Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 3
BAB II TEORI DASAR
2.1. Stockpile Management Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. sebagai sediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan . Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu bleding dan mixing. Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata. Sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara.
Proses penyimpanan, bisa dilakukan: a) Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal b) Dekat pelabuhan c) Ditempat pengguna batubara. Untuk proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Management stockpile adalah sebagai berikut: 1) Monitoring quantity (Inventory) dan movement batubara di stockpile, meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 4
yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coal balance). 2) Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan aturan FIFO dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara. 3) Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile, termasuk di antaranya mengatur posisi stock dekat dengan reklame, Monitoring efektivitas dozin di stock pile dengan maksud mengurangi degradasi batubara. 4) Monitoring quality batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom. 5) Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat di stockpile. 6) Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan, dalam hal ini mencakup usaha : Control dust dan penerapan dan pengawasan penggunaan spraying dan dust supressant. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan /limbah air dari drainage stockpile. Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal). 7) Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti. 8) Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang dianjurkan sebagai berikut: Melakukan speading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom. Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 5
Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu. Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stokpile. 9) Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung, hai ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stokpile. 10) Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage. 2.2. Pemilihan Perlengkapan Penanganan Bahan Dewasa ini,banyak sekali mesin penanganan bahan yang diproduksi dalam berbagai desain. Karena itu pada operasi yang sama dapat dilakukan dengan berbagai metode dan alat. Pemilihan alat yang tepat tidak hanya memerlukan pengetahuan khusus tentang desain dan karakteristik operasi suatu mekanisme mesin, tetapi juga memerlukan pengetahuan yang menyeluruh tentang organisasi produksi dari suatu perusahaan. Fasilitas transport harus dapat memindahkan muatan ke tujuan yang ditentukan dalam waktu yang dijadwalkan, dan harus dihantarkan ke departemen atau perusahaan dalam jumlah muatan yang ditentukan. Perlengkapan penanganan bahan harus dimekaniskan sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit mungkin operator untuk pengendalian, pemeliharaan dan tugas-tugas tambahan lainnya. Sekaligus alat ini tidak boleh merusak muatan yang dipindahkannya, ataupun menghalangi dan menghambat proses produksi. Alat ini harus aman dalam operasinya, dan ekonomis baik dalam biaya operasi dan modal awalnya.
Faktor-faktor teknis penting berikut ini dapat digunakan dalam menentukan pilihan jenis alat-alat yang dapat dipakai memekaniskan proses penanganan bahan. Jenis dan sifat muatan yang akan ditangani. untuk muatan satuan-bentuk, berat, permukaan dukung yang baik atau bagian muatan sebagai tempat penggantung yang baik, kerapuhan, temperatur dan sebagainya; untuk muatan curah ukuran gumpalan, kecenderungan untuk menggumpal, berat jenis, kemungkinan longsor sewaktu dipindahkan, temperatur, sifat kimiawi, dan sebagainya. Pada prinsipnya karakteristik muatan ini dapat memperkecil kemungkinan pemilihan jenis alat yang Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 6
dapat digunakan untuk maksud tertentu karena alat yang berbeda dapat digunakan untuk berbagai sifat muatan. Kapasitas per jam yang dibutuhkan. Kapasitas pemindahan muatan yang hampir tak terbatas dengan mudah dapat diperoleh pada jenis alat tertentu, misalnya beberapa konveyor aksi berkesinambungan. Sedang pada alat tertentu, misalnya truk dan crane jalan crane gantung) mempunyai siklus kerja dengan gerak balik muatan kosong akan dapat beroperasi dengan efisien hanya jika alat ini mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam kondisi kerja yang berat. Arah dan jarak perpindahan. Berbagai jenis alat dapat memindahkan muatan ke arah horisontal atau vertikal ataupun dalam sudut tertentu. Dengan demikian, untuk gerakan vertikal atau yang hampir vertikal diperlukan pengangkat, crane, elevator ember atau talam untuk gerakan horisontal diperlukan: truk bermesin atau tangan, fasilitas penggerak tetap, berbagai jenis konveyor, dan sebagainya. Ada beberapa alat yang dapat bergerak mengikuti jalur yang berliku dan ada pula yang hanya dapat bergerak lurus dalam satu arah. Panjang jarak perpindahan, lokasi dari tempat pengambilan muatan, percabangan dari jalur per- pindahan ke tempat tujuan juga sangat penting dalam menentukan pemilihan fasilitas transport yang tepat. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir, dan antara, pemuatan ke kendaraan dan pembongkaran muatan di tempat tujuan sangat berbeda, karena beberapa jenis mesin dapat dimuat secara mekanis sedang pada mesin lainnya membutuhkan alat bantu atau bantuan operator (manual). Misalnya beban curah yang diletakkan dala'm satu lot tumpukan, yang dari sini muatan tersebut harus disekop atau cara lainnya, atau dapat disimpan dalam bungker (bunker), yang dari sini muatan dapat mengalir secara gravitasi ke fasilitas transportnya. Muatan satuan dapat diletakkan di atas tanah langsung, di atas palet, rak, alas tertentu yang akan diambil dan diletakkan oleh alat penanganan bahan dengan metode yang berlainan. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan. Faktor yang paling penting ini sangat mempengaruhi pemilihan jenis fasilitas transport muatan. Gerakan penanganan bahan sangat berkaitan erat dengan pada proses produksi; bahkan kadang-kadang gerakan ini terlibat langsung pada proses produksi tertentu, misalnya crane khusus di dalam departemen pencoran logam; penempaan dan pengelasan, konveyor pengecoran logam dan perakitan, konveyor pemroses dalam departemen permesinan, pengecatan dan lainnya. Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 7
Kondisi lokal yang spesifik termasuk luas dan bentuk lokasi, jenis, dan desain gedung, keadaan permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk unit pemrosesan, debu, dan kelengasan (humidity) lingkungan, adanya uap dan berbagai jenis gas lainnya, temperatur dan sebagainya. Pemilihan alat ditentukan juga oleh rencana perluasan perusahaan, jangka waktu penggunaan alat tersebut (permanen atau temporer saja), jenis sumber energi yang tersedia, masalah sanitasi, keselamatan, dan kenyamanan kerja. Setelah dilakukan pemilihan alat penanganan bahan berdasarkan faktor-faktor teknis, pilihan-pilihan yang dapat dipakai pada kondisi-kondisi tertentu untuk meme- kaniskan proses penanganan, alat-alat tersebut kemudian dibandingkan dari sudut pandang rekayasa dan ekonominya. Dalam evaluasi ekonomis berbagai jenis alat, baik investasi awal maupun biaya operasional yang dibutuhkan harus dipertimbangkan. Biaya investasi awal meliputi, harga perlengkapan sendiri, biaya pemasangan dan pengangkutan, serta biaya konstruksi yang diperlukan dalam pemasangan dan operasinya. Perbedaan biaya gedung dan bangunan yang dapat dilayani oleh fasilitas transpor pengganti harus juga dipertimbangkan ketika membandingkan biaya investasi. Biaya operasional mencakup: Gaji dan tunjangan dari pekerja, ditambah biaya tunjangan lain. Biaya untuk listrik yang dipakai. Biaya untuk pelumasan, pembersihan, peralatan khusus, dan bahan lainnya. Biaya perbaikan dan pemeliharaan. Juga dipertimbangkan penyusutan muatan dalam proses penanganan. Juga biaya pemeliharaan instalasi penanganan bahan, biaya penyusutan perlengkapan mekanis, dana yang dicadangkan untuk perbaikan menyeluruh (overhaul) perlengkapan mekanis tersebut. Perlengkapan penanganan bahan yang dipilih harus memeniihi semua tuntutan proses produksi dan sekaligus menjamin tingkat mekanis yang tinggi serta penggunaan tenaga kerja yang efisien, sehingga dapat menurunkan biaya penanganan per satuan muatan yang akan menghasilkan investasi modal yang menguntungkan. Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 8
