Anda di halaman 1dari 14

ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK

DALAM AGAMA ISLAM








Disusun oleh:

Taufan Daniarta Sukarno 23040113190037
Nurul Aenunnisa 23040113140038
M. Danar Isyariansyah 23040113140039
Ilham Akbar 23040113140040

KELOMPOK IV



S-1 AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini, telah muncul gejala yang kurang baik yang menimbulkan
kegoncangan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa, diantaranya
adalah kenakalan remaja, tauran, korupsi oleh para pejabat negara. Salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja, karena kurangnya perhatian orang tua
terhadap anak, utamanya pembinaan akhlak. Pembinaan akhlak adalah mutiara hidup
yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak
akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai mahkluk mulia, sesuai dengan fitrah,
dan yang memiliki peran sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Oleh
karena itu, nilai-nilai akhlak harus ditanamkan sejak dini baik melalui pendidikan
keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. Suatu
bangsa akan jaya dan terkenal bukan ditentukan oleh keluasan wilayah, kekayaan
sumber daya alam, serta kuantitas penduduknya, akan tetapi adalah karena kualitas
akhlak atau tingginya nilai-nilai peradaban yang dimilikinya.
Integritas, dedikasi, kredibilitas dan kualitas keilmuan populasi yang ada pada
suatu Negara akan menyebabkannya terkenal dan mampu menghadapi tantangan
jaman yang serba global. Dalam konteks inilah, justru Nabi Muhammad sebagai
Rasul terakhir diutus agar mampu menyempurnakan akhlak manusia.
Dalam khazanah keilmuan, dikenal beberapa istilah berkenaan dengan
akhlak, di antaranya; etika, moral dan akhlak itu sendiri. Bagaimana perbedaan
antara ketiga terma tersebut? Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu lainnya, dan
bagaimana cara menciptakan manusia yang berbudaya dalam arti beretika, bermoral
dan berakhlak? Menjawab sejumlah rumusan ini, penulis mencoba merekonstruksi
dan mengkaji berbagai pemikiran para pakar dan ulama, dan membuat suatu tulisan
yang berjudul Etika, Moral dan Akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak
Etika secara entimologi berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adab.
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Adapun dari segi terminologis etika manusia adalah aturan atau pola tingkah laku
yang dihasilkan oleh akal manusia dan merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik dan buruk. Penilaian baik buruk tersebut berdasarkan pendapat akal
pikiran. Selain itu telah dikemukakan juga oleh berbagai para ahli yang ungkapannya
berbeda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama etika adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik-buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka
dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya dibuat.
Sehingga etika adalah tatanan prilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu
yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat relatif
yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tututan zaman. Dalam ajaran islam etika
bersifat teosentrik yaitu berkisar sekitar tuhan dalam etika islam yaitu perbuatan
selalu dihubungkan dengan amal soleh dan dosa, dengan pahala atau siksa, dengan
surga atau neraka

Moral (Mores) Kata moral berasal dari kata latin yaitu kata mos atau mores yang
berarti kebiasaan, Yusan (1977) mengungkapkan bahwa moral adalah kebiasaan atau
aturan yang harus dipatuhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam
arti, moral merupakan seperangkat aturan yang menyangkut baik atau buruk, pantas
atau tidak pantas, benar atau salah yang harus dilakukan atau yang harus dihindari
dalam menjalankan hidup. Al-Ghazali menyebut moral Islam sebagai tingkah laku
seseorang yang muncul secara otomatis berdasarkan kepatuhan dan kepasrahan pada
pesan (ketentuan) Allah Yang Mahauniversal. Jadi moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.Menurut pandangan Islam kriteria moral
yang benar adalah (1) Memandang martabat manusia, dan (2) Mendekatkan manusia
kepada Allah.
Akhlak dari segi etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu jamak dari kata Khuluq
artinya pengarai, kelakun, tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Akhlak dari segi
terminologisnya Akhlaq adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Menurut Ibnu Miskawaih
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan peemikiran dan pertimbangan. Menurut Abdullah
Dirroz mengatakan bahwa akhlaq adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan da kehendak mana berkontribusi membawa kecenderungan pada
pemilihan pihak yang benar ( dalam hal berakhlak baik ) atau pihak yang jahat (
dalam hal akhlak yang tidak baik ). Sementara menurut Imam Al-Ghazali (1015-1111
M) yang dikenal sebagai Hujjatul Islam (pembela Islam), Akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari definisi tersebut
dapat difahami bahwa Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang dalam
bentuk perilaku dan perbuatan.

