Anda di halaman 1dari 2

Semua datang karena terbiasa

Hai, aku Nicky! Aku terlahir di sebuah kota kecil. Kehidupanku dulu
sangat menyenangkan. Aku menjalani aktifitasku layaknya anak perempuan
kecil lainnya. Kehidupanku berubah saat aku mulai beranjak SMA.
Kebahagiaan ini hilang. Kehidupanku serasa hampa. Semua ini akibat dari
meninggalnya kedua orang tuaku karena kecelakaan sebuah pesawat. Awalnya
aku tinggal bersama bibiku. Tetapi, aku mersa tidak bebas, berbeda dengan
tinggal bersama orang tuaku. Aku selalu dikekang untuk tidak melakukan ini
itu. Akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kecil peninggalan
orangtuaku.
Kehidupan hampa ini rasanya berjalan sangat cepat setelah kehadiran
seorang lelaki yang sangat baik padaku. Lelaki itu bernama Miko. Kami
memiliki habi yang sama yaitu fotografi, hunting, dan diving. Setiap akhir
pekan kami menghabiskan waktu bersama. Banyak sindiran dari teman-
temanku bahwa kami telah berpacaran, karena kami sering pergi bersama.
Banyak orang yang berkata bahwa Miko sangatlah tampan. Banyak para wanita
yang berusaha agar bisa dekat dengannya. Tetapi, aku tidak pernah menyadari
hal itu. Aku merasa Miko sama dengan pria yang lain. Hanya saja ia lebih bisa
menjaga perasaanku.
Nicky, ayo buruan! ia datang sambil membawa motornya. Apa sih
Mik? Udah naik aja nggak usah banyak tanya. Aku kaget biasanya Miko
tidak pernah seserius ini. Saat diperjalanan, semua pertanyaan yang aku
tanyakan tidak ada satupun yang ia jawab. Pertanyaan yang perlu anggukan atau
gelengan pun ia tak menjawab. Tanpa aku sadari, semua orang yang ada di jalan
melihat ke arahku dengan tatapan heran. Mereka heran karena aku selalu
bertanya pada Miko. Mereka pikir, aku ini orang yang baru saja kabur dari RSJ
dan sedang dibonceng seorang lelaki tampan. Aku menghentikan celotehanku
pada Miko. Aku sebal karena ia idak menjawab satupun pertanyaanku.
Cepet turun katanya dengan agak kasar. sabar dong Mik, aku cuma
punya dua kaki, dan aku ini pakai rok kataku dengan sebal mau ngapain
disini? Foto? Aku nggak bawa kamera gimana mau foto? Kamu ini kalau ngajak
ke suatu tempat buat foto bilang dong sejak tadi pagi nggak dadakan pulang
sekolah. Kan rugi.. ssstt diem dulu dong Nick, kamu ini cerewet ya sejat
tadi di motor samapai sekarang nggak ada habisnya ngomong, nggak capek
apa? Aku aja yang denger capek! Miko, kamu punya etika nggak? Ada orang
ngomong kok diputus! Makanya telinganya dipotong dulu biar nggak capek
dengerin aku ngomong hahaha. Eh mau kemana? Aku kok ditinggal?!. Dengan
cepat Miko meninggalkanku. Sebelum jarak kami terlalu jauh, aku segera
menyusul Miko. Saat tiba di suatu tempat yang sanagt indah, ia memberikan
kameraku. Aku melongo menerimanya. Bagaimana dia bisa mengambi
kameraku di rumah? Padahal kunci rumah aku yang bawa. Ah biarlah tak usah
dipikirkan. Batinku.
ini buat apa Mik? tanyaku seperti anak TK yang tidak tahu apa-apa.
kamu nggak usah foto! Aku mau ngomong sama kamu. Apa? jangan
cerewet!. Aku tidak bisa menjawab apa-apa. Di tempat yang sangat indah ini
aku tidak merasa bahagia. Justru aku merenung. Ada apa dengan ini? Aku
merasa jantungku berhenti saat Miko menatapku. Sepertinya ia ingin
mengucapkan sesuatu, tetapi perkataannya tadi tidak sesuai dengan tatapannya.
Kecurigaan teman-temanku ini tidak berlanjut lama. Tanpa kusadari,
omongan teman-temanku benar. Miko sangatlah tampan. Bukan hanya murid-
murid saja, guru-guru pun juga berkata demikian. Ya ampun Nicky, ini tidak
mungkin!. Satu minggu setelah kejadian di taman itu, Nicky tidak pernah
melihat Miko. Biasanya setiap pukul empat sore, Miko selalu mengirim pesan
singkat untuk Nicky. Tetapi ini tidak. Nicky merasa sangat gelisah dengan
keadaan ini. Ia berusaha menghubungi Miko tetapi ponselnay tidak aktif. Aku
berpikir ada apa dengan Miko? Apa ia marah padaku?
Saat itulah aku merasa duniaku hampa kembali. Aku sangat rindu pada
Miko. Hari-hariku aku lalui dengan murung. Bayangan tentang Miko selalu ada
dalam pikiranku. Aku rindu celotehannya yang selalu membuat aku ceria. Aku
tidak tahan dengan keadaan ini. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada
pihak sekolah. Tetapi, pihak sekolah tidak meu memberitahuku tentang dimana
keberadaan Miko. Teman-teman yang lain juga tidak mau memberitahuku. Rasa
marah, sedih, dan rindu bercampur menjadi satu.
Ternyata kejadian ini tidak hanya berlangsung satu minggu, bahkan
sampai aku lulus kuliah. Padahal aku ingin Miko melihatku saat aku mendapat
peringkat satu, dan memakai toga. Tapi ini hanya harapan belaka. Ya, waktu
memang tak bisa diputar kembali. Seandainya saja aku tidak melakukan itu
pada Miko.
Tak disangka, saat perayaan ulang tahunku ke 25 Miko datang.
Bagaimana senang dengan rencanaku? katanya dengan santai. Senang? Kau
pikir aku senang? Aku sangat merindukanmu. Aku sangat
mengakhawatirkanmu. Kataku sambil menangis. Rindu? Kau bilang pada
teman-temanmu jika kau takkan pernah rindu padaku. Kau bohong kan Nicky
Iya aku sengaja berbohong. Aku tak ingin teman-temanku tahu tentang
perasaan ini. Lebih baik akumenyimpannya dalam-dalam. Tetapi aku tidak bisa
mnyimpan ini terlalu lama. Aku terlalu lemah untuk menyimpan perasaan yang
sanagt besar ini Miko. Aku juga merindukanmu Nicky. Bahkan sangat
merindukanmu. Sekarang kita bisa menjlankan hari-hari ini bersama lagi
Nicky. Katanya sambil mengusap air mataku. Apakah untuk selamanya?
Apa kau pikir wajahku ini berbohong?
Rafaella Chandraseta
VII-F/14

Anda mungkin juga menyukai