Anda di halaman 1dari 4

Algoritma Henti jantung

Henti jantung merupakan keadaan diamana sirkulasi darah darah berhenti akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi, ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-tanda sirkulasi lainnya.
Apabila menemukan seseorang dengan karateristik tersebut, mulailah memanggil bantuan
tambahan dan mengaktifkan kode darurat.
Kemudian segera lakukan RJP pada korban, RJP harus memiliki kualitas:
Tekanan keras dengan kedalaman 5cm, dengan frekuensi tekanan >99/menit, dan
memberikan kesempatan daya mengembang maksimal
Menggunakan rasio kompresi-ventilasi 30:2
Kurangi interupsi pada saat kompresi
Hindari ventilasi yang berlebih
tukar pemberi perlakuan kompresi tiap 2 menit sekali
Pada saat alat bantu datang, pasang sadapan EKG dan siapkan defibrillator tanpa menghentikan
RJP, setelah terpasang hentikan RJP (tidak boleh lebih dari 10 detik) dan lihat irama apa yang
didapatkan. Berdasarkan irama yang didapatkan tatalaksana dibagi menjadi dua:
Irama kasus fibrilasi ventrikel/ ventrikel takikardi tanpa nadi
Pulseless electrical activity (PEA)/ asystol

A. Kasus VF/VT tanpa nadi
Apabila pada irama yang didapatkan berbentuk gambaran gelombang yang naik turun dengan
berbagai amplitude gelombang yang berbeda-beda, menimbulkan gambaran seperti cacing yang
yang naik turun dan tidak beraturan, dan tidak tampak kompleks QRS atau segmen ST atau
gelombang T, maka disimpulkan irama dari fibrilasi ventrikel (VF).
Bila terlihat VT/VF, lakukan kejut listrik unsychronized dengan (1) energy 360 joule untuk kejut
mono fasik atau 200 joule untuk kejut listrik bifasik. Lalu lakukan (2) RJP selama 5 siklus (2
menit). Setelah itu lihat kembali gambaran EKG yang didapatkan , bila masih VT/VF, kembali
lakukan kejut listrik, lakukan RJP selama 2 menit lagi dan bila jalur IV sudah terpasang (3)
berikan epinefrin 1mg IV/IO tiap 3-5 menit atau dapat (4) diberikan vasopressin dosis 40 mg
IV/IO uintuk menggantikan dosis pertama atau kedua epinefrin, vasopressin diberikan sekali saja
sampai RJP selesai. Kemudian lakukan survey sekunder dan lakukan intubasi trakea. Setelah RJP
2 menit lihat kembali irama yang didaptkan, apabila masih VT/VF, kembali lakukan kejut listrik,
diteruskan RJP 2 menit dan berikan (5) amiodaron IV/IO dosis 300 mg, kemudian cek irama
lagi, apabila masih VT/VF ulangi proses (1), (2), (3) & (5) dan untuk amidaron, dosis kedua
sebanyak 150 mg.
Sebagai catatan, untuk intubasi trakea, bila pemberian oksigenasi dapat berlangsung dengan baik,
dapat ditunda, namun untuk kasus henti jantung yang tidak disaksikan (unwitness), intubasi
trakea harus segera dilakukan. Dan apabila amiodaron tidak ada, dapat digantikan dengan
lidokain dengan dosis pertama 1-1,5 mg/kgBB dan dosis kedua 0,5-0,75/kgBB.
B. Kasus PEA/Asystole
Apabila pada layar EKG terdapat gambaran elektrik (biasanya kompleks QRS yang melebar
dengan frekuensi 20-40/menit) naumn tidak didapatkan perabaan nadi arteri karotis, maka
kemungkinan besar mengalami PEA, atau apabila didaptkan gambaran yang relative lurus tanpa
pelistrikan maka orang tersebut mengalami asystole.
Tetap lanjutkan (6) RJP selama 5 siklus (2 menit) dan berikan epinefrin 1mg IV/IO tiap 3-5
menit, kemudian cek monitor EKG, apabila didapatkan gambaran PEA/asystole, lakukan (7) RJP
kembali selama 2 menit dan obati penyebab reversible, penyebab reversible antara lain:
Hypovolemia
Hypoxia
Acidosis
Hypo/hyperkalemia
Hypothermia
Tegangan pneumothorax
Tamponade
Toxins
Thrombosis pulmoner
Thrombosis coronary
Kemudian cek monitor EKG kembali, apabila masih terdapat tanda-tanda PEA/Asystole ulangi
proses (6) dan (7).
Untuk catatan, apabila mendapatkan gambaran asystole, beberapa tindakan harus dilakukan
untuk pengecekan alat/monitor:
Apakah sadapan sudah terpasang dengan baik?
Apakah konektor sadapan dengan alat kejut listrik sudah terpasang dengan baik?
Apakah baterai DC sudah terpasang?
Apakah kabel listrik alat DC tersambung dengan baik?
Apakah aliran listrik ada ?
Apakah sudah mencoba memindahkan lead I, II, III secara bergantian?
Apaka sudah berusaha menaikan amplitudo pada alat DC agar gelombang lebih terlihat?

C. Pemberhentian
Apabila pada kedua kasus pada saat pengecekan monitor EKG didapatkan sirkulasi spontan
(ROSC), segera lakukan post-Cardiac arrest Care. Dikatakan positif ROSC apabila terdapat nadi
dan tekanan darah, dan terdapat gelombang tekanan spontan arterial yang sejalan dengan
gambaran intra-arterial pada monitor.
Perlu juga diingatkan tata laksana yang dilakukan harus sesuai dengan irama/klinis penderita saat
itu, sebagai contoh apabila pada awal, tatalkasana yang dilakukan berupa kasus VT/VF
kemudian pada saat pengecekan monitor didapatkan irama asystole, secara cepat lakukan
perubahan tatalaksana sesuai tata cara penangan henti jantung asystole.
Untuk kasus PEA dan asystole apabila pertolongan sudah diberikan kurang lebih 30 menit,
sebaiknya dilakukan penilaian ulang pertolongan yang telah dilakukan, nilai apakah RJP sudah
dilakukan dengan benar, apakah obat-obatan sudah diberikan dengan cara dan dosis sudah benar,
apabila semua tindakan kita sudah ternilai dengan benar dan tidak didapatkan tanda ROSC serta
tampak kematian biologis yang jelas, dapat dipertimbangkan untuk menghentikan pertolongan
yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai