Anda di halaman 1dari 14

Kompetensi Dasar

3.5 Memahami konsep listrik statis, muatan listrik, potensial listrik, hantaran listrik,
kelistrikan pada sistem syaraf, dan contohnya pada hewan-hewan yang mengadung listrik
4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki muatan listrik statis dan interaksinya, serta sifat
hantaran listrik bahan.

Materi Pokok, Pokok Pikiran dan Kalimat Penjelas
1. Listrik Statis
1.1. Sejarah penemuan listrik
1.1.1. Penemu listrik adalah Michael Faraday pada tahun 1821.
1.1.2. Hasil percobaan Faraday menunjukkan bahwa dalam rangkaian
kumparan terdapat arus listrik atau aliran muatan listrik.
1.1.3. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan Faraday yaitu magnet,
kumparan dan galvanometer.
1.2. Pengertian listrik
1.2.1. Pengertian listrik merupakan sumber energi yang disalurkan melalui
kabel.
1.2.2. Listrik memiliki 2 jenis muatan listrik, yaitu positif dan negatif.
1.3. Pengelompokkan listrik
1.3.1. Listrik dibedakan menjadi 2, yaitu listrik statis dan listrik dinamis
1.3.2. Listrik statis adalah fenomena kelistrikan dimana muatan listriknya
tidak bergerak.
1.3.3. Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak.
1.4. Pengertian listrik statis
1.4.1. Listrik statis (listrik tidak mengalir) adalah listrik yang tidak mengalir
dan perpindahan arusnya terbatas.
1.4.2. Listrik statis merupakan energi yang dimiliki oleh benda bermuatan
listrik yaitu muatan negatif maupun positif.
1.4.3. Menggosokkan penggaris plastik dengan kain wool merupakan salah
satu contoh untuk menghasilkan listrik statis.
1.5. Pengertian benda netral
1.5.1. Benda netral adalah benda dimana jumlah muatan negatif sama dengan
muatan positif.
1.5.2. Benda netral terdiri dari proton dan elektron.
1.6. Struktur atom pada benda netral
1.6.1. Benda bermuatan netral jika jumlah proton sama dengan jumlah
elektron.
1.6.2. Netron mempunyai sifat netral.
1.7. Proses agar benda netral
1.7.1. Benda bermuatan agar menjadi netral jika mengalami penambahan
atau pengurangan elektron, sehingga jumlah proton sama dengan
jumlah elektron.
1.7.2. Benda bermuatan positif agar menjadi netral maka benda tersebut
harus melepaskan elektron agar jumlah proton sama dengan elektron.
1.7.3. Benda bermuatan negatif agar menjadi netral maka benda tersebut
harus menangkap elektron agar jumlah proton sama dengan elektron.
1.8. Pengertian benda bermuatan
1.8.1. Suatu benda akan bermuatan listrik jika atom pembentuknya terjadi
penambahan atau pengurangan elektron.
1.8.2. Benda bermuatan positif jika benda tersebut melepas elektron.
1.8.3. Benda bermuatan negatif jika benda tersebut menerima elektron.
1.9. Struktur benda bermuatan
1.9.1. Benda bermuatan listrik jika jumlah atom positifnya berbeda dengan
jumlah atom negatifnya.
1.9.2. Benda bermuatan positif jika jumlah atom positif lebih banyak dari
jumlah atom negatif.
1.9.3. Benda bermuatan negatif jika jumlah atom negative lebih banyak dari
jumlah atom positif.
1.10. Pengertian pemberian muatan dengan cara menggosok pada benda netral
1.10.1. Dua buah benda bila saling digosok, maka kedua benda akan
bermuatan listrik.
1.10.2. Kaca dan kain wol merupakan salah satu contoh sepasang benda yang
cara pemberian muatannya dengan cara digosok.
1.11. Proses pemberian muatan dengan cara menggosok pada benda netral
1.11.1. Pemberian muatan pada benda netral dengan cara menggosok secara
searah.
1.11.2. Balon digosok dengan kain wol mengakibatkan elektron berpindah dari
kain wol ke balon.
1.11.3. Kaca digosok dengan kain sutra mengakibatkan elektron berpindah
dari kaca ke kain sutra.
1.11.4. Plastik digosok oleh rambut kering atau kain wol menghasilkan listrik
negatif pada plastik.
1.12. Pengertian pemberian muatan dengan cara induksi pada benda netral
1.12.1. Induksi ialah peristiwa pemisahan muatan listrik negatif dari muatan
listrik positif karena pengaruh dari benda bermuatan listrik.
1.12.2. Induksi pada benda netral selalu menyebabkan muatan benda yang
didekatkan berlawanan dengan muatan benda yang didekati.
1.13. Proses pemberian muatan dengan cara induksi pada benda netral
1.13.1. Induksi dapat dilakukan dengan cara mendekatkan benda yang
bermuatan listrik ke benda netral.
1.13.2. Induksi dalam jumlah muatan tertentu dapat mengakibatkan muatan
listrik melompati gap (jarak pemisah).
1.14. Penerapan listrik statis pada petir
1.14.1. Petir merupakan contoh listrik statis secara induksi dalam kehidupan
sehari-hari.
1.14.2. Petir terjadi karena lompatan elektron-elektron dari awan bermuatan
negatif ke Bumi yang bermuatan positif.
1.14.3. Petir terjadi karena adanya gesekan antarpartikel.
1.15. Penerapan listrik statis pada Generator Van de Graff
1.15.1. Generator Van de Graff adalah mesin pembangkit listrik.
1.15.2. Prinsip kerja Generator Van de Graff sama dengan menghasilkan
muatan listrik dengan cara menggosok (metode gesekan).
1.15.3. Generator Van de Graff terdiri atas: dua ujung runcing yang terdapat di
bagian atas dan bawah, sebuah silinder logam, sebuah silinder
politilen, sabuk karet, konduktor berongga berbentuk bola (kubah).
2. Muatan Listrik
2.1. Pengertian muatan listrik
2.1.1. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, atom dapat dibagi menjadi
partikel bermuatan.
2.1.2. Muatan listrik merupakan salah satu unsur atau partikel dasar penyusun
atom.
2.1.3. Perpindahan elektron yang mengakibatkan perubahan muatan suatu
atom.
2.1.4. Muatan listrik tidak dapat dilihat oleh mata tetapi efeknya dapat
dirasakan dan diamati gejalanya.
2.1.5. Muatan listrik statis tidak dapat mengalir secara bebas.
2.1.6. Muatan listrik dilambangkan dengan huruf Q.
2.1.7. Satuan muatan listrik dalam SI adalah coulomb (C).
2.1.8. Hukum kekekalan muatan : Jumlah semua muatan listrik di dalam
sistem (atom atau molekul) tertutup adalah konstan.
2.2. Jenis muatan listrik
2.2.1. Benjamin Franklin menyebut dua muatan listrik dengan nama : muantan
positif (+) dan muatan negatif (-).
2.2.2. Partikel yang bermuatan negatif disebut elektron.
2.2.3. Partikel yang bermuatan positif disebut proton.
2.2.4. Partikel yang bermuatan netral disebut neutron.
2.2.5. Besar muatan listrik proton dan elektron adalah sama, tetapi jenisnya
yang berbeda.
2.2.6. Muatan positif (proton) ditandai dengan +.
2.2.7. Muatan negatif (elektron) ditandai dengan -.
2.3. Benda bermuatan
2.3.1. Jumlah proton (+) sama dengan jumlah elektron (-), maka benda
termasuk benda netral.
2.3.2. Jumlah proton (+) lebih banyak daripada jumlah elektron (-) atau benda
kekurangan elektron, maka benda termasuk benda bermuatan positif.
2.3.3. Jumlah proton (+) lebih sedikit daripada jumlah elektron (-) atau benda
kelebihan elektron, maka benda termasuk benda bermuatan negatif.
2.3.4. Proses kekurangan atau kelebihan elektron disebut proses ionisasi.
2.4. Hukum Coulomb
2.4.1. Charles Augustin de Coulomb (Perancis) pada tahun 1785 pertama kali
yang meneliti hubungan gaya listrik dengan dua muatan dan jarak antar
muatan.
2.4.2. Percobaan Charles Augustin de Coulomb menggunakan neraca puntir.
2.4.3. Hukum Coulomb berbunyi : besar gaya tolak-menolak atau gaya tarik-
menarik antara dua benda bermuatan listrik, berbanding lurus dengan
besar masing-masing muatan listrik dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda bermuatan.
2.5. Pengertian gaya Coulomb
2.5.1. Gaya tarik-menarik atau gaya tolak-menolak antara dua muatan listrik
disebut Gaya Coulomb (F).
2.5.2. Apabila dua muatan yang berdekatan jenis muatannya sama, maka akan
gaya Coulombnya berupa gaya tolak-menolak.
2.5.3. Apabila dua muatan yang berdekatan jenis muatannya berbeda, maka
akan gaya Coulombnya berupa gaya tarik-menarik..
2.5.4. Gaya Coulomb merupakan besaran vektor, sehingga memiliki besar dan
arah.
2.6. Persamaan untuk gaya Coulomb
2.6.1. Besar gaya Coulomb bergantung pada besar masing-masing muatan.
2.6.2. Besar gaya Coulomb bergantung pada kuadrat jarat jarak antara dua
muatan.
2.6.3. Arah gaya (baik tarik-menarik maupun tolak-menolak) dinyatakan
dengan tanda panah.
2.6.4. Gaya Coulomb antara dua benda bermuatan akan bertambah apabila
jarak antara kedua muatan bertambah dekat.
2.7. Interaksi gaya pada benda-benda bermuatan
2.7.1. Benda bermuatan positif maupun negatif dapat menarik benda netral.
2.7.2. Benda yang bermuatan listrik berusaha mempengaruhi muatan yang
tidak sejenis pada benda netral dan berupaya menarik ke arahnya.
2.7.3. Benda netral terjadi pemisahan muatan ketika didekati benda bermuatan.
2.8. Interaksi antar muatan sejenis
2.8.1. Benda bermuatan negatif jika didekatkan benda bermuatan negatif akan
terjadi gaya tolak-menolak.
2.8.2. Benda bermuatan positif jika didekatkan benda bermuatan positif akan
terjadi gaya tatolak-menolak.
2.8.3. Benda yang memiliki muatan sejenis apabila didekatkan akan saling
tolak-menolak.
2.8.4. Gaya tarik-menarik dapat terjadi pada benda yang jenisnya sama.
2.9. Interaksi antar muatan berbeda jenis
2.9.1. Benda bermuatan negatif jika didekatkan benda bermuatan positif akan
terjadi gaya tarik-menarik.
2.9.2. Benda bermuatan positif jika didekatkan benda bermuatan negatif akan
terjadi gaya tarik-menarik.
2.9.3. Benda yang memiliki muatan berbeda jenis apabila didekatkan akan
saling tarik-menarik.
2.9.4. Gaya tolak-menolak dapat terjadi pada benda yang jenisnya sama.
2.10. Pengertian medan listrik
2.10.1. Medan listrik adalah suatu daerah (ruang) di sekitar muatan yang masih
dipengaruhi oleh gaya listrik.
2.10.2. Oleh Michael Faraday medan listrik digambarkan sebagai garis medan
listrik yang dimulai (keluar) dari muatan positif dan diakhiri (masuk)
pada muatan negatif.
2.10.3. Kuat medan listrik yang semakin besar digambarkan dengan garis medan
yang semakin rapat.
2.11. Persamaan untuk kuat medan listrik
2.11.1. Pada setiap titik di dalam medan listrik ada suatu kuantitas yang
menyatakan tingkat kekuatan medan tersebut, yang disebut kuat medan
listrik.
2.11.2. Kuat medan listrik (E) di sebuah titik adalah gaya per satuan muatan
yang dialami oleh sebuah muatan di titik tersebut.
2.11.3. Kuat medan listrik sebanding dengan muatan benda.
2.11.4. Kuat medan listrik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
muatan dengan suatu titik medan.
2.12. Garis-garis gaya pada muatan
2.12.1. Garis-garis gaya pada benda bermuatan positif ditunjukkan dengan
gambar anak panah yang keluar dari muatan.
2.12.2. Garis-garis gaya pada benda bermuatan negatif ditunjukkan dengan
gambar anak panah yang masuk ke dalam muatan.
2.12.3. Banyaknya garis gaya yang masuk atau keluar muatan bergantung pada
besar muatan listriknya.
2.13. Garis-garis gaya pada interaksi gaya tarik-menarik atau tolak menolak
2.13.1. Garis-garis gaya pada interaksi muatan positif dan negatif, yaitu garis
gaya yang keluar dari muatan positif akan masuk ke muatan negatif.
2.13.2. Garis-garis gaya pada interaksi muatan positif dan positif, yaitu garis
gaya yang keluar dari muatan positif pertama akan menolak garis gaya
yang keluar dari muatan positif kedua.
2.13.3. Garis-garis gaya pada interaksi muatan negatif dan negatif, yaitu garis
gaya yang masuk ke muatan negatif pertama akan menolak garis gaya
dari yang masuk ke muatan negatif yang kedua.
2.14. Elektroskop
2.14.1. Elektroskop adalah alat yang berfungsi untk mengetahui jenis muatan
listrik.
2.14.2. Elektroskop adalah alat yang berfungsi untk mengetahui keberadaan
muatan listrik pada suatu benda.
2.14.3. Jika kepala elektroskop yang semula netral, didekati dengan benda yang
bermuatan negatif, maka daun elektroskop akan membuka, karena kedua
daun bermuatan positif.
2.14.4. Jika kepala elektroskop yang semula netral, didekati dengan benda yang
bermuatan positif, maka daun elektroskop akan membuka, karena kedua
daun bermuatan negatif.
2.14.5. Jika kepala elektroskop yang semula netral, didekati dengan benda
netral, maka daun elektroskop akan menguncup.
2.15. Percobaan membuktikan interaksi antara muatan yang sejenis dan berlawanan
jenis
2.15.1. Batang kaca digosok dengan kain sutera, kemudian digantungkan pada
statif.
2.15.2. Penggaris plastik digosok dengan kain wool, kemudian digantungkan
pada statif.
2.15.3. Sisir plastik digosokkan pada rambut kering beberapa kali.
2.15.4. Sisir plastik didekatkan pada ujung batang kaca yang telah digosok pada
kain sutera.
2.15.5. Sisir plastik didekatkan pada ujung penggaris plastik yang telah digosok
dengan kain wool.

3. Potensial Listrik
3.1. Pengertian Potensial Listrik
3.1.1.
3.2. Pengertian Beda Potensial
3.2.1. Beda potensial listrik diukur dalam satuan volt (V).
3.2.2. Alat yang digunakan adalah voltmeter.
3.2.3. Banyaknya energi listrik yang diperlukan untuk mengalirkan setiap
muatan listrik dari ujung-ujung penghantar disebut beda potensial listrik
atau tegangan listrik.
3.3. Persamaan Matematis Beda Potensial
3.3.1. Hubungan antara energi listrik, muatan listrik, dan beda potensial listrik
secara matematik V = W/Q.
3.3.2. Beda potensial adalah besarnya energi listrik untuk memindahkan
muatan listrik.
3.4. Pengertian Energi Potensial
3.5. Persamaan Matematis Energi Potensial
3.6. Muatan Listrik
3.7. Pengertian Usaha
3.8. Persamaan Matematis Usaha
3.9. Kapsitansi Kapasitor
3.10. Beda Potensial Kapasitor Keping Sejajar
3.11. Potensial Listrik pada Keping Sejajar
3.12. Potensial Listrik oleh Bola Konduktor Bermuatan
3.13. Potensial Listrik oleh Bola Konduktor Bermuatan di Dalam Bola
3.14. Potensial Listrik oleh Bola Konduktor Bermuatan di Permukaan Bola
3.15. Potensial Listrik oleh Bola Konduktor Bermuatan di Luar Bola

4. Hantaran Listrik
4.1 Pengertian hantaran listrik
4.1.1 Di dalam suatu bahan penghantar, adanya listrik statis dihasilkan oleh
aliran elektron.
4.1.2 Ketika ujung-ujung suatu bahan penghantar mendapat beda potensial,
elektron akan berpindah melalui ruang di sela-sela muatan positif yang
diam.
4.1.3 Tumbukan elektron dengan muatan positif sering terjadi sehingga
menghambat aliran elektron.
4.2 Persamaan hambatan bahan
4.2.1 Hambatan bahan sebanding dengan hambatan jenis bahan penghantar.
4.2.2 Hambatan bahan sebanding dengan panjang bahan penghantar.
4.2.3 Hambatan bahan berbanding terbalik dengan luas penampang bahan
penghantar.
4.3 Percobaan menyelidiki hambatan bahan penghantar
4.3.1 Merangkai sakelar, voltmeter, amperemeter, baterai, dan lampu sehingga
membentuk rangkaian listrik.
4.3.2 Menggunakan kawat yang berbeda jenisnya dalam merangkai rangkaian.
4.3.3 Menggunakan kawat yang berbeda panjangnya dalam merangkai
rangkaian.
4.3.4 Menutup sakelar dan mengamati hasil yang ditunjukkan oleh voltmeter
dan amperemeter.
4.3.5 Membandingkan besarnya perbandingan antara tegangan dan arus listrik
tiap jenis bahan penghantar dan tiap panjang bahan penghantar.
4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya hambatan bahan penghantar
4.4.1 Makin panjang suatu bahan penghantar, tumbukan elektron yang dialami
semakin banyak.
4.4.2 Hambatan bahan penghantar dipengaruhi oleh panjang bahan, makin
panjang bahan, makin besar hambatannya.
4.4.3 Hambatan bahan penghantar dipengaruhi oleh luas penampang penghantar,
makin luas penampang, makin kecil hambatannya.
4.4.4 Hambatan bahan penghantar dipengaruhi oleh jenis penghantarnya, setiap
bahan penghantar memiliki nilai hambat jenis yang berbeda-beda.
4.4.5 Penggunaan bahan penghantar yang panjang mengakibatkan turunnya
beda potensial.
4.5 Pengertian hambat jenis bahan
4.5.1 Hambatan jenis bahan selalu bertambah jika suhu bahan bertambah.
4.5.2 Hambatan jenis yaitu kecenderungan suatu bahan untuk melawan aliran
elektron.
4.5.3 Hambatan jenis adalah sifat dari suatu material pada suhu tertentu, yang
menunjukkan besar hambatan tiap satuan panjang.
4.6 Hambat jenis masing-masing bahan
4.6.1 Perak memiliki hambatan jenis bahan 5,9 x 10
-8
.m
4.6.2 Tembaga memiliki hambatan jenis bahan 1,68 x 10
-8
.m
4.6.3 Alumunium memiliki hambatan jenis bahan 2,65 x 10
-8
.m
4.6.4 Platina memiliki hambatan jenis bahan 10,6 x 10
-8
.m
4.6.5 Baja memiliki hambatan jenis bahan 4,0 x 10
-7
.m
4.7 Pengertian konduktor
4.7.1 Konduktor adalah bahan yang mudah menghantarkan listrik.
4.7.2 Bahan konduktor memiliki hambatan kecil karena hambatan jenisnya
kecil.
4.7.3 Bahan konduktor memiliki elektron pada kulit atom terluar yang gaya
tariknya terhadap inti atom lemah.
4.8 Pengertian isolator
4.8.1 Isolator merupakan bahan yang sulit menghantarkan listrik.
4.8.2 Bahan isolator memiliki hambatan besar karena hambatan jenisnya besar.
4.8.3 Bahan isolator memiliki elektron-elektron pada kulit atom terluar yang
gaya tariknya dengan inti atom sangat kuat.
4.9 Pengertian semi konduktor
4.9.1 Semi konduktor adalah bahan yang daya hantar listriknya berada di antara
konduktor dan isolator.
4.9.2 Semi konduktor memiliki elektron-elektron pada kulit terluar terikat kuat
oleh gaya inti atom, namun tidak sekuat seperti pada bahan isolator.
4.9.3 Bahan semi konduktor dapat berperan sebagai isolator maupun konduktor
pada suhu-suhu tertentu.
4.10 Menguji benda yang bersifat konduktor
4.10.1 Merangkai sakelar, voltmeter, amperemeter, baterai, dan lampu sehingga
membentuk rangkaian listrik.
4.10.2 Menghubungkan salah satu ujung kabel dengan besi dan mengamati hasil
yang ditunjukkan oleh voltmeter dan amperemeter.
4.10.3 Menghubungkan salah satu ujung kabel dengan besi dan mengamati hasil
yang ditunjukkan oleh indikator nyala lampu.
4.11 Menguji benda yang bersifat isolator
4.11.1 Merangkai sakelar, voltmeter, amperemeter, baterai, dan lampu sehingga
membentuk rangkaian listrik.
4.11.2 Menghubungkan salah satu ujung kabel dengan pensil dan mengamati
hasil yang ditunjukkan oleh voltmeter dan amperemeter.
4.11.3 Menghubungkan salah satu ujung kabel dengan pensil dan mengamati
hasil yang ditunjukkan oleh indikator nyala lampu.
4.12 Pengaruh hambat jenis bahan terhadap hantaran listrik
4.12.1 Hambat jenis setiap bahan berbeda-beda.
4.12.2 Bahan yang mempunyai hambatan jenis besar memilki hambatan yang
besar pula, sehingga sulit menghantarkan listrik.
4.12.3 Bahan yang mempunyai hambatan jenis kecil memilki hambatan yang
kecil pula, sehingga mudah menghantarkan listrik.
4.13 Hantaran listrik pada isolator
4.13.1 Tidak ada elektron yang mengalir dalam isolator.
4.13.2 Apabila ujung-ujung isolator dihubungkan dengan beda potensial listrik
yang kecil, maka elektron terluarnya tidak sanggup melepaskan gaya ikat
inti.
4.13.3 Konduktor dapat menghantarkan listrik.
4.14 Hantaran listrik pada konduktor
4.14.1 Elektron pada bahan konduktor bergerak bebas sehingga mendukung
terjadinya aliran elektron.
4.14.2 Apabila ujung-ujung isolator dihubungkan dengan beda potensial listrik
yang kecil, maka elektron terluarnya akan bergerak bebas tanpa
terpengaruh gaya ikat inti yang lemah.
4.14.3 Isolator tidak dapat menghantarkan listrik.
4.15 Muatan listrik pada konduktor berongga
4.15.1 Muatan listrik pada konduktor berongga hanya terdistribusi pada
permukaan luarnya.
4.15.2 Distribusi muatan listrik pada permukaan luar konduktor berongga
dipusatkan pada bagian luar yang memiliki kelengkungan paling runcing.
4.15.3 Tidak ada muatan listrik yang berada di dalam bola konduktor berongga
5. Sistem Saraf
5.1. Pengertian sistem saraf
5.1.1. Sistem saraf adalah sistem organ yang mengatur sistem-sistem organ
tubuh yang lain.
5.1.2. Penyusun sistem saraf adalah neuron yang terdiri dari badan sel, dendrite
dan akson.
5.2. Fungsi sistem saraf
5.2.1. Sistem saraf digunakan untuk pengendalian kerja alat-alat tubuh agar
bekerja serasi.
5.2.2. Alat komunikasi antara tubuh dengan lingkungan di luar tubuh, yang
dilakukan oleh ujung saraf pada indra, dan lingkungan dalam tubuh
merupakan fungsi dari sistem saraf.
5.2.3. Sistem saraf sebagai pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran.
5.3. Pengertian neuron
5.3.1. Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf disebut neuron.
5.3.2. Neuron terdiri atas tiga bagian yaitu neuron sensorik, neuron motorik
dan neuron penghubung.
5.3.3. Neuron sensorik adalah neuron yang membawa impuls dari reseptor
(indra) ke pusat susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang).
5.3.4. Neuron motorik adalah neuron yang membawa impuls dari pusat
susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).
5.3.5. Neuron konektor adalah neuron yang membawa impuls dari neuron
sensorik ke neuron motorik.
5.4. Struktur sel saraf
5.4.1. Sistem saraf tersusun oleh komponen-komponen terkecil yaitu sel-sel
saraf atau neuron.
5.4.2. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama yang berupa
badan sel saraf, dendrit, dan akson.
5.5. Badan sel
5.5.1. Badan sel saraf adalah bagian sel saraf yang paling besar.
5.5.2. Didalam badan sel saraf terdapat nukleus dan sitoplasma.
5.5.3. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson.
5.6. Dendrit
5.6.1. Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan tonjolan sitoplasma
5.6.2. Dendrit berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf menuju ke badan sel
saraf.
5.7. Akson
5.7.1. Akson atau neurit merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih
panjang daripada dendrit).
5.7.2. Akson atau neurit berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf
meninggalkan badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya.
5.8. Impuls
5.8.1. Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron.
5.8.2. Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor.
5.8.3. Perubahan dari dingin menjadi panas merupakan salah satu contoh dari
impuls (rangsangan).
5.9. Sistem saraf pusat
5.9.1. Sistem saraf pusat terdiri atas sumsum tulang belakang dan otak.
5.9.2. Otak terlindungi oleh tengkorak.
5.9.3. Sumsum tulang belakang terlindungi oleh tulang belakang.
5.10. Sumsum tulang belakang
5.10.1. Sepanjang sumsum tulang belakang terdapat 31 pasang saraf spinal.
5.10.2. Sumsum tulang belakang terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar dan
bagian dalam.
5.10.3. Sumsum tulang belakang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari
dan ke otak.
5.11. Otak
5.11.1. Otak tersusun dari jaringan saraf yang lembut dan dibungkus oleh
lapisan pelindung.
5.11.2. Selaput yang menyelubungi otak disebut selaput meninges.
5.11.3. Struktur otak terdiri atas tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan
otak belakang.
5.12. Sistem saraf tepi
5.12.1. Susunan saraf tepi tersusun atas serabut-serabut saraf yang menuju ke
susunan saraf pusat dan dari susunan saraf pusat ke seluruh tubuh.
5.12.2. Susunan saraf tepi berupa 12 pasang serabut saraf dari otak dan 31
pasang serabut saraf dari sumsum tulang belakang.
5.13. Sistem saraf somatis
5.13.1. sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar
5.13.2. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit,
sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka
5.13.3. Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang
saraf sumsum tulang belakang
5.14. Sistem saraf otonom
5.14.1. Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadariJaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung.
5.14.2. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.
5.14.3. Sistem saraf simpati disebut juga sistem saraf torakolumbar.
5.14.4. Mempercepat denyut jantung merupakan salah satu contoh sistem saraf
simpatik.
5.14.5. Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,
karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral.
5.14.6. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda
5.15. Penerapan kelistrikan pada sistem saraf
5.15.1.

Anda mungkin juga menyukai