Anda di halaman 1dari 6

RESUME

SPM DAN LAPORAN KEGIATAN




Kesimpulan
Untuk empat indikator makro pada SPM yang mencakup AKB, AKI,
gizi buruk dan balita gakin, seluruhnya belum memenuhi target.
Sedangkan untuk 21 indikator mikro, sebanyak enam indikator (23,81 %)
sudah memenuhi target, sementara indikator yang lainnya belum. Berikut
adalah uraian indikator makro dan mikro yang belum memenuhi target :
1. AKI dan AKB belum memenuhi target dikarenakan masih
banyaknya ibu hamil dengan risiko tinggi dan kurangnya kepatuhan
petugas kesehatan terhadap standar pelayanan kesejahteraan ibu
hamil di fasilitas kesehatan dan adanya persalinan preterm.
2. Kasus gizi buruk masih ditemukan, disebabkan antara lain karena
rendahnya tingkat ekonomi keluarga, pola asuh keluarga yang
kurang tepat, kurangnya penerapan Kadarzi oleh masyarakat dan
kerjasama lintas sektoral yang belum berjalan secara optimal.
3. Tingginya jumlah angka balita gakin disebabkan masih rendahnya
tingkat pendidikan yang berakibat pada sempitnya kesempatan kerja,
minimnya kemandirian serta belum optimalnya peran pemerintah
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.
4. K4 ibu hamil belum mencapai target dikarenakan masih
ditemukannya K1 non murni, kasus abortus, pendataan dan
kerjasama tim yang belum optimal.
5. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih belum mencapai
target dikarenakan masih adanya persalinan yang ditolong oleh
dukun beranak, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
bersalin ditenaga kesehatan dan kerjasama lintas sektoral yang
belum optimal.
6. Pelayanan nifas belum mencapai target dikarenakan sistem
pencatatan yang belum optimal.
7. PKN belum mencapai target dikarenakan masih kurangnya rasa
percaya diri petugas dalam menangani komplikasi neonatal.
8. Kunjungan bayi belum mencapai target dikarenakan sistem
pencatatan, pelayanan bayi, kerjasama lintas program dan sektoral
belum berjalan secara optimal.
9. Pelayanan anak balita belum mencapai target dikarenakan
pelaksanaan pelayanan bayi dan sistem pendataan yang belum
optimal.
10. UCI masih jauh dari target dikarenakan kurangnya kesadaran
masyarakat, pengaruh faktor budaya, dan pendataan angka kelahiran
serta pelaporan bayi yang berasal dari luar daerah belum berjalan
secara optimal.
11. Pemberian MP-ASI pada anak 6-24 bulan dari kelurga miskin belum
mencapai target dikarenakan pelaksanaan baru akan dimulai akhir
bulan Oktober 2013.
12. Belum tercapainya target D/S dikarenakan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk datang ke Posyandu, fungsi Posyandu dan alokasi
dana yang belum optimal.
13. Pada P2M, cakupan penderita DBD yang ditangani seluruhnya sudah
memenuhi target. Namun cakupan penemuan pneumonia, diare dan
pasien baru TB BTA positif belum memenuhi target. Hal tersebut
disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan
penyakit, serta kerjasama lintas program dan sektoral yang belum
optimal.
14. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat belum
memenuhi target dikarenakan belum terbentuknya tim khusus
penjaring, masih kurangnya alat dan bahan yang dibutuhkan sebagai
penunjang kegiatan.
15. Cakupan desa siaga aktif baru memenuhi target pada bulan
September disebabkan koordinasi lintas sektoral terkait desa siaga
dan dana stimulasi pengembangan yang belum optimal.
16. Pengawasan TTU dan TPM masih jauh dari target karena kerjasama
lintas sektoral yang belum optimal.
17. Pengawasan jamban sehat belum mencapai target dikarenakan
kurangnya dana dan kesadaran masyarakat dalam untuk membangun
jamban sehat.
18. Cakupan kualitas air bersih belum mencapai target karena masih
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya air bersih,
sumur yang memenuhi standar kesehatan, pengelolaan air bersih dan
kerjasama lintas sektoral yang belum optimal.
19. Cakupan akses sumber air belum mencapai target dikarenakan
sumber daya air tanah dan pengelolaan air yang buruk dan tidak
proporsional.

Jadi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang
mendasari belum tercapainya indikator-indikator SPM di atas adalah
belum optimalnya kerjasama lintas program dan sektoral, kurangnya
kesadaran masyarakat dan sistem pendataan yang belum berjalan secara
akurat dan menyeluruh.

Kegiatan Koasisten
Dalam mengikuti kegiatan koasistensi Public Health di Puskesmas
Ciamis, koasisten mengalami beberapa kendala sebagai berikut:
1. Tidak adanya panduan kegiatan koasisten stase Public Health dari
pihak fakultas, sehingga koasisten mengalami kesulitan dalam
menentukan agenda kegiatan.
2. Koordinasi antara pihak Universitas Malahayati dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Ciamis dirasakan belum optimal, sehingga
banyak kendala yang dialami koasisten selama pelaksanaan
kegiatan.
3. Terbatasnya waktu yang diberikan untuk menyelesaikan kegiatan
koasistensi stase Public Health di Puskesmas Ciamis, sehingga
hasil laporan penelitian dan kegiatan dirasakan belum optimal.

Saran
1. Dinas Kesehatan Propinsi
Mengakomodasi harapan dan evaluasi terkait pelaksanaan program
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, untuk kemudian
menentukan solusi dan memfasilitasi dalam penyelesaian masalah.
Misalnya dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
,pendanaan serta menjembatani kerjasama lintas sektoral.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis
Mengakomodasi harapan dan evaluasi terkait pelaksanaan program
dari Puskesmas Ciamis, untuk kemudian berkoordinasi dengan
sektor kedinasan yang lain ataupun aparat pemerintahan guna
menentukan solusi dan memfasilitasi dalam penyelesaian masalah.
Selain itu evaluasi terhadap kinerja Puskesmas perlu diadakan secara
intensif minimal tiga bulan sekali.

3. Puskesmas Ciamis
Melakukan rapat internal Puskesmas Ciamis minimal satu bulan
sekali. Dalam rapat tersebut dibahas evaluasi kinerja Puskesmas,
identifikasi dan pemecahan masalah serta peningkatan kerjasama
lintas program.
4. Masyarakat Ciamis
Peran aktif dan kesadaran masyarakat dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan harus ditingkatkan target Indonesia Sehat 2015
dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai