Anda di halaman 1dari 15

PATOLOGI ANATOMI

Definisi
Pathological anatomy is the study of changes in structures caused by disease
Fungsi
Pencegahan Penyakit
Diagnosis Penyakit / kelainan tubuh
Pengelolaan Penderita
Tindak lanjut
Tahap Pemeriksaan
Bahan Pemeriksaan
Teknik Pemeriksaan


TEKNIK PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Spesimen
Teknik Pengambilan Spesimen
Teknik Distribusi Spesimen
Teknik Pemeriksaan Spesimen
Interpretasi Hasil


TEKNIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK (HISTOPATOLOGI)

Histologi adalah teknik pemeriksaan jaringan normal pada level mikroskopik. Histopatologi adalah
pemeriksaan jaringan untuk mengetahui ada/tidaknya perubahan pada struktur jaringan tersebut
akibat proses penyakit.
Histology is the technique of examination of normal tissues at microscopic level. Histopathology is
examination of tissues for presence or absence of changes in their structure due to disease processes.

Spesimen
Jaringan hasil biopsi, contoh:
- Ekstirpasi polip
- Punch biopsi dermis
- Wide eksisi tumor kulit ganas
- Eksisi nevus

Teknik Pengambilan Spesimen
- Biopsi insisi : sebagian kecil tumor
- Biopsi eksisi: seluruh tumor
- Biopsi cakot/punch biopsy
- Biopsi truncut : dengan jarum besar
- Biopsi kerokan
- Biopsi endoskopi
- Biopsi laparoskopi
- Biopsi operasi
- Kuretase
- dll
Teknik Distribusi Spesimen
- jaringan diletakkan pada buffer formalin (10%) dengan volume 10x besarnya jaringan, agar
fiksasinya cukup. Jaringan yang lebih besar dari 1-2cm memerlukan insisi agar bahan fiksatif
dapat penetrasi: dapat dilakukan dengan pola insisi bread loaf sehingga didapatkan banyak
potongan pada satu permukaan, namun permukaan yang lain tetap pada bentuknya.
- Batas jaringan tidak boleh dirancukan akibat fiksasi, karena pada banyak kasus, hal ini
merupakan bagian penting dari laporan dan dapat mempengaruhi penilaian onkologis
mengenai perlu/tidaknya terapi lanjutan.
- Selalu upayakan mengirimkan spesimen utuh. Dengan spesimen besar, awalnya fiksasi
jaringan selama 48 jam, kemudian rendam dalam spons yang dibasahi formalin sebelum
dikirimkan ke laboratorium. Jika spesimen terlalu besar, kirimkan samples yang dapat
merepresentasikan jaringan tersebut, namun sisa jaringan disimpan hingga didapatkan hasil
yang memuaskan.
- Komunikasi dengan patologis sangat penting. Preparat harus dilengkapi dengan riwayat
medis pasien, terutama terapi atau operasi yang pernah dijalani, karena ini esensial dalam
menentukan diagnosis bagi patologis.

Teknik Pemeriksaan Spesimen
Blok parafin (HistoPA rutin)
Frozen section
Histokimia
pemeriksaan untuk mengetahui jenis zat kimia yang terdapat dalam sel atau jaringan tubuh.
Hal ini terutama diperlukan oleh spesialis PA untuk memastikan diagnosis dari pada jaringan
yang diperiksa nya.
Imunohistokimia
ditujukan untuk melihat adanya antigen atau antibodi dalam sel maupun jaringan.
Pemeriksaan imunopatologi pada Lab. PA, bisa dilakukan pada jaringan yang sudah selesai
diproses (blok parafin) atau pada jaringan yang masih segar. Umumnya menggunakan
metode ABC (Avidin Biotin Complex)
Interpretasi Hasil


Teknik HistoPA Rutin (Blok Parafin)
Langkah-langkah :
Fiksasi jaringan
Fiksasi jaringan adalah metode mengawetkan sel-sel dan jaringan-jaringan pada keadaan
hidup selama mungkin. Jaringan apapun yang diambil dari tubuh manusia terdekomposisi
dengan cepat karena hilangnya aliran darah dan oksigen, akumulasi produk metabolisme,
reaksi enzim-enzim autolisis, dan pembusukan oleh bakteri. Proses dekomposisi ini
dihambat dengan proses fiksasi jaringan. Selama proses fiksasi, jaringan-jaringan berada
pada keadaan statis secara fisik dan kimiawi. Sebagian besar bahan fiksatif bekerja dengan
denaturasi atau presipitasi protein-protein dalam sel, atau dengan membuat komponen-
komponen terlarut menjadi komponen yang tidak dapat terlarut. Efek yang dihasilkan dari
proses fiksasi adalah :
- Mencegah pembusukan dan autolisis
- Mengeraskan jaringan, sehingga membantu pada proses pemotongan (cutting)
- Membuat sel-sel menjadi tidak sensitif terhadap larutan hipertonik atau hipotonik
- Bekerja sebagai mordant
- Menginduksi kontras optik untuk pemeriksaan morfologi yang lebih jelas.
Bahan fiksatif yang sering digunakan antara lain :
1. Formalin
Formalin merupakan bahan fiksatif yang paling sering digunakan pada praktek rutin.
Formalin tersedia secara komersial dalam bentuk larutan dari gas formaldehyde
tersaturasi dalam air, dengan perbandingan berat/volume 40%. Untuk semua tujuan
klinis, larutan 40% formaldehyde ini dianggap sebagai larutan formalin 100%. Untuk
keperluan fiksasi jaringan, digunakan larutan formalin 10%. Larutan tersebut didapatkan
dengan melarutkan 10 ml larutan formalin 100% ke dalam 90 ml aquades.
Membutuhkan waktu 6-8 jam untuk memfiksasi jaringan setipis 4 mm pada temperatur
ruang. Jumlah bahan fiksatif yang dibutuhkan adalah 15-20 kali volume spesimen.
Keuntungan digunakannya formalin : dapat mempenetrasi jaringan dengan cepat; tidak
mengubah warna asli jaringan; murah dan mudah didapatkan; bahan fiksatif paling baik
untuk jaringan otak.
Kerugian digunakannya formalin : menyebabkan pengerasan jaringan yang berlebihan;
menyebabkan iritasi kulit, membran mukosa dan konjungtiva; menyebabkan
pembentukan pigmen formalin pada jaringan yang mengandung banyak darah pada pH
asam.
2. Glutaraldehyde
Glutaraldehyde digunakan sebagai bahan fiksatif untuk pemeriksaan mikroskop
elektron. Glutaraldehyde digunakan dalam bentuk larutan 4% pada suhu 4
o
C selama 4
jam untuk memfiksasi jaringan. Kerugian digunakannya glutaraldehyde : mahal;
mempenetrasi jaringan lambat.
3. Picric acid (e.g. Bouins fluid)
Cairan Bouin digunakan sebagai bahan fiksatif untuk needle biopsi renal dan testikular.
Cairan Bouin mewarnai jaringan menjadi kuning. Cairan Bouin juga merupakan bahan
fiksatif yang baik untuk pemeriksaan glikogen jaringan. Kerugian digunakannya cairan
Bouin adalah : membuat jaringan keras dan rapuh; menyebabkan lisis eritrosit.
4. Alcohol (e.g. Carnoys fixative)
Alkohol secara umum digunakan sebagai bahan fiksatif untuk smear sitologi dan kuret
endometrial. Bahan ini bekerja dengan mendenaturasi protein-protein sel. Baik metil
dan etil alkohol dapat digunakan. Metil alkohol digunakan dalam bentuk larutan 100%
selama 20-30 menit. Etil alkohol digunakan dalam bentuk larutan 95% (Carnoys fixative :
300 ml etil alkohol murni + 150 ml chloroform + 50 ml glacial acetic acid). Fiksatif Carnoy
baik untuk memfiksasi glikogen dan disolusi lemak.
5. Osmium tetraoxide
Osmium tetraoksida digunakan sebagai bahan fiksatif untuk jaringan saraf dan untuk
pemeriksaan mikroskop elektron. Bahan ini merupakan fiksatif terbaik untuk jaringan
lemak. Bahan ini digunakan dalam bentuk larutan 2%. Larutan ini menyebabkan warna
kehitaman pada jaringan.
Dehidration
Dehidrasi merupakan proses dimana air dari sel dan jaringan dihilangkan, kemudian ruangan
tersebut digantikan dengan lilin (wax). Dehidrasi dilakukan dengan melewatkan spesiman
melalui alkohol yang bergradasi : 70%, 80%, 95%, alkohol absolut.

