Anda di halaman 1dari 42

Asuhan Keperawatan Osteosarkoma

27FEB
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
( ri!e, "#$%&"%"' )
(enurut badan kesehatan dunia ( )orld *ealth Ogani+ation ) setiap tahun
jumlah penderita kanker , $.%- juta orang. .i /ndonesia diperkirakan terdapat
"00 penderita kanker diantara "00.000 penduduk per tahun. .engan jumlah
penduduk %%0 juta jiwa terdapat sekitar "".000 anak yang menderita kanker per
tahun. .i 1akarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk "% juta jiwa,
diperkirakan terdapat $-0 anak yang menderita kanker per tahun. (www.mail2
ar!hi3e.!om
)
(enurut 4rrol untung hutagalung, seorang guru besar dalam /lmu 5edah
Orthopedy 6ni3ersitas /ndonesia, dalam kurun waktu "0 tahun ("##-2%007)
ter!atat 7-- kasus tumor tulang yang terdiri dari '%8 kasus tumor tulang ganas
(8%9) dan "%: kasus tumor tulang jinak (%:9). .i ;S<( jenis tumor tulang
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni %%9 dari
seluruh jenis tumor tulang dan '" 9 dari seluruh tumor tulang ganas. .ari jumlah
seluruh kasus tumor tulang #09 kasus datang dalam stadium lanjut.
(www.kompas.!om
)
Angka harapan hidup penderita kanker tulang men!apai $09 jika belum terjadi
penyebaran ke paru2paru. Sekitar 8-9 penderita bertahan hidup sampai - tahun
setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih
sulit. 1ika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain,
sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan
pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia "- = %-
tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smelt+er. %00"& %'78 ). ;ata2rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur "- tahun. Angka kejadian pada anak laki2laki sama
dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih
banyak di temukan pada anak laki2laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum
diketahui. (www.medi!astore.!om
)
(elihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan
pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk melakukan >
Asuhan Keperawatan pada Tn.* dengan Osteosarkoma pada tibia pro?imal kiri
di ruang 7"% lantai 7 ubli! )ing ;S6@ .r. <iptomangunkusumo 1akarta>.
B. Tujuan penulisan
". Tujuan 6mum
6ntuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan
keperawatan osteosarkoma pada Tn.* di ruang 7"% lantai 7 ubli! )ing ;S6@
.r. <iptomangunkusumo 1akarta.
". Tujuan Khusus
.iharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan
meliputi &
%. (ampu melakukan pengkajian pada pasien dengan osteosarkoma
'. (ampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Osteosarkoma.
". (ampu membuat ren!ana keparawatan pada pasien dengan
osteosarkoma.
%. (ampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan Osteosarkoma.
'. (ampu menge3aluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Osteosarkoma.
7. (ampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam
asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteosarkoma.
-. (ampu mengidentifikasi solusi dalam faktor2faktor penghambat
pada pasien dengan Osteosarkoma.
4. et!"e Penulisan
(etode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode
deskriptif yaitu menggambarkan se!ara langsung melalui pendekatan proses
keperawatan dengan !ara teknik pengumpulan data seperti wawan!ara,
pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari
!atatan medik klien.
#. $iste%atika Penulisan
6ntuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dari laporan
kasus ini, maka penulisannya dibuat se!ara sistematis, dibagi menjadi - bab
yaitu &
5A5 /. endahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
5A5 //. Tinjauan teoritis meliputi konsep dasar penyakit dan konsep dasar
asuhan keperawatan.
5A5 ///. Tinjauan kasus meliputi gambaran kasus dan diagnosa, inter3ensi,
implementasi, dan e3aluasi keperawatan.
5A5 /A. embahasan yang membahas tentang kesenjangan antara kasus
yang ditemukan dengan teori yang didapatkan meliputi definisi, rasional
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan, faktor penunjang, faktor
penghambat serta solusi ( peme!ahan masalah ).
5A5 A. enutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDA$AN TE&'I
(!nsep Dasar &ste!sark!%a
o Pengertian
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (.anielle.
"###& %77 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik
yang mengin3asi jaringan dan !enderung bermetastase sampai ke sisi yang
jauh dalam tubuh.( )ong. %00'& -#- )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang mun!ul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( )ong. %00'& $"$ )
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. ( ri!e. "##:& "%"' )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. .itandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smelt+er. %00"& %'78 )
Tempat2tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal
dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pel3is, kolumna,
3ertebra, mandibula, kla3ikula, skapula, atau tulang2tulang pada tangan dan
kaki. Bebih dari -09 kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.%00' & 8% )
2. Eti!l!gi
;adiasi sinar radio aktif dosis tinggi
Keturunan
5eberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit
paget (akibat pajanan radiasi ).
( Smelt+er. %00"& %'78 )
1. Pat!)isi!l!gi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diin3asi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi
atau penghan!uran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. ada proses osteoblastik, karena adanya
sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat
lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Adanya tumor tulang
1aringan lunak di in3asi
oleh tumor
;eaksi tulang normal
Osteolitik (destruksi tulang) Osteoblastik (pembentukan tulang)
destruksi tulang lokal eriosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
ertumbuhan tulang yang abortif
( sumber & ri!e."##:& "%"' )
1. ani)estasi klinik
". @yeri danC atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresi3itas penyakit)
%. Draktur patologik
'. embengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas
( Eale. "###& %7- )
7. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran 3ena
-. Eejala2gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam,
berat badan menurun dan malaise.
( Smelt+er. %00"& %'78 )
1. Penatalaksanaan
enatalaksanaan medis
enatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan se!ara umum meliputi pengangkatan tumor,
pen!egahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi se!ara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. enatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan C atau radiasi dan
kemoterapi. rotokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamy!in
(doksorubisin) !ytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrote?ate dosis tinggi
((TF) dengan leuko3orin. Agen ini mungkin digunakan se!ara tersendiri atau
dalam kombinasi.
5ila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
!airan normal intra3ena, diurelika, mobilisasi dan obat2obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.
( Eale. "###& %7- ).
Tindakan keperawatan
o (anajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri se!ara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
3isualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian
analgetika ).
o (engajarkan mekanisme koping yang efektif
(oti3asi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan se!ara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
(emberikan nutrisi yang adekuat
5erkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
emberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
o endidikan kesehatan
asien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
( Smelt+er. %00"& %'-0 )
1. Pe%erikasaan Diagn!stik
". <T S!an
%. (ielogram
'. Asteriografi
7. (;/
-. 5iopsi,
$. emeriksaan biokimia darah dan urine
8. emeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk
follow2up adanya stasis pada paru2paru.
( ;asjad. %00' )
(!nsep Dasar Asu*an (epera+atan &ste!sark!%a
o Pengkajian
a. )awan!ara
.apatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien
mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya.
5erikan perhatian khusus pada keluhan misalnya & keletihan, nyeri pada ekstremitas,
berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b. emeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran 3ena
embengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan
yang terbatas
@yeri tekan C nyeri lokal pada sisi yang sakit
o mungkin hebat atau dangkal
o sering hilang dengan posisi fle?i
o anak berjalan pin!ang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak
mampu menahan objek berat
Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda2tanda inflamasi, nodus
limfe regional
!. emeriksaan .iagnostik
;adiografi
Adalah penggunaan sinar pengionan (sinar F, sinar gama) untuk membentuk
bayangan benda yang dikaji pada film
.
Tomografi,
Adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana
pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga
dimensi bagian dalam sebuah objek dari satu seri besar gambar sinar2F dua
dimensi diambil dalam satu putaran Ga?is>
emindaian tulang,
;adioisotop, atau biopsi tulang bedah,
Tomografi paru,
Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).
( )ong. %00'& $"$ )
Diagn!sa
o @yeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
o Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak
tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak
adekuat
o @utrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
o Eangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran
( .oenges. "###& "000 )
o 5erduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak
( )ong. %00'& $"8 )
Inter,ensi
D- 1
Tujuan& klien mengalami pengurangan nyeri
K* &
(engikuti aturan farmakologi yang ditentukan
(endemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan
sesuai indikasi situasi indi3idu.
/nter3ensi &
Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
;C memberikan data dasar untuk menentukan dan menge3aluasi inter3ensi yang
diberikan.
5erikan lingkungan yang nyaman, dan akti3itas hiburan ( misalnya & musik,
tele3isi )
;C meningkatkan relaksasi klien.
Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam,
3isualisasi, dan bimbingan imajinasi.
;C meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
Kolaborasi &
5erikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
;C mengurangi nyeri dan spasme otot
( .oenges. "###& "00- )
D- 2
Tujuan & (endemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi
aktif dalam aturan pengobatan
K* &
asien tampak rileks
(elaporkan berkurangnya ansietas
(engungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
/nter3ensi &
(oti3asi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
;C memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta
kesalahan konsep tentang diagnosis
5erikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman
untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbi!ara.
;C membina hubungan saling per!aya dan membantu pasien untuk merasa
diterima dengan kondisi apa adanya
ertahankan kontak sering dengan pasien dan bi!ara dengan menyentuh
pasien.
;C memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
5erikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
;C dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan
atau pilihan sesuai realita.
( .oenges. "###& "000 )
D- .
Tujuan & mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
K* & penambahan berat badan
bebas tanda malnutrisi
nilai albumin dalam batas normal ( ',- = -,- g9 )
/nter3ensi &
<atat asupan makanan setiap hari
;C mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
6kur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
;C mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan
dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
5erikan diet TKT dan asupan !airan adekuat.
;C memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan !airan adekuat untuk
menghilangkan produk sisa.
Kolaborasi &
antau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
;C membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
( .oenges. "###& "00$ )
D- 4
Tujuan & mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
K* &
(ulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah
se!ara efektif.
/nter3ensi &
.iskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan
terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
;C membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses peme!ahan
masalah.
(oti3asi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek
kanker atau pengobatan.
;C membantu dalam peme!ahan masalah
ertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan
bi!ara dengan menyentuh pasien
;C menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling per!aya
dengan pasien dan keluarga. ( .oenges. "###& "007 )
D-. #
Tujuan & Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota
gerak.
K* & asien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
(engalami peninggkatan mobilitas
/nter3ensi &
Bakukan pendekatan langsung dengan klien.
;C meningkatkan rasa per!aya dengan klien.
.iskusikan kurangnya alternatif pengobatan.
;C memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera
mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.
;C membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
(oti3asi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
;C se!ara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi
( )ong. %00'& $"8 )
E,aluasi
o asien mampu mengontrol nyeri
(elakukan teknik manajemen nyeri,
atuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat
istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari2hari
o (emperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
(engemukakan perasaanya dengan kata2kata
(engidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan
pasien
o (asukan nutrisi yang adekuat
(engalami peningkatan berat badan
(enghabiskan makanan satu porsi setiap makan
Tidak ada tanda = tanda kekurangan nutrisi
o (emperlihatkan konsep diri yang positif
(emperlihatkan keper!ayaan diri pada kemampuan yang
dimiliki pasien
o (emperlihatkan penerimaan perubahan !itra diri
o Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi
(!nsep Dasar A%putasi
1. Pengertian
Amputasi berasal dari kata Gamputare> yang kurang lebih diartikan Gpan!ung>.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian
atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan
tubuh klien se!ara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
!ardio3askuler. Babih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan !itra diri dan penurunan produktifitas.
2. Pen/e0a0 1 )akt!r pre"isp!sisi terja"in/a a%putasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi &
". Draktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
%. Kehan!uran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
'. Eangguan 3askulerCsirkulasi pada ekstremitas yang berat.
7. /nfeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
-. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi se!ara konser3atif.
$. .eformitas organ.
1. 2enis A%putasi
5erdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi &
". Amputasi selektifCteren!ana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau se!ara terus2menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
%. Amputasi akibat trauma
(erupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak diren!anakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
'. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan se!ara darurat oleh tim kesehatan. 5iasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang !epat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakanCkehilangan kulit yang luas.
1enis amputasi yang dikenal adalah &
". Amputasi terbuka (guillotine amputasi)
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. (etode ini digunakan pada klien
dengan infeksi yang mengembang. 5entuknya benar2benar terbuka dan
dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi.
%. Amputasi tertutup (flap amputasi)
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih
- sentimeter dibawah potongan otot dan tulang. ada metode ini, kulit tepi ditarik
pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi
perawatan luka operasiCmen!egah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan
ototCmen!egah kontraktur, dan mempertahankan intaks jaringan.
1. Tingkatan A%putasi
". 4kstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. *al
ini berkaitan dengan akti3itas sehari2hari seperti makan, minum, mandi,
berpakaian dan akti3itas yang lainnya yang melibatkan tangan.
%. 4kstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari
jari2jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua
letak amputasi yaitu &
a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).
Ada % metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonis!hemi! limb
dan ins!hemi! limb.
b. Amputasi diatas lutut
Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan
penyakit 3askuler perifer.
'. @ekrosis. ada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi
konser3atif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan le3el yang lebih
tinggi.
7. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat di!egah dengan mengatur letak
stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya
kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di
gerakkan.
-. @euroma. Terjadi pada ujung2ujung saraf yang dipotong terlalu rendah
sehingga melengket dengan kulit ujung stump. *al ini dapat di!egah dengan
memotong saraf lebih pro?imal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
$. hantom sensation. *ampir selalu terjadi dimana penderita merasakan
masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. *al ini dapat diatasi
dengan obat2obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan !ara
kombinasi.
1. Penatalaksanaan A%putasi
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
Ada % !ara perawatan post amputasi yaitu &
". ;igid dressing
Haitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar
operasi. ada waktu memasang harus diren!anakan apakah penderita harus
immobilisasi atau tidak. 5ila tidak diperlukan pemasangan segera dengan
memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang
balutan pada ujung stump serta tempat2tempat tulang yang menonjol.
Keuntungan !ara ini bisa men!egah oedema, mengurangi nyeri dan
memper!epat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera,
mobilisasi setelah 8 = "0 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah % = '
minggu, setelah stump sembuh dan mature. @amun untuk mobilisasi dengan rigid
dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, ke!erdasan penderita,
tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan
kemauan dokter bedah untuk melakukan super3isi program perawatan. ;igid
dressing dibuka pada hari ke 8 = "0 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila
ditemukan !ast yang kendor atau tanda2tanda infeksi lokal atau sistemik.
". Soft dressing
Haitu bila ujung stump dirawat se!ara kon3ensional, maka digunakan pembalut
steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang !ukup.
*arus diperhatikan penggunaan elastik 3erban jangan sampai menyebabkan
konstriksi pada stump. 6jung stump diele3asi dengan meninggikan kaki tempat
tidur, melakukan ele3asi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab
akan menyebabkan fleksi kontraktur. 5iasanya luka diganti balutan dan drain
di!abut setelah 7: jam. 6jung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan
pasien dii+inkan se!epat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengi+inkan.
5iasanya jahitan dibuka pada hari ke "0 = "7 post operasi. ada amputasi diatas
lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal
ini perlu diperhatikan untuk men!egah terjadinya kontraktur.
1. Da%pak asala* Ter*a"ap $iste% Tu0u*.
". Ke!epatan metabolisme
1ika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan
penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah
sehingga menurunkan ke!epatan metabolisme basal.
%. Ketidakseimbangan !airan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih
besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid
plasma, hal ini menyebabkan pergeseran !airan intra3askuler ke luar keruang
interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema.
/mmobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan
ke!emasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior
untuk menghambat pengeluaran A.*, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
'. Sistem respirasi
". enurunan kapasitas paru
ada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi
otot inter!osta relatif ke!il, diafragma otot perut dalam rangka men!apai
inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
%. erubahan perfusi setempat
.alam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan
rasio 3entilasi dengan perfusi setempat, jika se!ara mendadak maka akan
terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi
hipoksia.
'. (ekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan
sehingga sekresi mukus !enderung menumpuk dan menjadi lebih kental
dan mengganggu gerakan siliaris normal.
7. Sistem Kardio3askuler
". eningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan
mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai
pada pasien dengan immobilisasi.
%. enurunan !ardia! reser3e
.ibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi
sekun!up.
'. Orthostatik *ipotensi
ada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
anterior dan 3enula tungkai berkontraksi tidak adekuat, 3asodilatasi lebih
panjang dari pada 3asokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di
ekstremitas bawah, 3olume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke 3entrikel saat diastolik tidak !ukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada
saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
-. Sistem (uskuloskeletal
". enurunan kekuatan otot
.engan adanya immobilisasi dan gangguan sistem 3askuler
memungkinkan suplai O% dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan,
demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu
sehingga menjadikan kelelahan otot.
%. Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya
penurunan fungsi persarafan. *al ini menyebabkan terjadinya atropi dan
paralisis otot.
'. Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak.
7. Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. *al ini menurunkan
persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan
tulang menjadi keropos.
$. Sistem en!ernaan
". Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pen!ernaan dan mempengaruhi
sekresi kelenjar pen!ernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu
makan.
%. Konstipasi
(eningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan
spin!ter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi !airan meningkat
dalam !olon, menjadikan fae!es lebih keras dan orang sulit buang air
besar.
8. Sistem perkemihan
.alam kondisi tidur terlentang, renal pel3is ureter dan kandung ken!ing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gra3itasi, pel3is renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan &
2 Akumulasi endapan urine di renal pel3is akan mudah membentuk batu
ginjal.
2 Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya
kuman dan dapat menyebabkan /SK.
:. Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah
dan nutrisi ke jaringan. 1ika hal ini dibiarkan akan terjadi is!hemia, hyperemis
dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk
meningkatkan suplai darah.
(!nsep Dasar Asu*an (epera+atan A%putasi
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap
yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
1. Pre Operatif
ada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya
untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi
kegiatan operasi.
ada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi
fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani
operasi.
Pengkajian Riwayat Kesehatan
Pera+at %e%)!kuskan pa"a ri+a/at pen/akit ter"a*ulu /ang %ungkin "apat
%e%pengaru*i resik! pe%0e"a*an seperti a"an/a pen/akit "ia0etes %ellitus3
pen/akit jantung3 pen/akit ginjal "an pen/akit paru. Pera+at juga %engkaji
ri+a/at penggunaan r!k!k "an !0at4!0atan.
Pengkajian Fisik
Pengkajian )isik "ilaksanakan untuk %eninjau se5ara u%u% k!n"isi tu0u*
klien se5ara utu* untuk kesiapan "ilaksanakann/a tin"akan !perasi %anakala
tin"akan a%putasi %erupakan tin"akan teren5ana1selekti)3 "an untuk
%e%persiapkan k!n"isi tu0u* se0aik %ungkin %anakala %erupakan trau%a1
tin"akan "arurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi &
$I$TE TUBUH (E6IATAN
/ntegumen &Kulit
se!ara umum.
Bokasi amputasi
(engkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
hidrasi.
Bokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut
atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi
terhadap terjadinya stasis 3ena atau gangguan 3enus return.
Sistem
<ardio3askuler
&<ardia! reser3e
embuluh darah
(engkaji tingkat akti3itas harian yang dapat dilakukan
pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
fungsi jantung.
(engkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian
terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem ;espirasi
(engkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem 6rinari
(engkaji jumlah urine %7 jam.
(enkaji adanya perubahan warna, 51 urine.
<airan dan
elektrolit
(engkaji tingkat hidrasi.
(emonitor intake dan output !airan.
Sistem @eurologis
(engkaji tingkat kesadaran klien.
(engkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem
(ukuloskeletal (engkaji kemampuan otot kontralateral.
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
.isamping pengkajian se!ara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi
psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi ke!emasan pada
klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan
klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat
ke!emasan akibat operasi itu sendiri. .isamping itu juga dilakukan pengkajian yang
mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
erawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan
tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan
meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien
terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan
identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan se!ara seksama dan
bersama2sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan
koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul se!ara umum seperti terjadinya gangguan
fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar2
benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh
pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya,
sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan inter3ensi dalam
mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien
preoperatif se!ara umum tidak dibahas pada makalah ini.
Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian se!ara laboratorik atau
melalui pemeriksaan penunjang lain se!ara rutin dilakukan pada klien yang akan
dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar
dan fungsi jantung.
.iagnosa Keperawatan dan eren!anaan
.ari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat
timbul antara lain &
". Ke!emasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
Karakteristik penentu &
(engungkapkan rasa tajut akan pembedahan.
(enyatakan kurang pemahaman.
(eminta informasi.
Tujuan & Ke!emasan pada klien berkurang.
Kriteria e3aluasi &
Sedikit melaporkan tentang gugup atau !emas.
(engungkapkan pemahaman tentang operasi.
INTE'7EN$I 'A$I&NAL
(emberikan bantuan se!ara
fisik dan psikologis,
memberikan dukungan
moral.(enerangkan prosedur
operasi dengan sebaik2
baiknya.
(engatur waktu khusus
dengan klien untuk berdiskusi
tentang ke!emasan klien.
Se!ara psikologis meningkatkan rasa aman dan
meningkatkan rasa saling
per!aya.(eningkatkanCmemperbaiki pengetahuanC
persepsi klien.
(eningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien
melakukan komunikasi se!ara lebih terbuka dan
lebih akurat.
". 5erduka yang antisipasi (anti!ipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
Karakteristik penentu &
(engungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
Takut ke!a!atan.
;endah diri, menarik diri.
Tujuan & Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan
pada !itra diri.
Kriteria e3aluasi &
mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
(enyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.
INTE'7EN$I 'A$I&NAL
Anjurkan klien untuk mengekspresikan
perasaan tentang dampak
pembedahan pada gaya hidup.5erikan
informasi yang adekuat dan rasional
tentang alasan pemilihan tindakan
pemilihan amputasi.
5erikan informasi bahwa amputasi
merupakan tindakan untuk
memperbaiki kondisi klien dan
merupakan langkah awal untuk
menghindari ketidakmampuan atau
kondisi yang lebih parah.
Dasilitasi untuk bertemu dengan orang
dengan amputasi yang telah berhasil
dalam penerimaan terhadap situasi
amputasi.
(engurangi rasa tertekan dalam diri klien,
menghindarkan depresi, meningkatkan
dukungan mental.(embantu klien mengapai
penerimaan terhadap kondisinya melalui
teknik rasionalisasi.
(eningkatkan dukungan mental.
Strategi untuk meningkatkan adaptasi
terhadap perubahan !itra diri.
Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif
antara lain &
(engatasi nyeri
o (enganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.
o (enginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
o (enerangkan pada klien bahwa klien akan Gmerasakan> adanya kaki
untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan
kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.
(engupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
o (enganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap " = % jam
untuk men!egah kontraktur.
o (embantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ),
perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyanggaCkruk.
o (engajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi
preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi,
memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
(empersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
o (engklarifikasi ren!ana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada
tim bedah.
o (eyakinkan bahwa klien mendapatkan proteseCalat bantu ( karena
tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese
seperti pada penyakit .(, penyakit jantung, <AA, infeksi, dan penyakit
3askuler perifer, luka yang terbuka ).
o Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan
protese.
o Ajarkan tindakan2tindakan rutin postoperatif & batuk, nafas dalam.
1. Intra &perati)
ada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik
klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk
men!iptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
erawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi !airan,
pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas,
pen!egahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus
untuktindakan perawatan luka, perawat membuat !atatan tentang prosedur
operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan
drainage. *al ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.
1. P!st &perati)
ada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan
tanda2tanda 3ital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas
bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengan!am jiwa.
erawat melakukan pengkajian tanda2tanda 3ital selama klien belum sadar
se!ara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas,
mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan !airan darah yang
hilang selama operasi dan men!egah injuri.
.aerah luka diperhatikan se!ara khusus untuk mengidentifikasi adanya
perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu
ketat. Selang drainase benar2benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain
tersumbat oleh !lot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan se!ara
umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum
klien.
erawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,
khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengan!am kehidupan
klien.
5erikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan
klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta memper!epat penyembuhan
luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang
dapat timbul pada klien seperti nyeri anthom Bimb dimana klien merasakan
seolah2olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi
ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah2
olah merasa Itidak sehat akalJ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah
hilang. .alam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri
dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
.iagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah &
". Eangguan rasa nyaman & @yeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder
terhadap amputasi
Karakteristik penentu &
(enyatakan nyeri.
(erintih, meringis.
Tujuan & nyeri hilang C berkurang.
Kriteria e3aluasi &
(enyatakan nyeri hilang.
4kspresi wajah rileks.
INTE'7EN$I 'A$I&NAL
43aluasi nyeri & berasal dari
sensasi panthom limb atau dari
luka insisi. 5ila terjadi nyeri
panthom limb5eri analgesik
( kolaboratif ).
Ajarkan klien memberikan tekanan
lembut dengan menempatkan
Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang
lama untuk sembuh daripada nyeri akibat
insisi.Klien sering bingung membedakan nyeri
insisi dengan nyeri panthom limb.
6ntuk menghilangkan nyeri
puntung pada handuk dan
menarik handuk dengan berlahan. (engurangi nyeri akibat nyeri panthom limb
". Eangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan !itra tubuh sekunder
terhadap amputasi
Karakteristik penentu &
(enyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
(engungkapkan negatif tentang tubuhnya.
.epresi.
Tujuan & (endemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria e3aluasi &
(enyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
(embuat ren!ana untuk melanjutkan gaya hidup.
INTE'7EN$I 'A$I&NAL
Aalidasi masalah yang dialami
klien.Bibatkan klien dalam melakukan
perawatan diri yang langsung
menggunakan putung &
erawatan luka.
(andi.
(enggunakan pakaian.
5erikan dukungan moral.
*adirkan orang yang pernah amputasi
yang telah menerima diri.
(eninjau perkembangan
klien.(endorong antisipasi meningkatkan
adaptasi pada perubahan !itra tubuh.
(eningkatkan status mental klien.
(emfasilitasi penerimaan terhadap diri.
". ;esiko tinggi terhadap komplikasi & /nfeksi, hemorragi, kontraktur, emboli
lemak berhubungan dengan amputasi
Karakteristik penentu &
Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
Tujuan & tidak terjadi komplikasi.
Kriteria e3aluasi & tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
INTE'7EN$I 'A$I&NAL
In)eksi
Bakukan perawatan luka adekuat. (en!egah terjadinya infeksi.
Per"ara*an
antau &
(enghindari resiko kehilangan !airan dan resiko
terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.
2(asukan dan pengeluaran
!airan.
2 Tanda2tanda 3ital tiap 7 jam.
2 Kondisi balutan tiap 72: jam.
Sebagai monitor status hemodinamik
/ndikator adanya perdaraham masif
E%0!li le%ak
(onitor pernafasan.
ersiapkan oksigen
ertahankan posisi flower atau
tetap tirah baring selama
beberapa waktu
(emantau tanda emboli lemak sedini mungkin
6ntuk memper!epat tindakan bila sewaktu2waktu
dperlukan untuk tindakan yang !epat.
(engurangi kebutuhan oksigen jaringan atau
memudahkan pernafasan.
5eberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah &
(elakukan perawatan luka postoperasi
o (engganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
o Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese
yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi ($ bulan ="
tahun).
(embantu klien beradaptasi dengan perubahan !itra diri
o (emberi dukungan psikologis.
o (emulai melakukan perawatan diri atau akti3itas dengan kondisi saat
ini.
(en!egah kontraktur
o (enganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah
amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
o (enerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna
untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari
terjadinya kontraktur.
Akti3itas perawatan diri
o .iskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
o (engajari klien !ara menggunakan dan melepas protese.
o (enyatakan bahwa klien idealnya men!ari bantuanCsuperfisi dari tim
rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
o (endemontrasikan alat2alat bantu khusus.
o (engajarkan !ara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan
protese.
BAB III
TIN2AUAN (A$U$
ada bab ini akan diuraikan tentang pelakanaaan auhan keperawatan pada Tn. *
yang berusia '7 tahun dengan diagnosa Osteosarkoma ro?imal Tibia ost 4</ di
;umah Sakit 6mum usat <ipto (angunkusumo di lantai 7 publi! wing.
elaksanaan asuhan keperawatan dilakukan selama tiga hari mulai tanggal %:
oktober %00# sampai tanggal '0 oktober %00#.
Eambaran kasus
Klien bernama Tn. * ('7 tahun), jenis kelamin laki2laki, status kawin, agama islam,
suku jawa, pendidikan terakhir tamat S(A, bahasa yang digunakan bahasa
indonesia, belum mempunyai pekerjaan , alamat rumah klien 5ogor 1awa 5arat.
Klien masuk ;S6 <ipto (angunkusumo 1akarta pada tanggal %0 oktober %00#
dengan nomor register 7%-%7%-. Adapun kelu*an uta%a klien saat ini adalah klien
mengatakan nyeri di kaki kiri skala nyeri -, klien habis dilakukan post op amputasi.
Klien tidak punya alergi terhadap obat atau makanan. Klien mengatakan tidak
pernah mendapatkan ke!elakaan tetapi pernah dirawat di ;umah Sakit pada tahun
%00- dilakukan biopsi pada kaki kiri dan pada tahun %00: dilakukan 4</ dan klien
dianjurkan untuk dilakukan amputasi pada kaki kirinya.
Klien mengatakan bila mempunyai masalah, biasanya men!ari istri untuk meminta
bantuan karena mereka adalah orang yang selalu dekat dengan pasien. Klien
mengatakan bahwa saat ini klien hanya berharap tentang kesembuhan penyakitnya
karena ingin !epat sembuh dan pulang. Klien mengatakan perubahan yang saya
rasakan setelah sakit, badannya lemah dan tidak bisa berakti3itas seperti biasa
meskipun demikian pasien tetap menjalankan sholat - waktu setiap hari.
P!la ke0iasaan klien mengatakan sebelum sakit makan ' kali sehari, napsu makan
baik dan makanan yang tidak disukai adalah pedas serta ikan tuna dan udang
karena dapat membuat alergi. Klien mengatakan sebelum sakit suka berolahraga
jalan2jalan "2% kali seminggu. Klien mengatakan tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan tidak menggunakan @AKA.
Dari *asil pengkajian
pe%eriksaan )isik klien mempunyai berat badan $# Kg, sebelum sakit 8' kg, Tinggi
badan "$- !m, tekanan darah ""0C:0 mm*g, nadi "07 ?Cmenit, frekuensi nafas %0
?Cmenit, suhu badan & '$,%
0
<, keadaan 6mum klien sakit sedang, Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening. Sedangkan pada sistem penglihatan posisi mata
klien baik tidak ada kelainan, kelopak mata, pergerakan bola mata, kornea, otot2otot
mata dalam keadaan normal, konjungti3a merah muda, sklera Anikterik, pupil isokor,
fungsi penglihatan baik dan tidak ada tanda2tanda radang. ;eaksi terhadap !ahaya
positif kanan kiri. Klien tidak menggunakan ka!amata dan lensa kontak, .alam
sistem pendengaran baik daun telinga, kondisi telinga tengah dalam keadaan normal
dan tidak ada kelainan, seperti perasaan penuh di telinga, tinitus, gangguan
keseimbangan, keluar !airan dari telinga. Klien juga tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Sistem wi!ara klien dalam keadaan normal tidak ada kelainan. ada sistem
pernafasan jalan napas klien tidak ada sumbatan sputum tidak ada sesak, tidak ada
retraksi otot, frekuensi pernapasan %0 ?C menit. /rama pernapasan teratur, jenis
penafasan eupnea, batuk tidak ada, suara napas 3esikuler, tidak ada nyeri saat
bernapas, tidak menggunakan alat bantu bernapas, seperti oksigen. ada sistem
kardio3askuler, @adi klien "07 ?C menit, irama teratur, tekanan darah ""0C8:0
mm*g, tidak ada distensi 3ena jugularis, pengisian kapileri L' detik, tidak ada
edema baik eksremitas bawah maupun atas, sedangkan pada sirkulasi jantung,
Ke!epatan denyut apikal "07 ?Cmenit, irama teratur, tidak ada kelainan jantung, tidak
ada sakit dada seperti ditusuk2tusuk ketika berakti3itas, Sistem *ematologi &.alam
gangguan hematologi & pu!at (2) dan tidak ada perdarahan. ada sistem saraf pusat,
Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran &
komposmentis.skala E<S & 4
7
(
$
A
7,
tidak ada peningkatan T/K serta gangguan
sistem persyarafan. emeriksaan refleks fisiologis normal dan patologis tidak ada,
Sedangkan pada sistem pen!ernaan, Keadaan gigi tidak terdapat karies pada gigi,
tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, kelenjar
sali3a normal, tidak ada nyeri daerah perut, bising usus - ?Cmenit, tidak diare. @yeri
pada daerah perut tidak ada.
$iste% En"!krin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, dan tidak ada luka
gangren, ada sistem urogenital
/ntake output tanggal %: oktober %00# pukul 0-.002"'.00 )/5 &
/ntake & = oral & '00 !! C : jam
2 parenteral /nfus ;. & $00 !! C : jam
1umlah & #00 !! C : jam
output & = 5AK & -00 !! C : jam
2 /)B & %'0 !! C : jam
1umlah & 8'0 !! C : jam
5alan!e & = "80 !!
5AK berwarna jernih, tidak ada distensi kantung kemih dan tidak ada keluhan sakit
pinggang.
ada sistem integument klien, Turgor kulit baik, suhu '$,%
0
<, kedaan kulit baik, ada
luka insisi operasi di daerah tibia kiri, kondisi baik tidak ada rembesan darah.
.ipasang drain !airan berwarna merah darah , '0 !!. kelainan kulit tidak ada, tidak
terjadi tanda dan gejala infeksi (tumor, kalor, dolor dan fungsiolasea) pada daerah
pemasangan infus serta keadaan tekstur rambut dan kebersihan baik.
Pa"a siste% %uskul!skeletal, Tidak ada kelainan sistem mus!uloskeletal pada
klien tetapi ada kesulitan dalam pergerakan karena luka insisi operasi, tonus otot
hipotoni, kekuatan otot.
.
Sedangkan *asil la0!rat!riu%8 *b & "-,7 gCdl ( "'2"$ gCdl), *t & 7' 9 (7027: 9),
Beukosit & "" ;ibuCul (-,02"0,0 ;ibuCul), Trombosit & %0' ;ibuCul ("-02700 ;ibuCul),
T & "',- 9 ("0 2"- 9), ATT '',# 9 (%-2'- 9) danpenatalaksanaan
%e"is & 9airan & @A<B 0,# 9 -00 !! & %0 tetes C menit3 Diit 8 Tinggi Kalori Tinggi
rotein (tidak ada pantangan) ,&0at P!st &p 8 <efa+olin ' ? " gram, ketorola! ' ?
'0 mg, ranitidin % ? -0 mg.
B. Diagn!sa3 Inter,ensi3 I%ple%entasi "an E,aluasi (epera+atan.
.ari data diatas penulis mengangkat tiga diagnosa keperawatan selama ' hari dari
tanggal %: = '0 oktober %00# adalah sebagai berikut &

6angguan rasa n/a%an n/eri 0." luka insisi p!st !p a%putasi ditandai
dengan &
Data Subjektif Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bila digerakkan, Klien
mengatakan skala nyeri - seperti ditusuk2tusuk, Data Objektif 4kspresi wajah
klien meringis saat kakinya digerakkan,Skala nyeri -,Klien post op amputasi hari
ke2" atas indikasi osteosarkoma pro?imal tibia, Klien tampak kesakitan saat
kakinya digerakkan atau diam, Tanda2tanda Aital T. & ""0C80 mm*g, @ & "07
?Cmenit, S & '$
O
<, ;; & %0 ?C menit, Tujuan 8 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ' ? %7 jam nyeri dapat berkurang atau terkontrol. (riteria
Hasil 8 @yeri berkurangChilang, Skala nyeri 02", Klien menunjukkan sikap santai
dan rileks, Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas dalam, Klien
dapapt mengontrol nyeri, TTA dalam batas normal& T. & ""0C80 = "%0C:0 mm*g,
@ & $0 = :0 kali C menit, ;; & "$ = %0 kali C menit, S & '$,%M < = '8M<. 'en5ana
kepera+atan 8 Obser3asi TTA setiap : jam, 43aluasi skala nyeri, karakteristik
dan lokasi, Atur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal, Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, Kolaborasi & 5erikan obat sesuai program ketorola! ' ? '0
mg. I%ple%entasi /ang tela* "ilakukan sejak tanggal %: oktober %00# sampai
'0 oktober %00#8 (emberikan obat ketolola! '0 mg melalui 3amplon,
mengidentifikasi lokasi, karakteristik skala nyeri, mendiskusikan posisi yang
nyaman bagi klien, mengatur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal,
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam bila nyeri timbul, mengkaji skala nyeri,
mengobser3asi keadaan luka insisi bedah. E,aluasi tanggal '0 desember
%00: 8 masalah nyeri pada bagian kaki kiri teratasi. $
8 klien mengatakan sudah masih merasa nyeri skala nyeri ", & Klien terlhat
rileks, Klien post op amputasi hari ke2', Keadaan balutan bersih tidak ada
rembesan darah, TTA & T. & "%0C :0 mm*g, ;; & ": ? C menit, @ & :: ?C menit, S &
'$
O
<, Atas intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal % no3ember %00#
diharuskann !ontrol. A & (asalah nyeri pada bagian kaki kiri sudah teratasi, P &
*entikan inter3ensi d? "
'esik! gangguan neur!,askuler peri)er 0." "a%pak pe%asangan elasti5
,er0an ditandai dengan &
Data Subjektif Klien mengatakan terasa saat diraba didaerah paha sebelah kiri,
Klien mengatakan tidak rasa kesemutan pada daerah kaki kiri, Data
Objektif (lien terpasang elastis perban pada pangkal paha kiri, 4dema
disekitar luka tidak ada, <apillary refill L ' detik, Akral *angat, Tidak ada sianosis
pada daerah pemasangan elasti! perban, Kekuatan otot & , Tanda2tanda Aital &
T. & ""0C80 mm*g, @ & "07 ?Cmenit, S & '$,%
O
<, ;; & %0 ?C
menit, Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ' ? %7 jam klien dapat
mempertahankan neuro3askuler perifer. (riteria Hasil 8 @adi perifer teraba,
4kstremitas hangat, )arna kulit tidak pu!at, <apillary refill L ' detik, 4dema tidak
ada, Ada sensasi (bila diraba terasa), Tidak ada kesemutan, TTA dalam batas
normal &T. & ""0C80 = "%0C:0 mm*g, @ & $0 = :0 kali C menit, ;; & "$ = %0 kali C
menit, S & '$M < = '8M<, 'en5ana kepera+atan 8 Obser3asi TTA setiap : jam
dengan perhatikan tanda2tanda pu!at dkulit dingin,Obser3asi tanda2tanda
gangguan neuro3askuler bandingkan ekstremitas yang satu dengan yang lain,
antau !apillary refill, warna kulit, suhu distal pada ekstremitas yang diamputasi,
Obser3asi terhadap kemampuan pergerakan (fleksi, ekstensi, hiperekstensi,
oposisi), Kurangi edema dengan menggerakkan pada ekstremitas yang edema,
Ajarkan latihan isometrik mulai dari yang kaki yang sakit, I%ple%entasi /ang
tela* "ilakukan sejak tanggal %: oktober %00# sampai '0 oktober
%00#8mengobser3asi TTA setiap : jam dengan perhatikan tanda2tanda pu!at
dkulit dingin,mengobser3asi tanda2tanda gangguan neuro3askuler bandingkan
ekstremitas yang satu dengan yang lain, memantau !apillary refill, warna kulit,
suhu distal pada ekstremitas yang diamputasi, mengobser3asi terhadap
kemampuan pergerakan (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, oposisi), mengurangi
edema dengan menggerakkan pada ekstremitas yang edema, mengajarkan
latihan isometrik mulai dari yang kaki yang sakit. E,aluasi tanggal '0 desember
%00: 8 $8 Klien mengatakan tidak ada kesemutan pada kaki kiri yang terpasang
elasti! 3erban,& & = Akral hangat, Tidak ada sianosis, <apillary refill L ' detik,
Sensasi raba ada, Kekuatan otot , Tanda2tanda Aital & T. & "%0C :0 mm*g, ;; &
": ? C menit, @ & :: ?C menit, S & '$
O
<, Atas intruksi dokter klien diperbolehkan
pulang, tanggal % no3ember %00# diharuskann !ontrol, A & (aslah .? % tidak
menjadi a!tual, P & *entikan inter3ensi .? %
6angguan pe%enu*an ke0utu*an ADL 0." keter0atasan
%!0ilisasi ditandai dengan &
Data Subjektif Klien mengatakan kebutuhan sehari2harinya (makan, mandi)
dibantu oleh keluarganya dan perawat, Klien mengatakan kaki kirinya terasa nyeri
saat digerakkan, Data Objektif Kesadaran <omposmentis,Keadaan umum baik,
Klien post op amputasi hari ke2" atas indikasi osteosarkoma pro?imal tibia,
Kebutuhan klien (mandi, makan) dibantu oleh keluarga atau perawat, (obilisasi
klien saat ini duduk dengan bantuan saat tidur kembali, Kekuatan otot & , Tanda2
tanda Aital & T. & ""0C80 mm*g, @ & "07 ?Cmenit, S & '$,%
O
<, ;; & %0 ?C
menit, Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ' ? %7 jam kebutuhan
A.B terpenuhi. (riteria Hasil Klien dapat berakti3itas dengan bantuan minimal,
(eningkatkan fungsi tubuh yang sakit, Klien mampu melakukan A.B se!ara
mandiri, Kekuatan otot maksimal , TTA dalam batas normal &T. & ""0C80 = "%0C:0
mm*g, @ & $0 = :0 kali C menit, ;; & "$ = %0 kali C menit, S & '$M < =
'8M<, 'en5ana kepera+atan 8 Obser3asi kemampuan klien dalam melakukan
akti3itas, Ajarkan teknik latihan isometrik, 5antu dalam pemenuhan kebutuhan
A.B, Obser3asi nilai kekuatan oto dan tonus otot, I%ple%entasi /ang tela*
"ilakukan sejak tanggal %: oktober %00# sampai '0 oktober %00#8mengbser3asi
kemampuan klien dalam melakukan akti3itas, mengajarkan teknik latihan
isometrik, membantu dalam pemenuhan kebutuhan A.B, mengobser3asi nilai
kekuatan otot dan tonus ototE,aluasitanggal '0 desember %00: 8 $ & Klien
mengatakan kebutuhan sehari2harinya sudah dapat dilakukan sendiri seperti
makan dan minum, & & = Keadaan 6mum baikKesadaran !omposmentis, Klien
dapat melakukan kegiatan makan, minum se!ara mandiri, Kegiatan mandi dan
5A5 masih membutuhkan bantuan dari keluarga, Kekuatan otot, Tanda2tanda
Aital & T. & "%0C :0 mm*g, ;; & ": ? C menit, @ & :: ?C menit, S & '$
O
< Atas
intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal % no3ember %00# diharuskann
!ontrol, A & (aslah .? ' teratasi, P & *entikan inter3ensi .? '

'esik! terja"in/a in)eksi 0." pe%0e"a*an p!t !p a%putasi "an
pe%asangan alat in,asi,e kateter "an in)us ditandai dengan &
Data Subjektif Klien mengatakan nyeri pada area luka amputasi, Klien
mengatakan tidak ada rasa nyeri pada daerah pemasangan infus dan
kateter, Data Objektif Terdapat luka post op hari ke2", 5alutan luka tidak ada
rembesan, anjang dan lebar luka belum terkaji karena belum dilakukan
dreesing, Klien terpasang drain, !airan drainase '0 !! berwarna merah, 5alutan
albo!ath tampak bersih, Tanda2tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor,
fungsiolesa) tidak ada, Klien terpasang .< (drain !ateter) sejak tanggal %82"02
%00#, Tanda2tanda infeksi pada daerah pemasangan kateter tidak ada, )arna
urine kuning jernih, aliran urine lan!er, tidak ada nyeri pada daerah pemasangan
kateter, Beukosit "".000 Cul (@ & -0002"0.000Cul), Tanda2tanda Aital T. & ""0C:0
mm*g, @ & "07 ?Cmenit, S & '$,%
O
<, ;; & %0 ?C menit, Tujuan 8 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan ' ? %7 jam resiko infeksi tidak menjadi aktual, (riteria
Hasil 8 5alutan luka bersih, Tidak ada rembesan darah, 5alutan albo!ath bersih,
Tidak ada phlebitis pada pemasangan albo!ath, )arna urine jernih, Beukosit
dalam batas jumlah normal (-0002"0000Cul), , TTA dalam batas normal& T. &
""0C80 = "%0C:0 mm*g, @ & $0 = :0 kali C menit, ;; & "$ = %0 kali C menit, S & '$M
< = '8M<. 'en5ana kepera+atan 8 6kur TTA setiap : jam, Obser3asi luka
terhadap infeksi, Bakukan perawatan luka " kaliChari, 5erikan diet tinggi kalori dan
tinggi protein, <atat jumlah dan warna drainase, Eanti balutan luka albo!ath "
kaliChari, Bakukan perawatan kateter setiap hari, Kolaborasi & emeriksaan
Baboratorium ( Beukosit, B4.), 5erikan obat <efa+olin ' ? " gr, I%ple%entasi
/ang tela* "ilakukan sejak tanggal %: oktober %00# sampai '0 oktober
%00#8 mengukur TTA setiap : jam, mengobser3asi luka terhadap infeksi,
melakukan perawatan luka " kaliChari, memberikan diet tinggi kalori dan tinggi
protein, men!atat jumlah dan warna drainase, mengganti balutan luka albo!ath "
kaliChari, Bakukan perawatan kateter setiap hari, berkolaborasi & memberikan obat
<efa+olin ' ? " gr. E,aluasi tanggal '0 desember %00: 8$ 8 2 && Keadaan 6mum
baik, Kesadaran !omposmentis, Klien post op amputasi hari ke2%, Tidak ada
rembesan luka, 4lasti! 3erban baik, Albo!ath sudah di aff, Kateter sudah di aff,
Tanda2tanda infeksi tidak ada, Beukosit "".#00Cul, Tanda2tanda Aital & T. & "%0C
:0 mm*g, ;; & ": ? C menit, @ & :: ?C menit, S & '$
O
< Atas intruksi dokter klien
diperbolehkan pulang, tanggal % no3ember %00# diharuskann !ontrol, A &
(asalah .? 7 tidak menjadi aktual, P & *entikan inter3ensi .? 7
BAB I7
PEBAHA$AN
ada bab ini penulis akan membahas masalah yang terjadi pada kasus kelolaan,
yaitu tentang kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. * dengan Osteosarkoma
ro?imal Tibia ost 4</ di ;umah Sakit 6mum usat <ipto (angunkusumo di lantai
7 publi! wing yang dilaksanakan pada tanggal %:2'0 Oktober %00#. embahasan ini
meliputi definisi, rasional, data yang menunjang, inter3ensi, implementasi, dan
e3aluasi, juga analisa faktor pendukung dan penghambat serta solusi dari tiap
masalah diagnosa keperawatan yang mun!ul.
Diagn!sa perta%a & Eangguan rasa nyaman nyeri b.d luka insisi post op amputasi
De)inisi & @yeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (/nternasional Asosiation Dor The
Study Of ain) N awitan yang tiba2tiba atau perlahan dan intensitas sampai berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan durasinya kurang dari $
bulan. ()ilkinson, %00$)
'asi!nal & adanya kerusakan jaringan akibat luka insisi pas!a operatif amputasi
pro?imal tibia menyebakan terjadinya sensasi nyeri sehingga menimbulkan suatu
stressor pada klien yang mengganggu klien dalam berakti3itas
Inter,ensi kepera+atan 8 (engobser3asi TTA setiap : jam, menge3aluasi skala
nyeri, karakteristik dan lokasi, mengatur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan
bantal, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, Kolaborasi & memberikan obat
sesuai program ketorola! ' ? '0 mg.
I%ple%entasi kepera+atan 8 (emberikan obat ketolola! '0 mg melalui/ 3amplon
mengidentifikasi lokasi, karakteristik skala nyeri, mendiskusikan posisi yang nyaman
bagi klien, mengatur posisi kaki kiri yang sakit (abduksi) dengan bantal, mengajarkan
teknik relaksasi napas dalam bila nyeri timbul, mengkaji skala nyeri, mengobser3asi
keadaan luka insisi bedah..
E,aluasi kepera+atan 8 $
8 klien mengatakan sudah masih merasa nyeri skala nyeri ", & Klien terlhat rileks,
Klien post op amputasi hari ke2', Keadaan balutan bersih tidak ada rembesan darah,
TTA & T. & "%0C :0 mm*g, ;; & ": ? C menit, @ & :: ?C menit, S & '$
O
<, Atas intruksi
dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal % no3ember %00# diharuskann
!ontrol. A & (asalah nyeri pada bagian kaki kiri sudah teratasi, P & *entikan
inter3ensi d? "
Fakt!r pen"ukung & klien mau mengikuti anjuran perawat untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam yang berfungsi memperlan!ar O
%
ke jaringan sehingga
mengurangi rasa nyeri dan klien mendapat terapi ketorola! ' '0 mg sehingga
rangsangan nyeri tidak sampai ke sistem saraf pusat kesadaran.
Fakt!r peng*a%0at & Tidak ada
$!lusi & Tidak ada
Diagn!sa ke"ua & ;esiko gangguan neuro3askuler perifer b.d dampak pemasangan
elasti! 3erban
De)inisi 8 suatu keadaaan dimana tingkat saat system saraf perifer menerima,
memproses dan merespons stimulus internal dan eksternal mengalami gangguan
( )ilkinson,%008&"0).
'asi!nal & gangguan neuro3askuler dapat terjadi pada klien yang mengalami
amputasi karena mendapat balutan elasti! 3erban hal ini dikarenakan elasti! 3erban
se!ara tidak langsung menekan saraf perifer sehinggan saraf perifer tidak berfungsi
yang dapat mengakibatkan tidak adanya rasa saat adanya rasangan.
Inter,ensi kepera+atan & (engobser3asi TTA setiap : jam dengan perhatikan
tanda2tanda pu!at dkulit dingin,mengobser3asi tanda2tanda gangguan neuro3askuler
bandingkan ekstremitas yang satu dengan yang lain, memantau !apillary refill,
warna kulit, suhu distal pada ekstremitas yang diamputasi, mengobser3asi terhadap
kemampuan pergerakan (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, oposisi), mengurangi edema
dengan menggerakkan pada ekstremitas yang edema, mengajarkan latihan
isometrik mulai dari yang kaki yang sakit.
I%ple%entasi kepera+atan 8 (engobser3asi TTA setiap : jam dengan perhatikan
tanda2tanda pu!at dkulit dingin,mengobser3asi tanda2tanda gangguan neuro3askuler
bandingkan ekstremitas yang satu dengan yang lain, memantau !apillary refill,
warna kulit, suhu distal pada ekstremitas yang diamputasi, mengobser3asi terhadap
kemampuan pergerakan (fleksi, ekstensi, hiperekstensi, oposisi), mengurangi edema
dengan menggerakkan pada ekstremitas yang edema, mengajarkan latihan
isometrik mulai dari yang kaki yang sakit.
E,aluasi kepera+atan 8 $8 Klien mengatakan tidak ada kesemutan pada kaki kiri
yang terpasang elasti! 3erban,& & = Akral hangat, Tidak ada sianosis, <apillary refill
L ' detik, Sensasi raba ada, Kekuatan otot , Tanda2tanda Aital & T. & "%0C :0 mm*g,
;; & ": ? C menit, @ & :: ?C menit, S & '$
O
<, Atas intruksi dokter klien diperbolehkan
pulang, tanggal % no3ember %00# diharuskann !ontrol, A & (aslah .? % tidak
menjadi a!tual, P & *entikan inter3ensi .? %
Fakt!r pen"ukung & klien mau mengikuti perawat untuk melakukan gerakan
isometrik untuk merangsang saraf pertifer dank lien terlihat aktif belajar mobilisasi
sehingga aliran darah perifer menjadi adekuat
Fakt!r peng*a%0at & Tidak ada
$!lusi & Tidak ada
Diagn!sa ketiga & Eangguan pemenuhan kebutuhan A.B b.d keterbatasan
mobilisasi
De)inisi & keadaan dimana seorang indi3idu mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan imobilitas sehingga menyebabkan kebutuhan
A.l klien terganggu.
