Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Karbohidrat
B. Tujuan Percobaan
Mengenali beberapa sifat monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
























II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen. Memiliki rumus umum (CH
2
0)n Karbohidrat terbentuk
secara alami dengan fotosintesis di tanaman, dan terdiri dari pati, gula, dan
selulosa, serta diklasifikasian ke dalam tiga kelompok: monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Karbohidrat adalah sumber energi tubuh yang
penting (16 kJ atau 3,755 kkal/g) (Brooker, 2008).
Klasifikasi karbohidrat pada umumnya didasarkan atas kompleksitas
struktur kimia. Berdasarkan kompleksitasnya, karbohidrat dibedakan atas
karbohidrat sederhana, yang lebih dikenal sebagai monosakarida, dan
karbohidrat majemuk yang meliputi oligosakarida dan polisakarida.
Karbohidrat yang banyak mengandung gugus hidroksil dan mempunyai gugus
formil atau gugus aldehida dikenal sebagai polihidroksi aldehida, sedangkan
karbohidrat yang banyak mengandung gugus hidroksil dan gugus karbonil
atau gugus keton dikenal sebagai polihidroksi keton. Selain itu, ada pula yang
mengklasifikasikan karbohidrat menjadi karbohidrat yang dicerna dan
karbohidrat yang tidak dapat dicerna (Sumardjo, 2008).
Karbohidrat sederhana adalah karbohidrat yang dapat segera
menghasilkan energy dengan cepat bagi tubuh setelah dikonsumsi, di mana
tubuh tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi energy dari
makanan yang dikonsumsinya itu. Biasanya beberapa saat setelah
mengonsumsi karbohidrat jenis ini akan langsung memberikan pengaruh pada
tubuh (Graha, 2010).
Menurut Asmadi (2008), Fungsi karbohidrat adalah
a. Sebagai sumber energy utama bagi tubuh.
b. Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat
kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energy.
c. Pada hati, glucorinic acid mempunya fungsi yang penting dalam
pengikatan racun kimia dan bakteri.
d. Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan
sebagai sumber energi otak.
e. Sisa laktosa dalam usus lebih lama daripada disakarida sehingga
mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan.
Laktosa ini berfungsi sebagia laksatif serta sintesis vit B kompleks
dan vit K.
f. Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam
eliminasi yang normal karena merangsang gerakan peristaltic
saluran pencernaan dan absorbso air sehingga feses menjadi padat.
g. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga
memberikan suplai protein, mineral, vit B dalam jumlah yang
bermakna.
h. Digunakan sebuah protein sparingaction, jika karbohidrat tidak
mencukupi yaitu protein akan diubah menjadi glukosa
(glukoneogenesis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan glukosa darah adalah
kandungan serat dalam makanan, proses pencernaan, cara
pemasakannya, ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan
makanan sebagai zat anti nutrien, perbedaan interprandial, waktu
makan dengan lambat atau cepat, pengaruhnya intoleransi glukosa dan
pekat tidaknya makanan (Witasari dkk, 2009).
B. Klasifikasi Karbohidrat berdasarkan Hidrolisanya
1. Monosakarida
Monosakarida (gula sederhana) merupakan molekul
karbohidrat dasar. Sebagian monosakarida mengandung sedikitnya
tiga atom karbon (triosa); lainnya mengandung lime (pentose) atau
enam (heksosa) atom karbon. Semua gula sederhana mengandung
satu gugus karbonil. Jika O ikatan ganda telah berikatan dengan atom
karbon utama dari rantai karbon (atom karbon bagian ujung), gula
tersebut adalah gula aldehid; jika O ikatan ganda berikatan dengan
aton karbon di bagian selain ujungnya, maka gula tersebut dinamakan
gula keton. Glukosa, fruktosa, dan galaktosa (semuanya heksosa)
adalah gula sederhana yang memiliki jumlah dan jenis atom yang
sama (C
6
H
12
O
6
), tetapi berbeda dalam pengaturan struktur tiga
dimensi dan sifatnya. Senyawa yang demikian disebut isomer
(Sloane, 2003).


2. Oligosakarida
Oligosakarida tersusun atas sedikit (oligos) satuan atau unit
monosakarida. Unit-unit penyusun oligosakarida dapat sama, tetapi
dapat juga berbeda dan umumnya terususun atas 2-6 satuan
monosakarida. Oligosakarida berupa zat padat berbentuk Kristal yang
dapat larut dalam air. Oligosakarida yang terdapat di alam adalah
disakarida, trisakarida, dan tetrasakadira. Disakarida (gula ganda)
dibentuk dengan penggabungan dua monosakarida melalui sintesis
dehidrasi (juga dikenal sebagai reaksi kondensasi), yang melibatkan
pemindahan satu molekul air. Disakarida dapat diurai menjadi sub-
unit monosakarida dengan menambahkan satu molekul air, reaksi
yang terjadi disebut hidrolisis. Contoh-contoh disakarida meliputi:
Gambar 1. Rumus Struktur monosakarida (Sloane, 2003)

sukrosa atau gula meja, mengandung unit glukosa dan fruktosa,
laktosa atau gula susu, mengandung unit glukosa dan galaktosa,
maltosa ditemukan dalam gandung, disusun dari dua molekul glukosa
(Sloane, 2003).


3. Polisakarida
Polisakarida adalah polimer, molekul berantai panjang yang
tersusun dari unit yang sama. Polisakarida terbentuk dari monosakarida
yang saling berikatan melalui proses dehidrasi untuk membentuk zat
tepung (pada tumbuhan) atau glikogen (pada binatang) yang merupakan
senyawa struktural dan simpanan energi yang penting. Contoh-contoh
polisakarida meliputi: amylase dan amilopektin adalah zat tepung
tumbuhan yang dapat dicerna yang menjadi sebagian makanan
manusia, selulosa yang merupakan polisakarida paling banyak di alam,
adalah salah satu komponan struktural pada dinding sel. Selulosa
adalah satu komponen kasar atau serat yang tidak dapat dicerna dalam
makanan manusia. Glikogen adalah simpanan glukosa-polisakarida
yang ditemukan di hepar dan otot rangka (Sloane, 2003).


Gambar 2. Rumus Struktur Oligosakarida. (Sloane, 2003)
Gambar 3. Rumus Struktur polisakarida (Graha, 2010)
4. Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua
bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan
oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O glikosida,
dioscin), jembatan nitrogen (N - glikosida, adenosine), jembatan sulfur
(S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida,
barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan
gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon
saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Struktur
glikosida terdiri dari glikon dan aglikon dengan unsur O di tengah
seperti ini : Glikon - O - Aglikon. Glikosida berbentuk kristal atau
amorf. Umumnya mudah larut dalam air atau etanol encer (kecuali
pada glikosida resin). Oleh karena itu, banyak sediaan-sediaan farmasi
mengandung glikosida umumnya diberikan dalam bentuk ekstrak,
eliksir ataupun tingtur dengan kadar etanol yang rendah (Sloane,
2003).


Gambar 4. Rumus Struktur Gikosida (Sumardjo, 2008)
Menurut Sacher (2004), Glukosa diekstrak
daripada kismis oleh Andreas Marggraf (1747).
Nama glukosa pula diambil daripada perkataan
greek 'glycos' yang bermaksud gula atau gula-gula
diberikan oleh Jean Dumas. Struktur Glukosa
telah ditemui oleh Emil Fischer. Glukosa
(C
6
H
12
O
6
) merupakan sejenis molekul yang
mempunyai kumpulan berfungsi aldehid (-CHO),
mengandungi enam atom karbon dan mempunyai
berat molekul180.18. Lima daripada atom karbon
yang terdapat dalam struktur glukosa akan terikat dengan atom oksigen membentuk
gelang yang dikenali sebagai "pyranose ring". Setiap karbon yang terdapat dalam
gelang ini akan disambungkan kepada kumpulan berfungsi hidroksil (-OH) dan
hidrogen (-H) kecuali karbon yang kelima yang terikat kepada atom karbon yang ke-
enam yang berada di luar gelang tersebut membentuk kumpulan CH
2
OH.
Glukosa terdapat dalam dua bentuk yaitu L-Glukosa (levo glukosa) dan D-
Glukosa (dextrose). Namun begitu, glukosa dapat dikelaskan kepada berbagai bentuk
berdasarkan kepada keberbagaian fungsinya. Jika dilihat kepada rantai lurus sesuatu
glukosa, ia boleh dikelaskan kepada alpha and beta glukosa. ini boleh dilihat kepada
kedudukan kumpulan karbonil di dalam struktur glukosa tersebut (Sacher, 2004).
Sifat glukosa adalah larut dalam air, ini adalah kerana struktur ini
mengandungi kumpulan berfungsi hidroksil (-OH) yang bersifat hidrofilik
menyebabkan ia senang bergabung dengan molekul air. Glukosa juga bersifat larut
dalam etanol tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti eter, benzena dan
kloroform. Salah satu sifat yang paling senang dikesan bagi glukosa ialah ia
mempunyai rasa manis (Sacher, 2004).
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang
mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke
Gambar 5. Struktur molekul
glukosa (Sacher 2004)
Gambar 6. Struktur fruktosa
kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis dari
pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi
seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam clorida.
Disebut juga sebagai gula buah, dperoleh dari hdrolisis sukrosa; dan mempunyai
sifat: Memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri (-92.4
o
C), dapat mereduksi larutan
fehling dan membentuk endapan merah bata, dapat difermentasi (Sacher, 2004).
Maltosa (C
12
H
22
O
11)
merupakan sebuah disakarida yang dibentuk oleh dua
glukosa yang bergabung dengan ikatan (14) yang dibentuk oleh reaksi
kondensasi. Isomer isomaltosa mempunyai dua molekul glukosa yang dihubungkan
oleh ikatan (16). Beberapa sifat maltose Hidrolisis maltosa menghasilkan 2
molekul glukosa, digunakan dalam makanan bayi dan susu bubuk beragi (malted
milk), bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens (Sacher, 2004).
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa
dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi.
Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang
diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekular. Sukrosa bereaksi negatif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan
tollens (Sacher, 2004).
Amilum merupakan bentuk karbohidrat yang mengandung sebagian besar glukosa
yang diikat oleh ikatan glikosida. Polisakarida ini dihasilkan sebagian besar oleh
tumbuhan hijau sebagai tempat penyimpanan makanan. Amilum atau pati murni
biasanya berwarna putih, tidak berasa, dan serbuk yang tidak berbau dan tidak dapat
larut pada air dingin atau alkohol. Enzim yang memecah pati kedalam bentuk gula
sederhana disebut amylase (Sacher, 2004).
C. Analisis Kualitatif
1. Uji Fehling
Uji fehling terdiri atas fehling A (34,65 gram kupri sulfat dalam
500 ml air) dan fehling B (campuran 173 gram natrium hidroksida dan
125 gram kalium natrium tartarat dalam 500 ml air). campuran larutan
fehling a dan fehling b merupakan larutan berwarna biru. Pereaksi fehling
ditambah karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi
perubahan warna dari biru-hijau-kuning-kemerahmerahan dan akhirnya
terbentuk endapat merah bata kupro oksida dalam jumlah karbohidrat
pereduksi banyak. Dalam reaksi ini, karbohidrat pereduksi akan diubah
menjadi asam onat, yang membentuk garam karena adanya basa,
sedangkan pereaksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga
bermartabat dua berubah menjadi tembaga bermartabat satu (Sumardjo,
2008).
2. Uji Iod
Pati yang berikatan dengan Iodine (I2) akan menghasilkan warna
biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini
disebabkan oleh struktur molekul pati yang bentuknya spiral, sehingga
akan mengikat molekul iodine dan terbentuklah warna biru (Winarno,
1984).
3. Uji Molisch
Uji molisch bertujuan membuktikan adanya karbohidrat secara
kualitatif. Identifikasi karbohidrat oleh molisch didasarkan pada hidrolisis
karbohidrat oleh asam sulfat pekat yang menghasilkan monosakarida.
Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat
menghasilkan furfural. Sedangkan golongan heksosa dihidrolisis oleh
asam sulfat pekat menjadi hidroksi-metil furfural. Pereaksi molisch terdiri
atas alfa-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu (Winarno, 1984).
4. Hidrolisa
Pemecahan (hidrolisis) molekul gula, pati, dan selulosa yang
kompleks menjadi molekul monosakarida mudah dilakukan dalam
laboratorium dengan mendidihkan larutan atau suspense karbohidrat
tersebut dengan larutan encer asam disebut hidrolisa (Keenan dkk, 1984).
5. Uji Moore
Uji Moore bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid.
Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran. Uji moore menggunakan
NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang
akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid
(aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan
(Siswoyo, 2009).
6. Uji Luff
Pranata (1995), menyatakan larutan luff merupakan gabungan
larutan dari CuSO
4
, asam nitrat, dan Na
2
CO
3
. HNO
3
untuk mengasamkan
sedangkan CuSO4 berguna untuk memutuskan ikatan. Terkadang Na
2
CO
3