2.3. Peralatan dan Sistem Pemilihan Disamping faktor manusia, peralatan yang digunakan dalam penambangan turut menentukan keberhasilan dalam mencapai target yang diinginkan. Karena konsep kunci dari dunia pertambangan adalah "Penambangan/penggalian akan menuntun menuju keberuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan dalam waktu lama, haruslah dicari cara jitu untuk mengurangi biaya-biaya (cost) selama operasi tambang. Peralatan tambang merupakan satu kesatuan mulai alat gali, alat angkut dan alat-alat lainnya yang kesemuanya itu saling mendukung, karena apabila yang satu mengalami kerusakan, maka peralatan yang lainnya tidak akan bekerja secara sempurna. Dalam menentukan suatu peralatan yang akan digunakan, langkah awal yang mesti dilakukan adalah mempelajari dan mengamati keadaan lapangan kerja. Komponen-komponen lapangan kerja yang perlu diperhatikan dan dicatat adalah : Jalan-jalan dan sarana angkutan yang ada (accessibility & transportation) Tumbuh-tumbuhan (vegetation) Macam material dan perubahan volumenya (kind of material and its change of volume) Daya dukung material (bearing capacity) Iklim (climate) Ketinggian dari permukaan air laut (altitude) Kemiringan, jarak dan keadaan jalan (haul road conditions) Effisiensi kerja (operating efficiency) Syarat-syarat penyelesaian pekerjaan (finishing specifications) Syarat-syarat penimbunan (fill specifications) Waktu (time element) (Prodjosumarto, 2000) Dengan demikian, ketepatan dalam menentukan jenis peralatan yang akan Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 9
digunakan sangat menentukan efisiensi operasi penambangan selama umur tambang. Untuk jumlah dan spesifikasi peralatan, volume material yang ditangani dan target produksi yang ingin dicapai turut menentukan pula, karena masing-masing alat dengan type sama tetapi merek yang berbeda memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, misalnya untuk jenis bulldozer antara merek komatsu dan Caterpillar walaupun kapasitas blade-nya sama, tetapi akan memiliki kemampuan kerja yang berbeda. Disamping alasan teknis seperti yang disebutkan di atas, harus pula dipertimbangkan alasan ekonomisnya, karena boleh jadi pada tahap awal, pembelian suatu alat harganya mahal, tetapi biaya perawatan alat itu rendah serta suku cadang yang mudah didapatkan, dengan demikian tingkat efisiensi yang tinggi dapat dipertahankan. Dan yang lebih penting lagi adalah tersedianya tenaga operator yang profesional, sehingga dengan demikian tidak perlu lagi ada biaya untuk pelatihan dalam mengoperasikan peralatan itu. Kemudian dari itu aplikasi alat-alat besar tidak dapat dipisahkan dari kondisi medan kerja dan sifat fisik material yang ditangani, karena keadaan ini akan banyak menentukan segi teknis jenis alat apa yang akan digunakan. Seperti misalnya alat yang akan digunakan pada medan kerja yang berbatu dan bergelombang akan sangat lain dengan alat yang digunakan pada medan kerja lunak berlumpur. Demikian pula alat yang digunakan mengerjakan material yang berat akan lain dengan yang ringan. Kondisi suatu medan kerja umumnya tercipta oleh keadaan alam dan jenis mineral yang terkandung di dalamnya. Yang dimaksud material dalam bidang aplikasi alat-alat berat di sini adalah meliputi tanah, batuan, bahan galian tambang, vegetasi (pohon, semak, belukar) dan bangunan yang ada di atasnya. Sifat fisik material juga berpengaruh besar terhadap operasi alat-alat besar, terutama dalam : Menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran kapasitas produksinya. Perhitungan volume pekerjaan Kemampuan kerja alat pada kondisi medan kerja atau kondisi material yang ada. Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 10
Beberapa sifat fisik material yang penting juga harus diperhatikan dalam hubungannnya dengan pemakaian alat besar diantaranya adalah : Swell factor, yaitu terjadinya perubahan volume sebagai akibat material diganggu dari keadaan aslinya. Material di alam ditemukan dalam kedaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara (voids) diantara butir- butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell). Berat material (weight of materials). Kemampuan suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan seperti menggali, mendorong, mengangkat, menarik dan mengangkut akan sangat dipengaruhi oleh berat material tersebut. Terlebih lagi kalau material tersebut diangkut akan : Mempengaruhi kecepatan kendaraan dengan HP yang dimilikinya. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya. Membatasi volume material yang diangkut. Oleh karena Itu berat jenis material pun harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas alat muat maupun alat angkut. Pada umumnya setiap alat berat mempunyai batasan kapasitas volume tertentu, sehingga pengertian berat material juga dipengaruhi oleh density material tersebut. Oleh sebab itu berat jenis material pun (density) harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kemampuan alat yang digunakan. Bentuk material yang didasarkan pada ukuran butir material yang akan mempengaruhi susunan butir-butir material dalam satu kesatuan volume atau tempat. Beberapa material mampu ditampung oleh suatu ruangan atau tempat, dapat diperkirakan dengan cara mengoreksi jenis bentuk material yang menempati ruangan itu dengan suatu faktor seperti tersebut di bawah ini: Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 11
Faktor bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu ditampung oleh bilah terhadap kemampuan bilah secara teoritis, untuk peralatan yang mempunyai bilah (blade). Faktor mangkuk (bucket factor),yaitu perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara teoritis, untuk alat yang memakai mangkuk (bucket). Faktor muatan (payload factor),yaitu perbandingan antara volume material yang dapat ditampung oleh bak alat angkut terhadap kemampuan bak alat angkut menurut spesialisasi tekniknya. Kohesivitas material, adalah daya lekat atau kemampuan material untuk saling mengikat diantara butiran-butiran material itu sendiri. Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung atau tidak buyar tatkala dimuat atau diletakan pada suatu tempat, dengan demikian kapasitas muat alat angkut akan maksimal atau munjung (heap capacity). Kekerasan material, material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat itu. Karena perbedaan kekerasan dari material yang ditangani sangat bervariasi, maka sering dilakukan penggolongan berdasarkan mudah sukarnya ditangani dengan peralatan yang digunakan, yaitu: Batuan sangat keras (very hard rock), misalnya batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic rocks). Batuan keras (hard rock), misalnya : batu sabak (slate), material yang kompak (compacted materials), batuan sedimen (sedimentary rocks), konglomerat (conglomerate), breksi (breccia). Batuan agak keras (medium rock), misalnya tanah liat atau lempung (clay) yang basah dan lengket, batuan yang sudah lapuk (weathered rocks). Batuan lunak (soft rock), misalnya tanah pucuk (top soil), pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir lempungan (clayed sand). Daya dukung material (bearing capacity), merupakan kemampuan material Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 12
untuk mendukung alat yang terletak diatasnya. Apabila suatu alat berada di atas tanah atau batuan, maka alat tersebut akan menyebabkan terjadinya daya tekan (ground pressure), sedangkan tanah atau batuan itu akan memberikan reaksi atau perlawanan yang disebut daya dukung (load capacity). Bila daya tekan lebih besar dari daya dukung materialnya, maka alat tersebut akan terbenam. Nilai daya dukung material dapat diketahui dengan cara pengukuran langsung di lapangan. Alat yang biasa digunakan untuk menentukan dan mengukur daya dukung material disebut cone penetrometer. Kondisi permukaan kerja akan sangat berpengaruh pada unjuk kerja alat. Kondisi permukaan kerja yang baik akan menyebabkan alat muat dan alat angkut bekerja secara maksimal, sehingga akan diperoleh cycle time yang cukup efektif. Kondisi permukaan kerja yang baik adalah : a. Kondisi dimana akan selalu tersedia material untuk diambil oleh alat muat. Untuk mencapai kondisi demikian diperlukan alat pendukung seperti dozer agar dapat selalu menyuplai material ke alat muat. b. Kondisi dimana lokasi pemuatan diatur sedemikian rupa sehingga alat angkut dapat secara efektif keluar masuk dan mengambil posisi yang tepat untuk dimuat di lokasi pemuatan. Untuk mencapai maksud tersebut lokasi pemuatan harus terus-menerus dipantau, bahkan bila perlu dilakukan perbaikan. c. Kondisi dimana tinggi bench pada area pemuatan sejajar dengan tinggi bak truk alat angkut, sehingga material yang diambil oleh alat muat (backhoe) dapat optimal. Koefisien Traksi, Suatu faktor yang menunjukkan seberapa bagian dari seluruh berat kendaraan pada ban atau track yang dapat dipakai untuk mendorong atau menarik. Koefisien traksi didefinisikan juga sebagai suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban atau track penggerak harus dikalikan untuk menunjukkan rimpull maksimum antara ban atau track dengan permukaan jalur jalan tepat sebelum mengalami selip.
Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 13
Koefisien traksi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a. Keadaan ban, yaitu keadaan dan macam bentuk kembangan ban tersebut. Sedangkan untuk crawler track tergantung dari keadaan dan bentuk tracknya. b. Keadaan permukaan jalur jalan, yaitu basah atau kering, keras atau lunak, bergelombang atau rata. c. Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya ( Koefisien Traksi ). Koefisien traksi dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Koefisien Traksi Untuk Berbagai Macam Keadaan Jalur Jalan Material Ban karet Track Beton 0,90 0,45 Lempung kering 0,55 0,90 Lempung basah 0,45 0,70 Pasir kering 0,20 0,30 Pasir basah 0,40 0,50 Pit quarry 0,65 0,55 Kerikil 0,36 0,50 Salju 0,20 0,27 Es 0,12 0,12 Tanah kokoh 0,55 0,90 Tanah lepas 0,45 0,60 Batu bara 0,45 0,60
Rimpull, yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan olehmesin suatu alat mekanis kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yangmenyentuh permukaan jalur jalan. Jika koefisien traksi cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka rimpull maksimum adalah fungsi dari tenagamesin (horse power) dan gear ratio (versnelling) antara mesin dengan rodapenggerak alat mekanis. Tetapi jika terjadi selip maka rimpull maksimum akansama dengan besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan koefisien traksi. Istilah rimpull hanya dipakai untuk kendaraan-kendaraan yang beroda karet. Untuk yang memakai roda rantai (crawler track), maka istilah yang Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 14
dipergunakan adalah draw bar pull. Tahanan gulir (rolling resistance) merupakan seluruh gaya-gaya luar (external force) seperti gaya gesek (frictional force) antara bagian luar ban kendaraan dengan permukaan tanah yang bersifat menahan dan berlawanan arahnya dengan pergerakan alat berat di atas jalur jalan atau permukaan tanah. Pada dasarnya, tahanan gulir dapat dipengaruhi oleh : a. Kondisi jalan, yaitu kekasaran dan kemulusan permukaannya. Semakin keras dan mulus, maka akan semakin kecil tahanan gulirnya. b. Keadaan bagian kendaraan yang berhubungan langsung dengan permukaan jalur jalan. Jika memakai ban karet, yang akan berpengaruh adalah ukuran ban, tekanan, dan keadaan permukaan ban. Jika memakai crawler track maka keadaan dan macam track kurang berpengaruh, melainkan keadaan jalan yang lebih berpengaruh. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rolling resistance, bahwa nilai rolling resistance dapat bervariasi walaupun pada kondisi jalan yang sama dan tingkat kekerasan yang sama. Hal ini disebabkan karena nilai rolling resistance juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca, hujan akan menyebabkan jalanan menjadi becek, terutama jika jalan memiliki kekerasan yang kurang baik. Sebaliknya jalan yang kering akan menyebabkan jalanan relative jadi lebih keras. Hal lain yang dapat menyebabkan variasi nilai rolling resistance adalah kondisi ban, pada kondisi perkerasan jalan yang baik maka tekanan ban yang tinggi akan menghasilkan nilai rolling resistance yang lebih rendah dari pada tekanan ban yang rendah. Namun pada kondisi perkerasan jalan yang kurang baik, tekanan ban yang rendah menghasilkan rolling resistance lebih rendah daripada tekanan ban yang tinggi. Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan yang disebabkan oleh kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Jika jalur jalan tersebut naik disebut kemiringan positif (plus slope) maka tahanan kemiringan akan melawan gerak kendaraan (grade resistance), sehingga memperbesar rimpull yang diperlukan. Sebaliknya, jika jalur jalan tersebut Analisa Pengadaan Alat Berat Di Terminal Curah Batubara
BAB II Teori Dasar 15
turun disebut kemiringan negatif (minus slope) maka tahanan kemiringan akan membantu gerak kendaraan (grade assistance), sehingga mengurangi rimpull yang dibutuhkan. Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun dalam pengereman pada saat alat angkut berisi muatan maupun dalam keadaan kosong. Jarak angkut, pemilihan alat-alat besar untuk sarana pengangkutan/transportasi sangat ditentukan oleh jarak angkut dan kondisi jalan yang dilalui. Bila jalur jalan baik, kapasitas angkut dapat besar karena alat-alat angkut dapat bergerak lebih cepat. Kemiringan jalan dan jarak harus diukur dengan teliti, karena hal itu akan menentukan waktu yang diperlukan untuk pengangkutan material tersebut (cycle time). Kecerobohan dalam menentukan kemiringan jalan, jarak dan kondisi jalan (lebar dan daya dukungnya) akan menurunkan jumlah material yang dapat diangkut, dan menambah ongkos pengangkutan, dengan demikian target produksi yang diharapkan sulit untuk dicapai.