Dalam substitusi nukleofilik alifatik, pendonor elektron memberikan pasangan elektron
kepada substrat dan menggunakan pasangan elektron ini untuk membentuk ikatan yang baru sedangkan gugus pergi (nucleofuge) pergi dengan membawa pasangan elektron. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan seperti berikut. Nukleofil Y harus memiliki sepasang pasangan elektron bebas, sehingga semua nukleofil termasuk basa Lewis (Smith & March, 2007). Menurut kinetika reaksinya, reaksi substitusi nukleofilik dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1. Reaksi Substitusi Nukleofilik Unimolekuler (S N 1) Laju reaksi substitusi nulkeofilik yang hanya bergantung pada konsentrasi substrat dan tidak bergantung pada konsentrasi nuleofil dinyatakan sebagai reaksi S N 1. Persamaan laju reaksinya adalah: Reaksi S N 1 terdiri dari dua tahapan reaksi. Tahap pertama melibatkan ionisasi substrat menjadi ion karbonium yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi. Tahap kedua melibatkan serangan nukleofil secara cepat terhadap ion karbonium. Pada reaksi S N 1 memungkinkan untuk terjadi penataulangan ion karbonium untuk mendapatkan produk yang lebih stabil. Faktor penentu reaksi S N 1 adalah: 1. Pelarut polar 2. Struktur RX adalah tersier 3. Nukleofil lemah 2. Reaksi Substitusi Nukleofilik Bimolekuler (S N 2) Jika laju reaksi reaksi substitusi nuleofilik tergantung pada konsentrasi substrat dan nukleofil, maka tergolong reaksi tingkat dua dan dinyatakan sebagai reaksi S N 2. Persamaan laju reaksinya adalah: Mekanisme reaksi S N 2 terjadi secara serempak, dimana ikatan antara substrat dengan gugus yang akan diganti melemah, sedangkan ikatan antara nukleofil dan substrat mulai terbentuk pada saat yang bersamaan. Mekanismenya dapat digambarkan sebagai berikut. Faktor penentu reaksi S N 2 adalah: 1. Pelarut non polar 2. Struktur RX adalah primer 3. Nukleofil kuat Smith, B. Michael dan Jerry March. 2007. Marchs Advanced Organic Chemistry: Reactions, Mechanisms, and Structure 6 th Edition. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
ASETANILIDA Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis. Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan pengaduk. Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150 o C160 o C. Produk dalam keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer.[2] Bresnick, Stephen. Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates, 2003 H. Corong Buchner Corong buchner adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk proses penyaringan. Corong Buchner biasanya terbuat dari bahan porselin akan tetapi ada juga yang terbuat dari bahan gelas atau plastic. Corong Buchner memiliki alas dalam datar dan terdapat pori-pori. Pada saat akan melakukan penyaringan maka pada permukaan alas dalam ini diberi kertas saring yang sudah dipotong berbentuk bulat seperti alas tersebut. Agar dapat menempel lekat pada alas maka setelah kertas saring diletakkan pada alas dalam kemudian dibasahi dengan sedikit pelarut yang sama dengan larutan yang disaring. Corong Buchner digunakan untuk menyaring dengan dipasangkan pada labu penyaring dan pompa penghisap. Keuntungan menyaring dengan menggunakan corong ini adalah dapat menyaring dengan lebih cepat jika dibandingkan dengan penyaringan menggunakan corong gelas.[12]
[6]Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 136.