PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin cukup
berkembang untuk dapat hidup di luar kandungan sebelum usia kehamilan 20
minggu yang didasarkan pada tanggal hari pertama menstruasi normal terakhir.
1
Definisi lain yang digunakan secara umum adalah kelahiran janin yang beratnya
kurang dari 500 g.
2
Sampai saat ini, abortus masih merupakan masalah yang besar
dalam pelayanan obstetri karena merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan
janin.
1!
Abortus iminens adalah setiap pengeluaran sekret "agina yang
mengandung darah atau setiap perdarahan per "aginam pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu dengan ostium uteri yang masih tertutup.
1!
Angka kejadian abortus di dunia ber"ariasi dari 2# sampai dengan
22#, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam definisi dan metode
penelitian yang digunakan.
$
Angka kejadian abortus secara umum sebesar 520#
dari seluruh kehamilan, sedangkan abortus iminens angka kejadiannya ber"ariasi
antara 1%21#.
5
Angka kejadian abortus adalah 5# pada primigra"ida dan $#
pada &anita yang sudah pernah melahirkan. 'ada &anita yang sudah pernah
mengalami abortus angkanya adalah 20# dan meningkat menjadi 2$# apabila
&anita tersebut sudah pernah mengalami abortus lebih dari satu kali.
%
'eneliti lain
mendapatkan angka risiko abortus seluruhnya adalah 11#, naik menjadi 1%#, jika
1
mengalami dua kali abortus sebelumnya, sebanyak 25# jika tiga kali, dan setelah
empat kali angkanya menjadi $5#.
2
Angkaangka di atas tidak terlalu berbeda dengan yang tercatat di
beberapa rumah sakit di (ndonesia. 'ada data beberapa rumah sakit di (ndonesia,
ditemukan angka kejadian abortus ber"ariasi antara 2,515# dengan persentase
kematian ibu akibat abortus berkisar 11,5#.
)
Di *S+' dr. ,asan Sadikin -andung dari tahun ke tahun pre"alensi
abortus tercatat sebesar %,515#, dengan angka kematian ibu sebesar 12# dari
seluruh kematian ibu. 'enyebab utama kematian ibu adalah karena perdarahan dan
disusul oleh penyebab yang lain.
-erbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi penyakit ini, baik yang
bersifat pencegahan, diagnosis dini, maupun upaya pengobatan secara
medikamentosa maupun obstetrik. 'ada penelusuran kepustakaan penatalaksanaan
abortus iminens adalah tirah baring.
1,!,5,%
Adapun pengobatan medikamentosa yang
diberikan masih bersifat simtomatis saja akibat belum diketahuinya etiologi dan
patogenesis yang pasti dari penyakit ini. Abortus iminens ini sebenarnya masih
bisa dicegah dan diselamatkan sehingga tidak sampai terjadi abortus.
'enelitian yang dilakukan di -agian .bstetri dan /inekologi *S Dr ,asan
Sadikin, khususnya penelitian tentang abortus masih kurang, di antaranya adalah
penelitian 0ibo&o dkk.
1
yang menyatakan terdapat hubungan penurunan kadar
en2im superoksid dismutase 3S.D4 dan glutation peroksidase sel darah merah
dengan terjadinya abortus spontan. 5ulmaita dkk.
6
dalam penelitiannya
menyatakan terdapat perbedaan kadar vascular endothelial growth factor serum
2
darah abortus iminens dengan kehamilan normal dan terjadi peningkatan kadar
vascular endothelial growth factor serum pada abortus iminens. ,andono dkk.
10
menyatakan bah&a tingginya resistensi indeks 3*(4 arteri spiralis desidua 3ASD4
pada perdarahan kehamilan dini dapat memprediksi terjadinya abortus.
'ada anamnesis kehamilan trimester pertama yang terjadi perdarahan dan
diagnosis yang ditegakkan adalah abortus iminens maka pada umumnya akan
terjadi perubahanperubahan pada sistem imun dan "askular yang berakibat
terjadinya peningkatan akti"itas 7 helper 37h4 tipe 1 yaitu interferon 3(89 4
yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan membran sel di lapisan
endometrium dan terjadi perubahan dalam aliran darah di ASD yang akan
mendahului terjadinya abortus.
2,%,11
8aktorfaktor lain juga diketahui berperan dalam terjadinya abortus yaitu
kelainan kromosom 3$050#4 misalnya aneuploidi 3trisomy, monosomy,
tri/tetraploidy4, kelainan imunologi 31122#4, kelainan hormonal 31$20#4,
infeksi maternal 31520#4 di antaranya disebabkan "aginosis bakterial, bruselosis,
parpovirus, 7.*:,, ,(;, sifilis, streptokokus, dll. 'eningkatan terjadinya
abortus juga terjadi pada kelainan uterus, diabetes melitus, hipotiroidisme,
kelainan jantung, penyakit paru kronik, peningkatan indeks massa tubuh, &anita
yang merokok, minum alkohol, dan lainlain.
2
Defisiensi hormon diduga mengakibatkan kagagalan implantasi dalam
mempertahankan kehamilan pada stadium a&al dan merupakan penyebab
terjadinya abortus. 'rogesteron dan h:/ merupakan pendukung pada a&al
!
kehamilan tetapi masih belum jelas apakah penurunan hormon kehamilan
merupakan penyebab kehilangan kehamilan atau sebagai akibatnya.
12
Sebuah metaanalisis tahun 1616 menunjukkan tidak adanya manfaat
progesteron untuk mempertahankan kehamilan dini. 'enting juga diketahui bah&a
efek teratogenik progesteron dapat meningkat dengan defek genital pada janin.
1!
Sindrom o"arium polikistik 3S.'4, kelainan ser"iks, dan anomali uterus
sudah lama dipikirkan berperan dalam abortus dan persalinan prematur. Abortus
spontan sering terjadi karena aneuploidi fetus, disomi sperma, trombosis pada
plasenta, dan sindrom antifosfolipid.
1!
(nfeksi juga ditetapkan sebagai salah satu
penyebab abortus berulang.
%
'enyesuaian respons imunologis diperlukan dalam kehamilan. 7elah
diketahui bah&a respons 7h1 yang embriotoksik harus ditekan dan respons 7h2
harus lebih dominan. *espons 7h1 yang dominan pada kehamilan dini akan
menyebabkan abortus. <asih belum jelas apakah terdapat respons inflamasi yang
abnormal atau respons abnormal tersebut terjadi karena peristi&a imunologis.
0anita dengan ri&ayat abortus iminens mempunyai kadar sitokin 7h1 yaitu (=
12, (=11, dan (89 lebih tinggi dibanding &anita hamil normal dan tidak
menunjukkan adanya peningkatan (=$ pada &anita hamil normal. -erbagai
pengobatan imunologis telah dicoba. (munoglobulin intra"ena tampaknya belum
dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan kehamilan.
5,%,1$
7ubuh mempunyai sistem perlindungan antioksidan yang melindungi
terhadap produksi berlebihan reactive oxygen 3*.S4. -ila keseimbangan antara
*.S dan mekanisme perlindungan bergeser ke arah prooksidan, kemudian timbul
$
*.S berlebihan, maka akan timbul kerusakan. >erusakan akibat radikal bebas
3stres oksidatif4 dan peroksidasi lipid terlibat dalam patofisiologi pada berbagai
keadaan klinis. 'eranannya dalam preeklamsia telah dibuktikan. 0alaupun
pengaruh stres oksidatif juga terlibat dalam kehamilan dan diketahui sebagai
penyebab abortus, tetapi peranan antioksidan pada abortus masih belum
diketahui.
2,%,11
-ukti lain akti"itas antioksidan pada abortus iminens berasal dari
penelitian ;ural dkk.
15
yang menghitung kadar asam askorbat, -tocopherol, thiol
total, seruloplasmin, asam urat, albumin, dan erythrocyte glutathion dalam plasma
&anita hamil dengan ataupun tanpa ri&ayat abortus. 0anita yang mengalami
abortus mempunyai kadar total thiol, seruloplasmin, asam askorbat, -tocopherol,
dan erythrocyte glutathion yang lebih rendah secara bermakna dibandingkan
kelompok kontrol, mendukung adanya peningkatan lipid peroksidasi. ,asil ini
juga menunjukkan bah&a pada &anita yang mengalami abortus terdapat
ketidakseimbangan status redoks dengan akti"itas prooksidatif dan peningkatan
stres oksidatif mungkin merupakan salah satu penyebab abortus.
2
0anita yang mengalami abortus pada trimester pertama mempunyai kadar
S.D yang menurun secara bermakna. 'enurunan kadar S.D ini akibat loncatan
elektron dari rantai respirasi mitokondria, suatu sampah ion .
2
yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi *.S. 'erubahan ini ditemukan pada
sirkulasi perifer dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi di dalam uterus.
'ada kehamilan trimester pertama yang berlanjut umumnya berhubungan dengan
peningkatan akti"itas antioksidan seperti ditunjukkan pada peningkatan kadar
5
seruloplasmin dan S.D dan hal ini dapat memberikan perlindungan terhadap
penurunan antioksidan. 'enurunan kadar S.D pada &anita yang mengalami
abortus pada kehamilan kedua, menunjukkan bah&a abortus dicetuskan oleh
peristi&a khusus dan tidak dipengaruhi oleh kehamilan sebelumnya. 'erubahan
ini menunjukkan bah&a kehamilan dini berhubungan dengan peningkatan stres
oksidatif tetapi kerusakan dapat dihindari karena adanya antioksidan.
2,%,1%
>ehamilan juga berhubungan dengan beberapa tingkat stres oksidatif.
'ada kehamilan yang berlanjut, terjadi perubahan kadar antioksidan untuk
melindungi kehamilan terhadap peningkatan stres oksidatif. -elum diketahui
dengan jelas apakah peningkatan akti"itas antioksidan mempengaruhi perubahan
yang terjadi pada sistem imunitas.
!,1),11
Desidua merupakan jaringan maternal yang berhubungan sangat erat
dengan trofoblas fetal dan interaksi imunologis antara ibu dan janin terjadi dalam
jaringan ini. Desidua mengandung jumlah leukosit yang amat tinggi termasuk
makrofag dan limfosit. =imfosit desidua mempunyai potensi sitotoksik terhadap
trofoblas. ,al ini menyebabkan adanya perubahan pada aliran ASD yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya abortus.
!,1),16
'emeliharaan kehamilan berhubungan dengan adanya sitokin 7h2, dengan
(=$ sebagai faktor yang predominan dalam polarisasi 7h2. Abortus berhubungan
dengan adanya sitokin 7h1 dengan (89 yang mengembangkan diferensiasi sel 7
nave menuju sel 7h1.
2,20
'enelitian <urine dkk.
21
menemukan bah&a selama
kehamilan pada hubungan fetalmaternal terdeteksi sitokin 7h2, sedangkan (89
yang merupakan sitokin 7h1, hanya terdeteksi pada a&al kehamilan.
=im dkk.
22
%
meneliti pengaruh sitokin 7h1 dan 7h2 endometrium pada keberhasilan ataupun
kegagalan reproduksi. <ereka menemukan bah&a pada &anita tanpa ri&ayat
abortus tidak terdeteksi adanya (=12, (89 , (=2, dan 798 pada endometrium
dekat tempat implantasi, sehingga menghambat perkembangan sel 7h0 menjadi
7h1. (=$ juga terdeteksi, membantu perkembangan sel 7h0 menjadi 7h2 dan
kemudian menggeser keseimbangan menjauhi respons sitotoksik. 7etapi pada
&anita dengan ri&ayat abortus iminens, (=12 terdeteksi pada endometrium,
seperti adanya sitokin 7h1, (89 , (=2, dan 798 menghasilkan respons
penolakan sitokin 7h1 pada saat implantasi. Sel desidua yang diambil dari &anita
yang mengalami abortus berulang ditemukan menghasilkan lebih sedikit (=$, (=
10, dan =(8 dibanding &anita yang hamil normal.
2,22
;i"es dkk.
2!
meneliti
ekspresi sitokin pada jaringan desidua dan trofoblas hasilnya menemukan
peningkatan yang bermakna ekspresi (89 pada jaringan desidua &anita yang
mengalami abortus. 'enemuan ini menunjukkan adanya keseimbangan antara
sitokin 7h1 dan 7h2 selama kehamilan yang diperlihatkan dengan ekspresi (98
pada hubungan fetal maternal.
<elekatnya satu sel dengan sel lainnya, satu sel ke jenis sel lainnya
dan atau melekatnya satu sel ke matriks ekstraselular 3<?S4 adalah bagian yang
sangat penting dan bergantung pada adanya cells adhesion molecule 3:A<4 dan
ligan yang dimilikinya.
20,2$
<olekul perekat sel adalah glikoprotein sel
permukaan yang dapat meluas keluar membran sel atau menempel pada
membran yang diperantarai oleh lemak.
20
-eberapa molekul spesifik dikeluarkan
bergantung &aktu maupun tempat pada saat perkembangan. 'emahaman pada
)
peranan :A< dalam kehamilan sangatlah menakjubkan karena beberapa
kehamilan dikaitkan dengan kelainan yang berhubungan :A< termasuk
abortus yang dihubungkan dengan kelainan ekspresi dari :A<. 'etanda biokimia&i
yang la2im dipakai untuk penentu disfungsi endotel molekul adhesi adalah
vascular cells adhesion molecule-1 3;:A<14.
25
'emeriksaan ultrasonografi merupakan metode diagnostik terbaik secara
klinis untuk deteksi kegagalan kehamilan dini. Aplikasi ultrasonografi Doppler
ber&arna dapat memberi informasi fungsi hemodinamik yang dilakukan segera
setelah implantasi.
!,2%,2)
-eberapa tanda a&al ultrasonografi diketahui dapat
menunjukkan prognosis luaran kehamilan. /ambaran Doppler sirkulasi
uteroplasenta terutama ASD diduga merupakan salah satu diagnosis luaran
kehamilan tersebut. Arteri spiralis adalah kelanjutan arteri radialis dan
memperdarahi permukaan desidua.
16,2),21
-eberapa studi telah dilakukan untuk
membuktikan peranan Doppler arus darah arteri spiralis dalam diagnosis
kegagalan kehamilan pada perdarahan kehamilan dini namun masih memberikan
hasil yang berbedabeda.
26!!
'emeriksaan Doppler ditujukan untuk menilai perubahan *( "askular
uterus plasenta janin melalui pengukuran "elositas arus darah dengan gelombang
ultrasonik. 'ada keadaan reperfusi plasenta terjadi perubahan abnormal pada
mikrosirkulasi plasenta yang akan menyebabkan peningkatan resistensi "askular
plasenta, yang dapat diketahui melalui pemeriksaan pola arus darah pada
ASD.
2),26,!0
1
;itamin : merupakan antioksidan yang larut dalam air, dalam keadaan
tubuh yang normal direkomendasikan diminum sebanyak 200 mg@hari.
-erdasarkan data, untuk pengobatan aman bila diminum 1.000 mg@hari dan
mempunyai fungsi antioksidan yang signifikan terutama dalam membran sel dan
memperkuat struktur "askularisasi.
2,!$
;itamin : memelihara respons imun
humoral dan selular secara in vivo dan in vitro. ;itamin : mempunyai peranan
dalam menurunkan terjadinya stres oksidatif. ;itamin : juga mempunyai peranan
penting dalam pembentukan substansi antar sel dan jaringan kolagen dan
diperlukan dalam pematangan sel darah merah.
1$,!$,!5
-erdasarkan uraian di atas
dapat dibangun sebuah dugaan bah&a "itamin : akan mempunyai pengaruh
menghambat berlangsungnya abortus iminens sehingga dapat digunakan sebagai
obat pencegahan penyakit ini.
'ada uraian di atas tampak jelas latar belakang pada terjadinya
abortus iminens sehingga merupakan kata kunci pada tema sentral pada masalah
ini. Adapun tema sentral permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikutA
Abortus iminens masih memerlukan perhatian lebih serius lagi, oleh karena masih
merupakan masalah besar di (ndonesia dilihat pada segi epidemiologis,
morbiditas, mortalitas, dan prognosisnya. Abortus iminens ini sebenarnya masih
dapat dicegah dan diselamatkan sehingga tidak sampai terjadi abortus.
>etidakjelasan patogenesis akibat adanya ketidakpastian etiologi yang
direfleksikan pada belum adanya perlakuan yang mampu mendeteksi sedini
mungkin dan mencegah kejadian abortus merupakan salah satu sebab
ketidakberhasilan penanggulangan penyakit ini. (nformasi mengenai mekanisme
6
kerja dan pengaruh "itamin : sebagai antioksidan yang berpengaruh pada dugaan
patogenesis abortus iminens terutama menyangkut perubahan keseimbangan
antara jalur 7h1 yang embriotoksik yaitu (89 dan jalur 7h2 yaitu (=$ dan
terjadinya penurunan kadar S.D akibat loncatan elektron dari rantai respirasi
mitokondria dan adanya kerusakan ASD, yang ditandai dengan adanya disfungsi
endotel molekul adhesi yaitu ;:A<1 dan perubahan aliran darah memungkinkan
diadakannya penelitian obat tersebut sebagai pengobatan pencegahan terhadap
penyakit ini.
'enelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan suatu cara
pengobatan untuk mencegah abortus iminens menjadi abortus serta memahami
mekanisme kerjanya.
'ada hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang
bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dengan menyumbangkan pengertian
tentang patogenesis abortus iminens sehubungan dengan adanya dugaan
kerusakan membran sel desidua yang ditandai adanya perubahan kadar S.D,
;:A<1, (89 , (=$, dan adanya perubahan aliran darah ASD yang menggugah
minat untuk diadakan penelitian lanjutan, serta untuk membantu me&ujudkan
upaya pencegahan kejadian, kesakitan, kematian ibu akibat abortus iminens, dan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (ndonesia pada umumnya.
10
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, khususnya setelah menyimak tema sentral
permasalahan maka penjabaran halhal spesifik yang dipertanyakan terkait dengan
masalah yang dihadapi dapat dirumuskan sebagai berikutA
1. Apakah terdapat korelasi perubahan kadar S.D dengan (89 dan (=$
pada abortus iminens setelah pemberian "itamin : B
2. Apakah terdapat korelasi perubahan kadar S.D dan kerusakan ASD
berdasarkan pemeriksaan *( dan ;:A<1 pada abortus iminens setelah
pemberian "itamin : B
!. Apakah terdapat perbedaan kadar S.D, (89 , (=$, ;:A<1, dan *( ASD
antara kasus abortus dan tidak abortus B
1.3 Maksud dan Tuuan Penel!t!an
Sebagai gambaran operasionalisasi penelitian pada masingmasing
submasalah serta acuanacuannya sebagaimana dirumuskan dalam identifikasi
masalah, maka dapat dideklaratifkan kegiatan operasional penelitian ini, sebagai
berikutA
1.3.1 Maksud Penel!t!an
<empelajari perubahan kadar S.D, (89 , (=$,
;:A<1, dan *( ASD pada kasus abortus iminens setelah pemberian "itamin :
antara kasus abortus dan tidak abortus.
11
1.3.2 Tuuan Penel!t!an
1. <empelajari korelasi perubahan kadar S.D, (89 dan (=$ pada abortus
iminens setelah pemberian "itamin :.
2. <empelajari korelasi perubahan kadar S.D terhadap kerusakan ASD
berdasarkan pemeriksaan *( dan ;:A<1 pada abortus iminens setelah
pemberian "itamin :.
!. <empelajari perbedaan kadar S.D, (89 , (=$, ;:A<1, dan *( ASD
antara kasus abortus dan tidak abortus.
1." #egunaan Penel!t!an
Seperti yang telah digambarkan terlebih dahulu pada alinea terakhir pada
latar belakang, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi
yang bermanfaat bagi pengembangan bidangbidangA
(lmu, dengan menyumbangkan dan memantapkan pengertian tentang patogenesis,
diagnosis, dan prognosis abortus iminens sehubungan dengan adanya
dugaan terjadinya kerusakan endotel di membran sel desidua yang
menyebabkan perubahan pada *( ASD, serta pengertian tentang mekanisme
pencegahan abortus melalui interaksi S.D, (89 , (=$, dan ;:A<1
dengan pemberian "itamin :.
'enelitian, dengan menggugah minat bagi diadakannya penelitian eksploratif
lanjutan untuk lebih membuktikan kebenaran dan kekeliruan hasil penelitian
ini, meneliti mekanisme abortus iminens melalui interaksi S.D, (89 , (=$,
12
;:A<1, *( ASD, dan peran antioksidan "itamin : pada patogenesis,
diagnosis, dan prognosis abortus iminens.
'elayanan, dengan membantu me&ujudkan penciptaan kebijakan pelayanan
kesehatan dengan cara meningkatkan upaya pencegahan yang rasional,
mudah, terjangkau, serta dengan kemungkinan efek samping yang ringan.
'ada gilirannya nanti diharapkan angka kesakitan dan kematian ibu akibat
penyakit ini dapat diturunkan.
1!
BAB II
#A$IAN PU%TA#A& #ERAN'#A PEMI#IRAN& DAN HIP(TE%I%
2.1 #a!an Pustaka
2.1.1 As)ek #l!n!s A*+rtus
Abortus adalah kehilangan kehamilan spontan, di (nggris dibatasi
sebelum usia kehamilan 20 minggu. Abortus adalah komplikasi yang biasa terjadi
dalam kehamilan, sebanyak 25# &anita pernah mengalami abortus. Dari semua
konsepsi sebanyak 50# akan hilang, sebagian besar terjadi sebelum &anita itu
menyadari kehamilannya, dan antara 1!,1# sampai 22# yang mengenali
kehilangan kehamilannya. Sebagian besar abortus terjadi spontan, hanya sedikit
sekitar 1# yang menggambarkan kehilangan kehamilan berulang yang terjadi
karena adanya faktor risiko pada ibu dan bapak.
2,!%
Angka kejadian abortus ber"ariasi dari 1,5# sampai 22#.
2,$
Angka
kejadian abortus secara umum sebesar $10# dari seluruh kehamilan, sedangkan
kejadian abortus iminens angka kejadiannya ber"ariasi antara 2,5 sampai ),5#.
Angka kejadian abortus adalah 5# pada primigra"ida dan $# pada &anita yang
sudah pernah melahirkan.
$
7etapi pada &anita yang sudah pernah mengalami
abortus angkanya adalah 20# dan meningkat menjadi 2$# apabila &anita
tersebut yang sudah pernah mengalami abortus lebih dari satu kali. 'enelitian lain
mendapatkan angka risiko abortus seluruhnya adalah 11#, naik menjadi 1%#, jika
mengalami dua kali abortus sebelumnya, sebanyak 25# jika tiga kali dan setelah
empat kali angkanya menjadi $5#. =ebih lanjut dikemukakan bah&a lebih dari
1$
10# kematian ibu disebabkan karena abortus, sedangkan di negara berkembang
angka ini lebih tinggi lagi yaitu sebesar 152$#, terutama disebabkan oleh karena
perdarahan.
2
Di (ndonesia ditemukan angka kejadian abortus ber"ariasi antara 2,5
$,5#.
!)
'ersentase kematian ibu akibat abortus berkisar 0,11,5#.
)
Apabila ibu kelompok ini hamil maka pada umumnya akan terjadi
perubahan pada faktor imun dan "askularnya yang berakibat terjadinya
peningkatan akti"itas jalur 7h1 yaitu (89 yang berakibat kerusakan membran
sel di lapisan endometrium dan perubahan dalam aliran darah di ASD yang akan
mendahului terjadinya abortus.
!1,!6
Secara morfologis dan mikroskopis setengah blastokis dan seperempat
pada embrio dapat terlihat abnormal 325C%2#4 pada kasus abortus spontan dan
didapatkan kelainan kromosom. 8aktorfaktor lain juga diketahui berperan dalam
abortus spontan. *isiko terjadinya abortus spontan meningkat sesuai dengan usia
ibu. *isiko pada &anita usia 20C2$ tahun adalah 1,6# tetapi pada &anita yang
berusia $5 tahun atau lebih adalah )$,)#.
2
,al ini dapat diterangkan dengan
peningkatan angka kelainan kromosom pada usia yang lebih tinggi. :oste dkk.
$0
melaporkan peningkatan insidensi tiga kali lipat abortus spontan pada &anita yang
mengalami stres psikologis pada saat konsepsi. ,akim dkk.
$1
melaporkan )0#
kehilangan kehamilan dini pada &anita yang mempunyai ri&ayat subfertilitas
dibandingkan dengan 21# &anita yang tidak mempunyai ri&ayat subfertilitas.
'eningkatan abortus spontan juga berhubungan dengan peningkatan
indeks massa tubuh 3(<74.
$2
0anita dengan obesitas sedang 3(<7 252),6 kg@m
2
4
mengalami abortus lebih banyak dibandingkan &anita dengan berat badan yang
15
normal 3%0# berbanding 2)#, p D 0,054. 0ang dkk.
$!
menemukan angka abortus
spontan pada &anita yang menerima pengobatan subfertilitas meningkat dengan
(<7, p D 0,05 pada &anita yang kelebihan berat badan, p D 0,01 pada &anita
gemuk, dan p D 0,001 pada &anita yang sangat gemuk.
(nfeksi maternal akut dapat dihubungkan dengan kejadian abortus,
misalnya bruselosis yang dikenal sebagai pencetus abortus spontan dan
parvovirus pada abortus lambat.
$$
>adar folat plasma rendah berhubungan dengan peningkatan risiko abortus
spontan, &alaupun hiperhomosisteinemia merupakan kelainan genetik, efektif
diobati dengan suplementasi folat, diketahui sebagai faktor predisposisi abortus
iminens.
2,1%
*asio odds abortus spontan pada &anita yang merokok 20 batang atau
lebih dalam sehari adalah 2,0 kali daripada yang tidak merokok. <inum alkohol
juga berhubungan dengan peningkatan risiko abortusE &anita yang minum alkohol
lebih dari ! kali seminggu selama trimester pertama mempunyai kemungkinan
lebih tinggi untuk kegagalan kehamilannya 3.* 2,!4, &alaupun konsumsi alkohol
sebelum kehamilan tidak mempengaruhi kejadian abortus secara bermakna.
$5
Abortus spontan terjadi lebih sering pada &anita dengan hipotiroidisme.
'enyakit kronik meningkatkan risiko abortus, &anita dengan S=? dan tidak
mempunyai A'A mempunyai angka kejadian abortus spontan $,) kali lebih
banyak dibanding populasi normal.
$%
Fika penyakit tersebut menetap dan tidak
mendapat pengobatan, maka risiko abortus akan terjadi pada kehamilan
berikutnya juga. *egan dkk.
$)
melakukan penelitian pada %!0 &anita yang hamil
1%
muda dan menemukan bah&a 12# mengalami abortus pada populasi keseluruhan
!00.500 &anita hamil.
Defisiensi hormon mengakibatkan kagagalan implantasi dan merupakan
penyebab terjadinya kehilangan kehamilan berulang.
$1
'rogesteron dan h:/
merupakan pendukung pada a&al kehamilan. <asih belum jelas apakah
penurunan hormon kehamilan merupakan penyebab kehilangan kehamilan atau
sebagai akibatnya.
!1,$6
>adar progesteron menggambarkan fungsi korpus luteum. >adar
progesteron lebih rendah pada kehamilan abnormal jika dibandingkan yang
normal. Fika kadar rendah ini merupakan akibat ketidakmampuan maternal untuk
menghasilkan korpus luteum fungsional, maka suplementasi progesteron dapat
memperbaiki hasil kehamilan.
50
-erla&anan dengan hal tersebut, suplementasi
tidak akan menolong apabila kadar progesteron rendah akibat kegagalan
kehamilan. Sebuah metaanalisis pada tahun 1616 yang dilakukan pada )
penelitian menunjukkan tidak adanya manfaat progesteron untuk
mempertahankan kehamilan dini. 'enting juga diketahui bah&a efek teratogenik
dapat meningkat dengan defek genital pada janin.
2
Sindrom o"arium polikistik 3S.'4 berhubungan dengan kehilangan
kehamilan berulang dan infertilitas. ,al ini berhubungan dengan gambaran klinis
oligomenore, akne, dan hirsutisme yang terjadi sekunder karena
hiperandrogenisme dan obesitas. Secara biokimia, berhubungan dengan
peningkatan hormon lutein 3=,4, peningkatan androgen dan resistensi insulin@
hiperinsulinemiaE peningkatan akti"itas plasminogen akti"ator inhibitor1 3'A(14
1)
telah dikemukakan oleh beberapa peneliti. 'ada ultrasonografi ditandai adanya
kista yang terletak perifer berdiameter 2C10 mm dengan stroma sentral ekodens.
/ambaran ini juga ditemukan tanpa ada perubahan biokimia. ."arium polikistik
yang didapatkan dengan +S/ ditemukan pada 22# &anita populasi sukarela dan
&anita dengan bantuan konsepsi. 'ada &anita yang secara klinis mengalami
abortus iminens kejadian o"arium polikistik adalah 12#. 'ada kelompok dengan
bantuan konsepsi, kejadian abortus lebih tinggi pada &anita dengan o"arium
polikistik, yaitu !5,1# berbanding 2!,%# pada populasi dengan o"arium
normal.
16
Anomali uterus telah lama dipikirkan berperan dalam abortus iminens.
<enurut American Fertility Society, pada uterus arkuatus, fundus normal, tetapi
rongga uterus berbentuk konkaf. 'ada uterus berseptum, baik sebagian atau
komplet, septum akan membagi rongga uterus. 'ada uterus yang bikornus, dapat
ditemukan celah pada fundus dengan kedalaman minimal 1 cm menemukan angka
kejadian karena faktor uterus pada &anita yang mendatangi ginekolog dengan
berbagai macam sebab di luar infertilitas dan abortus, yaitu 5,$#, sebanyak !,1#
dengan uterus arkuatus dan 2,!# faktor lain 3uterus subseptum 1,%#, uterus
bikornus 0,$#4. >elompok yang sama dilihat pada &anita dengan ri&ayat abortus
iminens ataupun infertilitas.
51
Ditemukan bah&a terdapat proporsi yang lebih
tinggi secara bermakna pada &anita dengan uterus subseptum mengalami abortus
pada trimester pertama, sedangkan uterus arkuatus merupakan faktor risiko pada
kehilangan trimester kedua dan persalinan prematur. Disebutkan bah&a reseksi
histeroskopis septum dapat memperbaiki fungsi reproduksi.
52
11
,ikok.
5!
melaporkan kehilangan kehamilan pada &anita dengan uterus
subseptum sebelum dilakukan reseksi adalah )),$#. >emudian berkurang
menjadi 11,2# setelah reseksi. 'orcu dkk.
5$
juga menyatakan adanya perbaikan
hasil kehamilan setelah reseksi histeroskopis pada septum uterus. Akan tetapi
penelitian ini tidak dilakukan secara acak dan karena itu tidak mungkin dikatakan
bagaimana hasil akhir kehamilannya apabila pada &anita tersebut tidak dilakukan
pengobatan. 7ujuh puluh enam persen &anita akan melahirkan normal &alaupun
sudah pernah mengalami abortus.
2
>eberhasilan kehamilan membutuhkan ser"iks yang baik sampai
persalinan. Dilatasi prematur ser"iks mengakibatkan abortus. ,al ini dapat
dikenali dengan adanya kontraksi dan persalinan prematur, tetapi apabila dilatasi
terjadi tanpa adanya kontraksi atau didahului kontraksi, kelemahan intriksik
ser"ikslah yang berperan. -anyak faktor yang mempengaruhi kelemahan ser"iks.
>elainan jaringan penunjang termasuk kelainan uterus, seperti sindrom <arfan,
kelainan jaringan penunjang seperti sindrom ?hlersDanlos dan paparan
dietilstilbestrol dalam rahim. 8aktor didapat termasuk tindakan bedah pada
ser"iks, seperti cone biopsy untuk penanganan cervical intraepithelial neoplasia,
terminasi kehamilan dengan bedah, dan kehamilan ektopik ser"iks sebelumnya.
2,5
16
(nfeksi ditetapkan sebagai salah satu penyebab kehilangan kehamilan
berulang, infeksi harus menetap dalam kehamilan. ;aginosis bakterial bukan
merupakan infeksi berat, lactobacilli untuk pertahanan dengan organisme
ardenella vaginosis, anaerob, dan mycoplasma yang mempengaruhi lingkungan
"agina, meningkatkan p,. Sangat beralasan untuk berharap bah&a faktor
predisposisi "aginosis bakterial dapat menetap selama lebih dari satu kehamilan.
$
+g&umadu.
55
mempertimbangkan bah&a respons imun terhadap "aginosis
bakterial lebih berperan dalam kehilangan kehamilan daripada efek langsung
organismenya. *espons 7h2 normal diperlukan untuk kehamilan dini yang
normal, dengan (=$ dan (=% yang menyebabkan pelepasan h:/ dari trofoblas,
yang kemudian berubah mempertahankan korpus luteum sehingga menghasilkan
progesteron. Apabila "aginosis bakterial mengembangkan respons 7h1 atau
menekan respons 7h2, hal ini akan mengakibatkan kehilangan kehamilan. 'ada
&anita tidak hamil yang menderita endometritis, yang ditentukan berdasarkan
adanya sel plasma endometritis, didapatkan pada $5# &anita yang menderita
"aginosis bakterial, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 5# menemukan
peningkatan kadar sitokin 7h1, (=1, dan (=1 sedangkan Alberman
menemukan peningkatan (=1 dan (=1 pada &anita dengan "aginosis
bakterial.
"
Abortus spontan sering terjadi karena aneuploidy pada fetus, hal ini
biasanya dapat ditemukan pada &anita yang mengalami abortus dan dilakukan
kariotiping.
5%,5)
7erdapat juga bukti bah&a pasangan yang mempunyai kariotipe
yang normal mempunyai risiko terjadinya abortus karena mereka mempunyai
20
risiko aneuploidy terutama sering terjadi pada abortus berulang. FauniauG dkk.
52
mengemukakan bah&a beberapa pasangan mempunyai risiko non-dis!unction
yang akan meningkatkan risiko abortus. Stone dkk.
51
pada penelitiannya mencari
kariotipe embrio preimplantasi dari subjek yang menjalani fertilisasi in vitro.
?mbrio dari pasangan dengan ri&ayat abortus mempunyai insidensi aneuploidy
yang lebih tinggi 351#4 dibandingkan pasangan tanpa abortus. Diagnosis genetik
preimplantasi dan transfer embrio dengan kariotipe normal dapat memperbaiki
angka keberhasilan pengobatan pada infertilitas.
2
"isomy sperma juga memegang peranan dalam kehilangan kehamilan dini
pada beberapa pasangan. Angka disomy lebih tinggi pada sperma yang diambil
dari pasangan dengan ri&ayat abortus dibandingkan dengan kontrol.
1$
'eristi&a
trombosis pada plasenta dihubungkan dengan berbagai komplikasi kehamilan.
-ates dkk.
56
menemukan defek prokoagulasi pada 55# &anita dengan ri&ayat
tiga kali atau lebih abortus. 7rombofilia dapat dibagi menjadi dua kelompok
utamaA trombofilia diturunkan, umumnya disebabkan mutasi gen dan trombofilia
didapat, terutama sindrom antifosfolipid. 'emba&a mutasi faktor ; =eiden
tampaknya mempunyai risiko abortus yang meningkat 1,5 kali pada yang
mengalami satu kali abortus dan 2,5 kali risiko pada yang mengalami dua kali
abortus. 'eningkatan insidensi mutasi faktor ; =eiden dalam hubungannya
dengan abortus iminens juga ditemukan oleh -ajo dkk.
%0
'eningkatan resistensi
terhadap protein : terakti"asi juga ditemukan pada kehamilan normal, dan hal ini
harus dibedakan dengan bentuk yang diturunkan yang menetap selama hal ini
berhubungan dengan peningkatan risiko tromboembolisme, di luar kehamilan.
21
*ose"ear
5
menemukan bah&a resistensi terhadap protein : terakti"asi yang
didapat dalam kehamilan bukan keadaan yang diturunkan, lebih banyak
didapatkan pada &anita yang mengalami abortus iminens.
Sindrom antifosfolipid A'A merupakan antibodi yang terikat pada
protein negatif pada komponen fosfolipid membran sel. Secara normal, beban
negatif tidak terungkap, terdapat di permukaan dalam membran sel. 'roduksi
A'A merupakan respons normal terhadap proses penghancuran permukaan dalam
membran sel dan antibodi akan dihasilkan pada keadaan ini. 'roduksi A'A
berhubungan dengan berbagai kelainan autoimun, misalnya S=? dan juga
kelainan autoimun lainnya. Akan tetapi A'A tidak didapatkan pada semua
penderita S=?, pada salah satu seri hanya mendapatkan A'A pada !0,$# subjek
dengan S=?.
%,11
Apabila antibodi menetap di luar masa akut dan berhubungan dengan
penyakit tromboembolik atau kehilangan kehamilan berulang, dapat ditegakkan
diagnosis sindrom antifosfolipid 3A'S4. 7erdapat berbagai A'A, tetapi yang
penting dalam kehamilan adalah antikardiolipin dan lupus anticoagulant. A'A
didapatkan pada 15# &anita yang mengalami abortus iminens. Antibodi ini
diperkirakan menyebabkan kehilangan kehamilan dengan efeknya pada annexin-
#, merupakan fosfolipid terikat protein yang ada pada sinsitiotrofoblas yang
melapisi "ili plasenta. Annexin-# merupakan antikoagulan yang poten secara in
vitro maupun in vivo dan apabila dikeluarkan oleh sinsitiotrofoblas akan
mengurangi adanya A'A, mengakibatkan trombosis plasenta. ,al ini memberikan
keterangan yang memuaskan mengenai peran A'S dalam kehilangan kehamilan
22
pada stadium akhir trimester pertama. 'enjelasan lain dikemukakan oleh
=eftherioti mengenai penyebab nontrombotik dari kehilangan kehamilan yang
berhubungan dengan A'S pada kehamilan sangat dini, dengan A'A yang secara
langsung merusak lapisan trofoblas sehingga terjadi ketidaksempurnaan
implantasi. 7erdapat angka kehilangan kehamilan yang tinggi dengan adanya
A'S, yaitu 60# pada kehamilan dini. 0anita&anita tersebut mempunyai ri&ayat
abortus iminens dan 6$# terjadi pada trimester pertama.
%1
'enyesuaian respons imunologis diperlukan dalam kehamilan. 7elah
diketahui apabila ingin berhasil, respons 7h1 yang embriotoksik harus ditekan dan
harus lebih dominan respons 7h2. *espons 7h1 yang dominan pada kehamilan
dini akan menyebabkan kehilangan kehamilan dini berulang.
%1
<asih belum jelas
apakah terdapat respons inflamasi yang abnormal atau respons abnormal tersebut
terjadi karena peristi&a imunologis. 0anita dengan ri&ayat abortus mempunyai
kadar sitokin 7h1 yaitu (=12, (=11, dan (89 yang lebih tinggi dibandingkan
dengan &anita hamil normal. Akan tetapi kadar (=11 pada &anita dengan ri&ayat
abortus menurun jika kehamilan berlangsung baik dan kadarnya lebih rendah
secara bermakna bila dibandingkan dengan &anita yang tidak hamil. 0anita yang
tidak hamil dengan ri&ayat abortus iminens mempunyai reseptor (=12 yang lebih
tinggi, yang merupakan penanda akti"asi dan proliferasi sel 7.
22,!1
Stimulasi lipopolisakarida '<9 darah perifer diinkubasi dari plasma pada
abortus iminens mengakibatkan pelepasan (=10 lebih sedikit dibanding kontrol.
>elompok abortus mempunyai sebab heterogen, tetapi dalam kelompok, kadar (=
10 lebih rendah secara bermakna. ,al ini menunjukkan bah&a plasma &anita
2!
dengan ri&ayat abortus mengandung faktor yang melemahkan respons inflamasi
normal. -erbagai pengobatan imunologis telah dicoba. (munoglobulin intra"ena
tampaknya belum dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan kehamilan.
22,%2
*i&ayat abortus spontan pada kehamilan sebelumnya meningkatkan
kemungkinan abortus berikutnya. :oste dkk.
$0
mendapatkan bila terjadi dua atau
lebih kehilangan janin sebelumnya akan meningkatkan risiko abortus berikutnya
3.* H 2,!4. 0alaupun :aterina dkk.
%!
mendapatkan supresi =, tidak
memperbaiki hasil akhir kehamilan, mereka tidak menemukan bah&a semua
&anita yang terlibat dalam penelitian mempunyai hasil akhir yang baik. Stark
%$
yang menemukan bah&a penanganan suportif meningkatkan keberhasilan
kehamilan sampai 1%# pada &anita dengan abortus yang belum diketahui
penyebabnya, dibandingkan !!# 3pH0,0014 pada &anita yang tidak mendapat
dukungan ini, seperti dikemukakan oleh =eible dkk.
!!
2.1.2 %u)er+ks!d D!smutase )ada A*+rtus
S.D adalah en2im antioksidan di dalam sel darah merah yang berfungsi
sebagai katalis radikal superoksid menjadi ,
2
.
2
dan .
2
,
. Fenkins dkk.
%2
meneliti
peranan antioksidan pada &anita hamil sehat dan yang mengalami abortus pada
trimester pertama. ,asilnya menunjukkan bah&a jika contoh darah diambil pada
saat kehamilan dan kehamilan tersebut berhasil, berhubungan dengan peningkatan
kadar seruloplasmin dan S.D pada a&al trimester pertama. 'erubahan ini
menyebabkan adanya perlindungan sel dari kerusakan yang disebabkan karena
meningkatnya stres oksidatif yang berhubungan dengan kehamilan.
2$
Ada dua macam S.D, copper-$inc S.D 3:u, 5n S.D4 terletak di dalam
sitosol dan manganese S.D 3<nS.D4 yang terletak dalam mitokondria yang
ditemukan dalam endometrium manusia.
%5
Secara in vitro, produksi kedua macam
S.D tersebut meningkat dengan adanya estrogen dan progesteron, tetapi dengan
dua mekanisme yang berlainan. <nS.D diproduksi melalui jalur yang
bergantung cA<', sedangkan :u,5nS.D dengan jalur lain, sehingga
menyebabkan perbedaan peran keduanya dalam jaringan endometrium.
%%
7elah
dilaporkan bah&a :u,5nS.D terlibat dalam regulasi fungsi sel, sedangkan <n
S.D bekeja untuk kelangsungan hidup sel dengan mela&an radikal oksigen di
dalam mitokondria.
%)
S.D mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kehamilan.
%1,%6
0anita yang mengalami abortus pada trimester pertama mempunyai kadar
S.D yang menurun secara bermakna. 'enurunan kadar S.D ini akibat loncatan
elektron rantai respirasi mitokondria, suatu sampah ion .
2
, dapat mengakibatkan
peningkatan produksi *.S. 'erubahan ini didapatkan pada sirkulasi perifer dan
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi di dalam uterus.
%2,)0
7rimester
pertama kehamilan yang berlanjut, berhubungan dengan peningkatan akti"itas
antioksidan seperti ditunjukkan pada peningkatan kadar seruloplasmin dan S.D
dan hal ini dapat memberikan perlindungan terhadap serangan antioksidan.
'enurunan kadar S.D pada &anita yang mengalami abortus pada kehamilan
kedua, menunjukkan bah&a abortus dicetuskan oleh peristi&a khusus dan tidak
dipengaruhi oleh kehamilan sebelumnya. 'erubahan ini menunjukkan bah&a
kehamilan dini berhubungan dengan peningkatan stres oksidatif tetapi kerusakan
25
dapat dihindari karena adanya sistem antioksidan. 'ada penderita yang mengalami
abortus, penurunan kadar sampah ion .
2
, dapat
mengakibatkan peningkatan produksi *.S. 'erubahan ini didapatkan pada
sirkulasi perifer dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi di dalam uterus.
7rimester pertama kehamilan yang berlanjut berhubungan dengan peningkatan
akti"itas antioksidan seperti ditunjukkan pada peningkatan kadar seruloplasmin
serta S.D dan hal ini dapat memberikan perlindungan terhadap serangan
antioksidan.
2,1%
'emeliharaan kehamilan berhubungan dengan adanya sitokin 7h2, dengan
(=$ sebagai faktor yang predominan dalam polarisasi 7h2. Abortus berhubungan
dengan adanya sitokin 7h1 dengan (89 yang mengembangkan diferensiasi sel 7
nave menuju sel 7h1. (=$ yang dihasilkan sel 7h2 menyebabkan perkembangan
sel 7 yang menghasilkan leu&emia inhibitory fa&tor 3=(84 dan colony stimulating
fa&tor 3<:S84 yang diperlukan dalam perkembangan embrio.
%2,1$0
'enelitian <urine dkk.
21
mendapatkan bah&a saat sitokin 7h2 terdeteksi
pada hubungan fetalmaternal selama kehamilan, (98 yang merupakan sitokin
7h1, hanya terdeteksi pada a&al kehamilan.
=im dkk.
22
meneliti pengaruh sitokin 7h1 dan 7h2 endometrium pada
keberhasilan dan kegagalan reproduksi. <ereka menemukan bah&a pada &anita
tanpa ri&ayat abortus iminens tidak terdeteksi adanya (=12, (98, (=2, dan 798
atau (=2 pada endometrium dekat tempat implantasi, sehingga menghambat
perkembangan sel 7h0 menjadi 7h1. (=$ juga terdeteksi, membantu
11
perkembangan sel 7h0 menjadi 7h2 dan kemudian menggeser keseimbangan
menjauhi respons sitotoksik. 7etapi pada &anita dengan ri&ayat abortus iminens,
(=C12 terdeteksi pada endometrium, seperti adanya sitokin 7h1, (98, (=2, dan
798 menghasilkan respons penolakan sitokin 7h1 pada saat implantasi. >adar
sitokin perimplantasi tidak merupakan faktor yang dapat memperkirakan hasil
kehamilan pada &anita dengan ri&ayat abortus iminens. Sel desidua yang diambil
dari &anita yang menderita keguguran berulang ternyata menghasilkan lebih
sedikit (=$, (=10, dan =(8 dibanding &anita yang hamil normal.
2,22,2!
;i"es dkk.
2!
meneliti ekspresi sitokin pada jaringan desidua dan trofoblas
dari &anita yang tidak mengalami masalah dalam kehamilannya dan menjalani
seksio sesarea, partus per"aginam dengan bayi (+/*, abortus yang pertama, dan
&anita dengan ri&ayat abortus iminens pada saat terjadinya abortus. ,asilnya
terdapat peningkatan bermakna ekspresi (98 pada jaringan desidua &anita yang
mengalami abortus. >adar (=10 rendah pada kelompok ini dibandingkan dengan
kelompok yang hamil normal. 'enemuan ini menunjukkan adanya keseimbangan
antara sitokin tipe 1 dan 2 selama kehamilan yang diperlihatkan dengan ekspresi
(98 pada hubungan fetal maternal.
<elekatnya satu sel dengan sel lainnya, satu sel ke jenis sel lainnya,
dan atau melekatnya satu sel ke matriks ekstraselular 3<?S4 adalah bagian yang
sangat penting dan tergantung adanya cells adhesion molecule 3:A<4 dan ligan
yang dimilikinya.
20,25
<olekul perekat sel adalah glikoprotein sel permukaan
yang dapat meluas keluar membran sel atau menempel pada membran yang
diperantarai oleh lemak.
20
-eberapa molekul spesifik dikeluarkan tergantung &aktu
16
maupun tempat pada saat perkembangan. Sebagai contoh, pada saat implantasi,
trofoektoderm yang melekat ke epitel permukaan uterus dan :A< memiliki
peranan yang penting dalam proses ini. 'emahaman mengenai peranan :A<
dalam kehamilan sangatlah menakjubkan karena beberapa kehamilan dikaitkan
dengan kelainan yang berhubungan dengan :A< termasuk abortus yang
dihubungkan dengan kelainan ekspresi :A<. 'etanda biokimia&i yang la2im
dipakai untuk penentu disfungsi endotel molekul adhesi adalah vascular cells
adhesion molecule-1 3;:A<14.
25,1$1
798 'lasenta
Aktifasi 9eutrofil
(=%, (=1
'eroksidasi glutathione
'eroksidasi lipid
Disfungsi sel endotel
Abortus
%(D
.2
,2.2
Abortus (minens
=oncatan elektron di mitokondria
61AM
.ksigen radikal bebas 3<ulti organ4
7h0
7h1
7h2
Sel -
Sel plasma
IN.
(=2
Aktifasi <akrofag
Aktifasi Ag
Ab
Aktifasi sitotosik
IL4
R(%
'eroksidasi lipid plasenta
7idak terkontrol akti"itas radikal bebas
Antioksidan
;itamin :
Aliran darah A spiralis desidua
>erusakan membran sel endometrium
+S/
;it : ;it :
'am*ar 2.12 Hu*ungan antara a*+rtus !m!nens& s!t+k!n& %(D&
ant!+ks!dan dan a*+rtus
'emeriksaan Doppler ditujukan untuk menilai perubahan resistensi
"askular uterus plasenta janin melalui pengukuran "elositas arus darah dengan
gelombang ultrasonik. 'ada keadaan reperfusi plasenta terjadi perubahan
abnormal pada mikrosirkulasi plasenta yang akan menyebabkan peningkatan
60
resistensi "askular plasenta, yang dapat diketahui melalui pemeriksaan pola arus
darah pada ASD.
2%,26
;itamin : merupakan antioksidan yang larut dalam air yang berperan
dalam memperbaiki membran sel dan memperbaiki sistem "askularisasi. ;itamin
: dari makanan lebih dianjurkan untuk suplementasi karena risiko lebih rendah
adanya berbagai penyakit kronik.
!$,100,10$
+raian berbagai preposisi di atas, selanjutnya secara selektif dapat
diformulasikan kedalam premispremis sebagai berikutA
Prem!s 1A
7erjadi penurunan kadar S.D pada abortus iminens
2,1,151),)0,1!6
Prem!s 2A
'ada abortus terjadi perubahan sistem imun dan "askular yang
menyebabkan peningkatan akti"itas jalur 7h 1 yang bersifat embriotoksik
yaitu (89 .
2,$1,)0,1$0
Prem!s 3A
'ada sel desidua abortus terdapat peningkatan kadar (89 dan ditemukan
lebih sedikit kadar (=$.
2!,!1
Prem!s "A
'ada abortus terjadi ketidakseimbangan status redoks akti"itas
prooksidatif dan timbulnya *.S berlebihan akibat radikal bebas 3stres
61
oksidatif4 dan peroksidasi lipid, sehingga mengakibatkan kerusakan
membran sel di lapisan endometrium.
15,2!,1!6
Prem!s 3A
'ada abortus iminens terjadi kerusakan membran sel di lapisan
endometrium yang menyebabkan adanya perubahan pada ASD.
$,!2,52
Prem!s 4>
7erjadinya disfungsi sel endotel akan menyebabkan peningkatan kadar
;:A<1.
2$,25,61,1$2
Prem!s 5A
'ada abortus iminens terjadi peningkatan *( ASD.
!,16,2),52
Prem!s 9A
'ada a&al kehamilan *( ASD rendah dan penurunan *( akan berlanjut
dengan bertambahnya usia kehamilan.
!,16,21,26
Prem!s :A
'erubahan *( ASD memberikan efek terhadap perkembangan
kehamilan.
16,!2,52
Prem!s 1;A
'enurunan kadar S.D pada abortus dapat dihindari dengan adanya sistem
antioksidan, hal ini berhubungan dengan glutation peroksidase yang
62
berfungsi mengkatalisis reduksi hidrogen peroksidase dan mencegah
peroksidasi lipid membran sel.
$,!5,1$!
Prem!s 11A
'ada abortus iminens kadar lipid peroksidase meningkat dan kadar total
tiol, seruloplasmin, asam askorbat, -tocopherol, "itamin A, betakaroten,
dan erythrocyte glutathion menurun.
2,1),!$,1!6
Prem!s 12A
;itamin : mempunyai fungsi yaitu menekan adanya ketidakseimbangan
status redoks dengan akti"itas prooksidatif dan menekan terjadinya
peningkatan stres oksidatif.
15,!$,100,11%,121
Prem!s 13A
;itamin : merupakan antioksidan yang larut air mempunyai fungsi yang
signifikan terutama dalam membran sel dan memperbaiki sistem
"askular.
15,!$,100,11%,121
Prem!s 1"A
;itamin : memelihara dan memperbaiki respons imun humoral dan
selular secara in vivo dan in vitro.
100,101,10!,10%,101
2.3 H!)+tes!s
6!
Dari premispremis di atas, dapat dideduksi hipotesishipotesis yang pada
hakikatnya merupakan landasan teoritis dalam rangka memberi ja&aban terhadap
masalah dalam penelitian ini, dengan perumusan sebagai berikutA
H!)+tes!s 1>
7erdapat korelasi peningkatan kadar S.D dengan penurunan kadar (89
dan peningkatan kadar (=$ pada abortus iminens setelah pemberian
"itamin : 3'remis 1,2,!,$,10,11,12,1$4.
H!)+tes!s 2>
7erdapat korelasi peningkatan kadar S.D dengan penurunan *( ASD dan
kadar ;:A<1 pada abortus iminens setelah pemberian "itamin :
3'remis 1,5,%,),1,6,10,12,1!4.
H!)+tes!s 3>
'ada kasus yang terjadi abortus terdapat penurunan kadar S.D dan (=$
serta peningkatan kadar (89 , ;:A<1 dan *( ASD 3'remis
1,2,!,%,),10,12,1!4.
6$
BAB III
%UB$E# DAN MET(DE PENELITIAN
3.1 %u*ek Penel!t!an
>asus yang termasuk kedalam penelitian ini adalahA
P+)ulas! %asaranA
(bu hamil yang berdomisili di >ota dan >abupaten -andung
P+)ulas! TerangkauA
Semua ibu hamil dengan diagnosis abortus iminens yang datang memeriksakan
kehamilannya di 'oliklinik .bstetri *S+' dr ,asan Sadikin -andung 3periode 1
tahun4 sebanyak 150200 kasus.
%am)el /ang d!kehendak!A
Dipilih %0 orang ibu hamil dengan diagnosis abortus iminens, yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi.
3.1.1 #r!ter!a !nklus!
Semua kehamilan dengan diagnosis abortus iminens
>ehamilan tunggal hidup, usia kehamilan 1012 minggu
+sia ibu hamil kurang dari !0 tahun
(ndeks massa tubuh ibu dalam batas normal 31125 kg@m
2
4
<emiliki alamat yang jelas di >ota atau >abupaten -andung dan mudah
untuk dihubungi
65
3.1.2 #r!ter!a Eksklus!
7erdapat kelainan kongenital pada janin dengan pemeriksaan +S/
7erdapat kelainan uterus dengan pemeriksaan dalam dan +S/
(bu mengkomsumsi obat antioksidan, hormonal, plasentotropik
(bu hamil perokok, minum alkohol, dan mempunyai pekerjaan yang berat
,iperemesis gra"idarum
7erdapat penyakit infeksi
7erdapat ri&ayat penyakit kronik pada ibu misalnya penyakit ginjal,
jantung, hipertensi, diabetes melitus, hipotiroid, ulkus peptikum
7idak meminum obat lebih dari dua hari 3dilihat dari buku log kepatuhan
pemakaian obat4
<engkomsumsi obatobatan lainnya di luar protokol penelitian
3.2 Ran?angan Penel!t!an
3.2.1 #las!-!kas! $en!s Penel!t!an
-erdasarkan ruang lingkup penelitian termasuk penelitian klinis
laboratorium
-erdasarkan pada &aktu termasuk penelitian longitudinal prospektif
-erdasarkan pada substansinya termasuk penelitian dasar dan terapan
-erdasarkan pada hubungan antar "ariabelnya termasuk penelitian analitis
-erdasarkan desain penelitiannya termasuk penelitian inter"ensional@
eksperimental 3uji klinis4.
6%
3.2.2 Met+de Penel!t!an
*ancangan penelitian ini menggunakan metode pengkajian inter"ensional@
eksperimental uji klinis secara acak tersamar ganda 3randomi$ed placebo
controlled, double mas& study4 dengan metode analisis "arian 3sidik ragam4
dengan pengukuran berulang 3repeated measures4.
3.2.3 Ukuran 0Besar2 %am)el Penel!t!an dan Rand+m!sas!
.leh karena yang akan diteliti adalah dua kelompok yaitu kelompok yang
diberi "itamin : dan kelompok yang diberi plasebo maka jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk menguji dua proporsi
yaituA
[ 5
1
; 2p31p4 I 5
1
; p131p
1
4 I p
2
31p
2
4 ]
2
3p
1
p
2
4
2
adapun informasi yang telah diketahui adalah sebagai berikutA
5
1
= taraf kepercayaan 65# dengan mengambil harga H 0,05, maka didapat
1,%$5 3dari tabel statistik4
5
1
= power test 10# dengan mengambil harga H 0,20, maka didapat 0,1$ 3dari
tabel statistik4
p
1
= angka kejadian abortus dengan pemberian antioksidan 0,!! 3"itamin :4
p
2
= angka kejadian abortus dengan penatalaksanaan sesuai prosedur tetap adalah
0,%% 3kontrol4
2
p
= 3p
1
I p
2
4 A 2 H 0,5
6)
n H
<aka perhitungan menjadiA
[ 1,%$5 ; 2 . 0.5 . 0,5 I 0,1$ ; 0,!! . 0,%% I 0,%% . 0.!! ]
2
3 0,%% C 0,!! 4
2
n H 2),!
Dengan demikian pada rumus di atas akan ditemukan perkiraan besar sampel
minimal yang diperlukan dalam penelitian ini untuk setiap kelompok adalah 2).
Dengan memperhitungkan angka yang mungkin drop out 3keluar dari penelitian4
sebesar 10#, maka didapatkan !0 ibu hamil untuk setiap kelompok dan
direncanakan akan dikumpulkan %0 ibu hamil sebagai sampel yang dikehendaki.
:ara pemilihan sampel menggunakan stratified random sampling,
sedangkan untuk menentukan kandidat kedalam kelompok perlakuan dan kontrol
dilakukan randomisasi blok permutasi. Satuan pengamatan adalah semua abortus
iminens yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Sampel ditentukan atas dasar
pemilihan kriteria dan menurut nomor random yang kemudian dilakukan
penyimpanan hasil alokasi nomor random kedalam amplop yang ditutup rapat.
3.3 Tem)at dan @aktu Penel!t!an
>egiatan penelitian ini dilaksanakan di -agian@S<8 .bstetri dan
/inekologi, -agian =aboratorium +nit 'enelitian >esehatan@*S,S, dan
laboratorium 'rodia. 'enelitian ini dilaksanakan dalam &aktu 10 bulan.
61
n H
3." 6ar!a*el Penel!t!an
3.".1 6ar!a*el Be*as
;itamin :
'lasebo
3.".2 6ar!a*el Tergantung
>adar S.D
>adar (89
>adar (=$
>adar ;:A<1
*( ASD
>ejadian abortus
3.".3 6ar!a*el Peran?u
+sia ibu
'aritas
+sia kehamilan
3.3 Tata kera Penel!t!an
Pes!a)an>
Setelah persiapan protokol, formulir penelitian@status ibu hamil, persiapan
bahan obat, >(7 pemeriksaan laboratorium dan peri2inan dari >omite ?tik
66
'enelitian >esehatan dan >epala -agian@S<8 .bstetri dan /inekologi
8>+'@*S,S, peneliti melakukan persiapan lapangan sebagai berikutA
<elakukan informasi mengenai cara mengisi formulir penelitian,
pemeriksaan laboratorium, pemilihan pasien kepada residen kepala,
residen dan koasisten yang bertugas di poliklinik obstetrik yang dilakukan
secara periodik menurut jad&al rotasi residen dan koasisten.
'emeriksaan pasien dilakukan oleh residen dan peneliti, pemberian obat
3double blind4 dilakukan oleh peneliti 3dijelaskan dan dibuatkan buku log
untuk kepatuhan pemakaian obat4.
'emeriksaan laboratorium dilakukan oleh -agian@=aboratorium +nit
'enelitian >edokteran 8>+'@*S,S. 'engambilan darah dilakukan oleh
petugas laboratorium pada jam kerja dan di luar jam kerja dilakukan oleh
peneliti.
Pelaksanaan>
?nam puluh kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian diambil
dengan cara pemilihan sampel menggunakan stratified random sampling,
kemudian dibagi kedalam dua kelompok dengan menggunakan
randomisasi blok permutasi masingmasing !0 orang ibu hamil untuk
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
'ada kedua kelompok diharuskan mengikuti prosedur penelitian yaitu tirah
baring dan kontrol setiap bulan sampai pada usia kehamilan 20 minggu
dan ibu minum obat 2 kali 1 tablet sehari. Setiap kasus@ibu diinformasikan
tandatanda a&al abortus 3abortus komplit, abortus inkomplit, abortus
100
insipiens, missed abortion4 seperti adanya perdarahan, mulesmules, dan
nyeri perut bagian ba&ah dan ibu diharuskan untuk segera datang ke
rumah sakit apabila mengalami salah satu dari gejalagejala tersebut dan
bila pada pemeriksaan janin baik maka ibu melanjutkan kontrol kehamilan
sesuai prosedur penelitian.
'ada setiap pemeriksaan atau pada &aktu kontrol hamil dilakukan
pencatatan mengenaiA
o *( ASD 3pemeriksaan dilakukan oleh seorang konsultan fetomaternal
yang berkompeten4
o Ada tidaknya perdarahan
o 'emeriksaan rutin dan keluhankeluhan ibu lainnya
+ntuk jad&al kontrol kehamilan peneliti mengingatkan melalui telepon
sehari sebelumnya. Apabila ibu tidak datang pada saatnya kontrol
kehamilan maka dilakukan kunjungan rumah.
'ada saat kunjungan a&al dan pada saat usia kehamilan 20 minggu dengan
janin baik atau terjadi abortus maka selain dilakukan pemeriksaan klinis
juga dilakukan pengambilan darah 10 m= untuk pemeriksaan
laboratorium kadar S.D, (89 , (=$, dan ;:A<1.
Apabila pada saat kontrol hamil terjadi abortus 3abortus inkomplit, abortus
komplit, abortus insipiens, missed abortion4 maka ibu akan dilakukan
pengambilan darah 10 m= untuk pemeriksaan laboratorium kadar S.D,
101
(89 , (=$, dan ;:A<1 dan ibu dikelola menurut prosedur tetap yang
berlaku di -agian@S<8 .bstetri dan /inekologi 8>+'@*S,S.
Apabila terjadi abortus di luar *S,S maka ibu memberitahukan melalui
telepon kepada peneliti dan peneliti datang ke tempat pelayanan kesehatan
atau rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal ibu 3jika ibu tidak bisa
datang ke *S,S4, kemudian setelah diagnosis ditegakkan dilakukan
pengambilan darah 10 m= untuk selanjutnya diba&a ke laboratorium.
Selanjutnya ibu dikelola menurut prosedur tetap yang berlaku.
>epatuhan ibu meminum obat dinilai dari jumlah obat yang tersisa pada
&aktu ibu melakukan kunjungan ulang. (bu yang tidak meminum obat
lebih dari dua hari, dikeluarkan dari penelitian 3drop out4. "rop out pada
penelitian ini adalah subjek yang telah masuk dalam randomisasi tetapi
oleh karena suatu sebab tidak melanjutkan pengobatan.
-agan tata cara penelitian ini dapat dilihat pada gambar di ba&ah iniA
102
'am*ar 3.1 Bagan Tata #era Penel!t!an
3.4 Met+de Pemer!ksaan
3.4.1 Pemer!ksaan #l!n!s
*( ASD diperiksa dengan alat ultrasound merk <edison 1000 SA !D.
'engukuran dilakukan ibu hamil berbaring di tempat tidur kemudian dengan alat
ultrasound dicari ASD di daerah korion frondusum@plasenta dengan menggunakan
Doppler dan kemudian didapatkan hasil dari *( ASD. 'emeriksaan ultrasonografi
dilakukan oleh seorang konsultan fetomaternal yang berkompeten.
3.4.2 Pemer!ksaan La*+rat+r!um
=ab. 3S.D, (89, (=$, ;:A<14
+S/ 3*( ASD4
!0 kasus kontrol 3plasebo4 !0 kasus 3"itamin :4
=ab. 3S.D, (89, (=$, ;:A<14
*andomisasi blok permutasi
>riteria inklusi
Stratified random sampling
%0 kasus, 1012 mg
>ontrol kehamilan 1 bln sekali sampai 20 mg
7irah baring, minum obat 2G1 tablet sehari
>ehamilan ibu 20 minggu, janin hidup
Abortus
komplit, inkomplit, insipien, missed abortion
>ontrol kehamilan bila ada tanda abortus
Fanin baik
Abortus iminens
=ab. 3S.D, (89, (=$, ;:A<14
+S/ 3*( ASD4
10!
S.D diperiksa dengan spektrofotometer, sedangkan (89 , (=$, dan
;:A<1 diperiksa dengan menggunakan metode ?=(SA diperiksa di
-agian@=aboratorium +nit 'enelitian >esehatan 8>+'@*S,S dan laboratorium
'rodia.
Pemer!ksaan %(D>
'rinsip pemeriksaanA
'eranan S.D adalah untuk mempercepat dismutasi radikal toksik superoksid 302
4
yang dihasilkan selama proses oksidatif menjadi hidrogen peroksida dan molekul
oksigen. :ara ini menggunakan xanthine dan xanthine oxidase 3N.D4 untuk
membentuk radikal superoksid yang akan bereaksi dengan 0-)3-iodophenyl'-1-)3-
nitrophenol'-9-phenyltetra$olium chloride 3(974 untuk membentuk pe&arnaan
merah forma2an. Akti"itas S.D diukur dengan melihat tingkat hambatan reaksi ini.
Satu unit S.D dapat menyebabkan 50# inhibisi reduksi (97 pada pemeriksaan.
S.D
5anthine asam urat I .2
.2 S.D
(97 forma$an dye atau .
2
I .
2
I 2,
I
.
2
I ,
2
.
2
'ersiapan sampelA
Sampel darah yang diambil O ! m= dimasukkan kedalam tabung ?D7A. Sebanyak
0,5 m= darah disentrifusi selama 10 menit pada !.000 rpm dan kemudian diaspirasi
plasmanya. >emudian bilas eritrosit empat kali dengan ! m= larutan 9a:l 0,6# dan
sentrifusi selama 10 menit pada !.000 rpm setiap kali bilas. ?ritrosit yang telah
dibilas dan disentrifusi kemudian ditambahkan air redistilasi dingin sampai menjadi
2,0 m=, campurkan dan diamkan selama 15 menit pada suhu I$:. Sediaan ini
10$
kemudian diencerkan dengan 0,01 mol@= bufer fosfat p, ),0 sehingga inhibisi
menurun antara !0%0#. Sebanyak 25 kali lipat jumlah cairan tersebut dianjurkan
untuk sampel darah 3faktor dilusi akhir H 1004.
:ara kerjaA
'anjang gelombang 505 nm
%uvette 1 cm
Suhu
!):
'engukuran terhadap udara
Ambil kedalam cuvetteA
'elarut sampel Standar S2 C S% Sampel yang
dilarutkan
Sampel yang dilarutkan 0,05 m=
Standar 0,05 m=
'elarut sampel *ansod 0,05 m=
Substrat campuran 1,) m= 1,) m= 1,) m=
:ampurkan dengan baik
5anthine oxidase 0,25 m= 0,25 m= 0,25 m=
:ampurkan, baca absorban a&al A
1
setelah !0 detik dan mulai pasang pengukur
&aktu. -aca absorban akhir A
2
setelah ! menit.
'enghitunganA
3A2 A14 @ ! H A@menit standar sampel
Angka pelarut sampel 3S
1
4 H angka reaksi inhibisi H 100#
Seluruh angka standar dan pelarut sampel harus dikon"ersikan menjadi persentase
dari angka pelarut sampel dan disubstasikan dari 100# sehingga menunjukkan
persentase inhibisi.
100 C 3A std@menit G 1004 @3AS
1
@menit4 H # inhibisi
100 3A sampel@menit G 1004@3AS
1
@menit4 H # inhibisi
105
=akukan persentase inhibisi untuk masingmasing standar terhadap =og10
3konsentrasi standar dalam S.D unit@m=4
/unakan persentase inhibisi sampel untuk menentukan unit S.D dari kur"a standar.
S.D unit m= darah H S.D unit@m= dari kur"a standar G faktor pengenceran
>on"ersi menjadi S.D unit@gram hemoglobin
S.D unit@m= @gram hemoglobin@m= H S.D unit@gram hemoglobin
*entang normalA
1.102C1.%01 +@ gram ,b, 1%$C2$0 +@m=
Pemer!ksaan I.N >
'rinsip pemeriksaan (89 A
'emeriksaan ini menggunakan teknik sandwich en$yme immunoasssay kuantitatif.
Antibodi monoklonal spesifik untuk (89 telah dilapisi dalam mikroplat. Standar
dan sampel dimasukkan kedalam tabung dan (89 yang ada akan terikat pada
antibodi yang diimobilisasi. Setelah dibilas dari 2at yang tidak terikat, en$yme-lin&ed
polyclonal antibody spesifik untuk (89 ditambahkan kedalam tabung. Dilanjutkan
dengan pembilasan untuk menghilangkan reagen en2imantibodi yang tidak terikat,
larutan substrat ditambahkan kedalam tabung dan akan timbal &arna yang
menggambarkan jumlah (89 pada tahap a&al. 'erubahan &arna kemudian terhenti
dan &arna dinilai.
10%
Sampel darah diambil O ! m= dimasukkan kedalam tabung ?D7A, kemudian yang
digunakan adalah plasma yang sebelumnya dilakukan sentrifusi selama 10 menit
pada !.000 rpm dan selanjutnya disimpan pada suhu 20
0
:.
Simpan semua reagen dan contoh dalam suhu kamar sebelum digunakan dan
dianjurkan untuk membuat rangkap contoh, standar, dan kontrol yang akan diuji.
1. Siapkan semua reagen dan cara pemeriksaan.
2. -uka keping mikroplat dari bingkai plat, kembalikan kedalam kantung
timah yang mengandung penga&et, bungkus kembali.
!. 7ambahkan 100 = larutan penguji *D151 kedalam masingmasing
tabung.
$. 7ambahkan 100 = standar, contoh, dan kontrol. 'astikan penambahan
reagen tidak terganggu dan selesai dalam 15 menit. 7utup dengan keping
perekat yang disediakan. (nkubasi dalam suhu kamar selama dua jam.
*ancangan keping disediakan untuk mencatat standar dan contoh yang
diuji.
5. Aspirasi masingmasing tabung dan cuci, ulangi hingga empat kali. :uci
dengan wash buffer 3$00 =4 menggunakan botol semprot, pipet
multichannel, pipa bemulut banyak atau autowasher. 'embersihan secara
keseluruhan pada tiap tahap sangat penting. Setelah pencucian terakhir,
buka dan sisakan wash buffer dengan cara aspirasi atau menuang.
-alikkan keping dan bekuan pada handuk kertas bersih.
%. 7ambahkan 200 = con!ugate (89 kedalam masingmasing tabung.
7utup dengan keping perekat. (nkubasi selama dua jam dalam suhu kamar.
10)
). +lang aspirasi dan pencucian pada tahap 5.
1. 7ambahkan 200 = crairan substrat kedalam masingmasing tabung.
(nkubasi selama !0 menit dalam suhu kamar. ,indarkan dari cahaya.
6. 7ambahkan 50 = stop solution kedalam masingmasing tabung. 0arna
dalam tabung akan berubah dari biru ke kuning. Apabila timbul &arna
hijau atau &arna berubah tidak seragam, ketuk keping secara hatihati
untuk memastikan pencampuran yang cermat.
10. 7entukan densitas optikal pada masingmasing tabung dalam !0 menit,
menggunakan microplate reader set sampai $50 nm.
Pemer!ksaan IL,">
'rinsip pemeriksaan (=$A
'emeriksaan ini menggunakan teknik sandwich en$yme immunoasssay kuantitatif.
Antibodi monoklonal spesifik untuk (=$ telah dilapisi dalam mikroplat. Standar dan
sampel dimasukkan kedalam tabung dan (=$ yang ada akan terikat pada antibodi
yang diimobilisasi. Setelah dibilas dari 2at yang tidak terikat, en$yme-lin&ed
polyclonal antibody spesifik untuk (=$ ditambahkan kedalam tabung. Diikuti
dengan pembilasan untuk menghilangkan reagen en2imantibodi yang tidak terikat,
larutan substrat ditambahkan kedalam tabung dan akan timbul &arna yang
menggambarkan jumlah (=$ pada tahap a&al. 'erubahan &arna kemudian terhenti
dan &arna dinilai.
101
Sampel darah diambil O ! m= dimasukkan kedalam tabung ?D7A, kemudian yang
digunakan adalah plasma yang sebelumnya dilakukan sentrifusi selama 10 menit
pada !.000 rpm dan selanjutnya disimpan pada suhu 20
0
:.
Simpan semua reagen dan contoh dalam suhu kamar sebelum digunakan dan
dianjurkan untuk membuat rangkap contoh, standar, dan kontrol yang akan diuji.
1. Siapkan semua reagen dan cara pemeriksaan.
2. -uka keping mikroplat dari bingkai plat, kembalikan kedalam kantung
timah yang mengandung penga&et, bungkus kembali.
!. 7ambahkan 100 = larutan penguji *D1!2 kedalam masingmasing
tabung. 'elarut uji *D1!2 akan menunjukkan gumpalan. >ocok sebelum
dan selama digunakan.
$. 7ambahkan 50 = standar, contoh dan kontrol pada masingmasing
tabung. 'astikan penambahan reagen tidak terganggu dan selesai dalam 15
menit. 7utup dengan keping perekat yang disediakan. (nkubasi dalam suhu
kamar selama dua jam.
5. Aspirasi masingmasing tabung dan cuci, ulangi hingga tiga kali. :uci
dengan wash buffer 3$00 =4 menggunakan botol semprot, pipet
multichannel, pipa bemulut banyak atau autowasher. 'embersihan
seluruhnya pada tiap tahap sangat penting. Setelah pencucian terakhir,
buka dan sisakan wash buffer dengan cara aspirasi atau menuang.
-alikkan keping dan bekuan pada handuk kertas bersih.
%. 7ambahkan 200 = con!ugate (=$ kedalam masingmasing tabung. 7utup
dengan keping perekat. (nkubasi selama dua jam dalam suhu kamar.
106
). +lang aspirasi dan pencucian pada tahap 5.
1. 7ambahkan 200 = crairan substrat kedalam masingmasing tabung.
(nkubasi selama 20 menit dalam suhu kamar. ,indarkan dari cahaya.
6. 7ambahkan 50 = stop solution ke dalam masingmasing tabung. Apabila
&arna berubah tidak seragam, ketuk keping secara hatihati untuk
memastikan pencampuran yang cermat.
10. 7entukan densitas optikal pada masingmasing tabung dalam !0 menit,
menggunakan microplate reader set sampai $50 nm.
Pemer!ksaan 61AM,1>
'rinsip pemeriksaan ;:A<1A
'emeriksaan ini menggunakan teknik sandwich en$yme immunoasssay kuantitatif.
Antibodi monoklonal spesifik untuk s;:A<1 telah dilapisi dalam mikroplat.
Standar dan sampel dimasukkan kedalam tabung dan s;:A<1 yang ada akan
terikat pada antibodi yang diimobilisasi. Setelah dibilas dari 2at yang tidak terikat,
en$yme-lin&ed polyclonal antibody spesifik untuk s;:A<1 ditambahkan kedalam
tabung. Dilanjutkan dengan pembilasan untuk menghilangkan reagen en2imantibodi
yang tidak terikat, larutan substrat ditambahkan kedalam tabung dan akan timbul
&arna yang menggambarkan jumlah s;:A<1 pada tahap a&al. 'erubahan &arna
kemudian terhenti dan &arna dinilai.
Sampel darah diambil O ! m= dimasukkan kedalam tabung ?D7A, kemudian yang
digunakan adalah plasma yang sebelumnya dilakukan sentrifusi selama 10 menit
pada !.000 rpm dan selanjutnya disimpan pada suhu 20
0
:.
110
'rosedur pemeriksaanA
Simpan seluruh reagen dan sampel dalam suhu kamar sebelum digunakan.
Dianjurkan semua sampel dan standar yang diperiksa digandakan.
1. Siapkan semua reagen.
2. -uang semua strip mikroplat yang berlebih dan bingkai plat, kembalikan
kedalam kantong dan kemudian tutup kembali.
!. 7ambahkan 100 = konjugat s;:A<1 kedalam masingmasing tabung.
$. 7ambahkan 100 = standar atau sampel 3perlu pengenceran4 kedalam tiap
tabung. 7utup dengan strip pelekat yang tersedia. Diamkan selama 1,5 jam
pada suhu kamar. /late layout tersedia untuk mencatat standar dan sampel
yang diperiksa.
5. Aspirasi masingmasing dan bilas, ulangi proses ini tiga kali sehingga
seluruhnya empat kali bilas. -ilas dengan mengisi masingmasing tabung
dengan wash buffer 3$00 =4 menggunakan botol s6uirt, pipet multichannel,
dispenser atau autowasher. 'engeluaran cairan seluruhnya pada masing
masing tahap akan memberikan hasil baik. Setelah pembilasan terakhir,
keluarkan sisa wash buffer dengan mengaspirasi. -alikkan plat dan letakkan
di atas handuk kertas.
%. Segera tambahkan 100 = larutan substrat kedalam masingmasing tabung.
7utup dengan pelekat baru. Diamkan selama 20 menit pada suhu kamar.
,indarkan dari cahaya.
). 7ambahkan 50 = stop solution kedalam masingmasing tabung, sama
seperti yang dikerjakan dengan larutan substrat.
111
1. 7entukan densitas optik dari masingmasing tabung dalam !0 menit
menggunakan pembaca microplate $50 nm. -ila tersedia, koreksi panjang
gelombang, atur pada 5$0 nm atau 5)0 nm. Fika tidak, substrat dibaca pada
5$0 atau 5)0 dari pembacaan pada $50 nm.
'enghitungan hasilA
'erkiraan pembacaan ganda dari masingmasing standar, kontrol, dan sampel serta
substrat perkiraan densitas optik standar nol.
=etakkan densitas optik standar tegak lurus konsentrasi standar dan buat kur"a. Data
dapat dibuat linier dengan kertas log dan analisis regresi digunakan untuk
transformasi log.
+ntuk menentukan konsentrasi s;:A<1 masingmasing sampel, pertama temukan
nilai absorban pada aksisy dan perluas ke garis hori2ontal terhadap kur"a standar,
perluas ke garis "ertikal terhadap aksisG dan baca konsentrasi s;:A<1.
Apabila sampel diencerkan, maka konsentrasi yang dibaca pada kur"a standar harus
dikalikan dengan faktor pengenceran.
3.5 Bahan (*at /ang D!gunakan
;itamin : dikemas dalam bentuk kapsul yang mengandung 500 mg
"itamin : dibuat di '7 >albe 8arma
112
'lasebo berisi sacharum lactis dibuat sediaan dalam bentuk kapsul yang
sama dengan sediaan "itamin : yang dibuat di '7 >albe 8arma dengan
peri2inan khusus.
3.9 Ran?angan Anal!s!s
Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalahA
1. +ji tA +ji statistik yang digunakan untuk membandingkan ratarata dua
kelompok.
2. +ji <ann0hitneyA +ji statistik yang digunakan untuk membandingkan nilai
tengah "ariabel perbedaan dua kelompok.
!. +ji korelasi dari *ank SpearmanA +ji statistik yang digunakan untuk melihat
perubahan dua kelompok "ariabel.
$. +ji 0ilcoGonA +ji statistik yang digunakan untuk melihat perbandingan
perlakuan terhadap "ariabel.
5. +ji t berpasanganA +ji statistik yang digunakan untuk membandingkan rata
rata dua kelompok yang berpasangan.
%. +ji diagnostikA +ji statistik yang digunakan untuk menentukan titik potong
3cut off point4, sensiti"itas, spesifisitas, dan akurasi berbagai "ariabel pada
yang terjadi abortus dan tidak terjadi abortus.
Seluruh perhitungan statistik dikerjakan dengan menggunakan, piranti lunak paket
program S'SS@': I "ersi 1!.0. >emaknaan uji statistik ditentukan berdasarkan
nilai p< 0,05.
11!
3.: As)ek Et!k
'enelitian ini melibatkan@menggunakan subjek ibu hamil. 0leh sebab itu ada
masalah etik yang dihadapi seperti adanya ketidaknyamanan yang dialami subjek
karena akan diambil darahnya sebanyak dua kali selama penelitian masingmasing
O 10 m= 3sebanyak O dua sendok teh4. 7etapi penelitian ini akan memberikan
manfaat yang lebih besar untuk kepentingan kemanusiaan yang lebih luas, yang
diharapkan dapat dihasilkan pada penelitian ini. *isiko diare mungkin saja terjadi
tetapi berdasarkan data dan pengalaman yang dimiliki saat ini diperkirakan sangat
kecil peluangnya untuk terjadi jika penelitian dilakukan sesuai aturan dan
pedoman yang berlaku.
-ahan obat yang digunakan pada penelitian ini, telah memenuhi prinsip
penelitian yang telah diakui karenaA
o Sudah mele&ati eksperimen laboratorium dan binatang percobaan
o Sudah dijual di pasaran bebas
o ?fek samping yang dapat timbul, biasanya ringan saja 3mual, muntah,
perut kembung, dan lainlain4 akibat perangsangan pada sistem
pencernaan, yang akan menghilang dengan pemberian antasida
>etidakadilan yang diterima oleh kelompok plasebo seharusnya tidak ada
karena kelompok plasebo tidak ditelantarkan, tetapi mereka tetap diperlakukan
sesuai dengan protokol yang baku.
>euntungan yang akan diperoleh, antara lainA
o -ila ternyata obat ini bermanfaat, maka subjek akan terhindar dari
kemungkinan terjadinya abortus
11$
o 'emilihan kasus dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan
prinsip sukarela, tanpa paksaan. Subjek berhak memperoleh penjelasan
tentang keuntungan dan kerugiannya. serta persetujuannya diperoleh
dengan membubuhkan tanda tangan pada formulir penelitian )informed
consent'(
'enelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dan rekomendasi dari
>omite ?tik 'enelitian >esehatan, 8akultas >edokteran +ni"ersitas 'adjadjaran
*S Dr. ,asan Sadikin -andung melalui surat keputusan 9oA 1%@8>+'
*S,S@>?'>@>ep@?:@200), tertanggal 6 <aret 200).
3.1; Batasan ()eras!+nal
AbortusA yang dimaksud dengan abortus pada penelitian ini adalah, berakhirnya
kehamilan sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup di luar
kandungan, yaitu sebelum usia kehamilan 20 minggu yang didasarkan pada
tanggal hari pertama menstruasi normal terakhir dan secara umum berat janin
kurang dari 500 gram yang secara klinis termasuk kedalam kriteriaA abortus
komplit, abortus inkomplit, abortus insipiens atau missed abortion 3(+8D4.
Abortus iminensA yang dimaksud dengan abortus iminens pada penelitian ini
adalah, setiap pengeluaran sekret "agina yang mengandung darah atau setiap
perdarahan per "aginam pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan
ostium uteri yang masih tertutup dan janin hidup.
115
(89 PA adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel 7 yang terakti"asi dan sel 9> yang
bekerja mengakti"asi makrofag secara umum dan mungkin meningkatkan
kapasitasnya untuk bekerja sebagai A': dan bertanggung ja&ab terhadap regulasi
fungsi A': pada berbagai jenis sel, termasuk astrosit, mikroglia, endotel, dan
timiosit.
(=$A adalah sitokin yang dikenal sebagai faktor akti"asi dan diferensiasi sel -,
bekerja pada sel - untuk merangsang akti"asi dan diferensiasi sehingga
menyebabkan pengeluaran sebagian (g/ dan (g?, juga bekerja pada sel 7 sebagai
faktor pertumbuhan dan akti"asi yang menyebabkan diferensiasi sel 7h2.
S.DA adalah en2im antioksidan di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai
katalis radikal superoksid menjadi ,
2
.
2
dan .
2
,
;:A<1A adalah glikoprotein sel permukaan yang dapat meluas keluar
membran sel atau menempel pada membran yang diperantarai oleh lemak dan
merupakan petanda untuk adanya inflamasi molekul adhesi.
BAB I6
HA%IL PENELITIAN DAN PEMBAHA%AN
".1 Has!l Penel!t!an
11%
'enelitian ini berlangsung selama 10 bulan sejak <aret sampai dengan
Desember 200). 'emilihan pasien dilakukan dalam &aktu ) bulan. Selama &aktu
tersebut telah diperiksa sebanyak 1!0 ibu hamil dengan diagnosis abortus iminens
dan sebanyak %0 kasus memenuhi kriteria inklusi. 'emilihan sampel
menggunakan cara stratified random sampling, sedangkan untuk menentukan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan randomisasi blok permutasi.
'ada semua subjek penelitian dilakukan perlakuan penelitian seperti yang sudah
ditentukan.
Setelah penelitian selesai, tidak ada kasus yang drop out. Selama penelitian
tidak ditemukan akibat sampingan dari tindakan yang dilakukan pada pasien
sesuai dengan protokol penelitian Selama penelitian ini tidak ditemukan efek
toksis atau kematian ibu akibat pemberian "itamin :. 7idak ditemukan efek
samping yang berarti yang menyebabkan penghentian pemberian "itamin : pada
saat penelitian berlangsung atau memerlukan tindakan khusus.
Ta*el ".1 #arakter!st!k su*ek )enel!t!an
#arakter!st!k Perlakuan t N!la!
) 6!tam!n 1
0n = 3;2
Plase*+
0n = 3;2
+sia ibu 3tahun4
G 3SD4
*entang
25,% 3!,14
16 !0
25,1 3!,24
11 !0
0,)1 0,$!)
11)
+sia kehamilan 3mg4
G 3SD4
*entang
10,1 30,14
10 12
10,6 30,64
10 12
0,!0 0,)%6
'aritas
0
1
2
!
1%
6
$
1
1%
6
$
1
1,0
t H uji t
7abel $.1 memperlihatkan bah&a ditinjau dari karakteristik subjek penelitian, baik
dari usia ibu, usia kehamilan maupun paritas, tidak ditemukan perbedaan yang
bermakna antara kelompok "itamin : dan plasebo. -erdasarkan homogenitas data
di atas, maka kedua kelompok layak untuk diperbandingkan.
Ta*el ".2 Per*and!ngan data dasar )engukuran %(D& I.N & IL,"& 61AM,1&
dan RI A%D )ada kel+m)+k 8!tam!n 1 dan )lase*+
Data dasar
08ar!a*el2
Perlakuan #emaknaan
6!tam!n 1
0n = 3;2
Plase*+
0n = 3;2
111
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
1.0$6,$ 3201,54
)!2 C 1%21
665,5
1.002,% 31)6,%4
%$6 C 1!%1
61),5
5
<0
H 0,$%%
p H 0,%$1
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
),05 3%,%54
0,%1 C 25,0
5,!6
),21 35,0!4
1,15 C 22
5,)$
5
<0
H 1,221
p H 0,222
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,!!! 30,!224
0,11 C 1,52
0,2!%
0,!2) 30,2114
0,11 C 1,25
0,21%
5
<0
H 0,%!%
p H 0,525
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
)$6,! 31)2,24
!$1,% C 1121,$
)!2,5 3115,%4
!5$,2 C 1165,2
t H 0,!%
p H 0,)1)
*( ASD
G 3SD4
*entang
0,%60 30,01%4
0,5! C 0,1$
0,%6! 30,11$4
0,$5 C 0,11
t H 0,10
p H 0,616
>eteranganA 5
<0
H uji <ann0hitney
t H uji t
7abel $.2 memperlihatkan data dasar pada kedua kelompok yang diberikan "itamin
: serta plasebo dan ternyata pada kedua kelompok kadar S.D serta, (89 , (=$,
;(:A<1, dan *( ASD tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Ta*el ".3 Per*and!ngan *er*aga! 8ar!a*el /ang d!ukur setelah )em*er!an
8!tam!n 1 dan )lase*+
Data akh!r
08ar!a*el2
Perlakuan #emaknaan
6!tam!n 1
0n = 3;2
Plase*+
0n = 3;2
116
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
1.015,5 3!02,$4
561 C 11)5
10!1
1.0$2,6 3!$%,!4
$%0 C 1%6)
111!,5
5
<0
H 0,!62
p H 0,!$)
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
%,!0 3%,$)4
0,!6 C 2!,11
!,0
),01 3%,1$4
0,!6 C 21,$
$,!$
5
<0
H 0,)!6
p H 0,2!0
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,51$ 30,5054
0,11 C 1,)$%
0,21$
0,!%) 30,!)%4
0,11 C 1,%51
0,21
5
<0
H 1,21%
p H 0,112
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
%62,6 3220,64
$0$,$ C 1151,%
516,)
)$1,! 32$),54
116,$ C 11)1
)1$,)
5
<0
H 1,60)
p H 0,021
*( ASD
G 3SD4
*entang
<edian
0,$)1 30,1024
0,!! C 0,)$
0,$%
0,$6% 30,05)4
0,$1 C 0,56
0,$1
5
<0
H 1,1$%
p H 0,12%
>eteranganA 5
<0
H uji <ann0hitney
7abel $.! memperlihatkan setelah pemberian "itamin : dan plasebo kadar
;:A<1 menunjukkan perbedaan yang bermakna. >adar ;:A<1 pada
kelompok yang diberikan plasebo lebih tinggi dibandingkan dengan yang
diberikan "itamin :. Setelah pemberian "itamin : tampak terjadi peningkatan
kadar S.D dan (=$, sedangkan kadar (89 , ;:A<1, dan *( ASD tampak
menurun.
Ta*el "." Per*and!ngan *er*aga! 8ar!a*el )ada kel+m)+k setelah )em*er!an
8!tam!n 1 /ang terad! a*+rtus dan t!dak terad! a*+rtus
6ar!a*el A*+rtus #emaknaan
Aa
0n = :2
T!dak
0n = 212
120
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
%55,1 31%!,%4
$%0 C 61!
%56
1.201,6 3251,54
%21 C 1%6)
12$$
t H 5,60
p H < 0,001
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
1$,2$2 3$,$564
1,!6 C 2!,11
15,11
2,16$ 32,$)54
0,!6 C 11,16
2,1$
5
<0
H !,615
p H < 0,001
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,116 30,0154
0,110 C 0,15$
0,110
0,%1! 30,5164
0,22 C 1,)$%
0,$5$
5
<0
H $,21)
p H < 0,001
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
6%%,% 316,%4
1!2,% C 1151,%
6)%,$
5)%,% 31!6,$4
$0$,$ C 6)0
5$!,2
5
<0
H $,051
p H < 0,001
*( ASD
G 3SD4
*entang
<edian
0,%1 30,114Q
0,$5 C 0,12
0,%%
0,$6 30,104
0,!! C 0,)$
0,51
t H ),5!
p H < 0,001
>eteranganA 5
<0
H uji <ann0hitney
t H uji t
Q H *( ASD sebelum perlakuan
7abel $.$ memperlihatkan perbandingan berbagai "ariabel kadar S.D, (=$, (89
, ;:A<1 dan *( ASD pada kelompok setelah pemberian "itamin : yang terjadi
abortus dan tidak terjadi abortus menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna.
Ta*el ".3 Per*and!ngan *er*aga! 8ar!a*el )ada kel+m)+k setelah )em*er!an
)lase*+ /ang terad! a*+rtus dan t!dak terad! a*+rtus
6ar!a*el A*+rtus #emaknaan
Aa
0n = 132
T!dak
0n = 152
121
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
12$,5 310%,)4
561 C 662
1!5
1.215,1 32$$,04
1001 C 11)5
12%%
t H %,!$
p H < 0,001
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
11,16 35,$64
!,11 C 21,$
6,$!
!,6$ 3$,%54
0,!6 C 1$,1!
2,!6
5
<0
H !,5!6
p H < 0,001
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,125 30,02)4
0,110 C 0,20!
0,112
0,552 30,$1$4
0,16 C 1,%51
0,$2%
5
<0
H $,%02
p H < 0,001
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
1.0!1,0 3102,04
62$,$ C 11)1
662,%
%20,! 31%$,64
116,$ C 622,1
%!$,1
5
<0
H $,%25
p H < 0,001
*( ASD
G 3SD4
*entang
<edian
0,)$ 30,0)4Q
0,%2 C 0,1$
0,%6
0,$6 30,0%4
0,$1 C 0,%6
0,51
t H ),5%
p H < 0,001
>eteranganA 5
<0
H uji <ann0hitney
t H uji t
Q H *( ASD sebelum perlakuan
7abel $.5 memperlihatkan perbandingan pada berbagai "ariabel kadar S.D, (=$,
(89 , ;:A<1, dan *( ASD pada kelompok setelah pemberian plasebo yang
terjadi abortus dan tidak terjadi abortus menunjukkan perbedaan yang sangat
bermakna.
Ta*el ".4 Per*and!ngan *er*aga! 8ar!a*el )ada kedua kel+m)+k setelah
)em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+ /ang terad! a*+rtus dan t!dak
terad! a*+rtus
122
6ar!a*el 6!tam!n 1 Plase*+ #emaknaan
A*+rtus
n
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
6
%55,1 31%!,%4
$%0 C 61!
%56
1!
12$,5 310%,)4
561 C 662
1!5
t H 2,6$
p H 0,001
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
1$,2$ 3$,$54
1,!6 C 2!,11
15,11
11,16 35,$64
!,11 C 21,$
6,$!
t H 1,!0
p H 0,210
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,116 30,0154
0,110 C 0,15$
0,110
0,125 30,02)4
0,110 C 0,20!
0,112
5 <0 H 0,%)
p H 0,510
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
6%%,% 316,%4
1!2,% C 1151,%
6)%,$
1.0!1,0 3102,04
62$,$ C 11)1
662,%
t H 1,%$
p H 0,11%
T!dak a*+rtus
n
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
21
1.201,6 3251,54
%21 C 1%6)
12$$
1)
1.215,1 32$$,04
1001 C 11)5
12%%
t H 0,6!
p H 0,!%0
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
2,16 32,$)4
0,!6 C 11,16
2,1$
!,6$ 3$,%54
0,!6 C 1$,1!
2,!6
5 <0 H 0,$)0
p H 0,%!%
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,%1! 30,5164
0,22 C 1,)$%
0,$5$
0,552 30,$1$4
0,16 C 1,%51
0,$2%
5 <0 H 0,)6!
p H 0,$21
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
5)%,% 31!6,$4
$0$,$ C 6)0
5$!,2
%20,! 31%$,64
116,$ C 622,1
%!$,1
5 <0 H 1,!65
p H 0,1%!
*( ASD
G 3SD4
*entang
<edian
0,$6 30,104
0,!! C 0,)$
0,51
0,$6 30,0%4
0,$1 C 0,%6
0,51
t H 0,!$
p H 0,)$%
>eteranganA 5
<0
H uji <ann0hitney, t H uji t
7abel $.% memperlihatkan perbandingan pada berbagai "ariabel kedua kelompok
pada yang terjadi abortus dan tidak terjadi abortus. 7ampak perbedaan yang
bermakna kadar S.D pada kelompok yang terjadi abortus setelah pemberian
"itamin : dibandingkan dengan setelah pemberian plasebo.
Ta*el ".5 #+relas! dar! *er*aga! 8ar!a*el *erdasarkan t!t!k )+t+ng kead!an
a*+rtus )ada kedua kel+m)+k 0n = 4;2
12!
6ar!a*el T!t!k
)+t+ng
A*+rtus N!la!
)
%ens
0B2
%)es
0B2
Akuras!
0B2 Aa Tdk
S.D 3+@g,b4
662
22
$
!$
< 0,001
100 16,5 6!,!
(89 3pg@m=4 !,51 22
)
!1
< 0,001 100 11,% 11,!
(=$ 3pg@m=4
0,20!
22
1
!)
< 0,001
100 6),$ 61,!
;(:A<1 3ng@m=4
)11,%
22
$
!$
< 0,001
100 16,5 6!,!
*( ASD 0,55 22
!!
5
0,002 100 1!,2 $5,0
>eteranganA titik potong 3cut off point4 diperoleh dari kur"a *.: 37eceiver
operating characteristic4
7abel $.) menyajikan titik potong berbagai "ariabel yang diukur yang dapat
memprediksi terjadinya abortus berdasarkan kur"a *.:. 7itik potong kadar S.D,
(89 , (=$ dan ;(:A<1 menunjukkan sensiti"itas, spesifisitas dan akurasi
cukup tinggi, sedangkan *( ASD sensiti"itas tinggi tetapi spesifisitasnya rendah.
Ta*el ".9 Persentase )eru*ahan dar! *er*aga! 8ar!a*el /ang d!ukur )ada
kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+
12$
6ar!a*el Perlakuan C
M,@
N!la!
) 6!tam!n 1
0n = 3;2 B
Plase*+
0n = 3;2 B
S.D %,1 $ 0,0$$ 0,$1!
(89
15,) $5,6 1,!6) 0,011
(=$ %0,) 1$,1 2,0%2 0,016
;:A<1 2,2 5,5 1,%15 0,0$%
*( ASD 2),) 22,% Q1,2! 0,11!
>eteranganA 5
<0
H uji <ann0hitney
Q t H uji t
'ersentase H 3sesudah C sebelum4@ sebelum G 100#
'ositif H terjadi peningkatan
9egatif H terjadi penurunan
7abel $.1 memperlihatkan pada kelompok setelah pemberian "itamin : terdapat
perbedaan yang bermakna pada kenaikan persentase perubahan kadar (=$ dan
penurunan persentase kadar ;:A<1.
Ta*el ".: #+relas! )eru*ahan %(D dengan )eru*ahan I.N dan IL," )ada
kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+
#+relas!
6!tam!n 1
0n = 3;2
Plase*+
0n = 3;2
r
s
N!la!
)
r
s
N!la!
)
'erubahan S.D dengan (98
0,52! 0,00! 0,$1) 0,00%
'erubahan S.D dengan (=$ 0,56) < 0,001 0,!)) 0,0$0
>eteranganA
r
s
H >oefisien korelasi 7an& Spearman
'ersamaan regresi # perubahan (98 H $5,!2 C 2,%1 G # perubahan S.D
'ersamaan regresi # perubahan (=$ H !!,15 I 0,15 G # perubahan S.D
7abel $.6 memperlihatkan perubahan S.D dengan (89 pada kedua kelompok
perlakuan menunjukkan korelasi negatif, sedangkan untuk perubahan S.D dengan
(=$ menunjukkan korelasi positif.
125
Perubahan SOD (%)
60 40 20 0 -20 -40 -60
P
e
r
u
b
a
h
a
n
I
N
F
-
G
a
m
m
a
(
%
)
1200
1000
800
600
400
200
0
-200
a. "itamin : b. plasebo
'am*ar ".1 #+relas! antara )eru*ahan %(D dan )eru*ahan I.N )ada
kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+
/ambar $.1 memperlihatkan perubahan S.D dengan perubahan (98
menunjukkan korelasi negatif dan menunjukkan perbedaan yang bermakna.
'am*ar ".2 #+relas! antara )eru*ahan %(D dan )eru*ahan IL," )ada
kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+
/ambar $.2 memperlihatkan perubahan S.D dengan (=$ menunjukkan korelasi
positif dan menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna.
12%
Perubahan SOD (%)
100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
P
e
r
u
b
a
h
a
n
I
L
-
4
(
%
)
300
200
100
0
-100
-200
a. "itamin :
b. plasebo
Ta*el ".1; #+relas! )eru*ahan %(D dengan )eru*ahan 61AM,1 dan RI
A%D )ada kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan
)lase*+
#+relas! 6!tam!n 1
0n = 3;2
Plase*+
0n = 3;2
r
s
N!la!
)
r
s
N!la!
)
'erubahan S.D dengan ;:A<1 0,)!)
< 0,001
0,50! 0,005
'erubahan S.D dengan *( ASD 0,201 0,022 0,!10 0,1)1
>eteranganA
r
s
H >oefisien korelasi 7an& Spearman
'ersamaan regresi # perubahan ;:A<1 H $,22 C 0,$1 G # perubahan S.D
7abel $.10 memperlihatkan perubahan S.D dengan ;:A<1 dan *( ASD pada
kelompok "itamin : menunjukkan korelasi negatif dan menunjukkan perbedaan
yang bermakna.
'am*ar ".3 #+relas! antara )eru*ahan %(D dan )eru*ahan 61AM,1 )ada
kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+
/ambar $.! mempelihatkan perubahan S.D dengan ;:A<1 menunjukkan
korelasi negatif dan perbedaan yang sangat bermakna.
12)
Perubahan SOD (%)
60 40 20 0 -20 -40 -60
P
e
r
u
b
a
h
a
n
V
I
C
!
(
%
)
60
40
20
0
-20
-40
-60
Perubahan SOD (%)
100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
P
e
r
u
b
a
h
a
n
V
I
C
!
(
%
)
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
b. plasebo a. "itamin :
'am*ar "." #+relas! antara )eru*ahan %(D dan )eru*ahan RI A%D )ada
kedua kel+m)+k setelah )em*er!an 8!tam!n 1 dan )lase*+
/ambar $.$ mempelihatkan perubahan S.D dengan *( ASD menunjukkan
korelasi negatif, pada kelompok "itamin : menunjukkan perbedaan yang
bermakna.
121
a. "itamin : b. plasebo
Perubahan SOD (%)
100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
P
e
r
u
b
a
h
a
n
S
D
(
%
)
"0
40
30
20
10
0
-10
Perubahan SOD (%)
60 "0 40 30 20 10 0 -10
P
e
r
u
b
a
h
a
n
S
D
(
%
)
40
30
20
10
0
-10
Ta*el ".11 Per*and!ngan *er*aga! 8ar!a*el antara se*elum dan sesudah
)em*er!an 8!tam!n 1 )ada kel+m)+k /ang terad! a*+rtus dan
/ang t!dak a*+rtus
6ar!a*el Pem*er!an 8!tam!n 1 #emaknaan
%e*elum %esudah
A*+rtus 3n H 64
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
600,6 31$%,14
%$61102
6%$,0
%55,1 31%!,%4
$%061!
%56
t
paired
H !,6!
p H 0,00$
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
),$6 3$,$54
1,151!,6%
),16
1$,2$ 3$,$54
1,!62!,11
15,11
t
paired
H $,)%
p H 0,001
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,161 30,0!14
0,1210,2$14
0,21
0,116 30,0154
0,110,15$
0,11
5
0
H 2,%%%
p H 0,001
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
)!5,5 31!%,!4
$)),116!,$
)51,%
6%%,% 316,%4
1!2,%1151,%
6)%,$
t
paired
H %,1!
p H < 0,001
T!dak a*+rtus 3n H
214
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
1.0$% 31)),54
%%61!%1
101)
1.201,6 3251,54
%211%6)
12$$
t
paired
H 1,6)
p H 0,01!
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
),11 35,!54
1,2%22
5,56
2,16 32,$)4
0,!611,16
2,1$
5
0
H $,01)
p H < 0,001
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,!1! 30,!!04
0,111,25
0,2$2
0,%1! 30,5164
0,221,)$%
0,$5$
5
0
H $,01$
p H < 0,001
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
)!1,1 320%,24
!5$,21165,2
%11,2
5)%,% 31!6,$4
$0$,$6)0
5$!,2
t
paired
H !,56)
p H < 0,001
*( ASD
G 3SD4
*entang
<edian
0,%% 30,114
0,$5 C 0,12
0,%5
0,$6 30,104
0,!! C 0,)$
0,51
t
paired
H 1,20
p H < 0,001
>eteranganA 5
0
H +ji 0ilcoGon
t
paired
H +ji t berpasangan
126
7abel $.11 memperlihatkan sebelum dan sesudah pemberian "itamin :. 'ada
kelompok yang terjadi abortus tampak penurunan kadar S.D dan (=$ serta
peningkatan kadar (89 dan ;:A<1 yang menunjukkan perbedaan yang
bermakna, sedangkan pada mereka kelompok yang tidak terjadi abortus terdapat
peningkatan kadar S.D dan (=$ serta penurunan kadar (89 , ;:A<1, dan *(
ASD yang menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna.
1!0
Ta*el ".12 Per*and!ngan *er*aga! 8ar!a*el antara se*elum dan sesudah
)em*er!an )lase*+ )ada kel+m)+k /ang terad! a*+rtus dan /ang
t!dak a*+rtus
6ar!a*el Pem*er!an )lase*+ #emaknaan
%e*elum %esudah
A*+rtus 3n H 1!4
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
6)$,6 316,14
)%$110)
6)0
12$,5 310%,)4
561662
1!5
t
paired
H $,15
p H 0,001
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
%,%6 35,2%4
0,%120,10
5,!6
11,16 35,$64
!,1121,$
6,$!
5
0
H !,110
p H 0,002
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,225 30,0264
0,1110,211
0,222
0,125 30,02)4
0,110,20!
0,112
5
0
H !,110
p H 0,002
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
121,1 36%,14
%%5,1662,1
121,1
1.0!1,0 3102,04
62$,$11)1
662,%
5
0
H !,110
p H 0,002
T!dak a*+rtus 3n H
1)4
S.D 3+@g,b4
G 3SD4
*entang
<edian
1.10%,$ 32$$,!4
)!2 C 1%21
10)6
1.215,1 32$$,04
1001 C 11)5
12%%
t
paired
H 0,)6
p H 0,$!6
(89 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
!,!! 3),%64
2,2! C 2!
!,!6
!,6$ 3$,%54
0,!6 C 1$,1!
2,!6
5
0
H 0,11!
p H 0,610
(=$ 3pg@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
0,$)% 30,$1$4
0,110 C 1,522
0,$51
0,552 30,$1$4
0,16 C 1,%51
0,$2%
5
0
H 0,1!!
p H 0,$05
;:A<1 3ng@m=4
G 3SD4
*entang
<edian
%16,0 316$,)4
!$1,% C 1121,$
%1)
%20,! 31%$,64
116,$ C 622,1
%!$,1
5
0
H 1,!11
p H 0,1%5
*( ASD
G 3SD4
*entang
<edian
0,5) 30,0)4
0,$! C 0,)%
0,%2
0,$6 30,0%4
0,$1 C 0,%6
0,51
t
paired
H 2,$0
p H 0,112
>eteranganA 5
0
H +ji 0ilcoGon
t
paired
H +ji t berpasangan
1!1
7abel $.12 memperlihatkan sebelum dan sesudah pemberian plasebo pada
kelompok yang terjadi abortus terjadi penurunan kadar S.D dan (=$ dan
peningkatan kadar (89 dan ;:A<1 yang menunjukkan perbedaan yang
bermakna, sedangkan pada kelompok yang tidak terjadi abortus tampak bah&a
kadar S.D, (89 , (=$, ;:A<1, dan *( ASD tidak menunjukkan perbedaan
yang bermakna 3p > 0,054.
".2 Pem*ahasan
'emilihan pasien yang akan diikutkan kedalam penelitian ini didasarkan
pada pertimbanganA untuk mendapatkan pasien abortus iminens sebanyak
mungkin, sambil menyingkirkan faktorfaktor perancu seperti aneuploidi kelainan
kongenital pada janin, kelainan uterus, indeks massa tubuh ibu, penyakit infeksi,
penyakit kronik pada ibu misalnya penyakit ginjal, jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hipotiroid, ulkus peptikum, perokok, minum alkohol, dan mempunyai
pekerjaan yang berat. <eskipun demikian, faktor perancu lainnya yang tidak
dapat disingkirkan seperti yang di atas dilakukan cara pemilihan sampel
menggunakan stratified random sampling. 8aktorfaktor tersebut antara lain
adalah usia ibu serta paritas dan usia kehamilan pada saat dilakukan penelitian.
>etiga faktor ini tersebut dianggap faktorfaktor yang paling besar
kemungkinannya menjadi perancu pada penelitian ini.
Selain usia, paritas, dan usia kehamilan masih banyak lagi faktorfaktor
yang dapat mempengaruhi "aliditas penelitian ini seperti suku bangsa, golongan
darah, faktor lingkungan, dan sosioekonomi. Akan tetapi, mengingat akan
1!2
persyaratan minimal untuk memperoleh "aliditas internal dan eksternal yang
memadai agar dapat memenuhi populasi sasaran dan populasi terjangkau yang
diinginkan, maka hanya faktorfaktor tersebut di atas yang dipilih untuk
disingkirkan dengan cara randomisasi. 'emilihan kandidat kedalam kelompok
perlakuan dan kontrol dilakukan dengan cara randomisasi blok permutasi,
diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama pada semua kandidat yang
memiliki berbagai "ariasi faktor perancu untuk tersebar merata kedalam kedua
kelompok tersebut. <eskipun pada penelitian ini sudah dilakukan upaya untuk
menyingkirkan faktorfaktor perancu dengan cara randomisasi, kriteria inklusi,
dan eksklusi tetapi tidak seluruhnya sempurna, seperti pemeriksaan penyakit
kronik pada ibu misalnya penyakit ginjal, jantung, hipertensi, diabetes melitus,
hipotiroid, ulkus peptikum oleh karena faktor biaya, &aktu, dan faktor lainnya
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, pada penelitian ini hanya berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis.
7abel $.1 menyajikan karakteristik subjek penelitian meliputi usia ibu,
paritas, dan usia kehamilan pada saat penelitian. 'ada kedua kelompok baik dari
segi usia ibu, usia kehamilan maupun paritas, tidak ditemukan perbedaan yang
bermakna, sehingga hasil pemeriksaan selanjutnya layak untuk diperbandingkan.
'ada penelitian ini dibatasi usia ibu hamil kurang dari !0 tahun, hal ini karena pada
ibu hamil yang usianya kurang dari !0 tahun angka kejadian kelainan kromosom
dalam kepustakaan didapatkan kurang dari 20!0#, sedangkan makin
bertambahnya usia ibu hamil maka angka kejadian kelainan kromosom juga akan
meningkat.
$,25,!1
+sia kehamilan pada penelitian ini 1012 minggu dengan janin
1!!
hidup dan tidak tampak kelainan kongenital dengan pemeriksaan +S/, hal ini
dilakukan karena pada usia kehamilan di atas 10 minggu angka kejadian kelainan
kromosom sekitar 1020#.
$,25,!1
7abel $.2 memperlihatkan data dasar pada kelompok yang diberikan
"itamin : dan plasebo dan ternyata pada kedua kelompok tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna. ,al ini memperlihatkan bah&a hasil pemeriksaan a&al
tidak didapatkan perbedaan kadar S.D, (89 , (=$, ;:A<1, dan *( ASD pada
kelompok yang diberikan "itamin : dan plasebo. 7abel $.! memperlihatkan
setelah pemberian "itamin : dan plasebo pada kedua kelompok kadar ;:A<1
menunjukkan perbedaan yang bermakna. 7erlihat bah&a kadar ;:A<1 pada
kelompok yang diberikan plasebo )$1,! 32$),54 ng@m= lebih tinggi dibandingkan
dengan yang diberikan "itamin : %62,6 3220,64 ng@m=, hal ini memperlihatkan
bah&a telah terjadi perubahan molekuler yaitu kerusakan endotel yang lebih
tinggi pada kelompok plasebo, artinya "itamin : berperan dalam mencegah
terjadinya kerusakan endotel dan terbukti pada kelompok yang diberikan "itamin
: kadar ;:A<1 tampaknya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
plasebo. ,al ini membuktikan bah&a pada abortus iminens terjadi kerusakan
endotel. 'ada pemeriksaan *( ASD tampak bah&a secara statistik pada kedua
kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, tetapi jika
dilihat secara molekuler terjadi peningkatan kadar S.D dan (=$, sedangkan
kadar (89 dan ;:A<1 menurun, hal ini berarti bah&a peristi&a molekuler
sudah berlangsung terlebih dahulu sedangkan secara klinis belum tampak dan hal
ini terbukti pada pemeriksaan secara klinis *( ASD dengan +S/. Dalam beberapa
1!$
penelitian penyebab abortus hampir sama dengan penyebab preeklamsi, yaitu
terjadi kegagalan perubahan arteri spiralis akibat in"asi sitotrofoblas.
62,1$$
Seperti pada preeklamsi, pada abortus terjadi gangguan regulasi ;:A< dalam
sinsitiotrofoblas.
$,25,!1
>erusakan endotel ini berpengaruh terhadap produksi
berlebihan reactive oxygen 3*.S4.
)%,61,62
-ila keseimbangan antara *.S dan
mekanisme perlindungan bergeser ke arah prooksidan, kemudian timbul *.S
berlebihan, maka akan timbul kerusakan. >erusakan akibat radikal bebas 3stres
oksidatif4 dan peroksidasi lipid terlibat dalam patofisiologi berbagai keadaan
klinis dan pengaruh stres oksidatif terlibat dalam kehamilan dan diketahui sebagai
penyebab abortus.
6!,6$,1$5
7abel $.$ dan $.5 memperlihatkan perbandingan berbagai "ariabel 3S.D,
(89 , (=$, ;:A<1, *( ASD4 pada kedua kelompok setelah pemberian "itamin
: dan plasebo yang terjadi abortus dan tidak terjadi abortus menunjukkan
perbedaan yang sangat bermakna. 'ada perubahan molekuler tampak bah&a pada
kelompok yang terjadi abortus kadar S.D dan (=$ lebih rendah dibandingkan
dengan yang tidak terjadi abortus, baik pada kelompok "itamin : maupun plasebo.
,al ini menunjukkan bah&a pada kelompok yang terjadi abortus terjadi stres
oksidatif yang ditandai oleh adanya penurunan kadar S.D dan penurunan imunitas
yang ditandai dengan penurunan kadar (=$ dan peningkatan kadar (89 . Selain
itu terjadi juga kerusakan endotel yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar
;:A<1 dan selanjutnya pada pemeriksaan klinis terjadi peningkatan *( ASD
yang diukur dengan pemeriksaan +S/. 7abel tersebut menunjukkan terdapat
korelasi negatif antara perubahan kadar S.D dan (89 serta korelasi positif
1!5
dengan (=$ pada abortus iminens dan juga menunjukkan terdapat korelasi negatif
antara perubahan kadar S.D dan ;:A<1 serta *( ASD pada abortus iminens.
'ada kelompok yang diberikan plasebo terjadi perubahan "ariabel yang sama
dengan kelompok "itamin :, hal ini terjadi karena pada kelompok plasebo juga
dilakukan tirah baring. -eberapa penelitian menyatakan bah&a tirah baring
menyebabkan jalur 7h2 meningkat dan memperbaiki stres oksidatif. 'ada &anita
yang mengalami abortus pada trimester pertama terjadi stres oksidatif dan
mempunyai kadar S.D yang menurun secara bermakna.
2,1,15
'enurunan kadar
S.D ini akibat loncatan elektron rantai respirasi mitokondria, suatu sampah ion
.
2
S.D dapat
meningkatkan produksi *.S.
1%,$6,%6
(=$ yang rendah berhubungan dengan
pemeliharaan kehamilan. 'emeliharaan kehamilan berhubungan dengan adanya
sitokin 7h2, dengan (=$ sebagai faktor yang predominan dalam polarisasi 7h2.
1!%
(=$ juga membantu perkembangan sel 7h0 menjadi 7h2 dan kemudian
menggeser keseimbangan menjauhi respons sitotoksik. Sel desidua yang diambil
dari &anita yang mengalami abortus ditemukan menghasilkan lebih sedikit (=$,
(=10, dan =(8 dibanding &anita yang hamil normal.
2,22,)$
'ada kelompok yang
terjadi abortus juga tampak kadar (89 , ;:A<1, dan *( ASD lebih tinggi
dibandingkan yang tidak terjadi abortus. (89 berhubungan dengan abortus dan
adanya sitokin 7h1 yang mengembangkan diferensiasi sel 7 nave menuju sel 7h1
yang bersifat embriotoksik.
2,20,!1
'ada kehamilan yang berlangsung terus akan
terlihat peningkatan kadar S.D dan akan terjadi perbaikan fungsi sel endotel yang
menyebabkan penurunan kadar ;:A<1.
2$,25,61,1$2
'ada a&al kehamilan *( ASD
biasanya lebih rendah dari 0,% dan penurunan *( ASD akan berlanjut dengan
bertambahnya usia kehamilan.
!,16,21,26
'ada kejadian abortus terjadi perubahan
"askular yang ditandai dengan adanya peningkatan *( ASD.
!,16,2),52
7abel $.% memperlihatkan perbandingan kedua kelompok pada yang
terjadi abortus dan tidak terjadi abortus. Setelah pemberian "itamin : dan
plasebo, tampak perbedaan kadar S.D yang bermakna pada kelompok yang
terjadi abortus. >adar S.D pada kelompok setelah pemberian "itamin : %55,1
31%!,%4 +@g,b, sedangkan pada plasebo 12$,5 310%,)4 +@g,b terlihat perbedaan
yang bermakna 3pH0,0014. ,al ini membuktikan bah&a kadar S.D sangat
berperan pada kejadian abortus dan jika dilihat pada 7abel $.) nilai titik potong
S.D untuk memprediksi terjadinya abortus adalah 662 +@g,b, maka terlihat
jelas bah&a nilai S.D yang berada di ba&ah titik potong akan terjadi abortus. ,al
ini membuktikan bah&a untuk diagnosis dini abortus iminens dapat digunakan
1!)
pemeriksaan kadar S.D untuk meramalkan terjadinya abortus. S.D adalah en2im
antioksidan di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai katalis radikal
superoksid menjadi ,
2
.
2
dan .
2
,
. Fenkins dkk.
%2
meneliti peranan antioksidan
pada &anita hamil sehat dan yang mengalami abortus pada trimester pertama.
,asilnya menunjukkan bah&a jika contoh darah diambil pada saat kehamilan dan
kehamilan tersebut berhasil, berhubungan dengan peningkatan kadar
seruloplasmin dan S.D pada a&al trimester pertama. 'erubahan ini menyebabkan
adanya perlindungan sel dari kerusakan yang disebabkan karena meningkatnya
stres oksidatif yang berhubungan dengan kehamilan. 0anita yang mengalami
abortus pada trimester pertama mempunyai kadar S.D yang menurun secara
bermakna. 'enurunan kadar S.D ini akibat loncatan elektron rantai respirasi
mitokondria, suatu sampah ion .
2