Orientasi Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan, dan Gender:
Pengaruhnya pada Persepsi Mahasiswa tentang Krisis Etika Akuntan Profesional Oleh: M.Khairul Dzakirin Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: khairul.dzaki@gmail.com Dosen Pembimbing: Yeney Widya Prihatiningtias,SE,MSA, Ak.DBA. ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipersepsi mahasiswa akuntansi terkait dengan krisis etika yang terjadi dalam lingkup akuntansi khususnya dalam kasus pelanggaran kode etik yang melibatkan akuntan. Lebih lanjut, penelitian ini menguji pengaruh orientasi idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan gender terhadap penilaian mereka atas krisis etika akuntan profesional.Purposive Sampling adalah metode pemilihan sampel yang digunakandalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah 143 mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengambil matakuliah Audit I. Pengujian hipotesis menggunakan multiple regression dengan mengunakan program SPSS.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif atas opini mahasiswa akuntansi terhadap krisis etika akuntan profesional. Sedangkan idealisme dan gender tidak mempunyai pengaruh atas persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa yang mempunyai tingkat idealisme dan pengetahuan yang tinggi akan memberi persepsi negatif atau respon yang tegas terhadap isu-isu skandal akuntansi. Sedangkan mahasiwa yang berpaham relativisme belum tentu akan memberikan persepsi positif karena mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang berlaku dalam merespon suatu masalah etis. Gender juga tidak menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi karena wanita dan pria yang memiliki lingkungan sosialisasi yang sama cenderung memiliki persepsi yang sama juga terkait isu-isu etika dalam dunia akuntansi.
Kata kunci: idealisme, relativisme, pengetahuan,skandal akuntansi, profesi akuntansi, persepsi.
2
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the perceptions of accounting students regarding the ethical crisis that usually occurs within the scope of accounting world, especially related to the issue of ethical violation involving the accountanst. Furthemore, this research attempts to examine the orientation of idealism, relativism, degree of knowledge, and gender toward their assesment to the ethical crisis of the profesional accountants. As a sampling method, this research uses purposive sampling method. The samples of this research are 143 accounting students from Brawijaya University and University of Muhammadiyah Malang who have passed the subject of Audit I. The data analysis uses Multiple Regression with SPSS software. The result shows that the idealism and the degree of knowledge negatively influence the accounting students perceptions regarding the ethical crisis among the profesional accountans. On the other hand, idealism and gender have no particular effect on this matter. This reserach implies that the student who have high level of idealism and knowledge are more likely to give negative opinion or decisive response against the accounting scandal. Whereas, the students who are relativist are likely to give positive perception because they still put the ethical values into the consideration in responding to ethical issues. Gender is also less likely to become the factor that influences the perception because men and women that share the same social environment tend to have the same perception regarding the ethival issues in the accounting world.
1. PENDAHULUAN Etika akuntan telah menjadi issue yang sangat menarik sejakmerebaknya kasus Enron suatu perusahaan di Amerika Serikat yang pernah menjadi satu dari tujuh perusahaan terbesar menurut Fortune 500, yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik The Big Five Arthur Andersen. Skandal yang menyebabkan kejatuhan Enron dimulai dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama special purpose partnership memang memiliki karateristik yang istimewa.Skandal Enron tersebut seharusnya tidak terjadi jika setiap akuntan memiliki pengetahuan, pemahaman dan menetapkan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Skandal yang terjadi antara Enron dan KAP Arthur Andersen serta berbagai kasus serupa yang terjadi di Indonesia sebagai contoh skandal manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk yang melibatkan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM),membuktikan pentingnya etika profesi khususnya bagi profesional di bidang akuntansi semakin menjadi perhatian. Issue ini memberikan pelajaran berharga mengenai dampak dari unethical decisionuntuk keberlanjutan sebuah organisasi. Dalam penelitian sebelumnya Comunale (2006) menggunakan variabel orientasi etis, gender, umur, dan pengetahuan mengenai skandal keuangan dan profesi akuntansi untuk mengetahui reaksi mahasiswa akuntansi terkait dengan opini mereka terhadap auditor dan corporate manager.Dalam penelitian ini diketahui reaksi mahasiswa terhadap krisis etisprofesional dalam bidang profesi akuntansi yang telah terjadi, dilihat dari dua aspek orientasi etis para mahasiswa akuntansi, yaitu mahasiswa yang memiliki orientasi idealis dan mahasiswa yang memiliki orientasi relativis.Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua aspek moral filosofi seorang individu. Seorang individu yang idealis akan menghindari berbagai tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di sekitarnya, seorang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu kejadian yang tidak etis ataupun merugikan orang lain. Sedangkan individu yang relativis justru tidak mengindahkan prinsip-prinsip yang ada dan lebih melihat keadaan sekitar sebelum akhirnya bertindak merespon suatu kejadian yang melanggar etika.Relativisme etis berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman hidup seseorang. Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Di Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan tidak terlepas dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010). Dalam penelitian ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita yang bekerja tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang terkena dampak dari ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari diskriminasi gender (Hasibuan, 1996). Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Di 4
Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan tidak terlepas dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010). Dalam penelitian ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita yang bekerja tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang terkena dampak dari ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari diskriminasi gender (Hasibuan, 1996). Di Indonesia, dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis akuntan (Sudibyo, 1995 dalam Margawati, 2010), oleh sebab itu perlu diketahui pemahaman calon akuntan (mahasiswa) terhadap masalah-masalah etika dalam hal ini berupa etika bisnis dan etika profesi akuntan yang mungkin telah atau akan mereka hadapi nantinya. Terdapatnya mata kuliah yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa dan keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan Marini, 2003 dalam Margawati,2010). Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba meneliti kembali variabel- variabel yang telah diteliti oleh Comunale etal. (2006) namun dalam penelitian ini variabel gender tidak disertakan, karena jenjang umur responden yanag akan diteliti tidak terlalu jauh seperti responden dalam penelitian comunale et.al di tahun 2006. Selain itu, penelitian ini juga mengadapatasi istrumen penelitian yang dipakai oleh Comunale etal. (2006) namun disesuaikan lagi dengan kondisi akuntansi yang ada di Indonesia.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Menurut Sasanti (2003), definisi persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.Sabri (1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya.Proses terjadinya persepsi menggambarkan bagaimana stimulus yang berupa objek, kejadian maupun orang diterima oleh indera serta bagaimana masukan persepsi itu diseleksi,diorganisasi dan selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan arti tentang sesuatu hal bagi pemersepsi. Proses terjadinya persepsi berkaitan erat dengan bagaimana persepsi terbentuk dan mempengaruhi sikap serta perilaku orang. Forist (1992) mendefinisikan idealisme sebagai suatu sikap yang menganggap bahwa tindakan yang tepat atau benar akan menimbulkan konsekuensi yang atau hasil yang diinginkan.Seseorang yang idealis mempunyai prinsip bahwa merugikan orang lain adalah hal yang selalu dapat dihindari dan mereka tidak akan melakukan tindakan yang mengarah pada tindakan yang berkonsekuensi negatif. Jika terdapat dua pilihan yang keduanya akan berakibat negatif terhadap individu lain, maka seorang yang idealis akan mengambil pilihan yang paling 5
sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain. Menurut Forsyth (1992), relativisme etis merupakan teori yang menyatakan bahwa suatu tindakan dapat dikatakan etis atau tidak, benar atau salah, yang tergantung kepada pandangan masyarakat. Teori ini meyakini bahwa tiap individu maupun kelompok memiliki keyakinan etis yang berbeda. Dengan kata lain, relativisme etis maupun relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar. Dalam penalaran moral seorang individu, ia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat dimanapun ia berada. Perbedaan gender sangat berpengaruh secara kompleks dan tidak pasti terhadap penilaian etis. Beberapa penelitian sebelumnya,misalnya Comunale et al. (2006), menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara perempuan maupun laki-laki dalam menyikapi perilaku etis maupun skandal etis yang terjadi di dalam profesi akuntansi. Namun di dalam penelitian Lawrence dan Shaub (1997) ditemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita dalam menyikap perilaku etis dan skandal etis yang terjadi di dalam profesi akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Sankaran dan Bui (2003) menunjukan bahwa seorang perempuan akan lebih perduli terhadap perilaku etis dan pelanggarannya dibandingkan dengan seorang laki-laki. Mahasiswa akuntansi yang bergender perempuan akan memiliki ethical reasoning yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Secara umum definisi pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai bidang profesi akuntansi dan informasi mengenai kasus akuntansi yang menimpa Enron dan KAP Arthur Andersen serta skandal-skandal akuntansi dalam negeri yang diketahui oleh mahasiswa.
2.1 Perumusan Hipotesis Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua aspek moral filosofi seorang individu. Seorang individu yang idealis akan menghindari berbagai tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di sekitarnya. Seorang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu kejadian yang tidak etis ataupun merugikan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006) 6
menunjukan bahwamahasiswa yang memiliki idealisme yang tinggi cenderung memberikan presepsi negatif terhadap skandal Enron. Dengan demikian, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H1 : Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
Individu yang relativis justru tidak mengindahkan prinsip-prinsip yang ada dan lebih melihat keadaan sekitar sebelum akhirnya bertindak atau merespon suatu kejadian yang melanggar etika. Relativisme etis berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman hidup seseorang.Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006) menunjukan bahwamahasiswa yang memiliki relativisme yang tinggi cenderung memberikan presepsi positif terhadap skandal Enron. Hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini adalah: H2 : Tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
Hal lain yang juga mempengaruhi seseorang berperilaku secara etis adalah lingkungan, yang salah satunya dunia pendidikan.Terdapatnya mata kuliah yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa. Keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan Marini, 2003 dalam Margawati, 2010). Hasil penelitian Comunale et al. (2006) menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akuntansi terhadap skandal dan profesi akuntansi akan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan etika mahasiswa akuntansi. Berdasarkan teori dan penelitian yang tedahalu, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H3 : Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Penelitian yang dilakukan Sankaran dan Bui (2003) mendapatkan hasil bahwa mahasiswa yang bergender wanita akan lebih bepersepsi tegas terhadap pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan dalam kasus Enron. Penelitian oleh Darsinah (2005) juga menyatakan bahwa ada perbedaan sensitivitas etis yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam menyikapi berbagai skandal keuangan yang terjadi. Selanjutnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H4 : Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
3. METODE PENELITIAN 7
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi dari dua universitas di Malang, yaitu Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengambil matakuliah Audit I.Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data primer, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang telah dirumuskan untuk mencatat jawaban dari para responden (Sekaran, 2003). Kuesioner yang digunakan diadopsi dari Ethics Position Questionnaire yang dikembangkan oleh Forsyth (1992) dan akan diukur dengan skala Likert. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (idealisme) meliputi 10 pertanyaan mengenai tindakan yang dilakukan oleh individu apakah akan menyakiti atau merugikan individu lain. Tindakan yang merugikan orang lain, sekecil apapun tindakan itu, tidak dapat ditolerir dan dianggap sebagai tindakan yang salah. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (relativisme) terdiri atas 10 butir pertanyaan yang meliputi adanya etika yang bervariasi dari satu situasi dan masyarakat ke situasi dan masyarakat lainnya. Selain itu, tipe-tipe moralitas yang berbedatidak dapat dibandingkan dengan keadilan. Serta, pertimbangan etika dalam hubungan antar orang begitu kompleks, sehingga individu seharusnya diijinkan untuk membentuk kode etik individu mereka sendiri. Penilaian tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai profesi dan skandal keuangan terdiri atas 10 pertanyaan yang meliputi perbandingan antara jumlah kantor internasional dan domestik yang dimiliki oleh KAP Big 4 dan KAP Non Big 4. Kemudian pengetahuan mengenai KAP yang tadinya tergabung di dalam Big 5 dan yang hancur atau tutup karena melakukan pelanggaran berat adalah Arthur Andersen. Selain itu juga diberikan pertanyaan tentang perijinan yang dimiliki oleh KAP di Indonesia. Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan professional diproksikan dalam 5 pertanyaan mengenai kasus pelanggaran oleh Enron dan kasus yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari variabel- variabel bebas ( idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan gender) terhadap variabel terikat (persepsi) , karenanya pengujian yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Selain itu juga dilakukan uji validitas dan realibiitas untuk menguji kualitas data yang telah diperoleh.
4. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada para mahasiswa akuntansi di Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang. Kuesioner yang disebar sebanyak 150 kuesioner, yaitu 75 kuesioner di tiap universitas. Total kuesioner yang kembali adalah sebanyak 75 kuesioner dari Universitas Brawijaya dan 68 kuesioner dari Universitas Muhammadiyah Malang. Jadi, total kuesioner yang digunakan sebagai bahan analisis adalah 143 buah. Statistik deskriptif dari kuesioner yang kembali tersebut adalah sebagai berikut: 8
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Responden % 20 tahun 21 tahun 22 tahun 12 89 34 8,39% 62,23% 29,37% Jumlah 143 100% Sumber: Data Primer Diolah Kerakteristik Responden Berdasarkan Gender Jenis Kelamin Jumlah Responden % Laki-laki Perempuan 49 94 34,26% 65,73% Jumlah 143 100 Sumber: Data primer diolah Kerakteristik Responden Berdasarkan Semester Semester Jumlah Responden % VI VIII 89 54 62,24% 37,76% Jumlah 100 100% Sumber: Data Primer Diolah Kerakteristik Responden Berdasarkan Penempuhan MatakuliahAudit I Telah menempuh Audit I Jumlah Responden % Ya Belum Sedang 143 0 0 100% 0 0 Jumlah 143 100% Sumber: Data Primer Diolah 9
Variabel idealisme diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan mengenai respon mahasiswa akuntansi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu terkait dengan akibat yang terjadi atas tindakan tersebut. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 20-50, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah 40 dengan standar deviasi 5,4149 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat idealisme yang tinggi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel relativisme terdiri dari 10 pertanyaan mengenai konsep etika dan kondisi-kondisi moralitas yang terdapat dalam suatu keadaan. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 16-50, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah 33.3 dengan standar deviasi 5.84 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat relativisme yang cukup tinggi. Variabel tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan yang meliputi perbandingan antara jumlah kantor internasional dan domestik yang dimiliki oleh KAP BIG 4 dan KAP Non Big 4. Selain itu, ditanyakan juga mengenai perizinan dan tugas auditor serta tanggung jawabnya di Indonesia. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 24-49, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah 39 dengan standar deviasi 4.49 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang skandal dan profesi di bidang akuntansi. Variabel persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan mengenai pelanggaran akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan Enron dan juga kasus-kasus pelanggaran akuntansi yang tejadi di Indonesia. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 5-25, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 5 sampai 25. Nilai rata-rata adalah 10.9 dengan standar deviasi 3.32 dan rata-rata teoritis 15. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih rendah daripada rata-rata teoritisnya, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki persepsi yang rendah. Maksud rendah di sini adalah mahasiswa cenderung mempunyai persepsi yang negatif atau tegas terhadap krisis etika akuntan profesional.
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Ghozali (2006), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Dalam penelitian ini uji validitas digunakan untuk melihat valid tidaknya masing-masing instrumen dalam variabel idealisme, 10
relativisme, tingkat pengetahuan, dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional. Nilai dari pengujian ini adalah 0,164 dengan DF= n-1dan taraf signifikan 0,05 (5%). Instrumen dikatakan valid jika angka koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r. Adapun hasil uji validitas pada pengujian ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: Hasil Uji Validitas Variabel Kisaran Korelasi r Tabel Keterangan idealisme 0.359 0.671 0.164 Valid relativisme 0.450 0.623 0.164 Valid tingkat pengetahuan 0.260 0.692 0.164 Valid persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional 0.549 0.774 0.164 Valid Sumber: Data Primer Diolah Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap kriris etika akuntan profesionalmempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari nilai kritik atau tabel. Hasil pengujian validitas secara lebih terinci dapat dilihat di bagian Lampiran yang ada pada penelitian ini.Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan- pertanyaan yang mengukur variabel idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional dinyatakan valid. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien reliabilitas (coefisient of reliability). Nilai koefisien tersebut berkisar antara 0 hingga 1. Semakin mendekati 1 menunjukkan makin reliabel. Ukuran yang dipakai untuk semakin reliabel bilamana Cronbachs Alpha diatas 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel di bawah:
Hasil Uji Reliabilitas Item Koefisien Reliabilitas Hasil Uji Idealisme Relativisme Tingkat pengetahuan Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional 0.743 0.751 0.631 0.741 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: Data primer diolah 11
Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka dapat dikatakan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel, hal tersebut dikarenakan koefisien Cronbachs Alpha diatas 0,6.
4.2 Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel independen, yaitu variabel idealisme, relativisme,tingkat pengetahuan dan gender berpengaruh secara parsial terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional, maka digunakan uji t (t- test) yaitu dengan cara membandingkan nilai signfikan t. Apabila nilai Sig.t < 0,05 berari H o ditolak, sebaliknya bila nilai Sig.t > 0,05 berari H o diterima. Di bawah ini disajikan hasil uji t . Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan dan Gender Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Krisis Etika Akuntan Profesional
Sumber: Data primer diolah Pengujian pengaruh idealisme terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai signifikansinya sebesar 0,037 yang lebih kecil dari = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel idealisme mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.115. Artinya, variabel idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Semakin tinggi tingkat idealismenya maka semakin negatif atau tegas persepsi terhadap krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian, hipotesis H1 yang menyatakan tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional dapat diterima. Selanjutnya, pengujian pengaruh relativisme terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai signifikansinya sebesar 0,837 yang lebih besar dari = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel relativisme mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.010. Berarti, variabel relativisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Namun dengan nilai signifikansinya yang lebih dari Coefficients a 21.881 2.831 7.730 .000 -.115 .055 -.188 -2.103 .037 .807 1.240 -.010 .048 -.017 -.206 .837 .917 1.091 -.155 .064 -.210 -2.442 .016 .874 1.144 -.041 .572 -.006 -.072 .942 .992 1.008 (Constant) X1 X2 X3 X4 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Y a. 12
0.05, maka hipotesis H2 yang menyatakan tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional ditolak. Pengujian pengaruh tingkat pengetahuan terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai signifikansinya sebesar 0,016 yang lebih kecil dari = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel tingkat pengetahuan mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.155 yang artinya variabel tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian hipotesis H3 yang menyatakan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional diterima. Terakhir, pengujian pengaruh gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai signifikansinya sebesar 0,942 yang lebih besar dari = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel gender mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.041 artinya variabel gender berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian hipotesis H4 yang menyatakan gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional ditolak.
