Anda di halaman 1dari 9

PT.

Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 1
ANALISA SISTEM TENAGA



I. Pendahuluan

Dalam sistem tenaga, yang perlu diketahui dalam analisanya adalah :
Analisa aliran daya
Analisa hubung singkat
Analisa stabiltas sistem

Analisa aliran daya. Yang dipelajari adalah aliran arus beban yang mungkin mengalir di tiap
cabang di dalam network, baik aliran daya pada cabang Trafo, Distribusi, Transmisi maupun
yang mengalir dari Pembangkit dan beban yang tersebar di dalam sistem. Analisa ini
dilakukan untuk mengetahui apakah peralatan listrik akan mengalami beban lebih sebelum
beban itu mengalir padanya sebelum kejadian yang sesungguhnya.

Analisa hubung singkat adalah analisa yang mempelajari kontribusi arus gangguan hubung
singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang di dalam sistem (di jaringan distribusi,
transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang
mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.
Tidak saja besar arus kontribusi yang dihitung, tetapi juga besarnya tegangan yang terjadi
pada setiap Node pada saat gangguan hubung singkat tersebut.

Analisa stabilitas sistem, analisa yang mempelajari kelakuan sistem dimana terjadi
pergeseran besaran listrik berupa frekwensi, tegangan dan arus pada beberapa pembangkit
yang dihubungkan oleh jaringan sewaktu terjadi perubahan.
Keadaan ini terjadi akibat lepasnya pembangkit besar di dalam sistem, sesaat setelah terjadi
gangguan hubung singkat atau masuknya beban besar ke dalam sistem.

Pada kesempatan ini, analisa sistem tenaga yang ada hubungan dengan training bidang
proteksi adalah analisa yang hasilnya sangat diperlukan oleh peralatan proteksi yaitu
Analisa Hubung Singkat. Besaran arus dan tegangan yang didapat dari hasil analisa ini
yang dimanfaatkan oleh peralatan proteksi.
Analisa stabilitas sistem tidak dibahas dalam kesempatan ini walaupun analisa ini juga perlu
dilakukan untuk mengetahui bagaimana reaksi peralatan proteksi bila terjadi guncangan di
dalam sistem tenaga listrik.


II. Analisa Hubung Singkat

Analisa hubung singkat (yang mungkin terjadi pada setiap titik di dalam sistem) yang
dipelajari terutama adalah besarnya kontribusi arus gangguan hubung singkat pada setiap
cabang (bisa di Transmisi, Distribusi, Trafo maupun dari Sumber pembangkit) disamping
perlu diketahuinya pula besar tegangan pada setiap Node. Besar arus dan atau tegangan
hasil analisa inilah yang diperlukan oleh engineer proteksi untuk penyetelan proteksi,
sehingga bila gangguan hubung singkat itu benar-benar terjadi di dalam sistem, peralatan
proteksi dapat bekerja mengamankan bagian sistem yang terganggu sesuai yang
diharapkan.

Gangguan yang mungkin terjadi di dalam sistem 3 fasa adalah :
Gangguan 3 fasa.
Gangguan 2 fasa (ke tanah)
Gangguan satu fasa ke tanah.



PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 2
Gangguan 3 fasa, kemungkinan terjadinya adalah dari sebab putusnya salah satu kawat
fasa yang letaknya paling atas pada transmisi / distribusi dengan konfigurasi kawat antar
fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang sangat kecil, tetapi
dalam analisanya tetap harus diperhitungkan. Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang
cukup tinggi berayun sewaktu tertiup angin kencang sehingga menyentuh ketiga kawat fasa
transmisi atau distribusi.

Gangguan 2 fasa, kemungkinan terjadinya bisa disebabkan oleh putusnya kawat fasa
tengah pada transmisi / distribusi dengan konfigurasi tersusun vertikal. Kemungkinan lain
adalah dari sebab rusaknya isolator di transmisi / distribusi sekaligus dua fasa. Gangguan
seperti ini biasanya menjadi gangguan dua fasa ke tanah. Atau bisa juga akibat back
flashover antara tiang dan dua kawat fasa sekaligus sewaktu tiang transmisi / distribusi yang
mempunyai tahanan kaki tiang yang tinggi tersambar petir, dan lain-lain.

Gangguan satu fasa ke tanah, kemungkinan terjadinya adalah akibat back flashover antara
tiang ke salah satu kawat fasa transmisi / distribusi sesaat setelah tiang tersambar petir yang
besar, walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah. Bisa juga gangguan satu fasa ke
tanah terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi / distribusi tersentuh pohon yang
cukup tinggi, dan lain-lain.

Sesungguhnya hampir setiap macam gangguan hubung singkat (3 fasa, 2 fasa atau satu
fasa ke tanah) melalui suatu nilai tahanan gangguan yang terbentuk oleh arcing (R
ARC
).
Tetapi dalam analisa hubung singkat selalu perhitungan arus gangguan hubung singkat
dengan menganggap tahanan gangguan =0 (nol) untuk memudahkan perhitungan, karena
kesulitan untuk menentukan besarnya R
ARC
yang setepatnya. Oleh sebab itulah dalam
penyetelan-penyetelan Relai proteksi atau karakteristik, Relai proteksi yang dibuat oleh
suatu fabrik selalu memperhitungkan agar dapat menampung R
ARC
terbesar yang mungkin
terjadi untuk masing-masing macam gangguan.

Pendahulu-pendahulu kita telah mempelajari, meneliti, dan menemukan rumus-rumus
perhitungan arus gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa atau satu fasa ke tanah pada
sistem 3 fasa. Penyelesaian pada masalah di sistem 3 fasa dengan menerapkan logika satu
fasa. Dalam sekolah-sekolah tinggi, mahasiswa diajarkan menggunakan bentuk rumus-
rumus yang harus digunakan untuk masing-masing gangguan hubung singkat. Pada
kesempatan ini, dicoba menjelaskan datangnya beberapa rumus yang selama ini digunakan,
agar rumus itu tidak perlu dihafalkan karena difahami.


Gangguan 3 fasa

Telah dikenal baik oleh para engineer dalam analisa hubung singkat bahwa gangguan
3 fasa dihitung dengan menggunakan rumus sederhana seperti yang digunakan pada
rumus satu fasa yang pada dasarnya adalah hukum Ohm (V =I * Z).
Dalam sistem tiga dikenal dengan adanya Impedansi Urutan Positif (Z
1
), Urutan Negatif
(Z
2
) dan Urutan Nol (Z
0
). Dalam pembahasan gangguan 3 fasa, arus gangguannya
dihitung dengan rumus sebagai berikut :




Dimana, I
3 FASA
= besar arus yang mengalir pada setiap fasa sewaktu terjadi gangguan
hubung singkat di suatu titik di dalam sistem (dalam Amper).
E
FASA
= besar tegangan tiap fasa terhadap netral sistem (dalam Volt).
Z
1
= Impedansi ekivalen urutan positif. Dikatakan ekivalen karena
mewakili seluruh impedansi di dalam sistem yang terhubung seri atau
paralel dari sejak sumber sampai dengan titik gangguan.
I
3 FASA
=
E
FASA
Z
1


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 3
Bagaimana rumus tersebut dapat terbentuk menjadi demikian, berikut ini dicoba
menelaahnya dengan maksud agar mudah memahaminya sehingga tidak perlu
menghapalnya tetapi cukup dengan mengerti dan mengingat dari mana datangnya.

Kita tahu bahwa besar tegangan sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang adalah sama
besar, hanya sudut fasanya berbeda 120, seperti digambarkan berikut ini :











Kalau salah satu fasa dari sistem tiga fasa tersebut di atas (misalkan fasa A) dibebani
suatu impedansi Z, maka gambar rangkaiannya dapat sebagai berikut:









Arus yang mengalir pada impedansi Z tersebut adalah sebesar :





Uraian yang sama, tetapi fasa yang dibebani dengan impedansi Z adalah fasa B, maka
gambar rangkaiannya adalah seperti di bawah ini :






Arus yang mengalir di impedansi tersebut adalah :





Demikian pula apabila fasa C yang dibebani dengan impedansi Z, di bawah ini adalah
gambar rangkaiannya.






E
A
E
B E
C
A
B C
N
Arah vektor tegangan yang
diinduksikan oleh generator
N
E
A
A
Arah arus
Z

I
A
E
B
B
N
Arah arus
Z

I
B
I
B
=
E
B
Z
E
C
C
N
Arah arus
Z

I
C
I
A
=
E
A
Z


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 4
Arus yang mengalir di impedansi tersebut adalah :




Karena tegangan E
A
, E
B
, dan E
C
adalah sama besar, kecuali arah vektornya berbeda
120 maka besar I
A
, I
B
, dan I
C
juga sama besarnya kecuali arah vektornya yang juga
berbeda 120 karena impedansi Z nya sama besar.
Bila digabungkan ketiga fasa beban-beban tersebut, maka gambarnya dapat dilihat pada
gambar berikut.















Arus masing-masing fasa mengalir keluar, dalam gambar di atas seperti arah tegangan
yang diinduksikan di generator (dalam arti tidak melawan arah tegangan yang
dibangkitkan) dan bertemu di satu titik untuk kembali ke netral dengan nilai arus sebesar
I
A
+I
B
+I
C
dalam vektor karena arus-arus tersebut berbeda fasa 120.
Kalau demikian berapakah besar arus di kawat netral akibat penjumlahan arus dari
ketiga fasa tersebut ?
Dihitung dengan vektor atau diperiksa secara vektor akan memberikan hasil sama.
Pemeriksaan dalam vektor,



Perhatikan vektor arus I
A
, I
B
dan I
C

Arus-arus ini berbeda 120, tetapi besarnya
yang dalam hal ini diwakili oleh panjangnya
vektor arus itu masing-masing.







Kalau kita jumlahkan vektor arus ini, maka jumlahnya sebagai berikut:


I
A
+I
B
berlawanan arah dengan I
C
, tetapi
panjangnya sama, sehingga apabila
dijumlahkan secara vektoris akan saling
meniadakan (=0).


I
C
=
E
C
Z
C
E
A
E
B E
C
A
B
N
Z

I
A
Z

I
B
Z

I
C
I
A
+I
B
+I
C
E
A
E
B E
C
I
A
I
B
I
C
I
A
I
B
I
C
I
A
+I
B


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 5
Kembali kepada gambar pembebanan tiga fasa dengan impedansi Z, maka
















Sehingga gambarnya dapat dibuat sebagai berikut:
















Gambar terakhir ini mirip dengan kejadian gangguan tiga fasa, dimana ketiga arus fasa
yang mengalir di masing-masing impedansi Z tidak ada yang melawan ggl E
A
, E
B
, dan E
C

yang dibangkitkan, sehingga diartikan pada arah positif. Demikian pula impedansi yang
menghambat arus itu diartikan impedansi positif.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa arus gangguan tiga fasa dihitung dengan
rumus :





Sedang impedansi Z
1
adalah impedansi urutan positif dari seluruh rangkaian di dalam
sistem, baik yang tersambung seri ataupun paralel yang disederhanakan menjadi satu
nilai ekivalen sebesar Z
1
.


Gangguan 2 fasa

Bila pada sistem tiga fasa, dua fasanya dibebani suatu impedansi Z pada masing-masing
fasanya kemudian dihubungkan pada ujung yang lain sehingga membentuk sambungan
beban dua fasa seperti pada gambar berikut ini:

C
E
A
E
B E
C
A
B
N
Z

I
A
Z

I
B
Z

I
C
I
A
+I
B
+I
C
=0
Karena arus yang
mengalir di kawat
netral = 0, maka
kawat ini bisa
ditiadakan
I
3 FASA
=
E
FASA
Z
1
Pada masing-masing fasanya
C
E
A
E
B E
C
A
B
N
Z
1

I
A
Z
1

I
B
Z
1

I
C


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 6
Misalkan impedansi Z dimaksud terhubung pada fasa A dan B
















Pada gambar di atas jelas bahwa arus yang mengalir pada rangkaian tertutup adalah di
fasa A mengalir arus I
A
, di fasa B mengalir arus I
B
dimana I
A
= I
B
, dengan sumber
tegangan fasa A-B yang besarnya E
AB
=3 * E
A
.
Kalau kita perhatikan arus I
A
(yang mengalir di impedansi Z) keluar dari fasa A urutannya
sama dengan urutan ggl fasa A (positif) sehingga impedansi Z yang menghambat aliran
arus itu dapat disebut dengan impedansi urutan positif (Z
1
), sementara I
B
yang mengalir
kembali ke sumber (lewat impedansi Z di fasa B) terlihat melawan urutan ggl yang
dibangkitkan di fasa B (negatif), sehingga boleh kita katakan bahwa impedansi yang
menghambat aliran arus di fasa B disebut dengan impedansi urutan negatif (Z
2
,
impedansi yang melawan urutan ggl yang dibangkitkan di fasa B).
Hubungan impedansi Z
1
dan Z
2
di dalam rangkaian di atas adalah terseri, sehingga
besarnya impedansi yang menghubungkan antara fasa A dan B adalah sebesar Z
1
+Z
2
.
Sehingga arus yang mengalir antara fasa A dan B itu dihitung dengan rumus sederhana
satu fasa adalah sebagai berikut,




Kalau impedansi Z
1
yang tersambung di fasa A dan Z
2
yang tersambung di fasa B
merupakan impedansi di dalam jaringan dan di ujung impedansi itu dihubungkan
langsung, maka terbentuklah suatu sistem tiga fasa yang sedang mengalami gangguan
hubung singkat dua fasa.

Dengan berpedoman seperti uraian di atas, maka arus gangguan dua fasa dapat
dihitung dengan menggunakan rumus tersebut yaitu ;








Impedansi Z
1
dan Z
2
adalah impedansi urutan positif dan impedansi urutan negatif dari
seluruh impedansi masing-masing urutan di dalam sistem, baik yang tersambung seri
dan atau paralel yang disederhanakan menjadi impedansi ekivalen urutan positif dan
impedansi ekivalen urutan negatif.


I =
E
AB
Z
1
+Z
2
I
2FASA
=
E
AB
Z
1
+Z
2
atau,
I
2FASA
=
3 * E
A
Z
1
+Z
2
C
E
A
E
B E
C
A
B
N
Z

I
A
Z

I
B
Z

I
C
=0


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 7
Gangguan 1 fasa ke tanah

Bila dalam sistem 3 fasa, salah satu fasanya (fasa A) dibebani oleh suatu impedansi Z,
sumber yang berperan dalam pembebanan ini adalah tegangan fasa (A) yang dibebani
tersebut.
Pertama kali arus yang mengalir akan melalui hambatan impedansi yang urutannya
sama dengan urutan tegangan fasa (A) yang dibebani tersebut, seperti yang dijelaskan
pada uraian mendapatkan perhitungan hubung singkat tiga fasa, impedansi itu adalah
impedansi urutan positif.
Arus yang mengalir tersebut (urutan positif) di dalam kumparan generator
membangkitkan flux yang mengalir di inti besi generator
Kemana berputarnya flux tersebut, lihat gambar di bawah ini,

Flux yang mengalir di inti fasa tegangan yang
dibebani seperti disebutkan di atas searah dengan
urutan tegangan yang tentunya mendapat
hambatan (reluktansi inti besi, celah udara antara
kutub dan stator dan berputar mengelilingi inti
stator kembali melalui fasa yang tidak dibebani
(fasa B dan C). Sewaktu masuk ke fasa B dan C
akan melawan ggl fasa tersebut.




Akibatnya di kumparan fasa B dan C tersebut akan terinduksi yang melawan ggl yang
dibangkitkan di fasa tersebut. Artinya pada kondisi ini terdapat arus yang melawan
tegangan yang dibangkitkan sehingga bisa dikatakan ada hambatan impedansi dan
biasa disebut dengan impedansi urutan negatif (berlawanan) yang terhubung seri
dengan impedansi urutan pusitif.
Seperti diketahui, di fasa yang tidak dibebani (B dan C) pada kenyataannya tidak ada
arus yang keluar daripadanya karena tidak dibebani. Oleh sebab itu ada arus lain yang
mengkompensir arus urutan negatif itu di fasa B dan C sehingga jumlahnya sama
dengan nol. Akibatnya di fasa tersebut arus yang mengalir seolah melalui hambatan
Impedansi lain yang biasa disebut dengan Impedansi urutan nol, yang hubungannya
terseri juga.

Tetapi arus-arus itu di fasa yang dibebani (fasa A), semua arus itu searah, sehingga
masing-masing urutan itu dapat dihitung dengan dengan rumus :





Sedangkan I
1 FASA
=I
0
+I
1
+I
2
sehingga,






III. Kontribusi Arus Cabang dan Tegangan Node.

Dari besarnya arus gangguan hubung singkat yang dihitung, baik untuk gangguan satu fasa
ke tanah, dua fasa atau tiga fasa ke tanah, dapat dihitung kontribusi arus gangguan pada
masing-masing cabang dan tegangan Node
I
0
=I
1
=I
2
=
E
A
Z
1
+Z
2
+Z
0
I
1 FASA
=
3 E
A
Z
1
+Z
2
+Z
0
Fasa A
Fasa B
Fasa C


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 8
Namun untuk menghitung besarnya kontribusi arus maupun tegangan pada tiap node,
dengan berdasarkan prinsip olahan urutan pada butir II diatas, kita perlu mencari dahulu
besarnya tiap arus urutan positif, negatif dan nol.

Telah diuraikan di atas bahwa pada generator tiga fasa, tegangan yang dibangkitkan oleh
fluks (medan magnit) yang memotong kumparan fasa adalah sebagai sumber yang
mendorong adanya arus pada kondisi pembebanan normal dimana arus yang keluar dari
sumber tegangan pada beban normal (seimbang pada ketiga fasanya) adalah arus yang
urutannya sama dengan yang tegangan yang dibangkitkan yaitu urutan positif.

Tegangan urutan positif secara umum dihitung dengan rumus sebagai berikut :



Yang kalau digambarkan, rangkaiannya adalah sebagai berikut :








Untuk beban seimbang pada ketiga fasanya atau gangguan tiga fasa (ke tanah) maka dapat
dikatakan V
1
di titik bintang beban atau di titik gangguan tiga fasa sama dengan nol,
sehingga Z
1
yang tergambar adalah Z beban atau Z
1
jaringan.
Pada kondisi gangguan hubung singkat, Z
1
seperti yang terlihat pada gambar adalah suatu
nilai Impedansi urutan positif ekivalen dari suatu rangkaian di dalam sistem.
Bisa saja sebelum menjadi satu impedansi ekivalen, rangkaian impedansi semula berupa
rangkaian seri dan paralel seperti gambar berikut.








Dengan percabangan seperti gambar, dan menggunakan hukum Ohm, besar tegangan dan
besar arus cabang dapat dihitung.
Selanjutnya untuk besaran urutan negatif juga harus dihitung dengan cara yang sama tetapi
dengan rumus :




Dan rangkaiannya mirip dengan rangkaian urutan positif, kecuali sumber tegangan seperti
gambar berikut,








V
1
=V
ph
I
1
* Z
1
V
ph
I
1
Z
1
V
1
Z
1
V
2
= I
2
* Z
2
I
2
Z
2
V
2


PT. Jalamas Berkatama



Kursus Protection of Industrial Power Systems 19-23 November 2007 9
Bisa saja sebelum menjadi satu impedansi ekivalen, rangkaian impedansi semula berupa
rangkaian seri dan paralel seperti gambar berikut









Dengan cara yang sama dicari pula untuk besaran urutan Nol yang rumusnya :



Besarnya tegangan fasa di masing-masing node dapat dihitungan dengan menggunakan
rumus :
V
A
=V
1
+V
2
+ V
0

V
B
=a
2
* V
1
+a * V
2
+ V
0

V
C
=a * V
1
+a
2
* V
2
+V
0

Demikian juga arus masing-masing fasa dapat dihitung dengan cara yang sama seperti
berikut :
I
A
=I
1
+I
2
+ I
0

I
B
=a
2
* I
1
+a * I
2
+I
0

I
C
=a * I
1
+a
2
* I
2
+I
0

Dimana faktor a =- 0.5 +j 3 / 2 dan a
2
=- 0.5 - j 3 / 2.

Z
2
V
0
= I
0
* Z
0

Anda mungkin juga menyukai