2.2. Karakteristik Etika Islam
2.2.1 Definisi Karakter
Karakter (khuluk) merupakan suatu keadaan jiwa dimana jiwa bertindak tanpa
di pikir atau di pertimbangkan secara mendalam. Karakter ini ada 2 jenis;

Pertama alamiah dan bertolak dari watak.
Misalnya pada orang yang gampang sekali marah karena hal paling kecil atau
takut menghadapi insiden yang paling sepele. Juga pada orang yang terkesiap
berdebar-debar di sebabkan suara yang amat lemah yang menerpa gendang telinganya
atau ketakutan lantaran mendengar suata berita atau tertawa berlebih-lebihan hanya
karena suatu hal yang amat sangat biasa yang telah membuatnya kagum, atau sedih
sekali cuma karena suatu hal yang tak terlalu memprihatinkan yang telah
menimpanya.
Kedua tercipta melalui kebiasaan dan latihan.
Pada mulanya keadaan ini terjadi karena di pertimbangkan dan dipikirkan,
namun kemudian melalui praktek terus-menerus menjadi karakter. Karenanya para
cendikiawan klasik sering berbeda pendapat mengenai karakter. Sebagian
berpendapat bahwa karakter di miliki oleh jiwa yang tidak berpikir (nonrasional).
Sementara yang lain berkata bahwa bisa juga karakter itu milik jiwa yang berpikir
(rasional). Ada yang berpendapat bahwa karakter itu alami sifatnya, dan juga dapat
berubah cepat atau lamban melalui disiplin serta nasihat-nasihat yang mulia. Pendapat
yang terakhir inilah yang kami dukung karena sudah kami kaji secara langsung.
Adapun pendapat pertama akan menyababkan tidak berlakunya fakultas nalar,
tertolaknya segala bentuk norma dan bimbingan, tunduknya (kecendrungan ) orang
kepada kekejaman dan kelalaian, serta banyak remaja dan anak berkembang liar
tanpa nasihat dan pendidikan. Ini tentu saja sangat negatif.


2.2.2 Karakteristik Etika Islam
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu. Moral adalah secara etimologis berarti adat kebiasaan,susila.
Jadi moral adalah perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh
umum di terima, meliputi kesatuan sosial/lingkungan tertentu. Sedangkan akhlak
adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk tentang
perkataan/perbuatan manusia lahir dan batin.
Didalam islam, etika yang diajarkan dalam islam berbeda dengan etika filsafat.
Etika Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik
dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan
buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Quran dan al-Hadits yang
shohih.
3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada.
4. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang
luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan
manusia.

2.3. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah) dengan cara
mensucikan hati. Hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah dapat
melihat Tuhan (al-Marifah). Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha
Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci.
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana yang buruk
juga bagaimana mengubah akhlak buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni
dengan cara-cara yang nampak seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan, dan lain-
lain maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara menyucikan hati , agar setelah
hatinya suci yang muncul dari perilakunya adalah akhlak al-karimah. Perbaikan
akhlak, menurut ilmu tasawuf, harus berawal dari penyucian hati.
Dalam kacamata akhlak, tidaklah cukup iman seseorang hanya dalam bentuk
pengakuan, apalagi kalau hanya dalam bentuk pengetahuan. Yang kaffah adalah
iman,ilmu dan amal. Amal itulah yang dimaksud akhlak . Tujuan yang hendak
dicapai dengan ilmu akhlak adalah kesejahteraan hidup manusia de dunia dan
kebahagian hidup di akhirat.
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada
Tuhan), tapi dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia
secara zahiriyyah dan riyadhah

