INTRAUTERIN 1. Menurut umur kehamilan a. Premature (preterm): kurang dari 37 minggu (259 hari) sejak hari pertama haid terakhir b. Aterm (term): 37 hingga kurang dari 42 minggu (259 hingga 293 hari) c. Postmature (postterm): 42 minggu (294 hari) atau lebih 2. Menurut pola pertumbuhan a. Sesuai dengan umur kehamilan (AGA: Appropriate for Gestational Age): antara percentile ke-10 dan ke 90 b. Lebih besar di bandingkan umur kehamilan (LGA: Large for Gestational Age): di atas percentile ke 90 c. Lebih kecil di bandingkan umur kehamilan (SGA: Small for Gestational Age): di bawah percentile ke 10
Dismaturitas Janin Istilah dismaturitas janin mengacu kepada sindrom di mana tahap perkembangan bayi kurang daripada yang di harapkan untuk periode kehamilan tersebut atau keadaan ini memperlihatkan perubahan yang bersifat kemunduran (regresi) dan tanda-tanda hipoksia intrauterine. Anak-anak yang memperlihatkan atrofi jaringan lunak akan mempunyai gambaran sebagai berikut: 1. Berat badannya lebih rendah bila di bandingkan dengan panjang badan. 2. Ekstermitasnya panjang dan kurus. 3. Bayi tampak kurang gizi dan hanya mempunyai sedikit lemak subcutan. 4. Vernix sedikit sekali atau tidak ada dan kalau ada, warnanya kuning atau hijau. 5. Rambut banyak sekali. 6. Kukunya panjang-panjang. 7. Kulitnya menggelembir. Ada kecenderungan terjadi diskuamasi khususnya pada telapak tangan dan telapak kaki. Kulit menjadi kering setelah lahir dan gambarnya mirip kertas perkamen. 8. Kulit, kuku, tali pusat dan cairan ketuban di kotori dengan meconium. 9. Pada kasus-kasus lanjut, cairan ketuban mekin sedikit dan kental dengan meconium. Ada yang kecenderungan terjadinya aspirasi cairan ini dengan selanjutnya timbul komplikasi pulmoner. Retardasi Pertumbuhan Intrauterin Bayi-bayi yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi akan berukuran lebih kecil di bandingkan umur kehamilannya (SGA). Kondisi ini telah di defenisikan dalam dua cara: 1) Bayi-bayi yang beratnya di bawah percentile ke-10 bila di bandingkan umur kehamilannya 2) Bayi-bayi yang beratnya adalah dua deviasi standar di bawah berat rata-rata untuk umur kehamilannya. Bayi-bayi ini berukuran kecil tapi tidak premature. Mereka tidak mempunyai permasalahan seperti bayi-bayi yang di lahirkan premature.
Kemampuan Pertumbuhan Fetal yang Menurun Sepertiga dari kasus-kasus retardasi pertumbuhan yang di kenali secara klinis berada dalam kelompok ini. Kebanyakan bayi ini berukuran kecil karena keterbatasan kostitusional. Beberapa di antaranya mempunyai kelainan kongenital sebagai akibat kerusakan atau aberasi kromosom oleh penyebab berbahaya seperti rubella, toxoplasmosis, penyakit virus sitomegalik dan lain-lain. Kelainan dasarnya adalah gangguan fase hiperplastik pada perkembangan. Pertumbuhan sebenarnya tidak berhenti. Tapi, sejak trimester pertama kecepatan pertumbuhan terus-menerus lambat dan terjadi pengurangan ukuran yang absolut. Jumlah total sel dalam tubuh, termasuk sel-sel otak, berkurang. Karena otak dan badan sama-sama terkena, ratio ukuran badan terhadap kepala tetap normal. Keadaan ini tidak mempunyai kaitan dengan penyakit hipertensi kehamilan, dan tidak terdapat peningkatan insidensi gawat janin, aspirasi meconium, asphyxia neonetorum atau hipoglikemia postpartum. Secara klinis neonatus tampak simetris, kecil dan kerdil.
Penurunan Dukungan Terhadap Pertumbuhan Janin Bentuk pelambatan atau penghentian pertumbuhan ini terjadi pada bayi-bayi dengan kemampuan pertumbuhan yang normal. Kelainan dasarnya merupakan gangguan pada suplai zat gizi trans-plasenta. Bentuk retardasi pertumbuhan ini menyertai kelainan hipertensi dengan akibatnya penurunan aliran darah uterus. Malnutrisi kronis pada ibu dan berat badan yang tidak mau naik dalam kehamilan tampaknya berperan sebagai penyebab. Ada kaitan erat dengan gawat janin, aspirasi meconium, asphyxia neonetorum atau hipoglikemia postpartum. Kelompok ini mewakili sekitar 60 persen kasus retardasi pertumbuhan intrauterine. Hipoksia mungkin merupakan denominator umum pada tipe retardasi pertumbuhan ini. Interferensi terjadi baik pada hyperplasia maupun pada hipertrofi, dan bayi-bayi ini tampak menjadi kecil. Karena otak tidak terkena, sirkumferensia kepala tetap lebih besar di banding sirkumferensia badan.
Diagnosis Karena mortalitas perinatal tinggi, diagnosis dini amat penting. Namun demikian, diagnosis dini sulit di tegakkan dan hanya di buat pada sepertiga kasus. Screening Test yang bisa diandalkan belum ada. Sering bayi yang menderita tetardasi pertumbuhan ini di ketahui hanya setelah lahir. Sebaliknya overdiagnosis merupakan masalah. Hanya sepertiga dari bayi-bayi yang di curigai menderita retadarsi pertumbuhan itu yang ternyata benar demikian. Hal ini mengakibatkan pemeriksaan dan interferensi yang tidak di perlukan. Tanda-tanda retardasi pertumbuhan intrauterine atau insufisiensi plasenta jarang timbul sebelum 28 minggu kehamilan. Gambaran klinisnya: 1. Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh dengan kecepatan normal selama jangka waktu 4 minggu. 2. Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih rendah daripada yang di perkirakan menurut umur/lama kehamilan. 3. Berat badan ibu tidak mau naik. 4. Gerakan janin semakin berkurang. 5. Acapkali uterus mudah terangsang. 6. Volume cairan ketuban menurun.
IUGR (Intrauterine Growth Rotardation) = Retardasi Pertumbuhan Intrauterin) lebih sering : 1. Pada wanita riwayat bayi SGA (lebih kecil di banding umur kehamilan) 2. Kalau pernah terjadi keguguran pada kehamilan sebelumnya. 3. Dengan berat badan ibu yang tidak mau naik. 4. Dengan komplikasi maternal, khususnya yang bberkaitan dengan berkurangnya aliran darah plasenta dan uterus. 5. Pada ibu yang merokok.
Penilaian Antepartum 1. Riwayat haid amat penting. 2. Riwayat quickening dan auskultasi pertama denyut jantung yangbterjadi sekitar minggu ke 18 3. Perkiraan ukuran janin secara klinis. 4. Pengukuran seri ultrasonic terhadap diameter biparietalis kepala bayi dan lingkaran thorax serta abdomen di laksanakan setiap 3 minggu. Karena adanya kecenderungan brain-sparing pada beberapa kasus, pengukuran kepala bisa menimbulkan kekeliruan. Ratio kepala terhadap badan merupakan penilaian yang penting. Sampai minggu ke 32 hingga ke 36, hasil pengukurannya sama. Setelah minggu ke 36, lingkaran abdomen menjadi lebih besar dari pada lingkaran kepala. Pada banyak kasus IUGR tidak terjadi pembalikan dari ratio ini. Campbell menguraikan dua corak ultrasonic pada pengukuran biparietal yang terlihat pada retardasi pertumbuhan intrauteri. a. Tidak menyolok. Corak ini berhubungna dengan kelompok yang di jelaskan mempunyai kemampuan pertumbuhan yang menurun. Kecepatan pertumbuhan yang secara persisten lambat terbukti sejak awal pada trimester kedua. Pertumbuhan tetap terjadi tetapi nila-nilai absolutnya di bawah rata-rata. Bayi-bayi ini menunjukkan retardasi pertumbuhan yang simetris. b. Corak late flattening. Kelompok ini berkaitan dengan apa yang di uraikan di bawah judul penurunan dukungan terhadap pertumbuhan janin. Pelambatan yang mendadak dan akhirnya penghentian pertumbuhan terlihat setelah suatu periode perkembangan yang normal. 5. Estriol urine, secara seri, dilakukan dua kali seminggu atau lebih jika di perlukan. Sekalipun nilai-nilai normalnya tidak menyingkirkan kemungkinan IUGR, tapi kemungkinan besar janin tidak berada dalam keadaan berbahaya. Nilai-nilai yang subnormal menuntut di lakukannya pemeriksaan lebih lanjut. 