Clearing
Clearing merupakan proses dimana alkohol dari jaringan dan sel dihilangkan dan digantikan
dengan cairan yang dapat terlarut dengan lilin dan membuat jaringan tidak berwarna
(transparan). Xylene merupakan bahan clearing yang paling sering digunakan. Bahan lain
yang dapat digunakan antara lain toluene, benzene (karsinogenik), chloroform (beracun),
dan minya kayu cedar (mahal dan sangat kental).

Impregnation
Impregnation merupakan proses dimana ruangan kosong pada sel dan jaringan setelah
pengeluaran air, digantikan dengan paraffin wax. Lilin ini mengeraskan jaringan, yang
membantu pada proses pemotongan (cutting). Impregnation dilakukan dalam paraffin wax
yang memiliki titik leleh 56
o
C (54-62
o
C).

Tissue processors
Alat prosesor jaringan otomatis saat ini dapat melakukan mulai dari proses fiksasi, dehidrasi,
clearing dan impregnation. Alat ini dapat berupa sistem hidraulic (open) atau vacuum
(closed). Prosesor vacuum memiliki keuntungan tidak terdapat bahaya kontaminasi aroma
toksik terhadap laboratorium seperti pada sistem hidraulic. Sistem vacuum juga dapat
menghemat waktu pemrosesan jaringan.

Embedding and Blocking
Penempelan (embedding) jaringan dilakukan dalam lilin molten wax. Lilin blok secara
konvensional dibuat dengan metallic L (Leuckharts mould); sekarang cetakan plastik dengan
warna-warna berbeda digunakan untuk membuat lilin blok (fig. 2.3). Cetakan diletakkan
diatas ubin rata. Molten wax kemudian dituangkan ke dalam celah di dalam cetakan.
Jaringan/spesimen yang telah diproses diletakkan di dalam lilin dengan menyertakan nomor
identitas, pemeriksaan dilakukan pada permukaan yang menghadap ke bawah. Lilin tersebut
kemudian dibiarkan mengeras. Penempelan dan pencetakan (embedding and blocking) juga
dapat dilakukan di dalam alat khusus yaitu embedding centre. Alat ini memiliki reservoir lilin
wax, area pemanasan untuk cetakan baja, dispenser wax, dan lembaran panas dan dingin
yang terpisah (fig. 2.4).

Section cutting (microtomy)
Mikrotom merupakan alat yang digunakan untuk memotong sediaan. Terdapat 5 jenis
mikrotom, yaitu : (1) Rotary; merupakan mikrotom yang paling sering digunakan. Di
dalamnya, pisau mikrotom tetap pada tempatnya saat blok jaringan digerakkan (fig. 2.5). (2)
Sliding; digunakan pada sediaan beku. Di dalamnya, blok jaringan tetap pada tempatnya saat
pisau digerakkan. (3) Freezing. (4) Rocking; merupakan mikrotom sederhana, pisau tetap
pada tempatnya saat blok jaringan digerakkan. (5) Base-sledge; digunakan untuk jaringan
yang sangat keras atau blok yang besar, misalnya pada sediaan otak dan jantung.
Prosedur mikrotomi diawali dengan meletakkan blok paraffin di dalam mikrotom rotary.
Sediaan dipotong secara manual dengan ketebalan 5-6m. Potongan-potongan tersebut
diambil dari pisau menggunakan forcep atau sikat bulu unta, kemudian diapungkan di dalam
air (waterbath) dengan temperatur yang dijaga pada suhu 40-45
o
C (sedikit dibawah titik
leleh lilin wax). Hal ini dapat membantu menghilangkan lipatan-lipatan pada potongan.
Potongan-potongan tersebut kemudian diambil dan diletakkan diatas slide kaca, kemudian
diletakkan pada oven dengan temperatur 56
o
C selama 20-30 menit untuk pengeringan dan
adhesi yang baik. Potongan-potongan tersebut kemudian dilapisi dengan pengawet
(misalnya albumin telur, gelatin, poly-L-lysine, dll). Potongan-potongan tersebut siap untuk
diwarnai.

Pewarnaan Rutin (H & E)
Pewarnaan rutin dilakukan dengan haematoxyllin dan eosin (H&E). Hasil akhirnya akan
didapatkan nukleus yang berwarna biru; sitoplasma, otot, kolagen yang berwarna pink;
eritrosit, keratin, dan koloid protein yang berwarna pink. Prosedur pengecatan :
1. Slide diletakkan di dalam pewarna haematoxyllin selama 8-10 menit.
2. Cuci dalam air
3. Diferensiasi (membuang kelebihan pewarna secara slektif) dilakukan dengan meletakkan
slide di dalam larutan alkohol asam 1% selama 10 detik.
4. Cuci dalam air.
5. Blueing (memberi warna biru pada slide) dilakukan dengan meletakkan slide pada Cairan
Scotts yang mengalir (mengandung sodium bikarbonat dan magnesium sulfat) atau
larutan lithium karbonat selama 2-10 menit.
6. Counterstain dengan larutan eosin 1% selama 1-3 menit.
7. Cuci dalam air mengalir.
8. Slide di dehidrasi dengan melewatkannya pada serangkaian gradasi alkohol hingga
terakhir pada xylene, 2-3 celupan pada tiap larutan.
9. Slide diletakkan pada DPX (dextrene polystyrene xylene) atau Canada balsam.




Teknik Frozen Section

Pembuatan sediaan menggunakan teknik Frozen section (potong beku) merupakan prosedur
diagnostik yang cepat untuk jaringan, sebelum dilakukan tindakan bedah radikal. Metode ini juga
digunakan untuk menunjukkan substansi-substansi tertentu di dalam sel dan jaringan, m isalnya
lemak dan enzim. Prosedur ini dapat dilakukan pada ruang operasi, di dekat meja operasi.
Keuntungan dari prosedur ini antara lain : cepat (waktu yang dibutuhkan dari pemberian spesimen
hingga terwarnai, sekitar 10 menit); dapat dilakukan pewarnaan apa saja; pengecilan jaringan yang
minimal dibandingkan dengan sediaan blok parafin; dapat menunjukkan lemak dan enzim. Kerugian
dari prosedur ini antara lain: sulit untuk memotong sediaan secara serial; tidak dapat
mempertahankan jaringan untuk pemeriksaan jangka lama; potongan lebih tebal; detil struktural
lebih terdistorsi (akibat kurangnya medium pelekatan/embedding).

Untuk metode potong beku, hasil yang baik didapatkan dari proses pembekuan secara cepat pada
jaringan segar yang belum terfiksasi. Dua metode yang digunakan untuk mendapatkan sediaan
potong beku :
1. Freezing microtome menggunakan gas CO
2

Keuntungan: murah; membutuhkan tempat yang kecil; peralatan portabel. Kerugian:
potongan tebal; gas CO
2
dapat keluar selama prosedur; saluran penghubung dapat
tersumbat CO
2
yang mengeras.
2. Refrigerated microtome (cryostat)
Pada cyrostat, mikrotom diletakkan pada kabinet yang terkontrol suhunya (-30
o
C).
Keuntungan: potongan lebih tipis; kontrol suhu yang lebih baik; peralatan portabel.
Kerugian: mahal.

