(2)
Ev adalah bulk modulus elastisitas, yang merupakan ungkapan kompresibilitas
(kemampumampatan) fluida. Modulus elastisitas air adalah Ev = 2,07 x 10' N/m
2
.
Bulk modulus elastisitas adalah perbandingan perubahan tekanan terhadap perubahan
volume tiap satuan volume.
adalah masa jenis fluida [ kg/ m
2
]
Untuk air keadaan standar, = 1000 kg/ m
2
.
Persamaan (1) di atas merupakan peningkatan tekanan maksimum secara teoritis.
Peningkatan tekanan yang sesungguhnya akan lebih kecil dari peningkatan tekanan yang
diperoleh dari persamaan (1). Hal ini terjadi karena pada kenyataannya semua jenis pipa
mempunyai elastisitas dan secara teknis tidak dapat menghentikan aliran fluida daiam
pipa benar-benar secara mendadak.
Gambar XXX : skema rangkaian Hydralic Ram (hidram)
Karena memiliki beda ketinggian ( H / head ), aliran air akan dipercepat di dalam saluran
pipa input dan meninaaalkan hidram melalui katub buang. Percepatan fluida yang
mengalir di dalam pipa didapatkan dengan menggunakan persamaan berikut :
) (
(3)
H = beda ketinggian permukaan air dengan katup buang [m]
(4)
Fd = gaya drag dari katup buang [N]
A
v
= luas saluran katup buang [m
2
]
rho
w
= massa jenis fluida [ =1000kg/m
2
]
C
d
= koefisien drag dari katup buang [-]
Besarnya koefisien drag Cd tergantung pada besarnya angka Reynold dari aliran
dan bentuk katub buang. Untuk bentuk piringan bulat, Cd = 1,12
Penerapan hukum Bernoulli untuk titik (0) dan (3) dari gambar 1 akan diperoleh :
(
(5)
P
0
= tekanan di titik (0), sama dengan nol (atmosfer) [ Nim
2
]
P
3
= tekanan di titik (3)
Vo = kecepatan fluida di titik (0), sama dengan nol [ m/detik ]
Zo = ting
g
i (head) titik (0)
V
3
= kecepatan fluida di titik (3), sama dengan nol [ m/detik ]
(pada saat katub buang tertutup penuh secara tiba-tiba)
Z
3
=
tinggi (head) titik (3)
H
L
= rugi-rugi ( h e a d l o s s ) [ m]
Jika besaran yang diketahui dimasukkan ke dalam persamaan 5, akan diperoleh :
) (6)
Gaya yang mempercepat aliran fluida dapat dituliskan dengan menggunakan persamaan
Newton :
(
) (7)
F gaya yang mempercepat aliran fluida (N)
M massa fluida dalam saluran yang dipercepat (kg)
A percepatan (m/detik
2
)
A luas penampang pipa saluran (m
2
)
L panjang pipa saluran (m)
Tekanan di titik (3), P3 diperoleh dengan membagi gaya F pada persamaan 7 dengan luas
penampang saluran A.
Sehingga,
Dari persamaan 6 dan 9
Siklus Kerrja Puma Hidram
Dalam menganalisa proses pemompaan, siklus kerja hidram dibagi dalam empat periode
utama. Gambar 3 menunjukkan grafik kecepatan aliran dalam pipa saluran dan posisi
katub buang yang terbagi dalam 3 tahap/fase.
Fase A.
Katub buang terbuka. Air akan mulai mengalir dari bak air bawah menuju dan
melewati katub buang. Aliran air akan dipercepat (semakin lama semakin cepat)
karena adanya beda ketinggian / head bak air bawah dan katub buang, H.
Kecepatan aliran air di dalam saluran akan mencapai Vo.
Fase B.
Katub buang mulai bergerak menutup dan akhirnya tertutup penuh. Pada rancangan
hidram yang baik, katub buang dapat bergerak dengan tiba-tiba dan cepat.
Gamabar 3 gafik hubungan kecepatan fluida pada saluran input dengan waktu
Fase C.
Setelah katub buang tertutup, tetap akan tertutup. Proses penutupan katub buang secara
tiba-tiba akan menimbulkan tekanan yang sangat tinggi di dalam hidram. Tekanan
statik yang berlebih ini juga akan dialami fluida yang berada di sekitar check valve.
Check valve akan terbuka dan terjadilah proses pemompaan air yang
sesung
g
uhnya. Proses ini akan berhenti pada saat kecepatan fluida yang masuk ke dalam
tabung udara/yang melewati check valve sama dengan nol. Check valve akan menutup
kembali karena penurunan tekanan di dalam hidram.
Tekanan yang besar di bagian atas check valve, yang lebih besar dari tekanan statis
sebelumnya, akan menyebabkan fluida terdorong ke pipa output.
Fase D.
Check valve tertutup.
Tekanan yang masih tinggi dalam hidram, lebih besar dari tekanan statis inputan
(permukaan bak air bawah), menyebabkan pembalikan arah aliran fluida. Aliran dari
hiram menuju ke bak air bawah. Proses/kejadian/tahap ini disebut masa
pembalikan/recoil.
Tahap/masa pembalikan arah aliran ini akan menyebabkan tekanan vakum di dalam
hidram. Sejumlah kecil udara akan terhisap masuk ke dalam hidram melalui
katub/lubang udara.
Tekanan fluida di bagian bawah katub buang juga berkurang dan karena berat dari katub
buang itu sendiri maka katub buang akan terbuka dengan sendirinya (secara otomati s).
Air di dalam pipa saluran masuk kembali ke tekanan semula. Air akan kembali
mengalir seperti semula / pada awalnya. Siklus selanjutnya dimulai lagi. Tahap-tahap
ini terus berlan
g
sung secara otomatis dengan frekwensi bebera papukulan /
langkah/ beats per menit, bisa sampai 300 beats per menit.
Efisiensi Hidram
Ada dua cara yang biasa dipergunakan untuk menentukan efisiensi suatu instalasi
hidram, yaitu dengan metode Rankine dan metode D'Aubuisson.
E efisiensi hidram [ - ]
Q debit aliran fluida yang dipompakan [ 1/menit ]
Q
w
debit aliran fluida yang terbuang [ 1/menit ]
h selisih tinggi permukaan air bak atas dan bak bawah [ m ]
H tinggi permukaan air bak bawah dari katub buang [ m
Hd
tinggi permukaan air bak atas dari katub buang = H + h [m]
METODE PRAKTIKUM
Langkah Praktikum
1. Periksa terlebih dahulu semua pipa saluran input dan semua selang output.
Pastikan semua sambungan sudah terpasang dengan benar.
2. Nyalakan pompa air dan buka kran air pengisi bak air untuk mengisi bak air input.
3. Tunggu beberapa saat sampai air keluar dari saluran buang bak air input.
4. Ukurlah :
a. Selisih tinggi permukaan air dalam bak air input dengan pompa hidram (h
in
).
b. Selisih pompa hidram dengan saluran output Lantai 2 (h
out-2
).
c. Selisih pompa hidram dengan saluran output Lantai 3 (h
out-3
).
d. Selisih pompa hidram dengan saluran output Lantai 4 (h
out-4
).
5. Ukurlah panjang langkah katub buang (s).
6. Operasikan hidram.
7. Buka kran buang saluran output.
8. Tutup kran buang saluran output jika sudah keluar airnya.
9. Buka kran saluran output yang ada di lantai 2. Tunggu beberapa saat sampai keluar
airnya.
10. Ukurlah :
a. Debit air yang berasal dari pompa air (Q
in-p
).
b. Debit air yang berasal dari kran pengisi bak air (Q
in-k
).
c. Debit air yang keluar lewat saluran buang bak air input (Q
in-o
).
d. Debit air yang keluar lewat saluran output (Q
out
).
e. Jumlah beats tiap menit (n).
f. Lakukan pengukuran 10.a s/d 10.e masing-masing sebanyak 3 kali.
11. Pindahkan saluran output ke lantai 3 dan ulangi langkah 10.
12. Pindahkan saluran output ke lantai 4 dan ulangi langkah 10.
13. Lakukan langkah 10 s/d 12 dua kali lagi dengan beats yang berbeda-beda (50 s/d 90
beats tiap menit), dengan cara mengatur panjang langkah hidram.
14. Setelah selesai mengumpulkan data, matikan pompa air dan tutup kran air bak air.
15. Buka kran buang saluran output.
16. Bereskan semua peralatan dan kembalikan seperti sebelum praktikum.
PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN
H
d
= 3 meter
H = 0.66 meter
h = H
d
H
= 2.34 meter
Mencari Efisiensi Hidram dengan metode Rankine :
E (Rankine) = Q h
(Q+Qw) H
= 170 x 2.34
(170+15) 0.66
= 3.26 %
volumetris
=
= 11.33
Dari perhitungan didapat hasil seperti tabel dibawah ini :
NO Tekanan Q
L/Detik
Qw
(L)
h
(m)
H
(m)
Hd
(m)
Beat/Menit Efisiensi
(%)
H
volumentris
1 16 Psi 170 15 2.34 0.66 3 250 3.26 11.33
2 18 Psi 172 15.5 2.34 0.66 3 250 3.25 11.09
3 20 Psi 188 16.5 2.34 0.66 3 264 3.26 11.39
4 22 Psi 182 17 2.34 0.66 3 283 3.24 10.70
5 24 Psi 180 17.5 2.34 0.66 3 266 3.23 10.28
KESIMPULAN
Semakin besar effisiensi maka semakin baik pompa hidram yang ada. Dan semakin
banyak ketukan yang terjadi, maka semakin kecil debit air yang dipompa. Semakin besar
tekanan semakin besar pula debit air yang dibutuhkan.