6. Test nonstress terhadap denyut jantung janin. Test ini di lakukan setiap minggu. Corak yang reaktif (kontraksi Braxton Hicks atau gerakan janin menyebabkan tachycardia fetal) menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik di dalam Rahim selama sedikitnya 1 minggu. Corak yang nonreaktif menunjukkan perlunya observasi yang cermat dan pengulangan test. Tidak adanya variasi antar denyut merupakan tanda yang tidak baik. 7. Contraction stress test. Hasil test yang negative berarti janin dalam keadaan baik selama 1 minggu. Test yang positif tidak banyak artinya karena ada persentase falsepositive yang tinggi. Test positif bukan kontraindikasi bagi kelahiran pervaginam yang di awasi. 8. Beberapa kelainan kongenital dapat di kenali melalui pemeriksaan ultrasonografi sehingga intervensi yang tidak berguna bisa di hindari. 9. Amniocentesis dilakukan untuk mengukur ratio L/S , sel-sel lemak, kadar kreatinin dan bilirubin dalam cairan ketuban guna menentukan maturitas janin.
Penatalaksanaan Antepartum 1. Di lakukan penyelidikan terhadap fungsi plasenta dan kondisi janin 2. Bila tanda-tanda gawat janin tidak ada, kehamilan di biarkan berlangsung. Kita harus membiarkan janin mencapai maturitasnya sejauh mungkin. Kehamilan harus di akhiri kalau hanya terdapat tanda-tanda gawat janin atau ibu yang serius. Kelahiran premature tidak membawa keuntungan apa-apa 3. Begitu diagnosis IUGR di buat, kelahiran harus dirampungkan sebelum 38 minggu. bayi yang sudah tidak berkembang lagi dalam Rahim akan tumbuh lebih baik dalam bangsal anak. 4. Diupayakan untuk memperbaiki situasi dengan : a. Mengoreksi kelainan yang mendasari seperti hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol, b. Meningkatkan aliran darah ke dalam uterus dengan mengatur posisi tidur pasien lebih banyak berbaring menyamping. 5. Kebanyakan kematian janin dalam Rahim terjadi setelah minggu ke 36 kehamilan dan sebelum di mulainya persalinan. Tindakan intervensi dapat menyelamatkan banyi-bayi ini.
Kelahiran Bayi-bayi ini harus di lahirkan di rumah sakit dengan fasilitas khusus untuk risiko tinggi, baik obstetric maupun pediatric. Seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran. 1. Serviks matang: induksi, monitoring yang cermat dan kelahiran pervaginam. 2. Serviks belum matang: infus oxytosin untuk mematangkan serviks yang diikuti oleh pemecahan ketuban secara artifisial. 3. Indikasi di lakukannya sectio caesarea: a. Gawat janin b. Induksi gagal c. Malpresentasi d. Disproporsi e. Serviks tidak matang pada pasien-pasien yang penyakitnya berat seperti diabetes atau toksemia f. Bekas sectio caesarea
Problem Pascalahir 1. Asphyxia neonatorum umumnya di jumpai 2. Aspirasi meconium merupakan keadaan berbahaya. Meconium bertindak sebagai corpus alienum dan dapat menyumbat aliran udara ke dalam alveoli. Nares dan nasopharynx harus di aspirasi segera setelah kepala di lahirkan. 3. Respiratory distress syndrome kadang-kadang di temui 4. Hipoglikemia dan hipocalcemia sering terjadi. 5. Hipotermia umumnya di jumpai 6. Kelainan kongenital terdapat pada 10 persen dari bayi-bayi dengan IUGR. Termasuk dalam kelompok ini adalah trisomy 18 serta 21, neural tube defect dan syndrome Potter. 7. Pada periode neonatal, kebanyakn bayi yang tanpa kelainan kongenital berada dalam keadaan baik 8. Sindrom infeksi kongenital harus di singkirkan 9. Penatalaksanaan gizi harus mendukung pertumbuhan tetapi jangan terpaku pada upaya untuk mencapai berat badan normal. 10. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat, namun prognosis jangka panjangnya belum jelas 11. Permasalahan jangka panjangnya mencakup gangguan penyesuaian emosional, gangguan pendengaran, keterampilan motoric dan koordinasi yang menurun, gangguan berbicara dan penurunan kemampuan membaca 12. Perilaku neurologiknya sesuai dengan umur dan bukan dengan besarnya bayi yang baru lahir 13. Derajat retardasi pertumbuhan tidak sama pada semua organ. Ada kecenderungan otak terhindar dari retardasi pertumbuhan.
