Anda di halaman 1dari 29

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kesehatan
Menurut Undang-Undang Kesehatan NO.23 Tahun 1992 memberikan
batasan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari
aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan
secara ekonomi. Untuk menciptakan keadaan tersebut diperlukan suatu
upaya kesehatan (Notoadmojo,2007).
II.2. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya
masyarakat (LSM). Untuk mewujudkan kesehatan tersebut, dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuratif
(pengobatan penyakit) dan apek rehabilitatif (pemulihan kesehatan
setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedang peningkatan kesehatan
mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan penyakit) dan aspek
promotif (peningkatan kesehatan itu sendiri). Upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu bentuk pelayanan
kesehatan yaitu berupa kegiatan promosi kesehatan (Notoadmojo,2007).
2
II.3. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau
memandirikan masyarakat untuk memeliharan, meningkatkan, dan
melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan, serta pengembangan lingkungan yang sehat
(Depkes,2000). Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu
upaya untuk memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain, adanya promosi
tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran (Notoadmojo,2007:56).
Promosi kesehatan dapat diartikan sebagai upaya
menyebarluaskan, mengenalkan, atau menjual pesan-pesan kesehatan
sehingga masyarakat menerima atau membeli pesan-pesan kesehatan
tersebut dan akhirnya masyarakat mau berprilaku hidup sehat. Salah
satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan
kesehatan dan penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau
meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan untuk
memudahkan terjadinya prilaku sehat (Notoadmojo,2007:56). Oleh
sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan
masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor
perilaku ini sangat strategis. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan mengadakan penyuluhan kesehatan ke masyarakat.
II.4. Penyuluhan Kesehatan
II.4.1. Definisi
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja hanya sadar, tahu dan mengerti,
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
berhubungan dengan suatu bidang, yaitu bidang kesehatan
6
3
(Effendy,1998,http://creasoft.wordpress.com,diakses tanggal 12
Februari 2011).
II.4.2. Tujuan Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan bertujuan untuk memberdayakan individu,
kelompok dan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang
mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat,
sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat. Disamping itu,
penyuluhan kesehatan merupakan gabungan kegiatan yang
berdasarkan prinsip-prinsip belajar, sehingga dapat dikatakan
penyuluhan kesehatan merupakan proses belajar
(Effendy,1998,http://creasoft.wordpress.com, diakses tanggal 12
Februari 2011)
II.4.3. Langkah-Langkah Penyuluhan
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang
baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah
langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut
(Effendy,1998):
1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani
melalui penyuluhan kesehatan masyarakat.
4) Menyusun perencanaan penyuluhan
5) Menetapkan tujuan
6) Penentuan sasaran
7) Menyusun materi atau isi penyuluhan
8) Memilih metoda yang tepat
9) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
10) Penentuan kriteria evaluasi
4
11) Pelaksanaan penyuluhan
12) Penilaian hasil penyuluhan
13) Tindak lanjut dari penyuluhan
II.4.4. Peraturan Pemerintah Mengenai Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan diatur oleh pemerintah dalam Undang-
Undang Pasal 38, yakni (Undang-Undang Kesehatan Bab V
Upaya Kesehatan, 2008:10):
Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif
berperan serta dalam upaya kesehatan.
Ketentuan mengenai penyuluhan kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
II.4.5. Metode Penyuluhan dan Proses komunikasi
Untuk mendapatkan metode yang efektif dalam berkomunikasi
dan penyuluhan, dapat didasarkan pada 3 pendekatan, yaitu
(Effendy,1998 http://creasoft.wordpress.com,diakses tanggal 12
Februari 2011):
1. Metode penyuluhan menurut media yang digunakan :
- Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung
seperti percakapan atau tatap muka maupun yang secara
tidak langsung seperti radio, telefon
- Media cetak, baik berupa gambar, poster, foto, selebaran,
poster dan lain-lain yang dibagikan atau dipasang di
temapat-tempat yang strategis seperti di pasar, halte dan
sebagainya.
- Media terproyeksi , berupa gambar atau tulisan lewat
slide atau film.
5
2. Metode penyuluhan menurut keadaan psikososial
sasarannya dimana dibagi menjadi 3, yaitu
(Notoadmojo,2007:57):
- Pendekatan perorangan dimana penyuluhan
berkomunikasi secara orang perorang, seperti melalui
kunjungan rumah, ataupun kunjungan di tempat kegiatan
- Pendekatan berkelompok, dalam hal ini penyuluh
berkomunikasi dengan sekelompok sasaran dalam waktu
yang sama.
- Pendekatan massa jika penyuluh berkomunikasi secara
tidak langsung atau langsung dengan sejumlah sasaran
yang sangat banyak, atau bahkan mungkin tersebar
tempat tinggalnya, seperti penyuluhan lewat televisi.
Metode yang baik untuk pendekatan berkelompok, antara lain :
a) Ceramah:
Metode ceramah, merupakan metode pertemuan yang paling
sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk menggugah
kesadaran dan minat sasaran penyuluhan. Dengan metode ini,
penyuluh lebih banyak memeggang peran untuk menjelaskan
dan menyampaikan materi penyuluhan (Wahit iqbal,2007).
Beberapa keuntungan metode ceramah adalah murah dari segi
biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang
jelas ditangkap peserta daripada proses membaca buku sendiri
(Lunandi,1993). Selain keuntungan, ada juga kelemahan
menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah pesan
yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama
(Notoadmojo,2007).
6
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode
ceramah (Notoadmojo,2007:58):
1. Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk
penceramah harus mempersiapkan diri dengan cara
mempelajari materi dengan sistematika yang baik lagi
kalau disusun dalam diagram atau skema, serta
menyiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya
makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan
sebagainya.
2. Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran
ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut:
- Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
bersikap ragu-ragu, dan gelisah.
- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
- Berdiri di depan (dipertengahan), tidak boleh duduk.
- Menggunakan alat-alat bantu lain semaksimal
mungkin.
b) Seminar:
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
7
3. Media Penyuluhan (Wahit Iqbal,2007)
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah poster,
leaflet, majalah, surat kabar, brosur dan lain-lain.
Ada beberapa kelebihan media cetak ini, antara lain tahan
lama, biaya rendah, mudah dibawa kemana-mana, serta
mudah pembuatannya. Tetapi media ini memiliki
kelemahan yaitu tidak dapat menstimulasikan gerak dan
juga suara, kurang menarik perhatian, kurang memperjelas
sajian ide yang dipaparkan, sehingga informasi yang
disampaikan mungkin akan cepat dilupakan.
b. Media Lisan
Penggunaan media audio dalam pengajaran dibatasi hanya
oleh imajinasi seseorang. Adapun kelebihan media audio
sebagai media penyuluhan adalah dapat didengarkan
berulang-ulang, dapat disajikkan untuk kegiatan-kegiatan di
luar ruangan. Harganya relatif murah. Sedangkan
kekurangannya adalah sifat komunikasinya hanya satu arah
sehingga siswa yang daya tangkapnya lamban dapat
mengulangi bagian-bagian yang belum dikuasainya, di
pihak lain siswa yang daya tangkapnya cepat bisa maju
terus sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya.
c. Media Eletronika atau terproyeksi
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis,
dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat
bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah
televisi, DVD, film, video film. Seperti halnya media cetak,
media elektronika memiliki kelebihan anatara lain lebih
mudah dipahami, lebih menarik, mengikut sertakan banyak
indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan dapat diulang-
8
ulang. Kelemahan media ini adalah membutuhkan biaya yang
relatif besar, perlu persiapan, dan perlu ketrampilan untuk
mengoperasikannya.
Edgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan
sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut
dalam suatu kerucut.
Gambar 1. Kerucut Edgar Dale
Dikutip Dari Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Notoadmojo,
2007:62)
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang
paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-
kata. Dapat diartikan bahwa dalam proses pendidikan benda asli
mempunyai intensitas paling tinggi untuk mempersepsi bahan
pendidikan. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan
kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling
rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah satu
prinsip proses pendidikan.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan,
agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan
masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan
jelas dan tetap pula serta dapat menghargai betapa bernilainya
9
kesehatan itu bagi kehidupan. Dengan dilakukannya penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat ini, diharapkan dapat menjadikan
masyarakat berperilaku hidup sehat melalaui peningkatan
pengetahuan dan sikap terlabih dahulu kepada masyarakat tersebut.
II.5. Konsep Pengetahuan (Knowledge)
II.5.1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan inilah yang terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba (Notoadmojo,2007:139). Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku baru atau adopsi
perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif
akan bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan perilaku yang
tidak disadari pengetahuan dan kesadaran, tidak akan
berlangsung lama.
II.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
(Notoadmojo,2000)
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat
memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,
informasi dan nilai-nilai yang baru
10
diperkenalkan(Notoadmojo,2000:http//forbetterhealth.wordpr
ess.com,diakses tanggal 12 Desember 2010).
b. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).
Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori
yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-
ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ.
c. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperolah pengetahuan yang lebih mendalam.
d. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa
ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
e. Keterpaparan informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu
istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana
diartikan oleh Rancangan Undang Undang teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi
dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri
mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, database. Adanya perbedaan definisi informasi
dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan
(intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi
11
terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui
komunikasi.
II.5.3. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, menurut Notoadmojo
(2007:140), yaitu:
- Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah menginggat kembali sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Contoh dapat
menyebutkan nama-nama penyakit anemia pada seseorang
- Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi
tersebut dengan benar. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi setiap hari.
- Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang real (sebenarnya). Misalnya dapat
menggunakan rumus matematika untuk menyelesaikan
sebuah kasus.
- Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih didalam suatu sstruktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan ,mengelompokkkan,dan sebagainya.
12
- Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
- Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
II.6. Konsep Sikap
II.6.1. Definisi
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Santyasa,2007
http://docs.google.com, diakses tanggal 14 januari 2011).
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan merupakan kesiapan pelaksana motif
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa sikap tidak dapat dilihat secara
langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang ditutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang menunjang, yaitu:
komponen kognitife (cognitive), komponen afektif (affective),
komponen konatife (conative) (Notoadmojo,2007). Komponen
kognitife merupakan representasi dari apa yang dipercayai oleh si
pemilik sikap mengenai apa yang benar atau berlaku bagi objek
sikap. Komponen afektif adalah perasaan yang menyangkut aspek
13
emosional subjektif seseorang terhadap objek suatu sikap.
Komponen konatife merupakan aspek kecendrungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Interaksi
antara tiga komponen adalah selaras, dan konsisten, dikarenakan
apabila dihadapkan dengan suatu objek yang sama, maka ketiga
komponen tersebut harus mempolakan arah sikap yang seragam
(Anwar,2005). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilih pada dua arah
kesetujuan, yaitu setuju dan tidak setuju. Orang yang setuju
terhadap suatu objek maka arahnya positif dan sebaliknya orang
yang tidak setuju arahnya negatif. Menurut Sherif dan Sherif
(1956: 489 dalam Rakhmat,2001) sikap mempunyai daya
pendorong atau motivasi. Bila sikap seseorang positif terhadap
suatu obyek, berarti orang tersebut akan setuju dengan eksistensi
atau perkembangan obyek tersebut sekaligus menghindari hal-hal
yang merugikannya dan bila sikap seseorang negative terhadap
suatu obyek, berarti orang tersebut tidak setuju dengan eksistensi
atau perkembangan obyek tersebut.
II.6.2. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat
atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak
langsung dapat dibuat pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat responden (jawaban setuju atau tidak setuju)
(Notoadmojo,2007:144).
II.7. Pendidikan Kesehatan
II.7.1. Definisi
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
14
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang
pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Wulwul,2008).
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Notoadmojo,2007:108)
II.7.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah (Effendy, 1998) :
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup
sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup
sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian.
II.8. Media Pendidikan
II.8.1. Definisi
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu
(Wahit iqbal,2007). Disebut media pendidikan karena alat-alat
tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan
kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat.
II.8.2. Fungsi Media
Media memiliki fungsi menurut yaitu (Wahit iqbal,2007):
Pembawa informasi dari sumber (petugas kesehatan) menuju
penerima (individu).
1) Media dapat menghindari kesalahan persepsi
2) Dapat memperjelas informasi
3) Media dapat mempermudah pengertian
15
4) Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan
mata
5) Memperlancar komunikasi
II.8.3. Manfaat Media
Manfaat media dalam mendukung aktifitas penyuluhan ialah
(Wahit iqbal,2007):
1) Meningkatkan perhatian:
Tampilan gambar pada layar, pertanyaan yang ditulis di papan
tulis, akan meningkatkan perhatian siswa.
2) Membantu mengingat apa yang telah diberikan:
Menggunakan media dapat membantu siswa mengingat
kembali apa yang sudah mereka pelajari.
3) Menyajikan bahan pelajaran baru :
Media tidak hanya membantu siswa untuk membuat isi
pelajaran menjadi lebih mudah diingat, media juga dapat
membantu penyampaian bahan pelajaran baru (teks, film, atau
video).
4) Mendukung pembelajaran melalui contoh dan elaborasi visual:
Salah satu manfaat terbesar media adalah untuk membawa
keluasan dunia ke dalam ruang kelas ketika tidak ada
kemungkinan membawa siswa ke dunia nyata.
5) Meningkatkan daya ingat dan transfer:
Gambar dapat meningkatkan daya ingat. Media dapat
membantu siswa memvisualisasi pelajaran, dan mentransfer
konsep yang abstrak menjadi kongkret, artinya menjadi obyek
yang lebih mudah diingat.
16
Gambar 2. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
(Santyasa,2007)
Dikutip dari Landasan Konseptual Media Pembelajaran
Metode
II.8.4. Macam-macam media pendidikan (Notoadmojo,2007:69):
1. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-
pesan visual. Adapun macam-macam media cetak antara lain:
a) Booklet: ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar
b) Leaflet : ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-
pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi
dpat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.
c) Flip chart (lembar balik): media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, di mana tiap lembaga (halaman)
berisi gambar peraga dan di baliknya berisi kalimat sebagai
pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
2. Media elektronik, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat
bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah:
a. Video: penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
dapat melalui video.
b. Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi-informasi kesehatan.
c. Film: Film adalah gambar hidup yang dihasilkan dengan
rekaman dari orang dan benda dengan kamera, dan atau oleh
Petugas
kesehatan
Media
Pesan
Individu
17
animasi Santyasa,2007 www.freewebs.com diakses tanggal 14
Januari 2011)
Keuntungan penggunaan film sebagai media pendidikan di
sekolah antara lain (Wahit iqbal,2007:137):
a. Film pendidikan dapat menyajikan secara keseluruhan proses
kegiatan dan rincian bahasan secar lengkap, menyeluruh dan
terpadu.
b. Film dapat menimbulkan kesan yang mendalam dalam diri
pendidik atau peserta didik.
c. Suara dan gerakan yang ditampilkan adalah penggambaran
kenyataan, sesuai dengan materi pokok yang disajikan.
d. Film dapat menggunakan teknik-teknik warna, gerak lambat,
animasi untuk menampilkan butir-butir tertentu, sehingga
memikat perhatian.
Film merupakan media mempunyai keunggulan dalam suara,
gambar yang bergerak, garis dan simbol yang ditampilkan
(Wahit iqbal,2007).
Kelemahan penggunaan film sebagai media pendidikan antara
lain:
a. Film agak sulit dipindah-pindahkan tempatnya
b. Film tidak bisa dipakai setiap saat secara mendadak
c. Film tidak dapat memberi umpan balik kepada peserta didik
d. Biaya pembuatan dan perencanaan memakan dana dan waktu
yang relatif banyak.
II.9. Rokok
II.9.1. Definisi
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
milimeter (mm) hingga 120 mm (bervariasi tergantung Negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau
yang telah dicacah ditambah sedikit racikan seperti cengkeh saus
18
rokok serta racikan lainnya. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lain (Muhammad jaya,2009).
Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai di
mana-mana di dunia, kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan
baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi, maupun yang
berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang
kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial
(www:depkes.ri.com,2004). Dan sudah merupakan suatu kebiasaan
yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu
sendiri. Mereka yang tidak merokok, juga akan mengalami
gangguan pada kesehatan dengan resiko yang sama.
II.9.2. Jenis Rokok
Rokok berdasarkan penggunaan filter (Muhammad jaya,2009):
1. Rokok filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus.
II.9.3. Kandungan Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen dan setidaknya
200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan (Muhammad jaya,2009).
Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon
monoksida, Zat-zat beracun, bahan pembuat cat, dan sebagainya.
Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan
kimia lain yang beracun dan 40 diantaranya bersifat karsinogen
(bahan yang dapat memicu ataupun mendorong terjadinya kanker).
Banyak zat yang berbahaya dari rokok, tetapi ada tiga bahan
rokok yang paling berbahaya, diantaranya karbon monoksida, tar,
19
dan nikotin. Menurut Nainggolan (2000) kandungan yang
berbahaya di dalam rokok tersebut diantaranya (Mustofa, 2010):
Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah gas yang mirip dengan asap yang
dikeluarkan knalpot kendaraan. Karbon monoksida dapat mengikat
dirinya dengan hemoglobin, sehingga oksigen tersingkir dan tidak
dapat digunakan oleh tubuh. Efek selanjutnya pembuluh darah akan
menyempit dan mengeras. Sehingga akhirnya menyebabkan
penyumbatan. Satu batang rokok yang dibakar, mengandung 3-6
persen karbon monoksida.
Tar
Tar adalah kumpulan dari ribuan bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Kadar tar dalam rokok
berkisar 24-45 miligram (mg). Ketika rokok dihisap, tar masuk ke
dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
Nikotin
Nikotin merupakan bahan kimia yang terdapat secara alami pada
tanaman tembakau. Ketika tembakau dibakar, nikotin berpindah ke
asapnya. Nikotin merupakan zat adiktif yaitu ketagihan nikotin
dalam rokok sama ketagihannya dengan heroin atau kokain yang
mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat
karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan.
Arsenik
Arsenik merupakan sejenis unsur kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga.
Nitrogen oksida: Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran
pernafasan bahkan merangsang kerusakan dan perubahan kulit
tubuh.
20
Konsituen asap lainnya untuk menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh serta kanker
Ribuan konstituen asap lain telah teridentifikasi pada asap
tembakau. Selain nikotin, tar, dan karbon monoksida, organisasi
kesehatan masyarakat telah menggolongkan 45 hingga 70
konstituen asap berpotensi menyebabkan penyakit terkait merokok.
Beberapa di antaranya adalah benzena, logam berat (timbel,
kadmium), dan hidrogen sianida.
II.9.4. Bahaya Merokok
Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk
kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan
tar yang bersifat karsinogenik (Ahyar,2009).
Merokok dapat menimbulkan banyak akibat bagi kesehatan
manusia. Kondisi akibat merokok diantaranya:
Penyakit Jantung Koroner
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok
dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per
tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari
setengah disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta
adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Risiko
terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini
meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang
diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok
bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar
lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Kanker
Asap tembakau bertangggung jawab terhadap lebih dari 85% kanker
paru paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring,
esofagus, lambung, pankreas, mulut, saluran kencing, ginjal, ureter,
kandung kemih, dan usus.
21
Arterosklerosis
Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu
menebal dan mengerasnya pembuluh darah. Arteriosklerosis
menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta
pembuluh darah menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir
dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang
menyumbat pembuluh darah. Wanita yang merokok dan
menggunakan pil kontrasepsi mempunyai kemungkinan untuk
menderita penggumpalan pembuluh darah sekitar 10%. Dari 100
pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah
(Arteriosklerosis Obliteran), 99 diantaranya adalah perokok.
Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau
stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko
kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok.
Kebutaan
Peneliti terbaru menemukan hubungan antara rokok dan kebutaan.
Rokok ternyata bisa meningkatkan risiko kebutaan pada usia lanjut.
Secara sederhana, rokok meningkatkan risiko kebutaan pada usia
lanjut dengan cara mengurangi tingkatan antioksidan dalam darah
dan mengubah aliran darah ke mata serta mengurangi jumlah
pigmentasi dalam retina.
II.10. Konsep Remaja Awal (10-13 tahun)
II.10.1. Definisi
Batasan Remaja istilah remaja atau adolesccene berasal dari
bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh
dewasa. Istilah adolescene yang digunakan sampai sekarang ini
mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Menurut Hurlock, istilah adolescence mencakup
kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik. Secara
22
psikologis, Piaget menjelaskan bahwa remaja adalah suatu usia di
mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa,
suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di
bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau
paling tidak sejajar (Hurlock, 1980;Ali dan Asrori,2004 ). Secara
umum masa remaja dibagi kedalam tiga tahap yang dilihat dari
rentang usia. Gunarsa (2001) membagi tahapan masa remaja
tersebut menjadi: remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan
(15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).
Karakteristik dan perkembangan remaja mempunyai karakteristik
yang khas, dimana semua tugas pekembangan pada masa ini
dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi
masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga sebagai
periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah,
periode pencarian identitas, dan periode tidak realistik. Pada
periode pencarian identitas, remaja yang tidak ingin lagi disebut
sebagai anak-anak, berusaha menampilkan atau mengidentifikasi
perilaku yang menjadi simbol status kedewasaan. Usaha remaja
untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
pemberontakan dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas
perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam
keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan
mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Hal tersebut
tentunya akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional
dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada
teman-temannya yang senasib dengannya. Remaja mampu
bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin.
II.10.2. Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja menurut Aspek
perkembangan pada masa remaja adalah: (Papalia &
23
Olds,2001,http://rumahbelajarpsikologi.com, diakses tanggal 20
Februari 2011 ):
1. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-
perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan
motorik (Papalia & Olds,2001). Perubahan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang
dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya
adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget
dalam Papalia & Olds,2001).
2. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock,2001), seorang remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara
aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-
hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu
remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja
tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah
perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Seorang pakar neorologi, Eric H.
Lennenberg, menyimpulkan bahwa sebelum masa pubertas, otak
anak lebih lentur. Oleh karena itu, ia lebih mudah menerima
pelajaran.
Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada
masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
24
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif
ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds,2001). Remaja
sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa
tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada
masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja
mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk
adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Rasa Ingin Tahu yang Besar Karena remaja berada pada
perkembangan kognitif yang fleksibel, maka remaja memiliki rasa
ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin tahu itu diarahkan ke hal-
hal yang positif (misalnya : penelitian ilmiah, lintas alam, dan
sebagainya) maka itu akan sangat membentuk dirinya dengan
baik. Tapi bila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang
negatife maka hal itu bisa merusak dirinya sendiri. Rokok,
narkoba, menonton film porno, melakukan seks bebas merupakan
tindakan yang dilakukan remaja karena berawal dari rasa ingin
tahu yang besar.
3. Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah
perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan
menyatakan emosi secara unik. Sedangkan perkembangan sosial
berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia
& Olds,2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih
melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Papalia
& Olds,2001). Kelompok teman sebaya diakui dapat
mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja
tentang perilakunya. Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001)
mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan
sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap
25
yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman
menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara
berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan
sebagainya.
II.10.3. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun
psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja (Papalia & Olds,2001).
- Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa stress.
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan
fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari
segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda
bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari
masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan
yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan
untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus
lebih mandiri dan bertanggung jawab.
- Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat
remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka
sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan
sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
26
II.11. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan mengenai
metode penyuluhan kesehatan yang tepat bagi siswa sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Anhela Sitepu pada tahun 2008 dengan
judul efektivitas penyuluhan kesehatan dengan menggunakan metode
ceramah disertai pemutaran vcd dan tanpa pemutaran vcd dalam
menigkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit pneumonia
pada balita di kecamatan stabat kabupaten langkat. Penelitian ini
menggunakan desain eksperimental semu (quasi expiremental disign)
dan jumlah sampel yang digunakan 66 orang. Hasil dari penelitian ini
didapatkan angka kejadian cacingan pada sekolah dasar dinamika
Indonesia sebesar 34%. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa
penyuluhan kesehatan ceramah yang disertai dengan pemutaran vcd
memberikan dampak positif yang lebih nyata daripada penyuluhan
kesehatan ceramah yang tidak disertai pemutaran vcd.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hotber ER Pasaribu pada tahun 2005
dengan judul perbandingan penyuluhan kesehatan metode ceramah
tanya jawab dengan penyuluhan kesehatan mengguanakan buku
kecacingan dalam mencegah reinfeksi ascaris lumbricoides pada anak
sekolah dasar. Pada penelitian ini menggunakan desain expiremental
semu dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 142 siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapatnya perbedaan yang
bermakna antara penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah
maupun dengan metode menggunakan buku kecacingan dalam
mencegah reinfeksi ascariasis.
3. Penelitian Meiske Rusli dan Tritana G (2003) dilakukan di SD St.
Paulus. Populasi dalam penelitian Meiske Rusli dan Tritana G (2003)
adalah murid kelas III dan V SD St. Paulus. Variabel independen yang
diteliti dalam penelitan Meiske Rusli dan Tritana G (2003) adalah
metode ceramah dan metode bermain sedangkan variabel
dependennya.
27
II.12. Kerangka Penelitian
II.12.1. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka berfikir sebagai berikut:
Bagan 1. Kerangka Teori
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap dimana peningkatannya dapat dilakukan
dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan dengan
metode dan teknik yang tepat.
- Kata-kata - Field trip
- Tulisan - Demonstrasi
- Rekaman, radio - Sandiwara
- Film - Benda tiruan
- Televisi - Benda asli
- Pameran
Pengetahuan
Sikap
28
II.12.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 2. Kerangka Konsep
Kelompok A
Kelompok B Kelompok B
Kelompok A
Perlakuan
Ceramah
Perlakuan
Film
Olah Data
Rerata Perbedaan
Nilai Pengetahuan
dan Sikap Sebelum
dan Sesudah
Penyuluhan
Rerata Perbedaan
Nilai Pengetahuan
dan Sikap Sesudah
Penyuluhan
denngan Metode
Ceramah dan Film
29
II.13. Hipotesis
Hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidaknya hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen
(Notoadmojo,2005).
Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 sebelum dan
sesudah penyuluhan menggunakan metode ceramah tentang bahaya
merokok.
2. Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 sebelum dan
sesudah penyuluhan menggunakan media film tentang bahaya
merokok.
3. Penyuluhan dengan menggunakan media film lebih efektif
dibandingkan metode ceramah dalam meningkatkan pengetahuan dan
sikap siswa kelas 1 tentang bahaya merokok.

Anda mungkin juga menyukai