Pengecatan pada metode potong beku dapat dilakukan dengan beberapa jenis pewarna:
1. Rapid H & E
Cuci sediaan dengan air mengalir.
Diferensiasi dengan alkohol asam 1% (dicelupkan satu kali dengan cepat)
Cuci dalam air.
Quick blueing dengan melewatkan sediaan pada uap ammonia, atau dengan
dicelupkan pada larutan blueing.
Cuci dalam air mengalir.
Counterstain dengan larutan eosin 1% selama 3-6 detik.
Cuci dalam air mengalir.
Dehidrasi dengan melewatkan sediaan pada alkohol 95% dan alkohol absolut, satu
celupan pada setiap larutan.
Clearing dengan melewatkan sediaan pada xylene.
Mount dengan DPX.
Pemeriksaan di bawah mikroskop.

2. Toluidine blue
Letakkan sediaan dalam toluidine blue 0.5% selama - 1 menit
Cuci dalam air
Disusun dalam gliserin, kemudian diberi cover slip
Diperiksa di bawah mikroskop

3. Special stains
Pewarnaan khusus digunakan untuk spesimen tertentu. Pewarnaan bergantung pada
keadaan fisik, kimiawi, atau perbedaan kelarutan antara pewarna dengan jaringan atau sel
yang diperiksa. Beberapa pewarna khusus yang sering digunakan di laboratorium antara lain:
Sudan black/oil red digunakan untuk mewarnai lemak.
van Gieson digunakan untuk mewarnai serat kolagen.
Massons trichrome digunakan untuk mewarnai jaringan otot.
Reticulin digunakan untuk mewarnai serat retikulin.
Congo Red digunakan untuk mewarnai amyloid, protein fibrin di substansi
ekstraselular.
Periodic acid-Schiff (PAS) digunakan untuk mewarnai glikogen dan mukopolisakarida.
Methyl violet merupakan pewarna metakromatin, digunakan untuk mewarnai
amyloid dalam jaringan.
Perls reaction digunakan untuk mewarnai besi.


TEKNIK PEMERIKSAAN SITOPATOLOGI

Sitologi merupakan teknik pemeriksaan sel-sel tubuh, baik yang diambil dari jaringan epitel
permukaan yang terlepas atau sel-sel dari jaringan lain yang diambil dengan teknik yang berbeda.
Sitologi merupakan teknik pemeriksaan yang mudah dan murah untuk skrining pembengkakan dan
benjolan (lumps and bumps). Pemeriksaan ini diindikasikan untuk sebagian besar massa eksternal
yang palpabel, dan beberapa massa internal atau perubahan organ general dengan bantuan USG.
Sitologi juga dapat memeriksa cairan dari rongga tubuh, pembilasan (misalnya bronkoalveolar
lavage), dan analisa cairan serebrospinal.

Spesimen
Exfoliative cytology (saluran kandungan wanita, saluran respiratori, saluran cerna,saluran
urin, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan pericardial, cairan serebrospinal, cairan semen)
Aspiration cytology (massa palpabel/non-palpabel : limfonodi, payudara, tiroid, kelenjar
saliva, massa jaringan lunak, tulang, dll)
Imprint cytology (jaringan segar dieksisi saat operasi, yang belum di fiksasi, komplementer
terhadap frozen section)
Teknik Pengambilan Spesimen
FNAB
Pap Smear
Bronkoalveolar lavage
Gastric lavage/brushing
Paracentesis
Teknik Distribusi Spesimen
- Fiksasi dengan alkohol 96%
- Cytopreparation
Cytopreparation is the science of controlling cytomorphology for diagnostic applications. It
encompasses all those materials and methods that interact with cells from specimen
collection through microscopy, and that substantially influence every cytologic preparations
final number, mix, and distribution of cells, and their final size, shape, thickness, chemical
composition, chromatin distribution pattern, color, transparency, and visibility.
Teknik Pemeriksaan Spesimen

Persiapan spesimen
Pengambilan spesimen dan persiapan slide merupakan langkah penting, sebab sel-sel dapat rusak
dan terdistorsi saat membuat preparat sehingga interpretasinya menjadi sulit atau hampir tidak
mungkin.


