Anda di halaman 1dari 8

Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul

1
BAB I
PENDAHULUAN

kata semantik merupakan istilah teknis yang mengacu pada study tentang makna. istilah
ini merupakan istilah baru dalam bahasa Inggris. istilah semantic berpadanan dengan kata
semantique dalam bahasa Perancis yang diserap dari bahasa Yunani dan diperkenalkan oleh M.
Beal. istilah semantik mulai populer di tahun 50-an akan tetapi istilah ini diperkenalkan oleh M.
Breal pada tahun 1883. semantik sebagai sub disiplin linguistik muncul pada abad ke-19.
kajian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan semantik adalah
cabang linguistik yang bertugas semata-mata untuk meneliti makna kata, bagaimana asal
mulanya, bahkan bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan
makna dalam sejarah bahasa. berapa banyak bidang ilmu-ilmu lain yang mempunyai sangkut
paut dengan semantik, oleh sebab itu makna memgang peranan tegantung dalam pemakaian
bahasa sebagai alat untuk penyampaian pengalaman, jiwa, pikiran, dan maksud dalam
masyarakat.
dari keterangan di atas menunjukkan betapa pentingnya mempelajari semantik dalam
memahami makna bahasa, sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang Pengertian
Semantik dan Hubungan Antara Makna dan Referensinya







Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Semantik (ilm al-dilalah)
istilah ilmu dilalah atau semantik dalam bahasa Indonesia dan semantics dalam bahasa
Inggris, berasal dari bahasa yunani sema (nomina) yang berarti tanda atau lambang atau semaino
(verba) yang berarti menandai, berarti, atau melambangkan.
1
dalam sumber lain disebutkan kata
semantik itu berasal dari bahasa yunani, semantike bentuk muannats dari semantikos, yang
berarti menunjukkan, memaknai atau to signify. yang dimaksud tanda atau lambang sebagai
padanan kata sema disini adalah tanda linguistik atau dalam bahasa perancis signe linguistique,
seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri atas (1)
komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa, dan (2) komponen
yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. kedua komponen ini merupakan
tanda atu lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di
luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.
adapun menurut Taufiqurrahman, Semantik adalah ilmu yang membahas tentang sifat-
sifat dari simbol bahasa dan mengkaji makna yang ada pada simbol tersebut dari aspek relasi
makna dengan struktur bahasa, perkembangan makna, macam-macam makna dan sebagainya.
2

jadi, semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya, atau salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna
bahasa.





1
moh. matsna, Orientasi Semantik Al-Zamakhsyari Kajian Makna Ayat-Ayat Kala, Jakarta: Anglo Media,
2006. hal. 2.

2
Taufiqurrohman, Leksikologi Bahasa Arab, Malang: UIN Malang Press, 2008. hal. 14.
Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
3
B. Ruang LingkupSemantik
ruang lingkup kajian ilmu dilalah berkisar pada:
1. al-dal (penunjuk, pemakna, dan nilai bunyi atau bentuk akustik) dan al-madlul (yang
ditunjuk, dimaknai, dan isi pikiran atau gagasan) serta hubungan simbolik diantara
keduanya.
2. perkembangan makna, sebab dan kaedahya, dan hubungan kontekstual dan situasional
dalam kehidupan, ilmu, dan seni.
3. majaz (kiasan) berikut aplikasi semantik dan hubungan stylistiknya.

dalam linguistik diantara keduanya dikehendaki adanya tiga syarat, yaitu:
1. hubungan linguistik itu harus menunjukkan makna.
2. hubungan itu digunakan dalam masyarakat linguistik yang memahaminya.
3. hubungan itu merujuk kepada sebuah sistem tanda (simbol) linguistik

C. Lambang (Ramz) Dan Makna (Mana)
Suatu kata atas lambang bunyi dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang
diacu. Berdasarkan teori Ogden dan Richards (1923), hubungan antara lambang (ramz) dan citra
mental (fikrah) bersifat langsung, sementara hubungan antara lambang dan objek (syaI kha:riji:)
tidak bersifat langsung. Dikatakan tidak berhubungan langsung, karena hubungan antar objek
dan lambang harus melalui konsep. Sifatnya arbitrer (manasuka). Tidak ada keharusan untuk
memberi lambang bahasa tertentu pada objek tertentu, disamping tidak ada jawaban yang mutlak
kebenarannya mengenai mengapa objek tertentu diberi lambang bahasa tertentu. Sebagai contoh,
Kata kita:b terdiri atas lambang bunyi, yaitu (k-i-t-a-b) dan konsep atau citra mental benda yang
dinamakan sebagai kita:b. Jadi, makna kata Kita:b adalah konsep tentang buku yang tersimpan
dalam otak manusia dan dilambangkan dengan kata kita:b.
Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
4

Hubungannya yang tidak langsung tersebut, menunjukkan bahwa antara bahasa dan
realitas itu tidak identic. Kata hanyalah representasi cara pandang suatu masyarakat tertentu
terhadap objek tertentu. Dalam bahasa Arab, kata Syams matahari dikategorikan berjenis
feminine dan kata qamar bulan dikategorikan berjenis maskulin. Hal ini,konon, karena
matahari yang muncul di siang hari dan biasanya yang muncul di siang hari adalah perempuan.
Begitu juga dengan bulan yang muncul di malam hari dan biasanya yang muncul di malam hari
adalah laki-laki. Bila benar alasan ini, tentu ini menjadi representasi dari cara pandang penutur
bahasa Arab terhadap syams dan qamar.
Haidar (1999: 22-23) menyebut itga hubungan antar lambang dan makna. Pertama, kaitan
alami (al-ala:qah Al-thabi:iyyah), contoh: wajah memerah menunjukkan sikap malu. Kedua,
kaitan lokasi (al-ala:qah Al-manthiqiyyah), contoh: adanya asap menunjukkan adanya api.
Ketiga, kaitan kelaziman (al-ala:qah al-urfiyyah), contoh: penggunaan kata rajul dalam bahasa
Arab, dalam bahasa Inggris man, dan dalam bahasa Indonesia lelaki untuk mengacu pada jenis
kelamin jantan.
3

D. Hubungan antara lambang bunyi dan referensi (yang dituju/ yang diacu)
menurut Ferdinand de Saussure, tanda linguistic terdiri atas komponen yang
menggantikan yang berwujud bunyi bahasa, dan komponen yang diartikan atau makna dari
komponen pertama. kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai
atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim disebut sebagai
referent/acuan/yang ditunjuk (madlul).