4.3 Pembahasan Penelitian ini menguji pengaruh idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Berdasarkan pada pengujian empiris yang telah dilakukan terhadap beberapa hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa hanya dua variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Kode Hipotesis Keterangan H1 Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Diterima H2 Tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Ditolak H3 Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Diterima H4 Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional. Ditolak Sumber: Data diolah
13
1. Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional
Idealisme mengacu pada sejauh mana seseorang percaya bahwa konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dapat terjadi tanpa melanggar nilai-nilai moral. Dengan kata lain, idealisme merupakan karakteristik orientasi etika yang mengacu pada kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dan berusaha untuk tidak merugikan orang lain. Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata tingkat idealisme mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional. Hasil ini konsisten dengan penelitian Comunale et al. (2006) yang menemukan bahwa tingkat idealisme mahasiswa berpengaruh pada opini mahasiswa terhadap krisis etika akuntan. Mahasiswa dengan idealisme tinggi akan menilai perilaku tidak etis akuntan secara lebih tegas. Hal tersebut dapat terjadi akibat pemahaman mahasiswa mengenai etika dan proses pembelajaran etika yang efektif, sehingga ketika dihadapkan kepada sebuah kasus pelanggaran etika mahasiswa cenderung memberikan persepsi atau penilaian yang tegas. Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nugroho (2008). Pada penelitian Nugroho (2008)ditemukan bahwa tingkat idealisme tidak berpengaruh pada opini mahasiswa terhadap tindakan auditor, sehingga mahasiswa yang memiliki tingkat idealisme lebih tinggi belum tentu akan menilai pelanggaran tindakan auditor dengan lebih tegas. Nugroho (2008) menyebutkan bahwa sensitif atau tidaknya seseorang yang beridealisme tinggi terhadap permasalahan- permasalahan yang menyangkut etika dipengaruhi oleh komitmen mereka terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam organisasi maupun profesinya. Tidak sensitifnya mahasiswa akuntansi terhadap hal ini dapat dikarenakan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau profesi yang tidak diperoleh dalam perkuliahan. Maka dari itu, hal ini akan mempengaruhi komitmen mereka dalam menjustifikasi etis atau tidaknya suatu perbuatan.
2. Tingkat relativisme tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional
Relativisme adalah orientasi etika yang mengacu pada penolakan terhadap nilai-nilai (aturan) moral universal yang membimbing perilaku. Relativisme menolak prinsip dan aturan moral secara universal dan merasakan bahwa tindakan moral/kesusilaan tersebut tergantung pada individu dan situasi yang dilibatkan (Forsyth, 1992). Hasil penelitian ini konsisten terhadap penelitian Nugroho (2008) maupun penelitian Comunale et al. (2006) yang menunjukkan bahwa relativisme tidak mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan auditor dalam skandal keuangan. Pada mahasiswa akuntansi ditemukan bahwa terdapat kecenderungan relativisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan.Mahasiswa dengan tingkat relativisme yang tinggi belum tentu menilai perilaku tidak etis akuntan dengan lebih toleran.
14
Secara teoritis hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki relativisme tinggi akan lebih memberi toleransi dalam menemukan masalah moral serta dalam melaksanakan nilai-nilai (aturan) moral universal yang berlaku atau yang membimbing perilaku mereka. High relativist seharusnya memberikan opini yang lebih toleran atas krisis etika akuntan profesional dalam skandal keuangan. Namun demikian, penelitian ini memberikan hasil yang berbeda yang mungkin dikarenakan walaupun mahasiswa akuntansi memiliki tingkat relativisme yang tinggi, ternyata mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang berlaku dalam menjustifikasi suatu perilaku yang dapat dikategorikan etis atau tidak. Hal ini dapat juga dikarenakan bahwa mahasiswa akuntansi belum dihadapkan dalam situasi yang benar-benar riil, sehingga mereka belum dapat memahami situasi yang dihadapi dan kemudian membuat suatu penilaian secara tepat apakah suatu tindakan etis atau tidak.
3. Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional Mahasiswa akuntansi yang memiliki pengetahuan yang lebih mengenai skandal akuntansi melalui pemberitaan media yang luas mengenai skandal keuangan yang melibatkan akuntan dan corporate manager bisa jadi mempengaruhi persepsi mereka terhadap krisis etika akuntan profesional. Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang konsisten dengan penelitian Comunale et al. (2006), bahwa pengetahuan mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan auditor. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa maka mahasiswa tersebut akan menilai perilaku tidak etis akuntan secara lebih tegas. Menurut Sugihartono dkk. (2007: 9), perbedaan persepsi juga dipengaruhi oleh individu atau orang yang mengamati. Dilihat dari individu orang yang mengamati, adanya perbedaan persepsi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman dan wawasan seseorang. Dengan adanya pengetahuan yang dimiliki, maka mahasiswa mampu memahami seluk beluk permasalahan dalam skandal akuntansi, sehingga mengakibatkan individu memberikan opini tegas terhadap pelanggaran etika yang terjadi. Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian Nugroho (2008) yang menemukan bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan auditor. Dalam penelitian Nugroho (2008) disebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan tentang profesi auditor cenderung lebih menyalahkan manajemen suatu perusahaan terkait skandal- skandal keuangan yang terjadi daripada auditor itu sendiri. Mahasiswa berpendapat bahwa auditor dan akuntan hanya mendapat tekanan dari corporate manager. Dengan demikian, manajemen lah yang layak disalahkan atas skandal keuangan yang terjadi.
15
4. Gender tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Comunale et al (2006) yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi opini mahasiswa akuntansi terhadap akuntan dalam skandal keuangan. Beberapa peneliti lain juga menemukan bahwa di antara responden laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan intensi etis maupun evaluasi etis (Muthmainah, 2006). Namun beberapa penelitian lain menujukkan bahwa wanita wanita lebih perduli dengan isu etika dibandingkan pria (Sankaran dan Bui, 2003). Secara teoritis hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita lebih sensitif terhadap isu-isu etika dalam proses pembuatan keputusan etis. Persepsi yang diberikan oleh responden perempuan dan laki-laki pasti mendapatkan pengaruh dari lingkungannya juga. Walaupun secara teori wanita mempunyai persepsi dan pandangan yang tegas akan suatu tindakan kurang etis, namun pada nyatanya pria pun mempunyai pandangan yang tegas terkait isu-isu pelanggaran etika. Hal ini bisa disebabkan pengaruh lingkungan tempat mereka bersosialisasi. 5. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi yang telah menempuh matakuliah Audit I pada jurusan akuntansi di Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang. Setelah dilakukan uji statistik dengan model regresi berganda, maka diperoleh hasil bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional. Namun demikian relativisme dan gender tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi mahasiswa akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional. Hasil ini kemungkinan besar disebabkan oleh pemahaman mahasiswa terkait isu-isu pelanggaran etika sudah cukup baik, mahasiwa yang mendapat pendidikan mengenai etika yang benar dan tepat akan mempengaruhinya dalam memandang dan menilai isu-isu etika yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki mahasiswa terkait peraturan-peraturan akuntansi dan kewajiban profesional profesi akuntansi akan membantunya dalam menilai benar atau tidaknya tindakan yang dilakukan oleh seorang akuntan profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab profesinya. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila diatasi pada penelitian selanjutnya maka dapat memperbaiki hasil penelitian. Beberapa keterbatasan tersebut adalah: 1. Variabel bebas yang digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam penelitian ini lebih mengarah ke faktor individu responden, sedangkan mungkin masih ada faktor-faktor lainnya yang lebih berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa. 16
2. Penelitian ini hanya dilakukan di 2 universitas di Kota Malang. Oleh karena itu, dipercayai bahwa kesimpulan dari penelitian ini belum tentu dapat digeneralisasi ke populasi mahasiswa yang lain.
Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka diajukan saran sebagai berikut: 1. Penelitian berikutnya dapat menambah variabel-variabel bebas dari faktor- faktor eksternal seperti lingkungan akademik, budaya, dan organisasi, serta faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa. 2. Sebaiknya menambah objek penelitian, misalnya di lingkup provinsi Jawa Timur.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adib, N. 2001.Perbandingan Sensitivitas Etis Antara Mahasiswa Akuntansi Pria dan Wanita Serta Mahasiswa Akuntansi dan Non Akuntansi.Simposium Nasional Akuntansi IV.Bandung, hal. 1016-1035. Andini. 2010. Pengaruh Kompleksitas Audit,Tekanan Anggaran Waktu, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Ddengan Variabel Moderating Pemahaman Terhadap Sistem Informasi (Studi Empiris pada Auditor KAP di Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, EdisiRevisi IV. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta. Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7). Jakarta: Erlangga. Gelinas, U.J.Jr., Dull, R.B. (2008). Caiwardana. n.d.Pengertian Pengetahuan dan sikap Menurut Para Ahli. Jakarta. Comunale, C., Thomas, S. and Stephen, C. 2006. Professional Ethical Crises: A Case Study of Accounting Majors. Managerial Auditing Journal, Vol. 21, No. 6, pp 636-656. Chan, S. 2006. The Effects of Acounting Students' Ethical Reasoning and Personal Factors on Their Ethical Sensitivity. Managerial AuditingJournal, Vol. 21, No. 4, pp 436-457. Coate, C. and Frey, K. 2000. Some Evidence on the Ethical Disposition of Accounting Students: Context and Gender Implications. TeachingBusiness Ethis. Vol 4 No 4, pp 379-404. Colby, A. and Kohlberg, L. 1987. The Measurement of Moral Judgement. New York: Cambridge University Press. Darsinah. 2005. Perbedaan Sensitivitas Etis Ditinjau dari Disiplin Ilmu dan Gender. Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Djadjang, S. 2006. Analisis Intensitas Moral dan Orientasi. BuletinPenelitian, No. 09. Forsyth, D. 1980. A Taxanomy of Ethical Ideologies. Journal of Personalityand Social Psychology. Vol 39, pp 175-184. Forsyth, D. 1981. Moral the Judgement: the Influence of Ethical Ideology. Personality and Social psychology Bulletin. Vol 7, pp 218-223.
18
Forsyth, D. 1992. Judging the Morality of Business Practices: the Influence of Personal Moral Philosophies. Journal of Business Ethics. Vol 11, pp 416-470. Forsyth, D dan Nye, J. 1990. Personal Moral Philosophies and Moral Choice. Journal of Research in Personality. Vol 24, pp 398-414. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,Edisi 3. Semarang: Penerbit Undip. Gibson, J.L. John, M.I. dan James, H.D.Jr. 1993. Organisasi: Perilaku, Struktur, danProses. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga. Harsono, M. 1997. Etika Bisnis sebagai Modal Dasar dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas Dunia. Perspektif (Januari), pp 4-9. Hasan, M.I. 2005. Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Infrensif). Jakarta. Bumi Aksara. Hasibuan, C.D. 1996. Perempuan di Sektor Formal. Jakarta: PT Gramedia. Larkin, J.M. 2000. The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dillemas. Journal of Business Ethics. Vol 23, pp 401-409. Lawrence and Shaub, M. 1997. The Ethical Construction of Auditors: An Examination of the Effect of Gender and career Level. ManagerialFinance. Vol 23 No 12, pp 3-21. Margawati, R. 2010. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan Dipandang dari Segi Gender. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.790805. Nugroho, B. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Mahasiswa Akuntansi atas Tindakan Auditor dan Coorporate Manager dalam Skandal Keuangan serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarier di Bidang Akuntansi. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Riggio, R.E. 1990. Introduction to Industrial and Organization Psycologhy. London: Scott, Forestman and Company. Sankaran, S and Bui, T. 2003. Ethical Attitudes Among Accounting Majors: An Empirical Study. Journal of the American Academy of Business. Vol 3 No 1, pp 71-77. Sekaran, U. 2003. Research Methods For Business. Wiley.
19
Salam, B.H. 2000. Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. Penerbit PT. Rineka Cipta Jakarta. Sasanti. 2003. Pengertian Persepsi. Jakarta. Santoso, S. 2002.Statistik Multivariat. Jakarta. PT Elex Media Komoutindo. Steiner, G. 1972. Social Policies for Business. California Management Review. Winter, pp 17-24. Surajiyo. 2010.Filsafat ilmu & perkembangannya dindonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2005.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
20
LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Identitas Responden
Nama (optional) :..
Usia :.................................................
Berikan tanggapan terhadap pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda centang () pada kotak yang disediakan sesuai dengan yang Anda rasakan.
A. Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional
sangat negatif sangat positif 1 2 3 4 5
No Pernyataan 1 2 3 4 5 1 Skandal akuntansi/bisnis yang terjadi pada perusahaan Enron telah memberikan pengaruh ............... terhadap opini saya atas akuntan.
2 Skandal akuntansi/bisnis yang terjadi pada perusahaan PT. Kimia Farma telah memberikan pengaruh ............... terhadap opini saya atas akuntan.
3 Penggelapan pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indoneia memberikan pengaruh ............. terhadap opini saya atas akuntan.
4 Kecurangan laporan keuangan dengan maksud untuk menarik minat investor telah memberikan pengaruh ............. terhadap opini saya atas akuntan.