Staining the slide
Dried
Examining the specimen
Interpretasi Hasil


Exfoliative cytology

Sitologi eksfoliatif merupakan pemeriksaan sel-sel yang diambil dari permukaan jaringan epitel pada
rongga tubuh atau cairan tubuh. Spesimen ini dapat diambil dengan cara scrapping, brushing, atau
washing. Prinsip dari teknik ini adalah, bahwa kecepatan pengelupasan sel-sel meningkat sejalan
dengan meningkatnya penyakit.

Spesimen yang digunakan adalah :
1. Female genital tract pap smear
2. Respiratory tract expectorant (sputum), brushing (BB), washing (BW) and bronchioalveolar
lavage (BAL)
3. Gastrointestinal tract scraping the surface with a metallic or wooden spatula (rongga mulut),
brushing or lavage during fibreoptic endoscopy
4. Urinary tract urinary sediment examined from voided urine/catheterised urine or washings of
the urinary bladder obtained at cystoscopy
5. Body fluids (pleural, peritoneal, pericardial, CSF and semen) paracentesis
6. Buccal smears for sex chromatin rongga mulut

Persiapan sediaan :
1. Fiksasi
Fixative used is either equal parts of ether and 95% ethanol, or 95% ethanol alone, 100%
methanol, or 85% isopropyl alcohol. Fixation time of 10-15 minutes at room temperature is
adequate. Smears may be left in fixative for 24 hours or more. Smears should be transported
to the laboratory in fixative solution in coplin jars.
2. Pewarnaan
Papanicolaou Stain
This is the best stain for routine cytodiagnostic studies. In this, haematoxylin gives nuclear
stain while OG-6 and EA-50 are two cytoplasmic counterstains.
H & E Stain
This is the same as that used for histological sections. In this, haematoxylin is nuclear stain
and eosin is cytoplasmic counterstain.
Romanowsky Stain
Leishmans stain, Giemsa and May-Grunwald-Giemsa (MGG) are usually used; the last one is
most commonly used.
3.


Aspiration Cytology

Pada pemeriksaan sitologi aspirasi, spesimen diambil dari jaringan sakit dengan metode fine needle
aspiration (FNA) atau biopsi aspirasi (ABC).

FNA or ABC digunakan untuk mendiagnosis massa palpabel maupun non-palpabel. Massa palpabel,
yaitu : limfonodi, payudara, tiroid, kelenjar saliva, massa jaringan lunak, tulang. Massa non-palpabel
didapat dari rongga abdomen, thorax, atau retroperitoneum.

Prosedur FNA diawali dengan mengambil spesimen dari pasien dengan aspirasi cairan dari massa
pada pasien dengan Pemegang Franzen, syringe, dan needle. Cairan aspirasi diletakkan pada kaca
slide, jika spesimen semi-solid terlebih dulu ditekan pada kaca slide kemudian dipulas. Metode
fiksasi dan pewarnaan sama seperti sitologi eksfoliatif.


Pap Smear


TEKNIK PEMERIKSAAN MIKROSKOP ELEKTRON

Spesimen
Teknik Pengambilan Spesimen
Teknik Distribusi Spesimen
Teknik Pemeriksaan Spesimen
Interpretasi Hasil


TEKNIK PEMERIKSAAN PATOLOGI FORENSIK

Otopsi klinik adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap jenazah yang meninggal karena sakit,
untuk mengetahui secara lebih pasti antara lain tentang penyebab kematian, penyakit yang diderita
sebelumnya dan mekanisme terjadinya kematian.
Spesimen
Teknik Pengambilan Spesimen
Teknik Distribusi Spesimen
Teknik Pemeriksaan Spesimen
Interpretasi Hasil

Anda mungkin juga menyukai