Etiologi 1. Faktor ibu Penyakit hypertensive (kelainan vaskuler ibu) Kelainan uterus Kehamilan kembar Ketinggian tempat tinggal Keadaan gizi Pemakaian tembakau Golongan faktor ibu merupakan penyebab yang terpenting 2. Faktor anak Kelainan congenital Kelainan genetic Infeksi janin, terutama karena penyakit virus seperti rubella 3. Faktor placenta Sebab faktor placenta dikenal sebagai insuffisiensi placenta. Faktor placenta banyak dapat dikembalikan pada faktor ibu ; walaupun begitu ada beberapa kelainan placenta yang khas seperti tumor placenta.
Diagnosa : A. Dalam kehamilan Ada kalanya kita dapat menduga gangguan pertumbuhan intrauterine dari ukuran tinnginya fundus uteri dan parameter umbilical dibandingkan dengan tuanya kehamilan. Penambahan berat badan ibu yang kurang atau tidak ada dapat juga memperkuat dugaan kita. Terutama penentuan secara berturut-turut dari nilai-nilai tersebut di atas memberikan kesan yang lebih nyata. Pemeriksaan praklinis untuk memperkuat diagnose adalah: 1. Chepalometri janin dengan ultrasound. Tapi harus di ketahui bahwa hanya gangguan yang berat dan lama mempengaruhi ukuran kepala, jadi merupakan gejala yang lambat. 2. Penentuan kadar oestriol dalam urine ibu, yang menurun pada gangguan pertummbuhan janin. 3. Pemerikasaan air ketuban yang di peroleh dengan amniocentese, terutama untuk menentukan umur kehamilan
B. Setelah lahir Bayi kelihatankurus dan panjang, kulit kering, lapisan lemaknyatipis dan lapisan ototnya hypotrofis. Berat badab kurang dari pada semestinya menurut tuanya kehamilan . Panjangnya dan perimeter cranial lebih jarang di pengaruhi. Hipoglycaemi merupakan gejala yang penting yang dapat menimbulkan gejala neurologis atau pernafasan. Keadaan ini di perbaiaki dengan infus glucose. Umur yang sebenarnya di tentukan dengan pemeriksaan neurologis seperti tonus otot dan refleks. Elektroencephalografi melengkapi pemeriksaan. Di bandingkan dengan anak premature, maka small for date memperlihatkan sifat-sifat sebagai berikut: Pengaturan suhu badan lebih baik Icterus biasanya tidak ada, oedema jarang terjadi. Kehilangan berat setelah lahir hanya sedikit Gangguan pernapasan lebih jarang terjadi Terapi Kalau ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterine, maka yang dapat kita usahakan ialah: Istirahat rebah agar fungsi plasenta membaik Perbaikan gizi ibu, jika perlu Pengakhiran kehamilan dengan induksi persalinan atau SC
Retardasi Pertumbuhan Intrauterin A. Diantara faktor resiko retardasi pertumbuhan intra-uterin adalah riwayat obstetric adanya retardasi pertumbuhan,kehamilan kembar dalam kehamilan yang sekarang,penyakit matemal ,malnutrisi,merokok ,dan pertambahan berat badan yang tidak adekuat. B. Pertumbuhan janin dapat diperiksa secara kuantitatif melalui ultrasonografi serial tiap dua sampai tiga minggu selama trimester terakhir.Tidak tumbuhnya fundus uterus secara normal selama kehamilan berlanjut (halaman 8) memerlukan pemeriksaan ultrasonografi tersebut. Penngukuran diameter biparietal mudah dikerjakan. Pertumbuhan diameter biparietel melambat dari 3 sampai 3.5 mm perminggu pada minggu ke38 mencapai 2.5 mm perminggu pada 28 sampai 32 minggu , dan mencapai 1.7 mm perminggu selanjutnya sampai aterm . kerena kesalahan ultrasonagrafi adalah kira-kira 2 mm ,interval tiga minggu diperlukan untuk membedakan retardasi pertumbuhan yang sesungguhnya . brain sparing pada kehamilan dini (retardasi per tumbuhan asimetrik) disebabkan pertumbuhan kepala yang normal pada janin yang lebih kecil dari yang harapkan .pengukuuran serial diameter thoraks atau abdomen menyediakan resio kepala terhadap abdomen atau abdomen terhadap