tak perlu digunakan, karena dapat digantikan posisinya dengan
pemanasan. Uji Luff digunakan sebagai uji yang membedakan
monosakarida dan disakarida (oligosakarida). Hasil positif uji Luff tampak
dari warna larutan yang berubah menjadi merah bata. Uji Luff juga
dilakukan untuk melihat manakah disakarida yang bersifat gula pereduksi
(aldosa).











III. METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Pipet ukur
2. Pro pipet
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Bunsen
7. Korek api
8. Vortex
9. Penjepit tabung reaksi
b. Bahan yang digunakan
1. Larutan glukosa
2. Larutan fruktosa
3. Larutan sukrosa
4. Larutan maltose
5. Larutan amilum
6. Fehling A dan fehling B
7. Larutan NaOH 10%
8. Larutan H
2
SO
4
10%
9. Indikator PP
10. Larutan iod
11. Reagen luff
12. Reagen molisch
13. Larutan H
2
SO
4
Pekat
B. Cara Kerja
Pada tabung reaksi diberi label nama larutan, agar tidak terjadi
kesalahan pengamatan. Contoh : tabung reaksi 1 diberi label glukosa, tabung
reaksi 2 diberi label fruktosa, tabung reaksi 3 diberi label sukrosa, tabung
reaksi 4 diberi label maltosa, tabung reaksi 5 diberi label amilum.
A. Fehling test
Setiap sampel sebanyak 2 ml diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing. Fehling A dan Fehling B
sebanyak 2 ml ditambahi ke dalam tiap tabung reaksi. NaOH 10%
sebanyak 4 tetes ditambahi ke dalam tiap tabung reaksi. Tabung
reaksi dipanaskan dengan Bunsen sampai mendidih. Perubahan
yang terjadi diamati. Larutan dengan endapan merah bata positif
mengandung gugus aldehid.
B. Moore test
Setiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing. NaOH 10% sebanyak 5 ml
ditambahkan ke tiap tabung reaksi. Tabung reaksi dipanaskan
dengan Bunsen sampai mendidih. Perubahan yang terjadi diamati.
Larutan dengan warna merah kecoklatan positif mengandung
gugus alkali.
C. Hidrolisa
Setiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing. Larutan H
2
SO
4
10%
sebanyak 1 ml ditambahkan ke tiap tabung reaksi. Tabung reaksi
dipanaskan hingga mendidih dan setelahnya didinginkan. Larutan
NaOH 10% sebanyak 3 ml dan indikator PP sebanyak 2 tetes
dimasukkan ke dalam tiap tabung reaksi. Fehling A dan fehling B
sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tiap tabung reaksi. Tabung
reaksi dipanaskan dan perubahan yang terjadi diamati. Larutan
dengan endapan merah bata positif memecah karbohidrat menjadi
sederhana.
D. Iod test
Setiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing. Larutan iod sebanyak 5 tetes
ditambahkan ke dalam tiap tabung reaksi. Perubahan yang terjadi
diamati. Larutan dengan warna biru kehitaman merupakan
golongan polisakarida.
E. Luff test
Setiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing. Reagen luff sebanyak 2 ml
ditambahkan ke dalam tiap tabung reaksi. Tabung reaksi
dipanaskan dengan Bunsen sampai mendidih. Perubahan yang
terjadi diamati. Larutan dengan warna merah bata positif
merupakan golongan disakarida.
F. Molisch test
Setiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi masing-masing. Reagen molisch sebanyak 2
ml ditambahkan ke dalam tiap tabung reaksi. Tabung reaksi
dihomogenkan menggunakan vortex. Larutan H
2
SO
4
pekat
sebanyak 2 ml ditambahkan secara perlahan-lahan ke dalam tiap
tabung reaksi. Perubahan yang terjadi diamati. Larutan yang
membentuk cincin furfural berwarna ungu positif mengandung
karbohidrat.











IV. PEMBAHASAN
A. Tabel 1. hasil fehling test
Sampel warna
warna Dipanaskan
+fehling
A&B
+NaOH
10%
endapan Warna
Glukosa Bening Biru tua Biru tua
+ merah
bata
Kuning
kecoklatan pekat
Fruktosa Bening Biru tua Biru tua
+ merah
bata
Kuning
kecoklatan pekat
Sukrosa Bening Biru tua Biru tua
+ merah
bata
Kuning
kecoklatan
Maltosa Bening Biru tua Biru tua
+ merah
bata
Kuning
kecoklatan pekat
Amilum Bening Biru tua Biru tua - Biru tua

Tabel 2. hasil moore test
Sampel Warna
Warna Dipanaskan
+ NaOH 10% Endapan Warna
Glukosa Bening Bening - Coklat
Fruktosa Bening
Bening
kekuningan
- Coklat bening
Sukrosa Bening Bening - Bening kekuningan
Maltosa Bening
Bening
kekuningan
- Coklat bening pekat
Amilum Bening Bening - Bening kekuningan



Tabel 3. hasil molisch test
Sampel Warna
Ditambahkan molisch Ditambah H2SO4
warna terbentuk warna
Terbentuk
cincin
Glukosa Bening Berlapis -
Fruktosa Bening Bening
Cincin di
tengan

Sukrosa Bening Bening
Cincin di
tengah

Maltosa Bening Bening
Cincin di
tengah

Amilum Bening Berlapis -

Tabel 4. hasil luff test
Sampel Warna Warna +luff
Warna
dipanaskan
Glukosa Bening Biru muda bening Oranye
Fruktosa Bening Biru muda bening Merah bata
Sukrosa Bening Biru muda bening Oranye
Maltosa Bening Biru muda bening Oranye
Amilum Bening Biru muda bening
Biru
kehijauan






Tabel 5. hasil iod test
Sampel
Warna
Awal Akhir
Glukosa Bening Oranye kecoklatan
Fruktosa Bening Oranye kecoklatan
Sukrosa Bening Oranye kecoklatan
Maltosa Bening Oranye kecoklatan
Amilum Bening Biru kehitaman

Tabel 6. hasil hidrolisa
Warna
sampel
Warna
Endapan Awal
hidrolisa
+Fehling A
+Fehling
B
+NaOH
10%
Bening Bening
Terbentuk
gumpalan
berwarna
biru di
permukaan
Biru tua
bening
Bening
+ merah
kehitaman
Bening Bening Coklat Bening + coklat pekat
Bening Bening Coklat Bening + coklat
Bening Bening
Biru tua
bening
Bening
+ merah
kehitaman
Bening Bening
Biru tua
bening
Bening -

B. Pembahasan
Fehling Test
Dalam pereaksi fehling, ion Cu
2+
bertindak sebagai ion kompleks. Aldehid
akan mereduksi pereaksi fehling membentuk Cu
2
O yang berwarna merah bata.
Hal yang sama juga ditemukan pada monosakarida. Uji Fehling digunakan untuk
menunjukkan golongan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida/ aldosa. Pada
aldosa dapat mengalami oksidasi maupun reduksi sedangkan keton hanya dapat
mengalami reduksi. Oksidasi aldosa menghasilkan asam, sedangkan reduksi
aldosa maupun keton menghasilkan senyawa polihidroksil alkohol.
Reaksi larutan sampel dengan fehling :

Tiap sampel sebanyak 2 ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Pada tahap ini, warna awal sampel adalah bening. Kemudian masing-masing
fehling A dan fehling B sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam masing-masing
sampel, yang merubah warna sampel menjadi biru tua. Fehling A berfungsi
sebagai oksidator kuat dan fehling B berfungsi sebagai pencegah terjadinya
endapan.
NaOH 10% sebanyak 4 tetes dimasukkan ke dalam masing-masing tabung.
Penambahan ini menyebabkan perubahan warna pada fruktosa menjadi biru
kehijauan, sedangkan 4 sampel lain warnanya masih biru tua. Fungsi dari
penambahan NaOH 10% adalah sebagai pereaksi untuk fehling B. Karena larutan
fehling B yang ada hanya terbentuk dari Kalium Natrium Tartarat. Untuk
membentuk garam Rockhelle, diperlukan NaOH.
Pemanasan dilakukan pada tabung reaksi dilakukan hingga mendidih, hal ini
bertujuan agar gugus aldehid pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat
bereaksi dengan ion OH
-
membentuk asam karboksilat. Pemanasan sebaiknya
tidak terlalu lama, karena akan mengubah laju reaksi.
Pada glukosa terjadi hasil uji positif (terdapat endapan berwarna merah bata).
Artinya glukosa mengandung gugus aldehid dan merupakan gula aldosa dan gula
pereduksi. Pada Fruktosa juga terjadi hasil uji positif (terdapat endapan berwarna
merah bata). Artinya fruktosa mengandung gugus aldehid karena fruktosa
merupakan ketosa yang terkonversi menjadi aldosa. Sukrosa juga menghasilkan
hasil positif (terdapat endapan berwarna merah bata). Artinya sukrosa
mengandung gugus aldehid. Maltosa juga menghasilkan hasil positif (terdapat
endapan berwarna merah bata). Artinya maltose mengandung gugus aldehid
karena maltosa merupakan disakarida pereduksi. Keempat sampel diatas
mengalami reaksi berikut :
2CuSO
4
.5H
2
O + C
6
H
12
O
6
C
6
H
12
O
7
+ Cu
2
O + 2H
2
SO
4
+ 8 H
2
O
Amilum menghasilkan hasil negatif (tidak terdapat endapan berwarna merah
bata). Hal ini disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat
bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang tidak
mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara
amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap
berwarna biru setelah dipanaskan.
Moore Test
Reaksi ini disebut juga reaksi pendamaran. Uji Moore menggunakan NaOH
(alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH
-
(alkali) yang akan berikatan
dengan rantai aldehid dan membentuk aldehida dengan cabang gugus alkanol
yang berwarna kekuningan (Siswoyo, 2009).
Tiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Warna awal dari tiap sampel adalah bening. NaOH 10% sebanyak 5 ml
ditambahkan ke masing-masing tabung. Penambahan NaOH ini bersifat untuk
memberikan sumber ion OH
-
yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan
membentuk aldol aldehid yang berwarna kekuningan sebelum dipanaskan.
Tiap tabung reaksi dipanaskan hingga mendidih. Tujuannya adalah untuk
membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus
OH
-
membentuk asam karboksilat.
Pada glukosa terjadi hasil uji positif. Artinya glukosa mengandung gugus
aldehid dan merupakan gula aldosa. Dan merupakan gula pereduksi. Reaksi yang
terjadi adalah : .
Sedangkan reaksi antara glukosa yang bergugus aldosa + NaOH adalah : CH
2
OH
+ NaOH CH
2
OH + H
2
O.
Pada fruktosa dan maltosa terbentuk warna coklat bening dan tidak
berendapan. Warna larutan yang coklat mengindikasi bahwa fruktosa dan maltosa
memiliki sedikit gugus alkali. Sukrosa dan amilum terbentuk larutan berwarna
bening kekuningan dan tidak berendapan. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa
dan amilum memiliki gugus alkali, karena ditentukan bahwa hasil positif
menunjukkan warna kekuningan tak berendapan.
Hidrolisa
Pemecahan (hidrolisis) molekul gula, pati, dan selulosa yang kompleks
menjadi molekul monosakarida muda dilakukan dalam laboratorium dengan
mendidihkan larutan atau suspense karbohidrat itu dengan larutan encer disebut
hidrolisa (Keenan dkk, 1984).
Uji hidrolisa bertujuan untuk melihat sudah atau belum terbentuknya
monosakarida dari suatu sampel. Sampel yang berupa polisakarida maupun
oligosakarida akan diubah menjadi monosakarida, melalui sebuah reaksi :
karbohidrat -- +H
2
SO
4
---> pemutusan ikatan glikosidik -- +NaOH ---> Perubahan
warna fehling test ---> gugus aldehid mengendap.
Tiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
H
2
SO
4
10%

sebanyak 1 ml ditambahkan ke dalam tiap tabung. Fungsi dari H
2
SO
4
adalah untuk memutus ikatan glikosidik pada gula non-monosakarida. Kemudian
larutan dipanaskan tujuannya sebagai katalis H
2
SO
4
10% agar ikatan glikosidik
lebih cepat diuraikan, sekaligus membantu penguraian lebih cepat.
Larutan didinginkan sampai benar-benar dingin tujuannya agar ketika
ditambahkan NaOH 10% larutan NaOH tersebut tidak bereaksi dengan H
2
SO
4
10% sehingga tidak terjadi galat dalam uji. Ketika ditambahkan NaOH warna
larutan masih bening. Fehling A dan Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml
dimasukkan ke dalam tabung, fungsinya sebagai indikator ada atau tidaknya
gugus aldehid dalam sampel. Ketika ditambahkan larutan fehling, warna dari
sampel berubah menjadi biru tua keunguan. Ada atau tidaknya aldehid dilihat dari
ada tidaknya endapan merah bata dalam sampel.
Perbedaan warna endapan dapat disebabkan oleh perbedaan bentuk struktur
masing-masing molekul. Pada glukosa, sukrosa, dan maltose endapan merah
berasa dari gugus aldosa monosakarida glukosa. Sedangkan warna merah bata
fruktosa berubah jadi gugus aldosa dengna uji fehling.
Iod Test
Dalam percobaan ini uji iod tidak dilakukan pemanasan karena pemanasan
akan merenggangkan spiral pada struktur amilum, sehingga molekul-molekul iod
terlepas dan warna biru hilang. Amilum akan merefleksikan warna biru bila
berupa polimer glukosa yang lebih besar dari 20, misal molekul amilosa. Bila
polimer kurang dari 20 seperti amilopektin, maka akan dapat dihasilkan warna
merah sedangkan dekstri dengan polimer 6, 7, 8 membentuk warna coklat.
Polimer yang lebih kecil dari 5 tidak akan memberikan warna dengan iodine
(Winarno, 1984).
Uji iod ini dikhususkan untuk mengidentifikasi polisakarida. Polisakarida
dalam sampel adalah amilum. Tiap sampe sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Iod sebanyak 5 tetes dimasukkan ke dalam tiap tabung.
Penambahan iod berfungsi sebagai molekul pengikat pati, molekul pengindikasi
adanya amilum.
Sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltose memiliki hasil uji negative
karena 4 sampel tersebut tidak mengandung amilum dan hanyalah gula
monosakarida/oligosakarida saja. Keempat sampe itu juga polimer yang lebih
kecil dari 5 yang tidak akan memberikan warna dengan iodine. Hal itu
ditunjukkan dengan warna keempat sampel berwarna oranye kecoklatan.
Amilum hasil ujinya positif karena amilum polimernya lebih dari 20 sehingga
membentuk ikatan dengan iodine dan memunculkan warna biru. Karena juga ada
spiral yang mampu mengikat warna dengan amilum. Uji iod ini juga dikhusukan
untuk polisakarida dan sampel polisakatida yang ada dalam percobaan hanyalah
amilum. Dan reaksi yang terjadi adalah : polisakarida (amilum) + I
2
poliodida.
Luff Test
Uji luff digunakan sebagai uji yang membedakan monosakarida dan
disakarida (oligosakarida). Pada kelima sampel, yang tersusun atau 2
monosakarida ada 2 sampe yakni sukrosa dan maltosa. Hasil positif uji luff
tampak dari warna larutan yang berubah menjadi merah bata. Uji luff juga
dilakukan untuk melihat manakan disakarida yang bersifat gula pereduksi
(aldosa).
Tiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Reagen luff (mengandung CuSO
4
dan HNO
3
) sebanyak 2 ml ditambahkan ke
dalam tiap tabung. HNO
3
untuk mengasamkan sedangkan CuSO
4
untuk
memutuskan ikatan. Terkadang Na
2
CO
3
tidak perlu digunakan, karena dapat
digantikan posisinya dengan pemanasan.

Glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa menunjukkan warna oranye/ merah
bata pada larutan. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sampel berikut
mengandung gugus aldehid. Sedangkan amilum berwarna biru kehijauan artinya
negatif dan berbanding lurus dengan teori.
Molisch Test
Uji ini terjadi bila karbohidrat direaksikan dengan larutan naftoil dan alkohol,
kemudian ditambahkan H
2
SO
4
secara hati-hati pada batas cairan akan terbentuk
furfural yang berwarna ungu.
Uji Molisch dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat
dalam suatu zat. Karena uji ini umum terhadap karbohidrat dan sampel yang
diujikan walaupun itu monosakarida, oligosakarida, maupun polisakarida akan
menunjukan satu hasil yang sama, yaitu terbentuknya cincin violet.
Tiap sampel sebanyak 5 ml diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Reagen molisch sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam masing-masing tabung.
Molisch (5% naftol dalam alkohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat
secara perlahan). Reagent ini merupakan senyawa organik dengan rumus kimia
C
10
H
7
OH. Zat ini merupakan isomer dari 2 napthol berbeda hanya pada lokasi
gugus hidroksil pada cincin naphthalene.
H
2
SO
4
10% sebanyak 1ml ditambahkan ke dalam masing-masing tabung. Hal
ini dilakukan agar larutan H
2
SO
4
tidak bercampur dengan larutan yang ada dalam
tabung, sehingga pada akhir reaksi diperoleh suatu pembentukan cincin berwarna
ungu pada batas antara kedua lapisan larutan dalam tabung. Terbentuknya cincin
berwarna ungu, menandakan reaksi positif terjadi, dan membuktikan adanya
karbohidrat dalam tiap sampel. Secara teori, semua sampel harusnya memiliki
cincin furfural ini pada akhir percobaan, karena merupakan gugus karbohidrat.
Tapi pada percobaan, pernambahan H
2
SO
4
tidak dengan baik sehingga membuat
struktur pecah. Dan menyebabkan semua larutan tidak terdapat cincin furfural
berwarna ungu.




DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Salemba Medika, Jakarta.
Atkins, R. C. dan Carey, F. A. 1987. Organic Chemistry A Brief Course. McGraw-
Hill, USA.
Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. EGC, Jakarta.
Graha, C.K. 2010. 100 Questions and Answers: Kolesterol. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C. dan Wood, J. H. 1984. Ilmu Kimia untuk
Universitas. Erlangga, Jakarta.
Pranata, F. S. 1995. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Teknobiologi
Pangan FTB UAJY, Yogyakarta.
Sacher, R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta.
Siswoyo, R. 2009. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC, Jakarta.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
EGC, Jakarta.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Witasari, U., Rahmawaty, S., Zulaekah, S. 2009. Hubungan Tingkan Pengetahuan,
Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi
10 (2) : 134.













KESIMPULAN
Dari hasil analisis pada percobaan Karbohidrat, praktikan menyimpulkan bahwa
1. Glukosa adalah karbohidrat golongan monosakarida dengan gugus aldehid dan
gugus alkali, dibuktikan dengan fehling Test, molisch test, luff test, iod test,
hidrolisa, dan moore Test.
2. Fruktosa adalah karbohidrat golongan disakarida dengan gugus alkali dengan
fehling test, moore test, molisch test, luff test, iod test, dan hidrolisa.
3. Sukrosa adalah karbohidrat golongan disakarida dengan fehling test, moore
test, molisch test, luff test, iod test, dan hidrolisa
4. Maltosa adalah karbohidrat golongan disakarida dengan gugus aldehid dan
gugus alkali dengan fehling test, moore test, molisch test, luff test, iod test,
dan hidrolisa
5. Amilum adalah karbohidrat dengan golongan disakarida gugus alkali dengan
fehling test, moore test, molisch test, luff test, iod test, dan hidrolisa














LAMPIRAN

Gambar 7. Hasil Fehling Test (Dok.
Pribadi)
Gambar 8. Hasil Molisch Test setelah
ditambah H2SO4 (Dok. Pribadi)
Gambar 9. Hasil Luff Test (Dok. Pribadi)
Gambar 13. Hasil Moore Test
setelah dipanaskan (Dok. Pribadi)
Gambar 14. Hasil Hidrolisa saat larutan
ditambah fehling A (Dok. Pribadi)
Gambar 12. Hasil Moore Test
saat ditambahkan NaOH (Dok.
Pribadi)
Gambar 11. Hasil Molisch Test setelah
ditambah reagen molisch (Dok. Pribadi)
Gambar 10. Hasil Iod Test
(Dok. Pribadi)

Anda mungkin juga menyukai