'asi!nal & kerusakan mobilitas fisik menggambarkan seorang indi3idu dengan
keterbatasan pengunaan lengan atau tungkai atau keterbatasan kekuatan otot.
Inter,ensi kepera+atan 8 mengobser3asi kemampuan klien dalam melakukan
akti3itas, mengajarkan teknik latihan isometrik, membantu dalam pemenuhan
kebutuhan A.B, mengobser3asi nilai kekuatan otot dan tonus otot.
I%ple%entasi kepera+atan 8 mengobser3asi kemampuan klien dalam melakukan
akti3itas, mengajarkan teknik latihan isometrik, membantu dalam pemenuhan
kebutuhan A.B, mengobser3asi nilai kekuatan otot dan tonus otot.
E,aluasi tanggal '0 desember %00: 8 $ & Klien mengatakan kebutuhan sehari2
harinya sudah dapat dilakukan sendiri seperti makan dan minum, & & = Keadaan
6mum baikKesadaran !omposmentis, Klien dapat melakukan kegiatan makan,
minum se!ara mandiri, Kegiatan mandi dan 5A5 masih membutuhkan bantuan dari
keluarga, Kekuatan otot, Tanda2tanda Aital & T. & "%0C :0 mm*g, ;; & ": ? C menit,
@ & :: ?C menit, S & '$
O
< Atas intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal %
no3ember %00# diharuskann !ontrol, A & (aslah .? ' teratasi, P & *entikan
inter3ensi .? '
Fakt!r pen"ukung & klien mau mengikuti anjuran perawat untuk melakukan latihan
isometrik dan keluarga turut berperan aktif dalam membantu kebutuhan A.B klien.
Fakt!r peng*a%0at & kaki klien nyeri apabila ditumpukan.
$!lusi 8 tetap moti3asi klien untuk melakukan mobilitas sesuai batas kemampuan
klien dan malakukan latihan rentang gerak isometrik.
Diagn!sa kee%pat & ;esiko terjadinya infeksi b.d pembedahan pot op amputasi dan
pemasangan alat in3asi3e kateter dan infus
De)inisi & suatu kondisi indi3idu yang mengalami peningkatan resiko terserang
organisme patogenik. ()ilkinson, %008 )
'asi!nal & pada saat pertahanan tubuh menjadi lemah membuat tubuh terserang
oleh pathogen. .iagnosa ini diangkat sebagai diagnosa keempat karena data yang
diperoleh masih dalam batas normal, namun klien tetap berisiko terhadap infeksi,
meskipun diagnosa ini tidak terdapat dalam teori tetapi karena adanya area tempat
masuk mikroorganisme, yaitu melalui tempat amputasi, pemasangan kateter, dan
penusukan infus yang apabila tidak dilakukan asuhan keperawatan dapat
menyebabkan terjadinya masalah infeksi pada klien.
Inter,ensi kepera+atan 8 (engukur TTA setiap : jam, mengobser3asi luka
terhadap infeksi, melakukan perawatan luka " kaliChari, memberikan diet tinggi kalori
dan tinggi protein, men!atat jumlah dan warna drainase, mengganti balutan luka
albo!ath " kaliChari, Bakukan perawatan kateter setiap hari, berkolaborasi &
memberikan obat <efa+olin ' ? " gr.
I%ple%entasi kepera+atan 8 (engukur TTA setiap : jam, mengobser3asi luka
terhadap infeksi, melakukan perawatan luka " kaliChari, memberikan diet tinggi kalori
dan tinggi protein, men!atat jumlah dan warna drainase, mengganti balutan luka
albo!ath " kaliChari, Bakukan perawatan kateter setiap hari, berkolaborasi &
memberikan obat <efa+olin ' ? " gr.
E,aluasi tanggal '0 desember %00: 8$ 8 2 && Keadaan 6mum baik, Kesadaran
!omposmentis, Klien post op amputasi hari ke2%, Tidak ada rembesan luka, 4lasti!
3erban baik, Albo!ath sudah di aff, Kateter sudah di aff, Tanda2tanda infeksi tidak
ada, Beukosit "".#00Cul, Tanda2tanda Aital & T. & "%0C :0 mm*g, ;; & ": ? C menit,
@ & :: ?C menit, S & '$
O
< Atas intruksi dokter klien diperbolehkan pulang, tanggal %
no3ember %00# diharuskann !ontrol, A & (asalah .? 7 tidak menjadi aktual, P &
*entikan inter3ensi .? 7
Fakt!r pen"ukung & Adanya kerja sama yang baik dari tim perawat dalam
pelaksanaan perawatan infus
Fakt!r peng*a%0at 8 tidak ada
$!lusi 8 tidak ada
BAB 7
PENUTUP
A. (esi%pulan
5erdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
Tn. * sejak tanggal %:2'0 oktober %00# maka penulis mengambil kesimpulan &
*asil pengkajian pada An. * mendapatkan hasil data yang sesuai dengan
teori. <ara pengumpulan data diperoleh melalui metode wawan!ara, obser3asi
dan pemeriksaan fisik. ada saat wawan!ara dengan klien dan keluarga
kooperatif sehingga terrjalin kerjasama antara perawat dengan klien dan
keluarga. emeriksaan fisik dilakukan se!ara sistemik sesuai dengan kondisi
klien.
.iagnosa keparawatan yang ditemukan pada klien yaitu & Eangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi post op amputasi, ;esiko
gangguan neuro3askuler perifer berhubungan dengan dampak pemasangan
elasti! 3erban, Eangguan pemenuhan kebutuhan A.B berhubungan dengan
keterbatasan mobilisasi, ;esiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
pembedahan pot op amputasi dan pemasangan alat in3asi3e kateter dan infus
/nter3ensi kepertawatan pada Tn. * telah disusun sesuai dengan teori atau
konsep dasar asuhan keperawatan. /nter3ensi meliputi juga tindakan yang
dilakukan se!ara mandiri dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
/mplementsi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan inter3ensi yang
dibuat. 6ntuk diagnosa nyeri pada bagian amputasi dilakukan tindakan mandiri
yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan berkolaborasi pemberian
ketorola! ' ? '0 mg, 6ntuk diagnosa ;esiko gangguan neuro3askuler perifer
dilakukan tindakan keperawatan melakukan gerakan isometri!, untuk diagnosa
Eangguan pemenuhan kebutuhan A.B dilakukan tindakan membantu kebutuhan
klien, mengajarkan gerakan isometri! dan menganjurkan keluarga untuk
membantu kebutuhan A.B klien, untuk diagnose resiko infeksi dilakukan tindakan
melakukan perawatan luka amputasi, perawatan luka penusukan jarum infus dan
perawatan kateter serta berkolaborasi pemberian !efa+olin ' ? " gram..
Adapun e3aluasi akhir dari keseluruhan asuhan keperawatan yang telah
diberikan adalah semua masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. * dapat
teratasi semua pada tanggal '0 oktober %00#.
B. $aran
ada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya &
.alam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang ren!ana keperawatan pada pasien dengan osteosarkoma,
pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan
klien dan keluarga.
.alam rangka mengatasi masalah gangguan mobilisasi, untuk institusi ;S
supaya menyediakan sarana dan prasarana yang memudahkan klien yang
mengalami gangguan mobilisasi.
6ntuk keluarga diharapkan selalu membantu dan memoti3asi klien dalam
proses penyembuhan.
DAFTA' PU$TA(A
5runner O Suddarth (%00%). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. 1akarta & 4E<
<orwin, 4li+abeth 1..(%00"). Buku Saku Patofisiologi. 1akarta & 4E<
.oengoes, (arylin 4. (%000). Renana Asuhan Kaperawatan ! Pedoman "ntuk
perenanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. 4disi '. 1akarta & 4E<
Eole, .anielle O 1ane <horette. "###. Renana Asuhan Keperawatan
#nkologi$ 1akarta & 4E<.
(ansjoer, Arif. (%000). Kapita Selekta Kedokteran. 1ilid %. 1akarta & (edia
Aes!ulapius
@ettina, Sandra (. (%00%). Pedoman Praktek Keperawatan. 1akarta & 4E<
Syamsuhidayat, ; dan )im de 1ong. (%007). Buku Ajar %lmu Bedah. 4disi %.
1akarta & 4E<
Smelt+er, Su+anne <. (%00"). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Aolume %.