21
No Pernyataan 1 2 3 4 5 5 Pemberian sanksi yang tegas dan berat terhadap pihak-pihak yang terbukti melakukan kecurangan akuntansi telah memberikan pengaruh ............ terhadap opini saya atas akuntan.
B. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (Idealisme)
sangat tidak setuju sangat setuju 1 2 3 4 5
No Pernyataan 1 2 3 4 5 1 Seorang individu harus memastikan bahwa tindakan yang ia lakukan tidak akan menyakiti atau merugikan individu lain.
2 Tindakan yang merugikan orang lain, sekecil apapun tindakan itu tidak dapat ditolerir.
3 Melakukan tindakan yang merugikan orang lain, akan selalu menjadi tindakan yang salah, walaupun akan memberikan keuntungan bagi kita.
4 Seorang individu tidak boleh menyakiti individu lainnya, baik secara fisik maupun psikologis.
5 Apabila suatu tindakan akan merugikan individu lain yang tidak bersalah, maka tindakan tersebut seharusnya tidak dilakukan.
6 Seorang individu tidak boleh melakukan tindakan yang dapat mengancam martabat dan kesejahteraan individu lain.
7 Tindakan bermoral adalah tindakan yang hampir sesuai dengan tindakan yang sempurna.
8 Memutuskan suatu tindakan dengan menyeimbangkan antara dampak positif dan dampak negatif yang akan didapat, adalah perilaku yang tidak bermoral.
22
No Pernyataan 1 2 3 4 5 9 Martabat dan kesejahteraan seorang individu harus menjadi perhatian utama di dalam masyarakat.
10 Mengorbankan kesejahteraan orang lain adalah hal yang seharusnya tidak dilakukan.
C. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (Relativisme)
sangat tidak setuju sangat setuju 1 2 3 4 5
No Pernyataan 1 2 3 4 5 1 Etika bervariasi dari satu situasi dan masyarakat ke situasi dan masyarakat lainnya.
2 Standar moral seharusnya dibuat berdasarkan individu masing- masing, karena suatu tindakan yang bermoral dapat dianggap tidak bermoral oleh individu lain.
3 Tipe-tipe moralitas yang berbeda tidak dapat dibandingkan dengan keadilan.
4 Pengertian etis bagi tiap individu sulit untuk dipecahkan karena pengertian moral dan imoral berbeda bagi tiap individu.
5 Standar moral adalah aturan pribadi sederhana yang mengindikasikan bagaimana seorang individu harus bertindak dan tidak dapat digunakan untuk melakukan penelitian terhadap orang lain.
6 Pertimbangan etika dalam hubungan antar orang begitu kompleks, sehingga individu seharusnya diijinkan untuk membentuk kode etik individu mereka sendiri.
23
D. Penilaian tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai profesi dan skandal keuangan
sangat tidak setuju sangat setuju 1 2 3 4 5
No Pernyataan 1 2 3 4 5 1 KAP Big 4 memiliki lebih banyak kantor internasional dan domestik dibandingkan dengan KAP non-Big 4.
2 Di Indonesia, Audit fee dibayar oleh klien audit.
3 Kantor Akuntan Publik harus memiliki izin untuk membuat laporan keuangan klien.
4 Sertifikasi CPA dibutuhkan untuk profesi akuntan di bidang akuntan publik.
No Pernyataan 1 2 3 4 5 7 Pengkodean secara kaku suatu posisi etika yang mencegah beberapa tipe tindakan dapat dijadikan sebagai jalan untuk menciptakan hubungan & penyesuaian hubungan manusia yang lebih baik.
8 Tidak ada standar yang mengatur mengenai masalah berbohong. Suatu kebohongan dapat diperbolehkan atau tidak tergantung pada situasi yang terjadi.
9 Sebuah kebohongan dapat dinilai sebagai tindakan moral atau imoral tergantung pada situasi yang terjadi.
10 Tidak ada prinsip etika yang sangat penting untuk dijadikan bagian dari suatu kode etik.
24
No Pernyataan 1 2 3 4 5 5 Auditor eksternal bertanggung- jawab untuk melakukan tinjauan yang objektif atas keuangan dan sistem operasi suatu perusahaan, namun tidak berhak untuk merubah sistem yang ada.
6 KAP yang tadinya tergabung di dalam Big 5 dan hancur atau tutup karena melakukan pelanggaran berat adalah Arthur Andersen.
7 Di dalam kasus Enron terdapat KAP besar yang dinyatakan bersalah karena menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan dokumen audit.
8 Di Indonesia auditor berkerja untuk kepentingan perusahaan.
9 Di Indonesia semua KAP harus tunduk pada peraturan dan standar audit.
10 Laporan Keuangan diterbitkan untuk kalangan pemegang saham, kreditur, dan pemerintah.