Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Secara harafiah pernapasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfer menuju
ke sel-sel dan keluarnya karbon dioksida dari sel-sel ke udara bebas. Pemakaian
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida perlu untuk menjalankan fungsi normal
selular di dalam tubuh; tetapi kebanyakan sel-sel tubuh kita tidak dapat melakukan
pertukaran gas-gas, karena sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu baik untuk
menukar maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut. (Sylvia dan Lorraine, 2000)
Proses pernapasan terdiri dari beberapa langkah dimana sistem pernapasan,
sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular memegang peranan yang sangat penting.
Pada dasarnya, sistem pernapasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli, yaitu
pemisah antara sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular. Pergerakan udara
masuk dan keluar dari saluran udara disebut ventilasi atau bernapas. Sistem saraf
pusat memberikan dorongan ritmik dari dalam untuk bernapas dan secara refleks
merangsang otot-otot diafragma dan dada yang akan memberikan tenaga pendorong
gerakan udara. Difusi oksigen dan karbon dioksida melalui membran kapiler alveoli
sering dianggap sebagai pernapasan eksternal. Sistem kardiovaskular menyediakan
pompa, jaringan pembuluh dan darah yang diperlukan untuk mengangkut gas dari
paru-paru ke sel-sel tubuh. Hemoglobin yang berfungsi baik dalam jumlah cukup
diperlukan untuk mengangkut gas-gas tersebut. Fase terakhir dari pengangkutan gas
ini adalah proses difusi oksigen dan karbon dioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel
tubuh. Pernapasan internal mengacu pada reaksi-reaksi kimia intraseluller dimana
oksigen dipakai dan karbon dioksida dihasilkan sewaktu sel metabolisme karbohidrat
2

dan substansi lain untuk membangkitkan adenosin tripospat (ATP) dan pelepasan
energi. (Sylvia dan Lorraine, 2000)
Sistem yang cukup baik dari semua sistem ini penting untuk respirasi sel.
Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu pertukaran dan pengangkutan
gas dan dapat sangat membahayakan proses-proses kehidupan. Memahami proses
pernapasan perlu untuk memeriksa dan mengobati penderita dengan gangguan
penapasan. (Sylvia dan Lorraine, 2000)

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
a. Memberikan informasi tentang saluran pernapasan manusia.
b. Memberikan informasi tentang pengobatan pada saluran pernapasan
manusia
c. Memberikan informasi tentang farmakologi pengobatan pada saluran
pernapasan manusia.
1.2.2 Manfaat
Menambah referensi bacaan tentang pengobatan yang seharusnya
dilakukan untuk penderita gangguan saluran pernapasan dan juga mengetahui
cara kerja obat tersebut.





3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Tractus Respiratorius
a. Hidung
Hidung berbentuk pyramid yang tersusun dari tulang, kartilago hialin
dan jaringan fibroaerolar. Hidung dibagi menjadi dua ruang oleh septum nasal.
Struktur hidung pada bagian eksternal terdapat folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea yang merentang sampai vestibula yang terletak
dalam nostril. Kulit pada bagian ini mengandung vibrissae yang berfungsi
menyaring partikel dari udara yang terhisap. Sedangkan pada rongga nasal
yang lebih dalam terdiri dari epitel bersilia dan sel goblet. Udara yang masuk
ke dalam hidung akan mengalami penyaringan partikel dan penghangatan dan
pelembaban udara terlebih dahulu sebelum memasuki saluran napas yang lebih
dalam. (Ethel Sloane, 2003)




b. Faring
Faring adalah tabung muscular berukuran 12,5 cm . terdiri dari
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Pada nasofaring terdapat tuba eustachii
yang menghubungkannya dengan telinga tengah. Faring merupakan saluran
bersama untuk udara dan makanan. (Ethel Sloane, 2003).
4








c. Laring
Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan
ditopang oleh Sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga lainnya tidak
berpasangan. Tiga kartilago yang tidak berpasangan adalah kartilago tiroid
yang terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid, kartilago krikoid yang
merupakan cincin anterior yang lebih dalam dan tebal, epiglottis yang
merupakan katup kaetilago yang melekat pada tepi anterior kartilago tiroid.
Epiglottis menutup saat menelan untuk mencegah masuknya makanan dan
minuman ke saluran pernapasan bawah. (Ethel Sloane, 2003).







5

d. Trakea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yang terletak d anterior
esophagus, tersusun atas 16-20 cincin kartilago berbentuk C yang diikat
bersama jaringan fibrosa. Pangkal trakea di bawah kartilago cricoidea,
setinggi corpus vertebra C VI. Ujung bawah : setinggi angulus sterni, pinggir
bawah vertebra Th IV, membelah menjadi bronchus principalis dexter dan
sinister (karina/bifurcation trakea). (Ethel Sloane, 2003).







e. Bronkus
Bronchus principalis (utama) dexter lebih lebar, lebih pendek, lebih
vertikal. Panjang 2,5 cm. Sebelum masuk ke dalam hilum pulmonis dexter,
mempercabangkan : bronchus lobaris superior dexter. Saat masuk hilum
membelah menjadi bronchus lobaris medius dan bronchus lobaris inferior
dextra
Bronchus principalis sinister lebih sempit, panjang (5 cm), horisontal.
Berjalan ke kiri di bawah arcus aortae, di depan oesophagus. Pada waktu
masuk hilum akan bercabang : bronchus lobaris superior sinister dan inferior
sinister. (Ethel Sloane, 2003).
6

f. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan jalan napas intralobular dengan diameter 5
mm, tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar didalamnya. Bronkiolus
berakhir pada saccus alveolaris. Awal proses pertukaran gas terjadi di
bronkiolus respiratorius. (Ethel Sloane, 2003).
g. Alveolus
Alveolus adalah kantung udara berukuran sangat kecil dan
merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius sehingga memungkinan
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alveolus terdiri dari membrane
alveolardan ruang interstisial. (Ethel Sloane, 2003).

Anda mungkin juga menyukai