3
Moh Syarif Hidayatulloh, Cakrawala Linguistik Arab, Tangerang: Alkitabah, 2012. hal. 108-109
Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
5
teori semantic yang sampai saat ini masih digunakan dan tetap relevan adalah teori
mutsallats al-mana (semantic tringle), yaitu segitiga bermakna yang menghubungkan antara
tiga aspek dasar:
1. significant/symbol/petanda, dalam bahasa Arab disebut dal/alamah, yaitu yang terdiri
dari bunyi bahasa, tulisan, bahasa isyarat dan sebagainya.
2. konsep/mind yang dalam bahasa Arab disebut syuur/fikrah, yaitu sesuatu yang ada dalam
diri manusia ketika memahami significant.
3. signify/acuan/penanda yang dalam bahasa Arab biasa disebut madlul/musyar ilaih, yaitu
sesuatu yang dirujuk oleh significant.
yang perlu diketahui antara kata (dal) dan referen (madlul) yang berada dalam luar
bahasa adalah hubungannya tidak bersifat langsung (muqottoah), meski demikian ada media
yang menjembatani antara keduanya yaitu fikiran (mind). sehingga bisa dikatakan bahwa kata
merupakan lambang yang befungsi menghubungkan konsep/fikiran dengan acuan/benda yang
dirujuk.
hubungan penamaan antara satu kata dan benda acuannya paling jelas tampak pada nama
diri. disini ada hubungan satu lawan satu antara nama dan benda. misalnya nama kabah
mengacu pada objek yang ada di timur tengah yang menjadi kiblat kaum muslimin; nama Susilo
Bambang Yudhoyono mengacu pada pribadi yang memimpin Indonesia. hubungan antara kata
dan benda itu disebut hubungan acuan/referensi. pandangan ekstensionalisme menyamakan
masalah makna dengan acuan (Wahab, 1995:10).
makna satu kata dapat dijelaskan dalam batas-batas hubungan antara kata dan benda yang
diacunya. adapun study tentang hubungan antara simbil bahasa dan makna yang terkandung di
dalamnya, pertama kali dilakukan oleh LA Richard dan D.K Ogden tahun 1923 yang terkenal
dengan semantic triangle atau theory of meaning yang menggambarkan hubungan keterpautan
antara symbol, objek rujukan, dan gagasan atau mental image dari objek rujukan dan symbol
tersebut (Suhendra, 1994:89).
sebagaimana di atas, seperti nama diri mengacu pada pribadi yang diacunya, kata benda
umum mengacu pada serangkaian benda-benda, kata kerja mengacu pada suatu tindakan, kata
Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
6
sifat mengacu pada keadaan benda atau pribadi, dan kata keterangan mengacu pada keadaan
suatu tindakan. namun tidak selamanya paradigma acuan ini tidak mengalami masalah
acuan/referensi. misalnya, kata dan, tidak, apakah dan semua preposisi sesungguhnya tidak bisa
dibuktikan hubungannya (acuan) dengan benda. Dalam bahasa ternyata ada kata yang tidak
memiliki referen yang berwujud materi sehingga dia hanya ada dalam pikiran saja. Kata yang
memiliki referen yang berwujud dinamakan makna referensial (al-mana al-marjai), makna
kognitif (al-mana al-marifi), dan makna afektif (al-mana al-wijdani).
4

















4
Muhyiddin, Studi Kasus Terhadap Perubahan Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Yang Dipungut
Dari Bahasa arab, artikel ini diakses pada 26 Maret 2014 pukul 10:00 WIB

Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
7
KESIMPULAN

Semantik adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dari simbol bahasa dan
mengkaji makna yang ada pada simbol tersebut. dan salah satu ruang lingkup pembahasan
semantik yakni berkenaan dengan al-dal (penunjuk, pemakna, dan nilai bunyi atau bentuk
akustik) dan al-madlul (yang ditunjuk, dimaknai, dan isi pikiran atau gagasan). jadi semantik
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya, atau salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna bahasa.
adapun hubungan antara lambang bunyi (al-dal) dan yang ditunjuknya (al-madlul) yang
berada dalam luar bahasa tidak bersifat langsung (muqattoah), meski demikian ada media yang
menjembatani antara keduanya yaitu pikiran (mind). sehingga bisa dikatakan bahwa kata
merupakan lambang yang berfungsi menghubungkan konsep /pikiran dengan acuan/benda yang
dirujuk.










Al-Alaqoh Bayna Shout Wal Madlul
8
DAFTAR PUSTAKA

Matsna, moh , Orientasi Semantik Al-Zamakhsyari Kajian Makna Ayat-Ayat Kala, Jakarta:
Anglo Media, 2006.
Taufiqurrohman, Leksikologi Bahasa Arab, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Moh Syarif Hidayatulloh, Cakrawala Linguistik Arab, Tangerang: Alkitabah, 2012.
Muhyiddin, Studi Kasus Terhadap Perubahan Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Yang
Dipungut Dari Bahasa arab, artikel ini diakses pada 26 Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai