Anda di halaman 1dari 24

1

Orientasi Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan, dan Gender:


Pengaruhnya pada Persepsi Mahasiswa tentang Krisis Etika Akuntan
Profesional
Oleh:
M.Khairul Dzakirin
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: khairul.dzaki@gmail.com
Dosen Pembimbing:
Yeney Widya Prihatiningtias,SE,MSA, Ak.DBA.
ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipersepsi mahasiswa akuntansi terkait
dengan krisis etika yang terjadi dalam lingkup akuntansi khususnya dalam kasus
pelanggaran kode etik yang melibatkan akuntan. Lebih lanjut, penelitian ini
menguji pengaruh orientasi idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan
gender terhadap penilaian mereka atas krisis etika akuntan profesional.Purposive
Sampling adalah metode pemilihan sampel yang digunakandalam penelitian ini.
Sampel dalam penelitian ini adalah 143 mahasiswa S1 Akuntansi Universitas
Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengambil
matakuliah Audit I. Pengujian hipotesis menggunakan multiple regression dengan
mengunakan program SPSS.Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif atas opini mahasiswa
akuntansi terhadap krisis etika akuntan profesional. Sedangkan idealisme dan
gender tidak mempunyai pengaruh atas persepsi mahasiswa terhadap krisis etika
akuntan profesional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa yang
mempunyai tingkat idealisme dan pengetahuan yang tinggi akan memberi
persepsi negatif atau respon yang tegas terhadap isu-isu skandal akuntansi.
Sedangkan mahasiwa yang berpaham relativisme belum tentu akan memberikan
persepsi positif karena mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang
berlaku dalam merespon suatu masalah etis. Gender juga tidak menjadi faktor
yang mempengaruhi persepsi karena wanita dan pria yang memiliki lingkungan
sosialisasi yang sama cenderung memiliki persepsi yang sama juga terkait isu-isu
etika dalam dunia akuntansi.

Kata kunci: idealisme, relativisme, pengetahuan,skandal akuntansi, profesi
akuntansi, persepsi.

2

ABSTRACT


The purpose of this research is to find out the perceptions of accounting students
regarding the ethical crisis that usually occurs within the scope of accounting
world, especially related to the issue of ethical violation involving the
accountanst. Furthemore, this research attempts to examine the orientation of
idealism, relativism, degree of knowledge, and gender toward their assesment to
the ethical crisis of the profesional accountants. As a sampling method, this
research uses purposive sampling method. The samples of this research are 143
accounting students from Brawijaya University and University of Muhammadiyah
Malang who have passed the subject of Audit I. The data analysis uses Multiple
Regression with SPSS software. The result shows that the idealism and the degree
of knowledge negatively influence the accounting students perceptions regarding
the ethical crisis among the profesional accountans. On the other hand, idealism
and gender have no particular effect on this matter. This reserach implies that the
student who have high level of idealism and knowledge are more likely to give
negative opinion or decisive response against the accounting scandal. Whereas,
the students who are relativist are likely to give positive perception because they
still put the ethical values into the consideration in responding to ethical issues.
Gender is also less likely to become the factor that influences the perception
because men and women that share the same social environment tend to have the
same perception regarding the ethival issues in the accounting world.

Keywoord: idealism, relativism, knowledge, accounting scandal, accounting,
perception








3

1. PENDAHULUAN
Etika akuntan telah menjadi issue yang sangat menarik sejakmerebaknya kasus
Enron suatu perusahaan di Amerika Serikat yang pernah menjadi satu dari tujuh
perusahaan terbesar menurut Fortune 500, yang melibatkan salah satu kantor
akuntan publik The Big Five Arthur Andersen. Skandal yang menyebabkan
kejatuhan Enron dimulai dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan
untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi
nama special purpose partnership memang memiliki karateristik yang
istimewa.Skandal Enron tersebut seharusnya tidak terjadi jika setiap akuntan
memiliki pengetahuan, pemahaman dan menetapkan etika secara memadai dalam
pelaksanaan pekerjaan profesionalnya.
Skandal yang terjadi antara Enron dan KAP Arthur Andersen serta berbagai kasus
serupa yang terjadi di Indonesia sebagai contoh skandal manipulasi laporan
keuangan PT. Kimia Farma Tbk yang melibatkan akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM),membuktikan pentingnya etika profesi khususnya
bagi profesional di bidang akuntansi semakin menjadi perhatian. Issue ini
memberikan pelajaran berharga mengenai dampak dari unethical decisionuntuk
keberlanjutan sebuah organisasi.
Dalam penelitian sebelumnya Comunale (2006) menggunakan variabel
orientasi etis, gender, umur, dan pengetahuan mengenai skandal keuangan dan
profesi akuntansi untuk mengetahui reaksi mahasiswa akuntansi terkait dengan
opini mereka terhadap auditor dan corporate manager.Dalam penelitian ini
diketahui reaksi mahasiswa terhadap krisis etisprofesional dalam bidang profesi
akuntansi yang telah terjadi, dilihat dari dua aspek orientasi etis para mahasiswa
akuntansi, yaitu mahasiswa yang memiliki orientasi idealis dan mahasiswa yang
memiliki orientasi relativis.Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua
aspek moral filosofi seorang individu. Seorang individu yang idealis akan
menghindari berbagai tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di
sekitarnya, seorang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu
kejadian yang tidak etis ataupun merugikan orang lain. Sedangkan individu yang
relativis justru tidak mengindahkan prinsip-prinsip yang ada dan lebih melihat
keadaan sekitar sebelum akhirnya bertindak merespon suatu kejadian yang
melanggar etika.Relativisme etis berbicara tentang pengabaian prinsip dan tidak
adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman hidup seseorang.
Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi
persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Di
Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan tidak terlepas
dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010). Dalam penelitian
ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia
meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita yang bekerja
tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang terkena dampak dari
ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari
diskriminasi gender (Hasibuan, 1996).
Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi
persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal keuangan. Di
4

Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan tidak terlepas
dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010). Dalam penelitian
ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar kerja di Indonesia
meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita yang bekerja
tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang terkena dampak dari
ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak terlepas dari
diskriminasi gender (Hasibuan, 1996).
Di Indonesia, dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perilaku etis akuntan (Sudibyo, 1995 dalam Margawati, 2010), oleh
sebab itu perlu diketahui pemahaman calon akuntan (mahasiswa) terhadap
masalah-masalah etika dalam hal ini berupa etika bisnis dan etika profesi akuntan
yang mungkin telah atau akan mereka hadapi nantinya. Terdapatnya mata kuliah
yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada
mahasiswa dan keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting
dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan
Marini, 2003 dalam Margawati,2010).
Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba meneliti kembali variabel-
variabel yang telah diteliti oleh Comunale etal. (2006) namun dalam penelitian ini
variabel gender tidak disertakan, karena jenjang umur responden yanag akan
diteliti tidak terlalu jauh seperti responden dalam penelitian comunale et.al di
tahun 2006. Selain itu, penelitian ini juga mengadapatasi istrumen penelitian yang
dipakai oleh Comunale etal. (2006) namun disesuaikan lagi dengan kondisi
akuntansi yang ada di Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Menurut Sasanti (2003), definisi persepsi adalah suatu proses pengenalan atau
identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima
individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui
proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
diri individu.Sabri (1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang
memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai
kepadanya melalui alat inderanya.Proses terjadinya persepsi menggambarkan
bagaimana stimulus yang berupa objek, kejadian maupun orang diterima oleh
indera serta bagaimana masukan persepsi itu diseleksi,diorganisasi dan
selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan arti tentang sesuatu hal
bagi pemersepsi. Proses terjadinya persepsi berkaitan erat dengan bagaimana
persepsi terbentuk dan mempengaruhi sikap serta perilaku orang.
Forist (1992) mendefinisikan idealisme sebagai suatu sikap yang menganggap
bahwa tindakan yang tepat atau benar akan menimbulkan konsekuensi yang atau
hasil yang diinginkan.Seseorang yang idealis mempunyai prinsip bahwa
merugikan orang lain adalah hal yang selalu dapat dihindari dan mereka tidak
akan melakukan tindakan yang mengarah pada tindakan yang berkonsekuensi
negatif. Jika terdapat dua pilihan yang keduanya akan berakibat negatif terhadap
individu lain, maka seorang yang idealis akan mengambil pilihan yang paling
5

sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain.
Menurut Forsyth (1992), relativisme etis merupakan teori yang menyatakan
bahwa suatu tindakan dapat dikatakan etis atau tidak, benar atau salah, yang
tergantung kepada pandangan masyarakat. Teori ini meyakini bahwa tiap individu
maupun kelompok memiliki keyakinan etis yang berbeda. Dengan kata lain,
relativisme etis maupun relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada
standar etis yang secara absolute benar. Dalam penalaran moral seorang individu,
ia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat
dimanapun ia berada.
Perbedaan gender sangat berpengaruh secara kompleks dan tidak pasti
terhadap penilaian etis. Beberapa penelitian sebelumnya,misalnya Comunale et al.
(2006), menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara perempuan maupun
laki-laki dalam menyikapi perilaku etis maupun skandal etis yang terjadi di dalam
profesi akuntansi. Namun di dalam penelitian Lawrence dan Shaub (1997)
ditemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita dalam
menyikap perilaku etis dan skandal etis yang terjadi di dalam profesi akuntansi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sankaran dan Bui (2003) menunjukan bahwa
seorang perempuan akan lebih perduli terhadap perilaku etis dan pelanggarannya
dibandingkan dengan seorang laki-laki. Mahasiswa akuntansi yang bergender
perempuan akan memiliki ethical reasoning yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa laki-laki.
Secara umum definisi pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Menurut Pudjawidjana (1983),
pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar
melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan
hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek
tertentu.Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas
bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat
kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi
apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.Pengetahuan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai bidang profesi akuntansi dan
informasi mengenai kasus akuntansi yang menimpa Enron dan KAP Arthur
Andersen serta skandal-skandal akuntansi dalam negeri yang diketahui oleh
mahasiswa.

2.1 Perumusan Hipotesis
Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua aspek moral filosofi
seorang individu. Seorang individu yang idealis akan menghindari berbagai
tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di sekitarnya. Seorang
idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu kejadian yang tidak etis
ataupun merugikan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006)
6

menunjukan bahwamahasiswa yang memiliki idealisme yang tinggi cenderung
memberikan presepsi negatif terhadap skandal Enron. Dengan demikian, hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H1 : Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas
krisis etika akuntan profesional.

Individu yang relativis justru tidak mengindahkan prinsip-prinsip yang ada
dan lebih melihat keadaan sekitar sebelum akhirnya bertindak atau merespon
suatu kejadian yang melanggar etika. Relativisme etis berbicara tentang
pengabaian prinsip dan tidak adanya rasa tangggung jawab dalam pengalaman
hidup seseorang.Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006) menunjukan
bahwamahasiswa yang memiliki relativisme yang tinggi cenderung memberikan
presepsi positif terhadap skandal Enron. Hipotesis kedua yang diuji dalam
penelitian ini adalah:
H2 : Tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa atas
krisis etika akuntan profesional.

Hal lain yang juga mempengaruhi seseorang berperilaku secara etis adalah
lingkungan, yang salah satunya dunia pendidikan.Terdapatnya mata kuliah yang
berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada
mahasiswa. Keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting dalam
perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan Marini,
2003 dalam Margawati, 2010). Hasil penelitian Comunale et al. (2006)
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akuntansi terhadap skandal
dan profesi akuntansi akan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan etika
mahasiswa akuntansi. Berdasarkan teori dan penelitian yang tedahalu, maka
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H3 : Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas
krisis etika akuntan profesional.

Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat
mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal
keuangan. Penelitian yang dilakukan Sankaran dan Bui (2003) mendapatkan hasil
bahwa mahasiswa yang bergender wanita akan lebih bepersepsi tegas terhadap
pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan dalam kasus Enron. Penelitian
oleh Darsinah (2005) juga menyatakan bahwa ada perbedaan sensitivitas etis yang
signifikan antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam menyikapi
berbagai skandal keuangan yang terjadi. Selanjutnya, hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
H4 : Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan
profesional.




3. METODE PENELITIAN
7


Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi dari dua
universitas di Malang, yaitu Universitas Brawijaya Malang dan Universitas
Muhammadiyah Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1
Akuntansi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah mengambil matakuliah Audit I.Data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh melalui pengumpulan data primer, yaitu dengan cara menyebarkan
kuesioner. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang telah dirumuskan untuk
mencatat jawaban dari para responden (Sekaran, 2003). Kuesioner yang
digunakan diadopsi dari Ethics Position Questionnaire yang dikembangkan oleh
Forsyth (1992) dan akan diukur dengan skala Likert.
Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (idealisme) meliputi 10 pertanyaan
mengenai tindakan yang dilakukan oleh individu apakah akan menyakiti atau
merugikan individu lain. Tindakan yang merugikan orang lain, sekecil apapun
tindakan itu, tidak dapat ditolerir dan dianggap sebagai tindakan yang salah.
Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (relativisme) terdiri atas 10 butir
pertanyaan yang meliputi adanya etika yang bervariasi dari satu situasi dan
masyarakat ke situasi dan masyarakat lainnya. Selain itu, tipe-tipe moralitas yang
berbedatidak dapat dibandingkan dengan keadilan. Serta, pertimbangan etika
dalam hubungan antar orang begitu kompleks, sehingga individu seharusnya
diijinkan untuk membentuk kode etik individu mereka sendiri.
Penilaian tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai profesi dan skandal keuangan
terdiri atas 10 pertanyaan yang meliputi perbandingan antara jumlah kantor
internasional dan domestik yang dimiliki oleh KAP Big 4 dan KAP Non Big
4. Kemudian pengetahuan mengenai KAP yang tadinya tergabung di dalam Big
5 dan yang hancur atau tutup karena melakukan pelanggaran berat adalah Arthur
Andersen. Selain itu juga diberikan pertanyaan tentang perijinan yang dimiliki
oleh KAP di Indonesia.
Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan professional diproksikan dalam
5 pertanyaan mengenai kasus pelanggaran oleh Enron dan kasus yang terjadi di
Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-
variabel bebas ( idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan, dan gender) terhadap
variabel terikat (persepsi) , karenanya pengujian yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Selain itu juga dilakukan uji validitas dan realibiitas untuk
menguji kualitas data yang telah diperoleh.

4. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada para
mahasiswa akuntansi di Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah
Malang. Kuesioner yang disebar sebanyak 150 kuesioner, yaitu 75 kuesioner di
tiap universitas. Total kuesioner yang kembali adalah sebanyak 75 kuesioner dari
Universitas Brawijaya dan 68 kuesioner dari Universitas Muhammadiyah Malang.
Jadi, total kuesioner yang digunakan sebagai bahan analisis adalah 143 buah.
Statistik deskriptif dari kuesioner yang kembali tersebut adalah sebagai berikut:
8

Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Responden %
20 tahun
21 tahun
22 tahun
12
89
34
8,39%
62,23%
29,37%
Jumlah 143 100%
Sumber: Data Primer Diolah
Kerakteristik Responden Berdasarkan Gender
Jenis Kelamin Jumlah Responden %
Laki-laki
Perempuan
49
94
34,26%
65,73%
Jumlah 143 100
Sumber: Data primer diolah
Kerakteristik Responden Berdasarkan Semester
Semester Jumlah Responden %
VI
VIII
89
54
62,24%
37,76%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data Primer Diolah
Kerakteristik Responden Berdasarkan Penempuhan MatakuliahAudit I
Telah menempuh Audit I Jumlah Responden %
Ya
Belum
Sedang
143
0
0
100%
0
0
Jumlah 143 100%
Sumber: Data Primer Diolah
9

Variabel idealisme diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan mengenai
respon mahasiswa akuntansi terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu terkait dengan akibat yang terjadi atas tindakan tersebut. Dari 143
responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 20-50, sedangkan
rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah
40 dengan standar deviasi 5,4149 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian
menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam
penelitian ini memiliki tingkat idealisme yang tinggi.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel relativisme terdiri dari 10
pertanyaan mengenai konsep etika dan kondisi-kondisi moralitas yang terdapat
dalam suatu keadaan. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang
aktual 16-50, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai
50. Nilai rata-rata adalah 33.3 dengan standar deviasi 5.84 dan rata-rata teoritis
30. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata
teoritisnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang
menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat relativisme yang cukup
tinggi.
Variabel tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan
yang meliputi perbandingan antara jumlah kantor internasional dan domestik yang
dimiliki oleh KAP BIG 4 dan KAP Non Big 4. Selain itu, ditanyakan juga
mengenai perizinan dan tugas auditor serta tanggung jawabnya di Indonesia. Dari
143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan rentang aktual 24-49, sedangkan
rentang yang mungkin terjadi adalah antara 10 sampai 50. Nilai rata-rata adalah
39 dengan standar deviasi 4.49 dan rata-rata teoritis 30. Hasil penelitian
menunjukan rata-rata aktual lebih tinggi daripada rata-rata teoritisnya, maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang menjadi sampel dalam penelitian
ini memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang skandal dan profesi di
bidang akuntansi.
Variabel persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional diukur
dengan menggunakan 5 pertanyaan mengenai pelanggaran akuntansi yang
dilakukan oleh perusahaan Enron dan juga kasus-kasus pelanggaran akuntansi
yang tejadi di Indonesia. Dari 143 responden mahasiswa akuntansi dihasilkan
rentang aktual 5-25, sedangkan rentang yang mungkin terjadi adalah antara 5
sampai 25. Nilai rata-rata adalah 10.9 dengan standar deviasi 3.32 dan rata-rata
teoritis 15. Hasil penelitian menunjukan rata-rata aktual lebih rendah daripada
rata-rata teoritisnya, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang
menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki persepsi yang rendah. Maksud
rendah di sini adalah mahasiswa cenderung mempunyai persepsi yang negatif atau
tegas terhadap krisis etika akuntan profesional.

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
tidaknya suatu kuesioner. Dalam penelitian ini uji validitas digunakan untuk
melihat valid tidaknya masing-masing instrumen dalam variabel idealisme,
10

relativisme, tingkat pengetahuan, dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika
akuntan profesional. Nilai dari pengujian ini adalah 0,164 dengan DF= n-1dan
taraf signifikan 0,05 (5%). Instrumen dikatakan valid jika angka koefisien korelasi
yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r. Adapun hasil uji validitas pada
pengujian ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Validitas
Variabel Kisaran Korelasi r Tabel Keterangan
idealisme 0.359 0.671 0.164 Valid
relativisme 0.450 0.623 0.164 Valid
tingkat pengetahuan 0.260 0.692 0.164 Valid
persepsi mahasiswa
terhadap krisis etika akuntan
profesional
0.549 0.774 0.164 Valid
Sumber: Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel idealisme,
relativisme, tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap kriris etika
akuntan profesionalmempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari nilai kritik
atau tabel. Hasil pengujian validitas secara lebih terinci dapat dilihat di bagian
Lampiran yang ada pada penelitian ini.Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan-
pertanyaan yang mengukur variabel idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan,
dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional dinyatakan
valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien
reliabilitas (coefisient of reliability). Nilai koefisien tersebut berkisar antara 0
hingga 1. Semakin mendekati 1 menunjukkan makin reliabel. Ukuran yang
dipakai untuk semakin reliabel bilamana Cronbachs Alpha diatas 0,6. Adapun
hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel di bawah:

Hasil Uji Reliabilitas
Item Koefisien
Reliabilitas
Hasil Uji
Idealisme
Relativisme
Tingkat pengetahuan
Persepsi mahasiswa terhadap krisis
etika akuntan profesional
0.743
0.751
0.631
0.741
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber: Data primer diolah
11

Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka dapat dikatakan bahwa seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel, hal tersebut dikarenakan
koefisien Cronbachs Alpha diatas 0,6.

4.2 Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel independen,
yaitu variabel idealisme, relativisme,tingkat pengetahuan dan gender berpengaruh
secara parsial terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan
profesional, maka digunakan uji t (t- test) yaitu dengan cara membandingkan nilai
signfikan t. Apabila nilai Sig.t < 0,05 berari H
o
ditolak, sebaliknya bila nilai Sig.t
> 0,05 berari H
o
diterima. Di bawah ini disajikan hasil uji t
.
Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda
Pengaruh Idealisme, Relativisme, Tingkat Pengetahuan dan Gender
Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Krisis Etika Akuntan Profesional