2.4. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Bermasyarakat
Akhlak terhadap Allah
1) Mentauhidkan Allah
Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan ke-Esaan Allah dan
beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya.
2) Banyak Berzdikir pada Allah
Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan
memuji nama Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dengan berzikir hati menjadi
tenteram.
3) Berdoa kepada Allah SWT
Berdoa adalah inti dari ibadah. Orang-orang yang tidak mau berdoa adalah orang-
orang yang sombong karena tidak mau mengakui kelemahan dirinya di hadapan Allah
SWT.
4) Bertawakal Hanya pada Allah
Tawakal kepada Allah SWT merupakan gambaran dari sikap sabar dan kerja keras
yang sungguh-sungguh dalam pelaksanaanya yang di harapkan gagal dari harapan
semestinya, sehingga ia akan mampu menerima dengan lapang dada tanpa ada
penyesalan.
5) Berhusnudzhon kepada Allah
Yakni berbaik sangka kepada Allah SWT karena sesungguhnya apa saja yang di
berikan Allah merupakan jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Akhlak Terhadap Sesama Manusia
1) Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan
Membina persaudaraan adalah perintah Allah yang diajarkan oleh semua agama,
termasuk agama islam. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya kalau semua elemen
membangun ukhuwah dalam komunitasnya. Apabila ada kelompok tertentu dengan
mengatas-namakan agama tetapi enggan memperjuangkan perdamaian dan
persaudaraan maka perlu dipertanyakan kembali komitmen keagamaannya.
2) Taawun atau saling tolong menolong
Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim. Sudah semestinya
konsep tolong-menolong tidak hanya dilakukan dalam lingkup yang sempit. Tolong-
menolong menjadi sebuah keharusan karena apapun yang kita kerjakan
membutuhkan pertolongan dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka
bumi ini yang tidak membutuhkan pertolongan dari yang lain.
3) Suka memaafkan kesalahan orang lain
Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan kesalahan
orang lain tanpa menunggu permohonan maaf daripada orang yang berbuat salah
kepadanya. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikit pun rasa benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu
perwujudan daripada ketakwaan kepada Allah.
4) Menepati Janji
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Menepati janji adalah
bagian dari iman. Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda kemunafikan.

Akhlak terhadap Alam Semesta
Manusia hidup bergantung pada alam sekitar. Manusia membutuhkan alam sekitar
bagi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu manusia harus menjaga
keharmonisan hubungannya dengan alam dan makhluk sekitarnya yaitu dengan cara
berakhlak yang baik kepadanya. Dalam ajaran islam, akhlak kepada alam seisinya
dikaitkan dengan tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Tertera dalam Q.S
Al-Baqarah : 30.
ingat lah ketika tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. Mereka berkata : mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman : sungguh aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui.(Q.S Al-Baqarah)

Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan
alam sekitarnya sebagai berikut:
1. Melarang penebangan pohon-pohon secara liar
2. Melarang pemburuan binatang secara liar
3. Melakukan reboisasi
4. Membuat cagar alam dan suaka margasatwa
5. Mengendalikan erosi
6. Menetapkan tataguna lahan yang lebih sesuai
7. Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan
masyarakat.
8. Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.
Manusia dibumi sebagai khalifah mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam
sekitarnya. Yakni memelihara dan melestarikannya dengan baik.
Allah berfirman:
dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan jangan kamu melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al-Qashash: 77)
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib dilaksanakan adalah:
1. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam.
Allah berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.(QS.
Ali-Imran : 190)
2. Memanfaatkan alam beserta isinya
Allah berfirman:
Hai sekalian manusia, makanlah yag halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(QS. Al-Baqarah
:168)






BAB III
PENUTUP

Berdasarkan tulisan di atas diketahui bahwa antara akhlak dengan etika, dan
moral memiliki kesamaan arti, cakupan dan tujuan. Namunpun demikian, juga juga
memiliki perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif Islam akhlak dan tasawuf
sangat berkaitan erat karena sama-sama bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Akhlak adalah salah satu dimensi keilmuan yang perlu digunakan dalam
berbagai lini dan profesi kehidupan untuk meningkatkan kualitas ilmu, iman dan
amal. Keberadaannya bahkan dianggap mampu menentukan maju atau mundurnya
suatu negara, agama, dan bangsa. Oleh karena itu, bahasan tentang akhlak adalah
sesuatu yang dipentingkan. Tulisan di atas dapat disimpulkan kepada empat hal, di
antaranya:
1. Akhlak, etika dan moral adalah suatu disiplin ilmu yang membicarakan
tentang persoalan baik dan buruk
2. Antara akhlak, etika dan moral, memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah sama-sama mengkaji masalah baik dan buruk,
sedangkan perbedaanya adalah terletak pada landasan yang dipakai;
3. Dalam konteks sejarah, antara akhlak dan tasawuf memiliki tujuan dan esensi
yang sama, yaitu sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah;
Indikator orang berakhlak adalah beriman atau tidaknya seseorang. Salah satu
karakter seseorang dikatakan beriman adalah ketika ia mampu melahirkan kedamaian
dan ketenteraman bagi alam lingkungannya.
Etika yang bagaimanakah yang bagaimanakah yang kita perlukan untuk membangun
masyarakat yang majemuk? Indonesia adalah negara yang didalamnya terdapat
puluhan bahkan ratusan suku bangsa, kebudayaan, dan agama. Pluralisme yang kita
maksudkan disini bukan hanya tentang agama, namun juga kebudayaan dan hal-hal
lain. Kami akan menyimpulkan etika yang dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat di Indonesia khususnya. Ada 4 hal yang harus kita tinjau dari agama
Islam sendiri :
1. Sebagai agama tauhid, islam mengajarkan adanya kesatuan penciptaan (Unity
of creation). Seperti pada ayat-ayat Alquran QS.59:24 ; QS.20:50, dll.
Menegaskan bahwa seluruh makhluk alam semesta diciptakan oleh Allah dari
non-existence menjadi existence atau wujud. Dan semata-mata hanya
untuk menyembah kepada-Nya.
2. Islam mengajarkan kesatuan kemanusiaan, atau Unity of Mankind , manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, walau terdiri dari
berbagai ras, warna kulit, bahasa, dan agama, manusia mempunyai asal yang
sama (QS.4:1). Asal usul yang sama inilah yang membuat manusia harus
menghilangkan segala unsur diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Kesatuan petunjuk (Unity of Guidance). Kebutuhan dasar manusia sepanjang
sejarah tetap sama, walaupun keperluannya yang tidak bersifat mendasar,
petunjuk hidup bagi umat manusia diberikan oleh Tuhan melalui para nabi
dan Rasul (QS.10:47)
4. Tujuan atau makna hidup (Unity of Purpose Life). Tujuan hidup ini adalah
realisasi dan usaha manusia untuk menjauhi kejahatan sehingga manusia dan
alam semesta bergerak bersama-sama sesuai dengan rencana Tuhan
Berdasarkan kesadaran akan tanggung jawab bersama terhadap kesejahteraan
manusia, seorang muslim sama sekali tidak boleh meremehkan agama lain dan tidak
mungkin membenci umat manusia lain. Hal ini Nampak jelas dari pandangan
AlQuran yang menegaskan bahwa umat Muslim harus memiliki toleransi terhadap
eksistensi agama lain dengan melarang adanya paksaan dalam beragama, melainkan
dalam batas batas tertentu. Etika pada hakikatnya bukan sesuatu yang dipaksakan
dari luar, melainkan sesuatu yang hadir dari dalam kesadaran diri untuk dapat
menerima eksistensi orang lain sebagai kebersamaan. Etika dalam Islam bersifat
Teosentrik sehingga masalah baik dan buruk dalam Islaam diukur dengan pandangan
ketauhidan, serta dibagi dalam 4 dimensi, yaitu mengatur perilaku manusia dengan
Tuhan, dengan sesame manusia, dengan alam, dan dengan diri sendiri.


















DAFTAR PUSTAKA
Husein, M. 1986. ETIKA Pembangunan dalam Pemikiran Islam di Indonesia, Jakarta:
CV Rajawali.
Solih, I. Akhlak dan Tasawuf, Bandung : IAIN Sunan Gunung Jati Pers

Anda mungkin juga menyukai