1akarta & 4E<
)ilkinson, 1udith (. (%008). Buku Saku &iagnosis Keperawatan$ 1akarta & 4E<
Otto, Shirley 4. %00'. Buku Saku Keperawatan #nkologi$ 1akarta & 4E<.
;asjad, <hoiruddin. (%00'). Pengantar %lmu Bedah #rtopedi$ (akasar & 5intang
Bamimpatue.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1!"#1"1$
)
%enurut badan kesehatan dunia ( &orld 'ealth Ogani(ation ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ) !."* juta orang. +i ,ndonesia diperkirakan terdapat 1-- penderita
kanker diantara 1--.--- penduduk per tahun. +engan jumlah penduduk ""- juta ji.a
terdapat sekitar 11.--- anak yang menderita kanker per tahun. +i /akarta dan sekitarnya
dengan jumlah penduduk 1" juta ji.a, diperkirakan terdapat !*- anak yang menderita
kanker per tahun.
%enurut 0rrol untung hutagalung, seorang guru besar dalam ,lmu 1edah
Orthopedy 2ni3ersitas ,ndonesia, dalam kurun .aktu 1- tahun (1*4"--5) tercatat 5**
kasus tumor tulang yang terdiri dari $"6 kasus tumor tulang ganas (6"7) dan 1"8 kasus
tumor tulang jinak ("87). +i 9S:% jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor
ganas yang sering didapati yakni ""7 dari seluruh jenis tumor tulang dan $1 7 dari
seluruh tumor tulang ganas. +ari jumlah seluruh kasus tumor tulang -7 kasus datang
dalam stadium lanjut. ;ngka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai !-7 jika
belum terjadi penyebaran ke paru4paru. Sekitar 6*7 penderita bertahan hidup sampai *
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang
dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. /ika tidak
segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya
sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti
kemotherapy.
<anker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 1* = "*
tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smelt(er. "--1# "$56 ). 9ata4rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 1* tahun. ;ngka kejadian pada anak laki4laki sama dengan anak
perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada
anak laki4laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
%elihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan
pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah >
;suhan <epera.atan Osteosarkoma >
1.2 TUJUAN
1.".1 Tujuan 2mum
2ntuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana ;suhan
<epera.atan pada klien Osteosarkoma.
1."." Tujuan <husus
+iharapkan mahasis.a mampu memberikan gambaran asuhan kepera.atan
meliputi #
%ampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan
osteosarkoma
%ampu merumuskan diagnosa kepera.atan pada klien dengan osteosarkoma.
%ampu membuat rencana kepara.atan pada klien dengan osteosarkoma.
%ampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan
kepera.atan pada anak dengan Osteosarkoma.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (+anielle.
1# "55 ). <anker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
mengin3asi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam
tubuh.( &ong. "--$# ** )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( &ong. "--$# !1! )
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price.
18# 1"1$ )
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. +itandai dengan metastasis hematogen a.al ke paru.
Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke
paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smelt(er. "--1# "$56 )
<lasifikasi tumor pada muskuloskletal adalah #
2.1.1 Tumor tumor jina ! "#ni$na %
Osteoma
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh
pertumbuhan tulang yang abnormal. Oateoma ber.ujud sebagai suatu
benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan
radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi yang meluas pada permukaan
tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa berbatas jelas
dengan tulang.
<ondroblastoma
<onroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang
humerus. ?ejala yang sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang
ra.an.
0nkondroma
0nkondroma adalah tumor jinak sel =sel ra.an displastik yang timbul
pada metafisis tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.
2.1.2 Tumor tumor $ana& ! ma'i$na %
%ultipel mieloma
Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.
Sarkoma osteogenik
Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas
<ondrosarkoma
<ondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari
kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau
sentral.
2.2 ETIOLOGI
0tiologi dari osteosarkoma adalah #
9adiasi sinar radio aktif dosis tinggi
<eturunan ( genetik )
1eberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit.
Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
Sering mengkonsumsi (at4(at toksik seperti # makanan dengan (at penga.et,
merokok dan lain4lain
2.( ANATO)I *an +ISIOLOGI
Tulang adalah organ 3ital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat4alat di
dalam tubuh, pemben 9uang ditengah tulang4tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik
yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan posfat. 9uang ditengah tulang4tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik
yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan
sel. %atriks tulang terdiri dari serat4serat kolagen dan protein non4kolagen. Sedangkan sel
tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe , dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
<etika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.
Osteosit adalah sel4sel tulang de.asa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimia.i melalui tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel4sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Sel4sel ini menghasilkan en(im proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam
yang melarutkan mineral tulan-g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran
darah. (Setyohadi, "--6@ &ilson. "--*@ ?uyton. 16)
2., PATO+ISIOLOGI
2.- )ANI+ESTASI KLINIS
%anifestasi klinis dari osteosarkoma adalah #
Ayeri danB atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresi3itas penyakit)
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran 3ena
?ejala4gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise.
2.. PENATALAKSANAAN
2...1 P#nata'a&anaan m#*i&
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan B atau radiasi
dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metroteCate
dosis tinggi (%TD) dengan leuko3orin. ;gen ini mungkin digunakan secara
tersendiri atau dalam kombinasi.
1ila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intra3ena, diurelika, mobilisasi dan obat4obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.
( ?ale. 1# "5* ).
2...2 Tin*aan #/#ra0atan
%anajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, 3isualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian
analgetika ).
%engajarkan mekanisme koping yang efektif
%oti3asi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohania.an.
%emberikan nutrisi yang adekuat
1erkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. ;ntiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.
Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik pera.atan
luka di rumah.
( Smelt(er. "--1# "$*- )
2.1 PE)ERIKSAAN PENUNJANG
+iagnosis didasarkan pada ri.ayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti :T, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan
foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follo.4up adanya stasis pada
paru4paru. 'iperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru,
dan ginjal. ?ejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual,
muntah, poliuria, kejang dan koma. 'iperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani
segera. 1iopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. 1iopsi harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi
tumor.
BAB III
ASUHAN KEPERA2ARTAN OSTEOSARKO)A
(.1 PENGKAJIAN
(.1.1 Data "io$ra3i
+ata biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, Ao. %9,
agama dan lain4lain yang dianggap perlu.
(.1.2 Ri0a4at #&#5atan
(.1.2.1 Ri0a4at #&#5atan &#aran$
<lien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari,
nafsu makan berkurang dan sakit kepala.
(.1.2.2 Ri0a4at #&#5atan *a5u'u
<emungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
<emungkinan pernah mengalami fraktur
<emungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal
<emungkinan sering mengkonsumsi (at4(at toksik seperti # makanan dengan (at
penga.et, merokok dan lain4lain
(.1.2.( Ri0a4at #&#5atan #'uar$a
<emungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
(.1.( P#m#ri&aan 3i&i
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran 3ena
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan
yang terbatas
;danya tanda4tanda inflamasi
Pemeriklsaan TTE klien
(.1., P#m#ri&aan Dia$no&ti
lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.
(.2 DIAGNOSA KEPERA2ATAN
Ayeri yang berhubungan dengan proses patologik penyakit
;nsietas berhubungan dengan ketidak tahuan dengan penyakitnya
Autrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
?angguan harga diri berhubungan dengan kehilangan peran
?angguan harga diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
(.( INTER6ENSI KEPERA2ATAN
(., E6ALUASI
Pasien mampu mengontrol nyeri
%elakukan teknik manajemen nyeri,
Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat
istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari4hari
%asukan nutrisi yang adekuat
%engalami peningkatan berat badan
%enghabiskan makanan satu porsi setiap makan
Tidak ada tanda = tanda kekurangan nutrisi
%emperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
%engemukakan perasaanya dengan kata4kata
%engidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
<eluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
%emperlihatkan konsep diri yang positif
%emperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki
pasien
%emperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
<lien dan keluarga siap menghadapi amputasi
BAB I6
PENUTUP
,.1 KESI)PULAN
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 18# 1"1$ ).
<anker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 1* = "* tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smelt(er. "--1# "$56 ). 9ata4rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 1* tahun. ;ngka kejadian pada anak laki4laki sama dengan anak perempuan. Tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki4laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui
Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Ayeri danB atau pembengkakan
ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran 3ena dan gejala4gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,
demam, berat badan menurun dan malaise.
,.2 SARAN
%akalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman = teman sesama
mahasis.a. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host
harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
DA+TAR PUSTAKA
:arpenito, Fynda juall. "--1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. /akarta # 0?:.
+oenges, 0, %arilyn. 1. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . /akarta # 0?:.
Price, Syl3ia G Foiraine %. &ilson. 18. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. /akarta # 0?:.
Smelt(er G 1renda ?. bare. "--". uku A!ar Keperawatan "edikal edah.#ol $$$. Edisi 8.
/akarta # 0?:.

Anda mungkin juga menyukai