Sumber: Data primer diolah
Pengujian pengaruh idealisme terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis
etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan
hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai signifikansinya
sebesar 0,037 yang lebih kecil dari = 0.05. Berdasarkan hasil pengujian regresi
berganda secara individual dapat dilihat variabel idealisme mempunyai koefisisen
arah variabel (B)= -0.115. Artinya, variabel idealisme berpengaruh negatif
terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan profesional. Semakin
tinggi tingkat idealismenya maka semakin negatif atau tegas persepsi terhadap
krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian, hipotesis H1 yang menyatakan
tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis
etika akuntan profesional dapat diterima.
Selanjutnya, pengujian pengaruh relativisme terhadap persepsi mahasiswa
mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda
menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan
nilai signifikansinya sebesar 0,837 yang lebih besar dari = 0.05. Berdasarkan
hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel
relativisme mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.010. Berarti, variabel
relativisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis
etika akuntan profesional. Namun dengan nilai signifikansinya yang lebih dari
Coefficients
a
21.881 2.831 7.730 .000
-.115 .055 -.188 -2.103 .037 .807 1.240
-.010 .048 -.017 -.206 .837 .917 1.091
-.155 .064 -.210 -2.442 .016 .874 1.144
-.041 .572 -.006 -.072 .942 .992 1.008
(Constant)
X1
X2
X3
X4
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y
a.
12

0.05, maka hipotesis H2 yang menyatakan tingkat relativisme berpengaruh positif
terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional ditolak.
Pengujian pengaruh tingkat pengetahuan terhadap persepsi mahasiswa
mengenai krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda
menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan nilai
signifikansinya sebesar 0,016 yang lebih kecil dari = 0.05. Berdasarkan hasil
pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel tingkat
pengetahuan mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.155 yang artinya
variabel tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa
mengenai krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian hipotesis H3 yang
menyatakan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi
mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional diterima.
Terakhir, pengujian pengaruh gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai
krisis etika akuntan profesional dengan menggunakan regresi berganda
menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dengan
nilai signifikansinya sebesar 0,942 yang lebih besar dari = 0.05. Berdasarkan
hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat dilihat variabel gender
mempunyai koefisisen arah variabel (B)= -0.041 artinya variabel gender
berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan
profesional. Dengan demikian hipotesis H4 yang menyatakan gender berpengaruh
signifikan terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional
ditolak.

4.3 Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan
dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan
profesional. Berdasarkan pada pengujian empiris yang telah dilakukan terhadap
beberapa hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa hanya dua
variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai
krisis etika akuntan profesional. Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Keterangan
H1
Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi
mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
Diterima
H2
Tingkat relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi
mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
Ditolak
H3
Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap
persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional.
Diterima
H4
Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas
krisis etika akuntan profesional.
Ditolak
Sumber: Data diolah


13

1. Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa
atas krisis etika akuntan profesional

Idealisme mengacu pada sejauh mana seseorang percaya bahwa konsekuensi
dari tindakan yang dilakukan dapat terjadi tanpa melanggar nilai-nilai moral.
Dengan kata lain, idealisme merupakan karakteristik orientasi etika yang mengacu
pada kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dan berusaha untuk
tidak merugikan orang lain. Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata tingkat
idealisme mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan
profesional. Hasil ini konsisten dengan penelitian Comunale et al. (2006) yang
menemukan bahwa tingkat idealisme mahasiswa berpengaruh pada opini
mahasiswa terhadap krisis etika akuntan. Mahasiswa dengan idealisme tinggi akan
menilai perilaku tidak etis akuntan secara lebih tegas. Hal tersebut dapat terjadi
akibat pemahaman mahasiswa mengenai etika dan proses pembelajaran etika yang
efektif, sehingga ketika dihadapkan kepada sebuah kasus pelanggaran etika
mahasiswa cenderung memberikan persepsi atau penilaian yang tegas.
Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nugroho (2008). Pada
penelitian Nugroho (2008)ditemukan bahwa tingkat idealisme tidak berpengaruh
pada opini mahasiswa terhadap tindakan auditor, sehingga mahasiswa yang
memiliki tingkat idealisme lebih tinggi belum tentu akan menilai pelanggaran
tindakan auditor dengan lebih tegas. Nugroho (2008) menyebutkan bahwa
sensitif atau tidaknya seseorang yang beridealisme tinggi terhadap permasalahan-
permasalahan yang menyangkut etika dipengaruhi oleh komitmen mereka
terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam organisasi maupun profesinya.
Tidak sensitifnya mahasiswa akuntansi terhadap hal ini dapat dikarenakan bahwa
mereka belum sepenuhnya memahami aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi atau profesi yang tidak diperoleh dalam perkuliahan. Maka dari itu, hal
ini akan mempengaruhi komitmen mereka dalam menjustifikasi etis atau tidaknya
suatu perbuatan.

2. Tingkat relativisme tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa
atas krisis etika akuntan profesional

Relativisme adalah orientasi etika yang mengacu pada penolakan terhadap
nilai-nilai (aturan) moral universal yang membimbing perilaku. Relativisme
menolak prinsip dan aturan moral secara universal dan merasakan bahwa tindakan
moral/kesusilaan tersebut tergantung pada individu dan situasi yang dilibatkan
(Forsyth, 1992). Hasil penelitian ini konsisten terhadap penelitian Nugroho (2008)
maupun penelitian Comunale et al. (2006) yang menunjukkan bahwa relativisme
tidak mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan auditor dalam skandal
keuangan. Pada mahasiswa akuntansi ditemukan bahwa terdapat kecenderungan
relativisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika
akuntan.Mahasiswa dengan tingkat relativisme yang tinggi belum tentu menilai
perilaku tidak etis akuntan dengan lebih toleran.

14

Secara teoritis hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep yang
menyatakan bahwa seseorang yang memiliki relativisme tinggi akan lebih
memberi toleransi dalam menemukan masalah moral serta dalam melaksanakan
nilai-nilai (aturan) moral universal yang berlaku atau yang membimbing perilaku
mereka. High relativist seharusnya memberikan opini yang lebih toleran atas
krisis etika akuntan profesional dalam skandal keuangan. Namun demikian,
penelitian ini memberikan hasil yang berbeda yang mungkin dikarenakan
walaupun mahasiswa akuntansi memiliki tingkat relativisme yang tinggi, ternyata
mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang berlaku dalam menjustifikasi
suatu perilaku yang dapat dikategorikan etis atau tidak. Hal ini dapat juga
dikarenakan bahwa mahasiswa akuntansi belum dihadapkan dalam situasi yang
benar-benar riil, sehingga mereka belum dapat memahami situasi yang dihadapi
dan kemudian membuat suatu penilaian secara tepat apakah suatu tindakan etis
atau tidak.

3. Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa
atas krisis etika akuntan profesional
Mahasiswa akuntansi yang memiliki pengetahuan yang lebih mengenai
skandal akuntansi melalui pemberitaan media yang luas mengenai skandal
keuangan yang melibatkan akuntan dan corporate manager bisa jadi
mempengaruhi persepsi mereka terhadap krisis etika akuntan profesional. Hasil
penelitian ini menunjukan hasil yang konsisten dengan penelitian Comunale et al.
(2006), bahwa pengetahuan mempengaruhi opini mahasiswa terhadap tindakan
auditor. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki oleh mahasiswa maka mahasiswa tersebut akan menilai perilaku tidak etis
akuntan secara lebih tegas.
Menurut Sugihartono dkk. (2007: 9), perbedaan persepsi juga dipengaruhi
oleh individu atau orang yang mengamati. Dilihat dari individu orang yang
mengamati, adanya perbedaan persepsi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan,
pengalaman dan wawasan seseorang. Dengan adanya pengetahuan yang dimiliki,
maka mahasiswa mampu memahami seluk beluk permasalahan dalam skandal
akuntansi, sehingga mengakibatkan individu memberikan opini tegas terhadap
pelanggaran etika yang terjadi. Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian
Nugroho (2008) yang menemukan bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi opini
mahasiswa terhadap tindakan auditor. Dalam penelitian Nugroho (2008)
disebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan tentang profesi auditor
cenderung lebih menyalahkan manajemen suatu perusahaan terkait skandal-
skandal keuangan yang terjadi daripada auditor itu sendiri. Mahasiswa
berpendapat bahwa auditor dan akuntan hanya mendapat tekanan dari corporate
manager. Dengan demikian, manajemen lah yang layak disalahkan atas skandal
keuangan yang terjadi.



15

4. Gender tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika
akuntan profesional
Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Comunale et al
(2006) yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi opini
mahasiswa akuntansi terhadap akuntan dalam skandal keuangan. Beberapa
peneliti lain juga menemukan bahwa di antara responden laki-laki dan perempuan
tidak terdapat perbedaan intensi etis maupun evaluasi etis (Muthmainah, 2006).
Namun beberapa penelitian lain menujukkan bahwa wanita wanita lebih perduli
dengan isu etika dibandingkan pria (Sankaran dan Bui, 2003). Secara teoritis hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita lebih
sensitif terhadap isu-isu etika dalam proses pembuatan keputusan etis. Persepsi
yang diberikan oleh responden perempuan dan laki-laki pasti mendapatkan
pengaruh dari lingkungannya juga. Walaupun secara teori wanita mempunyai
persepsi dan pandangan yang tegas akan suatu tindakan kurang etis, namun pada
nyatanya pria pun mempunyai pandangan yang tegas terkait isu-isu pelanggaran
etika. Hal ini bisa disebabkan pengaruh lingkungan tempat mereka bersosialisasi.
5. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh idealisme, relativisme,
tingkat pengetahuan, dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis
etika akuntan profesional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi
yang telah menempuh matakuliah Audit I pada jurusan akuntansi di Universitas
Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Setelah dilakukan uji statistik dengan model regresi berganda, maka diperoleh
hasil bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi
mahasiswa akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional. Namun demikian
relativisme dan gender tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi mahasiswa
akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional.
Hasil ini kemungkinan besar disebabkan oleh pemahaman mahasiswa terkait
isu-isu pelanggaran etika sudah cukup baik, mahasiwa yang mendapat pendidikan
mengenai etika yang benar dan tepat akan mempengaruhinya dalam memandang
dan menilai isu-isu etika yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Selain itu,
pengetahuan yang dimiliki mahasiswa terkait peraturan-peraturan akuntansi dan
kewajiban profesional profesi akuntansi akan membantunya dalam menilai benar
atau tidaknya tindakan yang dilakukan oleh seorang akuntan profesional dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab profesinya.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila diatasi pada
penelitian selanjutnya maka dapat memperbaiki hasil penelitian. Beberapa
keterbatasan tersebut adalah:
1. Variabel bebas yang digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam
penelitian ini lebih mengarah ke faktor individu responden, sedangkan
mungkin masih ada faktor-faktor lainnya yang lebih berpengaruh terhadap
persepsi mahasiswa.
16

2. Penelitian ini hanya dilakukan di 2 universitas di Kota Malang. Oleh karena
itu, dipercayai bahwa kesimpulan dari penelitian ini belum tentu dapat
digeneralisasi ke populasi mahasiswa yang lain.

Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka diajukan
saran sebagai berikut:
1. Penelitian berikutnya dapat menambah variabel-variabel bebas dari faktor-
faktor eksternal seperti lingkungan akademik, budaya, dan organisasi, serta
faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa.
2. Sebaiknya menambah objek penelitian, misalnya di lingkup provinsi Jawa
Timur.


































17


DAFTAR PUSTAKA

Adib, N. 2001.Perbandingan Sensitivitas Etis Antara Mahasiswa Akuntansi Pria
dan Wanita Serta Mahasiswa Akuntansi dan Non Akuntansi.Simposium
Nasional Akuntansi IV.Bandung, hal. 1016-1035.
Andini. 2010. Pengaruh Kompleksitas Audit,Tekanan Anggaran Waktu, dan
Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Ddengan Variabel Moderating
Pemahaman Terhadap Sistem Informasi (Studi Empiris pada Auditor KAP di
Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, EdisiRevisi
IV. Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7).
Jakarta: Erlangga. Gelinas, U.J.Jr., Dull, R.B. (2008).
Caiwardana. n.d.Pengertian Pengetahuan dan sikap Menurut Para Ahli. Jakarta.
Comunale, C., Thomas, S. and Stephen, C. 2006. Professional Ethical Crises:
A Case Study of Accounting Majors. Managerial Auditing Journal, Vol. 21,
No. 6, pp 636-656.
Chan, S. 2006. The Effects of Acounting Students' Ethical Reasoning and
Personal Factors on Their Ethical Sensitivity. Managerial AuditingJournal,
Vol. 21, No. 4, pp 436-457.
Coate, C. and Frey, K. 2000. Some Evidence on the Ethical Disposition of
Accounting Students: Context and Gender Implications. TeachingBusiness
Ethis. Vol 4 No 4, pp 379-404.
Colby, A. and Kohlberg, L. 1987. The Measurement of Moral Judgement. New
York: Cambridge University Press.
Darsinah. 2005. Perbedaan Sensitivitas Etis Ditinjau dari Disiplin Ilmu dan
Gender. Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Djadjang, S. 2006. Analisis Intensitas Moral dan Orientasi. BuletinPenelitian, No.
09.
Forsyth, D. 1980. A Taxanomy of Ethical Ideologies. Journal of Personalityand
Social Psychology. Vol 39, pp 175-184.
Forsyth, D. 1981. Moral the Judgement: the Influence of Ethical Ideology.
Personality and Social psychology Bulletin. Vol 7, pp 218-223.

18

Forsyth, D. 1992. Judging the Morality of Business Practices: the Influence of
Personal Moral Philosophies. Journal of Business Ethics. Vol 11, pp 416-470.
Forsyth, D dan Nye, J. 1990. Personal Moral Philosophies and Moral Choice.
Journal of Research in Personality. Vol 24, pp 398-414.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,Edisi 3.
Semarang: Penerbit Undip.
Gibson, J.L. John, M.I. dan James, H.D.Jr. 1993. Organisasi: Perilaku, Struktur,
danProses. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Harsono, M. 1997. Etika Bisnis sebagai Modal Dasar dalam Menghadapi Era
Perdagangan Bebas Dunia. Perspektif (Januari), pp 4-9.
Hasan, M.I. 2005. Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Infrensif). Jakarta.
Bumi Aksara.
Hasibuan, C.D. 1996. Perempuan di Sektor Formal. Jakarta: PT Gramedia.
Larkin, J.M. 2000. The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dillemas.
Journal of Business Ethics. Vol 23, pp 401-409.
Lawrence and Shaub, M. 1997. The Ethical Construction of Auditors: An
Examination of the Effect of Gender and career Level. ManagerialFinance.
Vol 23 No 12, pp 3-21.
Margawati, R. 2010. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Bisnis dan
Etika Profesi Akuntan Dipandang dari Segi Gender. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta
Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi
Akuntan, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.790805.
Nugroho, B. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Mahasiswa
Akuntansi atas Tindakan Auditor dan Coorporate Manager dalam Skandal
Keuangan serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarier di Bidang
Akuntansi. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Riggio, R.E. 1990. Introduction to Industrial and Organization Psycologhy.
London: Scott, Forestman and Company.
Sankaran, S and Bui, T. 2003. Ethical Attitudes Among Accounting Majors: An
Empirical Study. Journal of the American Academy of Business. Vol 3 No 1,
pp 71-77.
Sekaran, U. 2003. Research Methods For Business. Wiley.

19

Salam, B.H. 2000. Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. Penerbit PT.
Rineka Cipta Jakarta.
Sasanti. 2003. Pengertian Persepsi. Jakarta.
Santoso, S. 2002.Statistik Multivariat. Jakarta. PT Elex Media Komoutindo.
Steiner, G. 1972. Social Policies for Business. California Management Review.
Winter, pp 17-24.
Surajiyo. 2010.Filsafat ilmu & perkembangannya dindonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2005.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.






























20

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Identitas Responden


Nama (optional) :..

Usia :.................................................

Jenis Kelamin : L / P

Semester :..................................................

Telah menempuh Audit I : Ya / Belum / Sedang


Berikan tanggapan terhadap pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda
centang () pada kotak yang disediakan sesuai dengan yang Anda rasakan.

A. Persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan profesional

sangat negatif sangat positif
1 2 3 4 5


No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Skandal akuntansi/bisnis yang
terjadi pada perusahaan Enron telah
memberikan pengaruh ...............
terhadap opini saya atas akuntan.

