakan dengan unsur lini teknis seperti nomenklatur bagi dinas daerah. Kusumah mengemukakan bahwa Camat sebagai unsur lini kewilayahan menjalankan tugas pokoknya yang melekat sebagai unsur lini yaitu Direct to do to act. Dalam hal ini, kegiatan Camat beserta jajarannya bersifat operasional, memberi pelayanan langsung kepada masyarakat di bidang pemerintahan umum dan berperan sebagai koordinator perangkat daerah yang berada di wilayahnya. Penutu1 a. Sebagai perangkat daerah Camat melaksanakan tugas umum pemerintahan dan kewenangan yang dilimpahkan untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah yang berasal dari Bupati/alikota. "enguatan kelembagaan kecamatan akan sangat bergantung kepada kepala daerah #Bupati/alikota$ dalam melimpahkan kewenangannya sehingga dapat menjadi sebuah mekanisme pemberdayaan organisasi. b. Kecamatan sebagai unit pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat belum menampakkan kontribusi yang maksimal karena hanya bersifat melaksanakan tugas&tugas administratif saja. Dengan demikian, memberikan kewenangan yang lebih luas merupakan suatu keharusan guna menciptakan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan umum di daerah. c. Kecamatan sebagai unit pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat perlu diperkuat kedudukannya dengan memberikan kewenangan yang luas sesuai karakteristik spesifik. 01 d. "elimpahan kewenangan harus diikuti pula oleh pemberian sumber&sumber daya #keuangan, SD3, sarana dan regulasi$ yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. e. 3ekanisme kerja antara kecamatan dengan SK"D yang lain harus diatur secara jelas sehingga tidak terjadi overlapping dan ego sektoral. DA3TAR P)%TAKA Dharmawan, ?rya !adi. +119. &Isyu-Isyu Institusi +ecamatan dalam )ata- Pemerintaan Daera 2 Pela3aran dan Pilian Solusi dari 4nam +a-upaten Studi4. Kerjasama "usat Studi "embangunan "ertanian dan "edesaan #"S"0& ("B$ dengan Democratic 'eform Support "rogram #D'S"$. Bogor dalam http6//www.psp0ipb.or.id diakses tanggal > Desember +11. Dwiyanto, ?gus. +119. Reformasi 5iro6rasi Pu-li6 Di Indonesia. Administrasi Pu-li6. 8?D5?! 3?D? )*(F='S(,@ "'=SS. @ogyakarta. =dyar, !asrul. +112. Implementasi +e-i3a6an Pemerinta )entang Reposisi +ecamatan' ,esis "rogram "ascasarjana )ni/ersitas Brawijaya 3alang. (ndaryanti, @oyoh. +119. +iner3a +ecamatan 2 Persepsi dan 46spe6tasi Pu-li6 )eradap Fungsi dan Peran +elem-agaan +ecamatan di )ing6at (o6al. Kerjasama "usat Studi "embangunan "ertanian dan "edesaan #"S"0&("B$ dengan Democratic 'eform Support "rogram #D'S"$.Bogor Kaho, 5osef. 'iwu. +11>. Prospe6 Otonomi Daera 2 Di 7egara Repu-li6 Indonesia' 'ajawali "ress. 5akarta 3uluk, 3.'. +11.. Peta +onsep Desentralisasi dan Pemerintaan Daera. Surabaya. (,S"ress. *urcholis, !anif. +11>. )eori dan Pra6ti6 2 Pemerintaan dan otonomi daera. 5akarta. 8rasindo "eraturan "emerintah *omor -. ,ahun +119 ,entang Kecamatan 0- Kinseng, ? 'ilus. +119. +ecamatan Di 4ra Otonomi Daera 2 Status0 dan 8e%enang serta +onfli6 Sosial. Kerjasama "usat Studi "embangunan "ertanian dan "edesaan #"S"0&("B$ dengan Democratic 'eform Support "rogram #D'S"$.Bogor Sanusi, ?nwar dkk +1-1. 5unga Rampai +a3ian +elem-agaan +ecamatan9 Quo Vadis +elem-agaan +ecamatan di 4ra Otonomi Daera9 analisis 4fe6tifitas +elem-agaan' "usat Kajian Kelembagaan Bembaga ?dministrasi *egara. 5akarta Smith, B.C. -.9:. Decentrali$ation 2 )e )eritorial Dimension Of )e State' Bondon 8eorge ?llen I )nwin Suharmawijaya, Dadan S. +11.. :1emosisi6an Peran dan 8e%enang +ecamatan di era Otonomi Daera& Dalam 5awapos -7 *o/ember +11., h. 2. ,hoha, 3iftah. +119. 5iro6rasi Pemerinta Indonesia di 4ra Reformasi. 5akarta. Kencana )ndang&)ndang *o. 0+ ,ahun +112 ,entang "emerintahan Daerah idjaja, !?. +119. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. 5akarta. 'aja8rafindo "ersada idodo, 5oko. +11-. ;ood ;overnance9 telaa dari dimensi A6unta-ilitas dan +ontrol 5iro6rasi pada era Desentralisasi dan Otonomi daera. Surabaya (nsan Cendekia. 0+