Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENYULUHAN

Oleh;
Gading Ardi Saputro
D1E011210
C







UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2014



1. ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI PERTANIAN
1.1. PENGERTIAN DAN TAHAP-TAHAP ADOPSI
Meskipun berbagai teknologi dan inovasi bidang pertanian telah banyak
dihasilkan (secara teknis dan ekonomis layak) namun tidak serta merta diterima
dan diterapkan oleh target sasarannya/petani. Perlu kajian dan pendalaman tentang
proses adopsi dan difusi inovasi pertanian untuk merancang strategi yang efektif
agar target sasaran dapat menerapkan inovasi baru yang memiliki prospek lebih
baik. Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam berbagai
bidang baik industri, pemasaran maupun jasa termasuk pertanian (Musyafak dan
Tatang Ibrahim, 2005). Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi
sebagai ide ide baru, praktek praktek baru atau objek objek yang dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang baru oleh individu sasaran penyuluhan. Oleh karena itu
pengertian inovasi tidak sebatas benda atau barang hasil produksi saja tetapi
mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau gerakan
gerakan menuju proses perubahan dalam kehidupan masyarakat. Mardikanto
(1988) mengartikan inovasi secara luas sebagai sesuatu ide, perilaku, produk,
informasi atau praktek praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan
digunakan oleh masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu yang dapat digunakan
untuk mendorong terjadinya perubahan demi terwujudnya perbaikan mutu hidup
masyarakat yang bersangkutan. Pengertian baru dalam defenisi inovasi bukan
berarti harus hasil penelitian mutakhir , hasil penelitian yang telah lalupun dapat
disebut inovasi apabila diintroduksikan pada masyarakat yang belum mengenal
sebelumnya, sehingga inovasi harus dipandang dari sudut masyarakat tani bukan
kapan inovasi tersebut dihasilkan.
Adopsi dalam penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (kognitif), sikap
(afectif) maupun keterampilan (psikomotor) dalam diri seseorang setelah
menerima inovasi yang disampaikan. Pengambilan keputusan seseorang untuk
mengadopsi suatu inovasi merupakan proses mental sejak seseorang mulai
mengenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya
kemudian mengukuhkan keputusan tersebut.
Proses adopsi didahului dengan pengenalan suatu inovasi, selanjutnya
terjadi proses mental untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Proses
perubahan tersebut melalui tahapan tahapan adopsi. Waktu antar tahapan tidak
selalu sama tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran dan keadaan
lingkungan maupun media diseminasi yang digunakan. Rogers and Shoemaker
(1971) membagi tahapan adopsi ke dalam empat tahap, yaitu : (1) Tahap
penganalan yang merupakan tahap dimana individu mengetahui adanya inovasi
tersebut, (2) tahap persuasi yang merupakan tahap dimana individu melakukan
perenungan atau penelaahan, (3) tahap keputusan yaitu tahap keterlibatan individu
dalam menentukan keputusan menerima atau menolak inovasi tersebut dan (4)
tahap implementasi dan konfirmasi yang merupakan tahap dimana individu
melakukan penilaian kembali mengenai keputusan dan mencari alasan penguat
bagi keputusan yang diambilnya.
Difusi adalah suatu jenis komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran
pesan sebagai ide baru atau inovasi. Ada empat komponen difusi yaitu Inovasi,
komunikasi, system social dan jangka waktu.
Tahapan dalam proses pengambilan keputusan oleh pelaku terhadap
inovasi baru yang ditawarkan kepada mereka yaitu (Rogers and Shoemaker,
1971):
1. Adanya kesadaran (awareness), sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi
baru, misalnya teknologi pertanian spesifik lokasi.
2. Tumbuhnya minat (interest) yaitu keinginan kelompok sasaran untuk
bertanya atau mengetahui tentang adanya inovasi baru.
3. Munculnya penilaian (evaluation) dari kelompok sasaran atau pengguna
lainnya terhadap baik, buruk, dan manfaat dari inovasi baru yang diperkenalkan
kepada mereka.
4. Ada keinginan kelompok sasaran untuk mencoba (trial) dalam skala kecil
sebelum menerapkan dalam skala yang lebih luas.
5. Akhirnya berdasarkan kondisi tersebut di atas, kelompok sasaran akan
mengambil keputusan untuk menerima dan menerapkan (adoption) inovasi yang
mereka terima, atau menolak (rejection) inovasi tersebut.

1.2. KATEGORI DAN CIRI-CIRI PENGADOPSI
Dalam proses adopsi suatu inovasi, kecepatannnya akan sangat bervariasi
(sangat cepat, lambat, bahkan menolak). Pengkategorian golongan adopter
berdasar status sosial, status ekonomi, perilaku komunikasi, pendidikan dan umur.
Kategori/group pengadopsi berdasarkan kecepatan mengadopsi adalah :
1. Perintis/innovators: pelopor/orang-orang yang pertama dalam suatu
wilayah tertentu yang paling cepat mengadopsi suatu inovasi, memiliki
rasa ingin tahu tinggi/curiousity, cenderung individualis
2. Pengetrap dini/early adopters: orang yang cukup aktif dlm pembangunan
desa, umur relatif muda, pendidikan cukup tingi, status sosial agak tinggi,
disegani oleh anggota masyarakat
3. Pengetrap awal/the early majority: golongan yang mudah terpengaruh bila
hal baru telah disadari dan diyakini keunggulannya
4. Pengetrap akhir/the late majority: orang yang lambat menerima inovasi,
kedudukan ekonominya rendah, kurang semangat dalam usahataninya
5. Penolak/laggards: kaum kolot, usia tua, statis dan pasif terhadap
perubahan, kurang rasional
Perancang adopsi dan difusi pertanian perlu memperhatikan
kelompok/golongan yang paling utama untuk didekati/diperhatikan. Golongan
yang potensial adalah golongan kedua (early adopter) dan ketiga (the early
majority). Kedua golongan tersebut aktif dan memiliki interaksi yang luas dengan
masyarakat desa, berpengaruh serta memahami situsi desa, tidak terlalu menonjol
status sosial ekonominya dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi golongan
keempat dan kelima.

1.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ADOPSI
1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,
observabilitas)
2. Jenis keputusan inovasi (kolektif, optional, otoritas)
3. Saluran komunikasi (media massa, interpersonal)
4. Sifat-sifat sistim sosial (modern/tradisional, pola komunikasi)
5. Pelayanan penyuluhan
Proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa
proses adopsi inovasi itu sendiri merupakan proses yang diupyakan secara sadar
demi tercapainya tujuan pembangunan pertanian. Sebagai suatu proses,
pembanguna pertanian merupakan interaksi dari banyak pihak secara langsung
maupun tidak langsung terkait dengan upaya peningkatan produktivitas usahatani
dan peningkatan pendapatan serta perbaikan mutu hidup, melalui penerapan
teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1988). Selaras dengan hal itu, maka kajian
terhadap faktor faktor penentu adopsi inovasi dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan sekaligus meliputi : pendekatan komunikasi, psiko-sosial, dan sistem
agribisnis.























DAFTAR PUSTAKA
Musyafak ahmad dan Tatang M.Ibrahim.2005.Strategi Percepatan Adopsi
dan Difusi Teknologi Pertanian dalam Prima Tani. Jour.Analisis
kebijakan Pertanian.Vol.1.No.1, Maret 2005.
Rogers, EM and FF Shoemaker, 1971. Communication Of I nnovation. New
York Free.Press.
Totok Mardikanto,1988. Komunikasi pembangunan Surakarta Sebelas
Maret University Press

Anda mungkin juga menyukai