2 Skandal akuntansi/bisnis yang
terjadi pada perusahaan PT. Kimia
Farma telah memberikan pengaruh
............... terhadap opini saya atas
akuntan.

3 Penggelapan pajak yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan di
Indoneia memberikan pengaruh
............. terhadap opini saya atas
akuntan.

4 Kecurangan laporan keuangan
dengan maksud untuk menarik
minat investor telah memberikan
pengaruh ............. terhadap opini
saya atas akuntan.

21

No Pernyataan 1 2 3 4 5
5 Pemberian sanksi yang tegas dan
berat terhadap pihak-pihak yang
terbukti melakukan kecurangan
akuntansi telah memberikan
pengaruh ............ terhadap opini
saya atas akuntan.




B. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (Idealisme)

sangat tidak setuju sangat setuju
1 2 3 4 5

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1
Seorang individu harus
memastikan bahwa tindakan yang
ia lakukan tidak akan menyakiti
atau merugikan individu lain.

2
Tindakan yang merugikan orang
lain, sekecil apapun tindakan itu
tidak dapat ditolerir.

3 Melakukan tindakan yang
merugikan orang lain, akan selalu
menjadi tindakan yang salah,
walaupun akan memberikan
keuntungan bagi kita.

4 Seorang individu tidak boleh
menyakiti individu lainnya, baik
secara fisik maupun psikologis.

5 Apabila suatu tindakan akan
merugikan individu lain yang tidak
bersalah, maka tindakan tersebut
seharusnya tidak dilakukan.

6 Seorang individu tidak boleh
melakukan tindakan yang dapat
mengancam martabat dan
kesejahteraan individu lain.

7 Tindakan bermoral adalah
tindakan yang hampir sesuai
dengan tindakan yang sempurna.

8 Memutuskan suatu tindakan
dengan menyeimbangkan antara
dampak positif dan dampak negatif
yang akan didapat, adalah perilaku
yang tidak bermoral.

22

No Pernyataan 1 2 3 4 5
9 Martabat dan kesejahteraan
seorang individu harus menjadi
perhatian utama di dalam
masyarakat.

10 Mengorbankan kesejahteraan
orang lain adalah hal yang
seharusnya tidak dilakukan.



C. Penilaian atas orientasi etis mahasiswa (Relativisme)

sangat tidak setuju sangat setuju
1 2 3 4 5


No Pernyataan 1 2 3 4 5
1
Etika bervariasi dari satu situasi
dan masyarakat ke situasi dan
masyarakat lainnya.

2
Standar moral seharusnya dibuat
berdasarkan individu masing-
masing, karena suatu tindakan
yang bermoral dapat dianggap
tidak bermoral oleh individu lain.

3 Tipe-tipe moralitas yang berbeda
tidak dapat dibandingkan dengan
keadilan.

4 Pengertian etis bagi tiap individu
sulit untuk dipecahkan karena
pengertian moral dan imoral
berbeda bagi tiap individu.


5 Standar moral adalah aturan
pribadi sederhana yang
mengindikasikan bagaimana
seorang individu harus bertindak
dan tidak dapat digunakan untuk
melakukan penelitian terhadap
orang lain.

6 Pertimbangan etika dalam
hubungan antar orang begitu
kompleks, sehingga individu
seharusnya diijinkan untuk
membentuk kode etik individu
mereka sendiri.


23
























D. Penilaian tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai profesi dan
skandal keuangan

sangat tidak setuju sangat setuju
1 2 3 4 5

No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 KAP Big 4 memiliki lebih banyak
kantor internasional dan domestik
dibandingkan dengan KAP non-Big
4.

2 Di Indonesia, Audit fee dibayar
oleh klien audit.

3 Kantor Akuntan Publik harus
memiliki izin untuk membuat
laporan keuangan klien.

4 Sertifikasi CPA dibutuhkan untuk
profesi akuntan di bidang akuntan
publik.


No Pernyataan 1 2 3 4 5
7 Pengkodean secara kaku suatu
posisi etika yang mencegah
beberapa tipe tindakan dapat
dijadikan sebagai jalan untuk
menciptakan hubungan &
penyesuaian hubungan manusia
yang lebih baik.

8 Tidak ada standar yang mengatur
mengenai masalah berbohong.
Suatu kebohongan dapat
diperbolehkan atau tidak
tergantung pada situasi yang
terjadi.

9 Sebuah kebohongan dapat dinilai
sebagai tindakan moral atau imoral
tergantung pada situasi yang
terjadi.

10 Tidak ada prinsip etika yang sangat
penting untuk dijadikan bagian dari
suatu kode etik.

24

No Pernyataan 1 2 3 4 5
5 Auditor eksternal bertanggung-
jawab untuk melakukan tinjauan
yang objektif atas keuangan dan
sistem operasi suatu perusahaan,
namun tidak berhak untuk
merubah sistem yang ada.

6 KAP yang tadinya tergabung di
dalam Big 5 dan hancur atau
tutup karena melakukan
pelanggaran berat adalah Arthur
Andersen.

7 Di dalam kasus Enron terdapat
KAP besar yang dinyatakan
bersalah karena menghancurkan
dokumen yang berkaitan dengan
dokumen audit.

8 Di Indonesia auditor berkerja
untuk kepentingan perusahaan.

9 Di Indonesia semua KAP harus
tunduk pada peraturan dan standar
audit.

10 Laporan Keuangan diterbitkan
untuk kalangan pemegang saham,
kreditur, dan pemerintah.












TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai