Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN INVESTASI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI
DALAM PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA UTARA
H.Amiruddin1, Syaad Afifuddin2 Syarif3, Sirojuzilam4
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
investasi dalam pembangunan Sumatera Utara dengan menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS) selama kurun waktu 1980 2002. Perkembangan pendapatan regional (PDRB),
pengeluaran pemerintah, dan total ekspor Propinsi Sumatera Utara selama kurun waktu
penelitian menunjukkan trend yang meningkat, sedangkan tingkat suku bunga dalam negeri dan
tingkat inflasi relatif cukup stabil, kecuali pada saat krisis moneter. Sementara untuk
perkembangan investasi baik investasi asing (PMA) maupun investasi domestik (PMDN)
memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel
yang berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap perkembangan investasi di
Propinsi Sumatera Utara adalah variabel pendapatan regional (PDRB), pengeluaran pemerintah
dan total ekspor dengan tingkat kepercayaan yang berbeda-beda. Sementara variabel yang
memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap perkembangan investasi di
Propinsi Sumatera Utara adalah variabel tingkat suku bunga dalam negeri pada tingkat
kepercayaan 90 persen, variabel tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara
statistik.
Kata kunci : Investasi, pembangunan.
LATAR BELAKANG
Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke
arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu. Sejak tahun 1969 pemerintah dan
seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang. Dalam
mempercepat pembangunan nasional di segala bidang pemerintah memerlukan modal yang
besar. Akan tetapi kemampuan pemerintah dalam menyediakan modal untuk keperluan
mempercepat pembanunan terbatas. Oleh karena itu, sebagai salah satu aspek dalam kebijakan
pemerintah perlu melakukan usaha-usaha agar memperoleh lebih banyak dana untuk
pembangunan.
Usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan dalam pengerahan modal
dalam negeri dan pengerahan modal dari luar negeri. Dalam rangka pemanfaatan modal dalam
negeri yakni bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak benda-benda baik
yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisi di

Indonesia untuk diabadikan kepada pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam
undang-undang nomor 6 tahun 1968 (UU No. 6/1998) tentang penanaman modal dalam negeri
(PMDN). Pada pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam undang-undang nomor 1
tahun 1967 (UU No. I/1967) tentang penanaman modal asing (PMA).
Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam itu,
investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pertumbuhan ekonomi.
Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi yang dapat
mencerminkan marak lesunya pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan nasional senantiasa
berusaha
menciptakan
iklim
yang
dapat
menggairahkan
investasi.
Semenjak diberlakukannya UU No. 1 tahun 1967 Jo No. 11 tahun 1970 tentang penanaman
modal asing (PMA) dan UU No. 6 tahun 1968 Jo No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal
dalam negeri (PMDN), investasi cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun
demikian pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan
bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta baik
PMDN
atau
PMA,
namun
juga
penanaman
modal
oleh
pemerintah.
Pada dasarnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, akumulasi utang luar negeri
merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini dikarenakan kondisi tabungan dalam negeri yang
masih rendah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya investasi secara mmadai. Dan
negara yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk membiayai
pembangunan tersebut, pada umumnya menutup kesenjangan tersebut dengan mencari sumber
dari luar negeri. Sehingga tidak mengherankan apabila begitu besarnya arus modal dari negara
maju mengalir ke negara sedang berkembang termasuk diantaranya Indonesia. Untuk itu
pemerintah harus berusaha untuk menarik dana pinjaman dari para donatur yang berasal dari luar
negeri.
Dengan adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik yang datang dari luar negeri
maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan akan menciptakan
multiplier effect, dimana kegiatan tersebut akan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya
dan pada akhirnya akan memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Melihat pentingnya peranan penanaman modal baik yang dilakukan pihak swasta
maupun
asing.
Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki daerah Sumatera Utara mempunyai peluang yang
sangat besar untuk aktivitas penanaman modal baik penanaman modal asing (PMA) maupun
penanaman modal dalam negeri (PMDN). Hal ini dikarenakan tersedianya berbagai bahan
mentah dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang kesemuanya dapat
dipergunakan untuk pengembangan sektor industri. Disamping itu terdapat pula potensi yang
besar dari sektor-sektor lainnya seperti sektor pertambangan, sektor perindustrian dan lain
sebagainya. Dengan adanya penanaman modal dari luar negeri maupun dalam negeri dapat
memacu
pertumbuhan
ekonomi.
PERUMUSAN

MASALAH

1. Apakah terdapat pengaruh pendapatan regional (diproxy dengan PDRB) terhadap


perkembangan investasi di Sumatera Utara.
2. Apakah terdapat pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perkembangan investasi di
Sumatera Utara.

3. Apakah terdapat pengaruh total ekspor terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara.
4. Apakah terdapat pengaruh tingkat suku bunga dalam negeri terhadap perkembangan investasi
di Sumatera Utara.
5. Apakah terdapat pengaruh inflasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan regional (diproxy dengan PDRB) terhadap
perkembangan investasi di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perkembangan investasi di
Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui total ekspor terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga dalam negeri terhadap perkembangan
investasi di Sumatera Utara
5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera
Utara
MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan investasi di Sumatera Utara dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah
Sumatera Utara untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi
sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam menarik investor di daerah Sumatera
Utara.
PENGERTIAN INVESTASI
Investasi dalam studi ini tidak berarti pembelian saham, obligasi, atau asset keuangan lainnya.
Investasi terdiri dari belanja untuk (1) pabrik dan peralatan baru, (2) rumah baru, (3) kenaikan
persediaan netto. Investasi usaha mencakup pembelian barang kapital saat ini atas ekspektasi
adanya
penerimaan
dimasa
mendatang.
(McEachern,200)
Ada tiga bentuk investasi : (1) investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup
peralatan dan struktur yang perusahaan beli untuk proses produksi. (2) investasi residensi
(residential invesment) mencakup perumahan baru yang orag beli untuk ditinggali dan yang
dibeli tuan tanah untuk disewakan. (3) investasi persediaan (inventory investment) mencakup
barang-barang yang perusahaan tempatkan digudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,
barang setengah jadi dan barang jadi. (Mankiw, 2000)
Pertumbuhan ekonomi suatu negara erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan
modal. Dalam perencanaan makro, ICOR dapat digunakan untuk menaksir besarnya kebutuhan
modal yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.(Susanti,

1995)
Cara menghitung besarnya ICOR adalah :
I/PDB x 100%ICOR = PDB (%)
Dimana :
ICOR : Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi
I/PDB x 100% : Persentase investasi terhadap PDB
PDB (%) : Laju pertumbuhan ekonomi (PDB)

relatif

akibat

adanya

investasi

Angka ICOR yang dianggap memiliki tingkat produktivitas investasi yang baik berada antara 34. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi kemungkinan terjadi inefisiensi dalam
penggunaan investasi. (Widodo, 1990)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI


1. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada
para pemilik modal (investor) pada investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat
pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase
keuntungan netto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih
besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal
yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito), dan
menggunakannya untuk investasi.
2. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan mengenai keuntungan dimasa depan akan
memberikan gambaran pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat
dilaksanakan dimasa depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi
tambahan barang-barang modal yang diperlukan.
3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. Dengan bertambahnya pendapatan
nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga
meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya
investasi lain (induced invesment).
4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para investor untuk
menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperoleh untuk investasi-investasi baru.
5. Situasi politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor terutama pada
investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi memerlukan jangka
waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang ditanam dan memperoleh
keuntungan sehingga stabilitas politik jangka panjang akan sangat diharapkan oleh para investor.
6. Kemajuan teknologi, dengan adanya temuan-temuan teknologi baru (inovasi), maka akan
semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh investor, sehingga semakin
tingkat investor yang akan dicapai.

7. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah, tersedianya berbagai sarana dan


prasarana awal, seoerti jalan raya, listrik dan sistim komunikasi akan mendorong para investor
untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Disamping itu adanya bentuk insentif yang
diberikan pemerintah seperti keringanan-keringanan di dalam perpajakan (tax holiday) yaitu
suatu keringanan di dalam pembebanan pajak yang diberikan kepada suatu perusahaan yang mau
menanamkan modalnya.(Kelana, 1996)

KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI


Pembangunan tidak hanya lebih banyak keluaran (output) yang dihasilkan, tetapi juga lebih
banyak jenis output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam pekembangannya,
pembangunan melalui tahapan-tahapan, yakni : masyarakat tradisional, pra kondisi lepas landas,
gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahap ini adalah
tahap tinggal landas yang didorong oleh satu sektor atau lebih.(Todaro, 2000)
Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan ekonomi
(economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat
didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang.(Sukirno, 1985)
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Strategi dasar pembangunan dalam periode PJP I (1969-1994), yang dimulai dengan Repelita I,
diarahkan pada pencapaian stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi, serta menitikberatkan
pada sektor pertanian dan industri yang menunjang sektor pertanian. Ditempatkannya stabilitas
dan pertumbuhan ekonomi sebagai strategi dasar, didasarkan pada pertimbangan bahwa untuk
melaksanakan Repelita yang sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan
(diprioritaskan) untuk menciptakan landasan yang penting bagi berhasilnya pelaksanaan
Repelita. (Djamin, 1995)
Dalam GBHN antara lain ditetapkan bahwa pelaksanaan pembangunan disamping meningkatkan
pendapatan nasional rakyat sesuai degan rasa keadilan. Dalam rangka diwujudkannya asas
keadilan sosial sehingga disatu pihak pembangunan itu tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan produksi, melainkan sekaligus mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang
kaya dan yang miskin. Dilain pihak lapisan masyarakat yang terlibat dalam pembangunan harus
memikul beban pembangunan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan. (Djamin,
1995)
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah pada hakekatnya ditentukan oleh potensi sumber
daya alam yang ada, prasarana dan sarana yang dibangun, modal yang tersedia serta kemampuan
sumber daya manusia di masing-masing daerah. Keempat sumber daya tersebut harus cukup
tersedia untuk meunjang pembangunan daerah (Sumodiningrat, 1996). Untuk mencapai sasaran
pertumbuhan ekonomi yang diinginkan diperlukan mekanisme pembangunan yang lebih

sistematis. Yang dimaksud dengan mekanisme pembangunan adalah gerak ke depan dari suatu
sistem yang berdimensi pada produksi, pendapatan, tingkat hidup, sikap, kelembagaan serta
kebijakan. Mekanisme pembangunan ini ditopang oleh sumber-sumber berupa modal fisik,
modal manusia, dan modal kelembagaan. Dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan,
ketiga-tiganya harus ditingkatkan kuantitasnya, diperbaiki kualitasnya dan dimanfaatkan secara
lebih efisien. Jumlah penyediaan modal fisik ini dapat diukur dengan uang. Modal fisik dalam
hal ini diasumsikan mewakili modal keseluruhan, sedangkan pendapatan nasional dianalogkan
dengan produksi nasional, sehingga walaupun kurang tepat, suatu kenaikan pendapatan nasional
dapat dipergunakan sebagai ukuran kemajuan ekonomi. (Kunarjo, 1996)
Anggaran belanja yang seimbang pada umumnya dititikberatkan pada perbaikan dan rehabilitasi
prasarana. Di samping itu, anggaran belanja juga memegang peranan yang sangat penting dalam
mendorong kredit investasi jangka menengah melalui sistem perbankan. Dalam menyalurkan
dana-dana kredit ke bidang-bidang produksi yang diprio-ritaskan, pemerintah memperguna-kan
suku bunga pinjaman yang berlainan tergantung sektor apa yang menjadi prioritas pembangunan,
akan mendapat bunga pinjaman yang diprioritaskan.
PENELITIAN TERDAHULU
Hasil studi Prawatyo (1994) menemukan bahwa produk domestik bruto (PDB), pengeluaran
pemerintah dan suku bunga luar negeri memiliki pengaruh yang positif dan signifikan kecuali
impor barang modal dan bahan baku yang tidak signifikan secara statistik terhadap investasi
(PMA dan PMDN) di Indonesia. Sedangkan tingkat suku bunga di dalam negeri berpengaruh
negatif dan elastis terhadap investasi di Indonesia.
Kerr and Peter (2001), dimana studinya mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi arus modal
asing (FDI) masuk ke China pada periode 1980 1998 dengan pendekatan error correction
models (ECM). Variabel yang diteliti dalam studi ini adalah tingkat upah, nilai tukar, tingkat
suku bunga, pajak yang dikenakan, dan tingkat keterbukaan ekonominya (ekspor-impor) sebagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan FDI di China. Hasil studi menunjukkan hampir semua
variabel yang diteliti memiliki tanda yang sesuai dengan teori ekonomi (hipotesis) dan
memberikan pengaruh yang signifikan kecuali tingkat suku bunga.
Setiawan (2002) menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI)
di Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat tabungan domestik (DSR), utang luar
negeri (RFD), inflasi (INF), dan investasi asing langsung tahun sebelumnya (RFDI(-1))
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan kecuali investasi asing langsung tahun
sebelumnya tidak signifikan. Sedangkan nilai tukar rupiah (ER), dan kebijakan pemerintah
sebagai dummy variabel (GP) memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan kecuali
kebijakan pemerintah yang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 10 persen selama periode
1976 2000.
Sarwedi (2002) dalam studinya tentang investasi asing langsung di Indonesia dan faktor yang
mempengaruhinya menemukan bahwa variabel ekonomi (GDP, Growth, Wage dan Ekspor)
mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel non ekonomi yaitu stabilitas

politik (SP) mempunyai hubungan negatif. Hal ini sejalan dengan hasil temuan empiris
Schneider and Frey (1986) bahwa kestabilan politik mempunyai hubungan negatif dengan FDI.
Sementara hasil studi Erdal and Tatoglu (2002) menunjukkan bahwa variabel besarnya pangsa
pasar, keterbukaan ekonomi untuk barang-barang dari luar negeri, infrastruktur yang memadai,
dan pasar dalam negeri yang menarik memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan arus
modal asing (FDI) di Turkey. Nilai tukar yang tidak stabil memberikan pengaruh yang negatif
terhadap perkembangan FDI selama kurun waktu yang diteliti yakni 1980 1998. Dampak dari
tidak stabilnya ekonomi adalah negatif dan tidak signifikan terhadap perkembangan FDI di
Turkey.
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan regional dan perkembangan investasi di
Sumatera Utara, cateris paribus.
2. Terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pemerintah dan perkembangan investasi di
Sumatera Utara, cateris paribus.
3. Terdapat pengaruh yang positif antara ekspor dan perkembangan investasi di Sumatera Utara,
cateris paribus.
4. Terdapat pengaruh yang negatif antara tingkat suku bunga dalam negeri dan perkembangan
investasi di Sumatera Utara, cateris paribus.
5. Terdapat pengaruh yang negatif antara inflaasi dan perkembangan investasi di Sumatera Utara,
cateris paribus.
MODEL ANALISIS
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di Sumatera Utara
selama kurun waktu 1980 2002 maka dilakukan analisis dengan menggunakan model
persamaan Ordinary Least Square (OLS). Untuk itu fungsi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
:
IN = f (PR, EG, EK, IR, IF)
Dari fungsi tersebut di atas, kemudian dispesifikasi ke dalam model sebagai berikut :
IN = a0+a1 PR+a2 EG+a3 EK+a4 IR+a5 IF+
Dimana
IN : total investasi PMA dan PMDN (jutaan rupiah)
PR : pendapatan regional yang diproxy dengan PDRB (jutaan rupiah)
EG : pengeluaran pemerintah (jutaan rupiah)
EK : total ekspor (jutaan rupiah)

IR : tingkat suku bunga dalam negeri (persen)


IF : tingkat inflasi yang diproxy dengan IHK (persen)
: variabel gangguan (error term)
a1 a5 : koefisien regresi
a0 : konstanta

DEFENISI DAN BATASAN OPERASIONAL


1. Total investasi (IN) adalah total investasi yang dilakukan baik PMA maupun PMDN setiap
tahunnya dalam satuan jutaan rupiah.
2. Pendapatan regional (PR) adalah nilai output dari produksi barang-barang dan jasa-jasa di
Sumatera Utara dalam satu tahun yang diproxy dengan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan 1993 dalam satuan jutaan rupiah.
3. Pengeluaran pemerintah (EG) adalah besarnya anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah
Propinsi Sumatera Utara untuk membiayai kegiatan rutin dan pembangunan dalam satuan jutaan
rupiah.
4. Total ekspor (EK) adalah total ekspor Propinsi Sumatera Utara dalam satu tahun dalam satuan
jutaan rupiah.
5. Tingkat suku bunga dalam negeri (IR) adalah rata-rata tingkat suku bunga deposito untuk
jangka waktu 3 bulan dalam satuan persen.
6. Tingkat inflasi (IF) adalah tingkat inflasi tahunan Sumatera Utara berdasarkan indeks harga
konsumen (IHK) dalam satuan persen.
ANALISIS DAN HASIL ESTIMASI
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di Sumatera Utara,
maka dilakukan estimasi dengan metode OLS dan dari hasil estimasi tersebut diperoleh model
persamaan seperti pada tabel berikut ini :
IN = -167483,0 + 0,214 PR + 1,48 EG + 0,03 EK - 33266,52 IR - 4847,78 IF
(2,145)** (4,106)*** (2,135)** (-2,090)* (-0,595)

R2 = 0,8592
F-Stat = 2,7176 (prob.0,0581)
DW-Stat = 2,8616

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel di atas, diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R2)
sebesar 85,92 persen yang berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut
cukup mampu menjelaskan variasi perkembangan investasi.
Selanjutnya bila dianalisis secara lebih mendalam dengan melihat variabel bebasnya secara
simultan (bersamaan), maka pengaruh variabel bebas tersebut terhadap perkembangan investasi
di Sumatera Utara memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hal
ini bisa dilihat dari hasil estimasi Fstat sebesar 2,717 yang lebih besar dari Ftabel sebesar 2,24
pada level 10 persen (Fstat (2,717) > Ftabel (2,24)).
Namun apabila dilakukan pengujian secara parsial, maka variabel bebas yakni pendapatan
regional, pengeluaran pemerintah, ekspor dan tingkat suku bunga memberikan pengaruh yang
signifikan secara statistik terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara dengan tingkat
kepercayaan yang berbeda-beda kecuali inflasi yang memberikan pengaruh tidak signifikan
terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara.
Dari hasil estimasi di atas, tanda positif dari koefisien regresi pendapatan regional sebesar 0,214
dan nilai t statistik sebesar 2,146 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,120. Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan regional memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dengan demikian apabila pendapatan regional mengalami peningkatan maka akan mendorong
perkembangan investasi di Sumatera Utara. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa terhadap pengaruh yang positif antara pendapatan regional dan perkembangan investasi di
Sumatera Utara, cateris paribus. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya
oleh Prawatyo (1994), Sarwedi (2002) dan Setiawan (2002).
Untuk variabel pengeluaran pemerintah memperlihatkan tanda koefisien regresi yang positif
sebesar 1,482 dengan nilai t statistik sebesar 4,106 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,921.
Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan
secara
statistik
pada
tingkat
kepercayaan
99
persen.

Variabel total ekspor memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,032 dengan nilai t
statistik sebesar 2,135 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,120, yang berarti ekspor Sumatera
Utara memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di
Sumatera Utara secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Ini mengandung arti
apabila ekspor Sumatera Utara meningkat, cateris paribus, maka akan mendorong perkembangan
investasi di Sumatera Utara. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang positif antara ekspor dan perkembangan investasi di Sumatera Utara, cateris
paribus. Dengan demikian hasil studi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kerr and Peter (2001), Sarwedi (2002) serta Erdal and Tatoglu (2002).
Sementara untuk tingkat suku bunga dalam negeri memiliki tanda koefisien regresi yang negatif
sebesar -33266,52 dengan tingkat t statistik sebesar -2,090 yang lebih kecil dari t tabel sebesar
-1,746. Hal ini berarti tingkat suku bunga dalam negeri memberikan pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara secara statistik pada tingkat
kepercayaan 90 persen.
Sedangkan untuk inflasi memiliki tanda koefisien regresi yang negatif sebesar 4847,785 dengan
nilai t statistik sebesar -0,595 yang lebih besar dari t tabel sebesar -1,746. Hal ini menunjukkan
bahwa inflasi memberikan pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap
perkembangan Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hasil studi menunjukkan
hipotesis ditolak, artinya tidak sesuai degan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang negatif antara inflasi dan perkembangan investasi di Sumatera Utara, cateris paribus.
KESIMPULAN
1. Bahwa variabel yang berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap
perkembangan investasi di Propinsi Sumatera Utara adalah variabel pendapatan regional
(PDRB), pengeluaran pemerintah dan total ekspor dengan tingkat kepercayaan yang berbedabeda.
2. Bahwa variabel yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap
perkembangan investasi di Propinsi Sumatera Utara adalah variabel tingkat suku bunga dalam
negeri dengan tingkat kepercayaan 90 persen. Sedangkan variabel tingkat inflasi berpengaruh
negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap perkembangan investasi di Propinsi
Sumatera Utara.

SARAN
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan investasi di Propinsi Sumatera Utara maka pendapatan
regional (PDRB) menjadi salah satu barometer untuk menarik investor masuk ke Sumatera Utara
selain faktor-faktor yang lain, seperti pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, ketebrukaan
ekonomi melalui kegiatan ekspor impor dan tingkat suku bunga dalam negeri.
2. Untuk mendorong peningkatan investasi diperlukan kebijakan pemerintah yang mampu
memberikan kepastian berusaha dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

3. Bagi para peneliti yang berminat untuk mengkaji persoalan investasi baik investasi asing
(PMA) maupun investasi domestik (PMDN) maka sebaiknya mempertimbangkan unsur
kebijakan pemerintah tentang peraturan berinvestasi dan situasi politik di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Erdal, Fuat and Ekrem Tatoglu. 2002. Locational Determinants of Foreign Direct Investment in
An Emerging Market Economy : Evidence from Turkey. Multinational Business Review, Vol.
10, No.1.
Kerr, Ian A and Vasanthi Monsingh Peter. 2001. The Determinants of Foreign Direct Investment
In China. Western Australia : Asia Pacific Journal of Economics and Business, 2001.
Prawatyo, Adhita. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Indonesia, 1969
1990. Yogyakarta : Skripsi FE-UGM, Tidak Dipublikasikan.
Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya.
Setiawan, Gandy. 2002. The Impact of Foreign Direct Investment on Indonesias Economic
Growth. KDI School of Public Policy and Management. Master Thesis.
Diposkan oleh jurnal mepa ekonomi usu di 04:10
Label: sya'ad afifuddin

Pengertian dan fungsi pasar modal


at 10:58 PM
Reactions:
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI no.
1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal, adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
dibidang keuangan, serta keseluruan surat-surat berharga dan beredar. Sedangkan dalam arti
sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan
transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.
Pengertian bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang
mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun
melalui wakil-wakilnya. Bursa efek ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas pasar dan
menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.
Pasar modal mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1. Sebagai sumber penghimpun dana
2. Sebagai sarana investasi
3. Pemerataan pendapatan
4. Sebagai pendorong investasi

Sumber: Manajemen Keuangan, Drs. Sutrisno, MM

Anda mungkin juga menyukai