kepala .pada sebagian besar kasus retardasi pertumbuhan intra-uterin , rasio kepala terhadap abdomen adalah di atas persentil ke 95 untuk usia kehamilan. Retardasi pertumbuhan simetrik sering kali terlihat pada kehamilan dini sebagai akibat infeksikronis, abnormalitas kromosom , dan merokok . bayi- bayi tersebut tampaknya mempunyai prognosis jangka panjang yang buruk . pengukura volume intra uterintotal denga ultrasonografi membantu nilai pertumbuha Rahim keseluruhan dan mendeteksi oilgohidramnion atau polihidramnion yang berhubungan dengan perkenbangan janin yang tidak baik. Pengukuran berat janin total memerlukan perhitungan yang kompleks berdasarkan pada pencitraan ultrasonografi multiple pada thoraks dan abdomen janin korelasi dalam 10 persen berat badan sesunggunya dapat dicapai dengan mengukur lingkaran perut dan diameter biparietal. C. Penghentian pertumbuhanyang lengkap di atas interval dua sampai tiga minggu adalah serius. Pertimbangkan persalinan segera jika janin secara fisiologis telah matur sebagaimana yang di tentukan oleh rasio lesitin:sfingomielin ,kadar desaturated phosphatidylcholinedari cairan amnion ,atau rasio phosphatidylinositol terhadap phosphatidylglycerol D. Efek pertumbuhan janin yang menurun sering kali dideteksi dengan pemeriksaan antepartum berkala terhadap status janin dengan mengunakan profil biofisik atau nonstress test (dan contraction stress test ,jika diindikasikan )adanya insufiensi plasenta harus segera mengarahkan tindakan mengarah pada persalinan . pada keadaan nonstress test yang reaktif dan profil biofisikyang baik atau contraction stress test yang negatif , biarkan kehamilan berlangsung sampai terjadi persalinan spontan E. Kerena reterdasi prtumbuhan intra uterin mungkin disertai dengan anomaly kromosom, amniosentesis membantu dalam memberikan informasi untuk penjelasan kepada pasangan sebelum persalinan. Darah janin untuk pengukur titer IgM juga dapat di peroleh dari tali pusat dengan menggunakan punksi vena yang di control secara ultrasonografi. Infeksi virus atau parasite mungkin perlu d deteksi sebelum persalinan untuk memberi tahu dokter pediatrik yang akan merawat bayinya. F. Induksi persalinan dan diikuti dengan persalinan pervaginam lebih di sukai dari pada secsio sesarea. Tetapi, insufisiensi plasenta yang menyertai dapat menyebabkan tidak mungkin untuk melakukan kontraksi rahim yang kuat tanpa menyebabkan hipoksia janin. Hal ini memerlukan persalinan abdominal untuk keselamatan janin. Monitoring denyut jantung janin secara electron dan terus menerus adalah penting pada kasus ini selama persainan. Penilaian Pertumbuhan Janin A. Tiap pasien obstetric harus di periksa untuk menemukan adanya latar belakang faktor resiko tinggi yang akan menyebabkan di perlukannya pengawasan ketat mengenai pertumbuhan dan perkembangan janin. Di antara peristiwa obstetric di masa lampau yang membawa prognosis yang relative buruk adalah persalinan premature atau janin dengan retardasi pertumbuhan, keguguran perinatal, dan abortus lanjut yang berulang. Nilailah fakor nutrisi bahkan di perkirakan hanya malnutrisi berat yang akan mengganggu pertumbuhan janin secara bermakna. Suplementasi kalori dapat meningkatkan berat badan, tetapi kelaparan menyebabkan sedikit (jika ada) gangguan intelektual yang dapat di ukur. Penambahan berat badan yang adekuat adalah juga penting untuk hal ini. Status social dapat merupakan indeks keadaan nutrisi. Amati ntuk tanda-tanda penyakit maternal yang akan merugikan janin, seperti hipertensi, penyakit vascular, isoimunisasi rhesus, dan diabetes mellitus. Lebih dari sepertiga kasus retardasi pertumbuhan janin terjadi berhubungan dengan insufisiensi vascular yang terjadi pada hipertensi atau gangguan yang berhubungan dengan perfusi plasenta. B. Varian kromosm berjumlah lebih rendah dari 10 persen kasus retardasi pertumbuhan. Ibu yang merokok menurunkan berat badan janin rata-rata, demikian juga dengan ketinggian dan pemaparan kronis dengan karbon monoksida. Toxoplasmosis dan infeksi sitomegalovirus dan rubella dapat menurunkan pertumbuhan janin dan retardasi perkembangan otak. Bahkan tanpa terjadi infeksi janin langsung. Infeksi plasental dapat mengganggu pertumbuhan. Zat-zat dengan proses teratogenik seperti alcohol. Coumadin, hydantoin, heroin, methadone, nicotine, dan antimetabolite juga dapat megganggu perkembangan janin. C. Penngukuran ukuran rahim hanya mempunyai nilai yang terbatas, tetapi observasi yang berurutan pada tiap kunjungan prenatal dapat membantu dokter untuk menilai pertumbuhan secara objektif. Lakukan pengukuran dari puncak simfisis pubis ke puncak fundus. Sebagian besar dokter lebih menyukai pita pengukur (pengukuran McDonald) untuk tujuan ini. Tiap sentimeter tinggi fundus yang di ukur dengan cara ini di hubungkan dengan minggu usia kehamilan antara 20 dan 36 minggu. Misalnya, 28 cm adalah ekuvalen dengan usia kehamilan 28 minggu. 30 cm dengan 30 minggu, dan seterusnya. Di samping itu, pengukuran melingkar dengan pita pengukur adalah pedoman yang baik untuk volume intrauterine daripada pengukuran dengan kapiler. Menghubungkan tinggi fundus dengan suatu tanda anatomic, seperti xifoid atau umbilicus adalah cara yang tidak baik. Dari 20 sampai 36 minggu, ukuran rahim bertambah 3,5 cm per bulan, mencapai kira-kira 35 cm. tetapi keadaan ini barvariasi tergantung ras,paritas, dan berat badan maternal. Obesitas, usus yang terdistensi, kandung kemih yang penuh, hidramnion, kehamilan ganda, letak lintang, dan abdomen yang menggantung (pendulous abdomen) mengurangi nilai pengukuran tinggi fundus dan membuatnya sulit menginterpretasikan dengan baik. Tinggi fundus biasanya menurun mendekati aterm karena kepala janin masuk ke dalam panggul (engaged), tetapi menurunnya ukuran rahim juga dapat mencerminkan oligohidramnion atau keluarnya cairan amnion. D. Pengukuran ultrasonografi senal pada struktur anatomic janin seperti diameter biparietal, lingkar perut, dan panjang femur, dapat di buat dengan ketepatan yang tinggi dengan menggunakan teknik real-time. Akuransi 2 mm di mungkinkan memungkinkan dokter memperkirakan berat janin dengan tepat sampai 15 persen. Karena kepala janin lebih besar abdomen sampai minggu ke 36, rasio kepala terhadap abdomen dapat membantu membedakan retardasi pertumbuhan simetrik dan asimetrik (head sparing). Jika janin tidak menunjukkan pertambahan berat badan secara ultrasonografi dalam interval dua minggu, kemungkinan terjadi retardasi pertumbuhan intrauterine. Namun demikian, di temukannya oligohidramnion (tidak di temukan kantung cairan amnion lebih besar dari 2 cm) harus menyadarkan dokter kemungkinan disfungsi plasenta. Oligohidramnion seringkali menyertai retardasi pertumbuhan intrauterine yang sebenarnya..
Pertumbuhan Janin Terhambat Definisi Pertumbuhan janin terhambat di tentukan bila berat janin kurang dari 10% dari berat badan yang harus di capai pada usia kehamlan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat di ketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu PJT di sebut sebagai intrauterine growth retardation (IUGR), tetapi istilah retardation kiranya tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hipoksik atau patologik karena ada 25-60% yang berkaitan dengan konstitusi etnik dan besar orang tua.