Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta kelauargnya. Adapun tujuan dari makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioetika dalam ranah Rekayasa
Genetika.
Sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki, saya mohon
maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan dihati bapak dosen dan juga
para pembaca yang membaca isi dari makalah saya ini. Saran dan kritik
sangat saya harapkan untuk meningkatkan bobot dari makalah ini agar isi
dari makalah ini dapat bernilai lebih baik lagi dan bermanfaat buat kita
semuanya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Medan, September 2011

Penulis
(RAHMADINA )








BAB I
PENDAHULUAN
Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata
genos (bahasa latin) yang artinya bersuku suku bangsa atau asal usul.
Secara etimologi artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan
merupakan ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas batas
tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu. Genetika adalah ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke
generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut
mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu
organism, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika
adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini
dipelajari tentang bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak
cucunya, serta kemungkinan variasi yang timbul didalamnya.
Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat sifat
keturunan kita sendiri serta setiap makhluk hidup yang ada disekitar
lingkungan kita. Kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan terisolir
dari makhluk hidup disekitar kita tetapi kita menjalin ekosistem dengan
mereka. Oleh karena itu, selain kita harus tau sifat sifat yang menurun
dari tubuh kita sendiri, kita juga harus tau pada tumbuhan dan hewan.
Lagi pula prinsip prinsip genetika itu sama saja bagi semua makhluk.
Perkembangan genetika ini dimulai sejak perkembangan
bioteknologi berkembang, hal ini dengan di temukannya teknologi DNA
rekombinan. Oleh sebab itu, perkembangan genetika semakin maju.
Dengan adanya perkembangan DNA rekombinan ini maka optimasi
biotransformasi dalam suatu proses bioteknologi dapat diperoleh dengan
lebih terarah dan langsung. Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa
genetik memungkinkan kita mengkonstruksi, bukan hanya mengisolasi,
suatu galur yang sangat produktif. Sel prokariot atau eukariot dapat
digunakan sebagai "pabrik biologis" untuk memproduksi insulin,
interferon, hormon pertumbuhan, bahan anti virus, dan berbagai macam
protein Lainnya. Teknologi DNA rekombinan juga memungkinkan
produksi senyawa-senyawa tertentu yang jumlahnya secara alami sangat
sedikit, sehingga tidak ekonomis bila diekstrak langsung dari sumber
alaminya.
Oleh karena itu sangatlah diharapkan agar berbagai disiplin ilmu
yang ada membuka pintu lebar-lebar untuk mendisain kurikulum yang
dapat menampung minat mahasiswa yang bersifat interface ini, yang
merupakan aspek intrinsik dari Bioteknologi Moderen atau Bioteknologi
Molekuler salah satunya mengenai rekayasa genetika ini yang
perkembangannya harus sesuai dengan bioetika yang ada di Negara kita ini
agar penggunaannya tidak di salahgunakan oleh pihak pihak tertentu
sehingga pemanfaatannya dapat digunakan dengan baik.















BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH REKAYASA GENETIKA
Rasa ingin tahu manusia dan keinginan untuk selalu mendapatkan
yang terbaik dalam memecahkan semua masalah kehidupan membawa
manusia untuk berfantasi dan mengembangkan imajinasinya. Hal inilah
yang dialami oleh para ilmuwan di bidang biologi ketika mereka
dihadapkan pada masalah kesehatan dan biologi. Mereka berimajinasi
dan berandai-andai adanya suatu makhluk hidup yang merupakan
perpaduan dari sifat-sifat positif makhluk hidup yang sudah ada.
Pada awalnya, proses rekayasa genetika ditemukan oleh Crick
dan Watson pada tahun 1953. Rekayasa genetika merupakan suatu
rangkaian metode yang canggih dalam perincian akan tetapi sederhana
dalam hal prinsip yang memungkinkan untuk dilakukan pengambilan gen
atau sekelompok gen dari sebuah sel dan mencangkokkan gen atau
sekelompok gen tersebut pada sel lain dimana gen atau sekelompok gen
tersebut mengikat diri mereka dengan gen atau sekelompok gen yang
sudah ada dan bersama-sama menaggung reaksi biokimia penerima.
Secara sederhana, proses rekayasa genetika tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut. Setiap makhluk hidup terdiri atas jutaan sel individu
yang masing-masing sel tersebut mengandung satu set gen yang identik.
Gen-gen tersebut berfungsi memberikan perintah-perintah biologi yang
hanya mengeluarkan satu dari ribuan perintah yang diperlukan untuk
membangun dan menjaga kelangsungan suatu makhluk hidup serta
menentukan penampakan yang dimunculkan dalam bentuk fisik suatu
makhluk hidup.
Setiap gen mengandung ribuan rantai basa yang tersusun menjadi
sebuah rangkaian dimana gen tersebut berada dalam kromosom sebuah sel.
DNA mudah diekstraksi dari sel-sel, dan kemajuan biologi molekuler
sekarang memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies
dan kemudian menyusun konstruksi molekuler yang dapat disimpan di
dalam laboratorium. DNA rekombinan ini dapat dipindahkan ke makhluk
hidup lain bahkan yang berbeda jenisnya. Hasil dari perpaduan tersebut
menghasilkan makhluk hidup rekombinan yang memiliki kemampuan baru
dalam melangsungkan proses hidup dan bersaing dengan makhluk hidup
lainnya. Dengan kata lain makhluk hidup rekombinan memiliki sifat
unggul bila dibandingkan dengan makhluk asalnya. Perkembangan
rekayasa genetika sebagai bagian dari perkembangan bioteknologi.
Bioteknologi ini semakin mencapai puncaknya ketika diciptakannya
rekayasa genetika sekitar tahun 70-an, dengan ditemukannya cara
pencangkokan sepotong informasi genetika asing ke dalam mikroba.
Penemuan ini memberikan sentuhan baru terhadap pandangan Haldane
yaitu; apabila tidak dapat menemukan mikroorganisme yang dapat
membuat apa yang Anda inginkan maka ciptakanlah makhluk tersebut
dengan cara perekayasaan genetika.
Teknologi rekayasa genetika merupakan transplantasi atau
pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen
dan dapat pula lintas gen. Rakayasa genetika juga diartikan sebagai
perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke
bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah
yang besar.
B. REKAYASA GENETIKA
Secara tradisional, pemuliaan tanaman, dan rekayasa genetika
sebenarnya telah dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan
dan perbaikan tanaman. Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi
tanaman dengan tujuan tanaman tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan
lebih tahan terhadap penyakit. Selama puluhan bahkan ratusan tahun yang
lalu, para petani dan para pemulia tanaman telah berhasil memuliakan
tanaman padi, jagung, dan tebu, sehingga tanaman-tanaman tersebut
mempunyai daya hasil tinggi dan memiliki kualitas panen yang lebih baik.
Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik yang dilakukan
untuk mengkombinasikan gen yang sudah ada dalam suatu makhluk
hidup sehingga susunan gennya menjadi berubah. Gen yang telah
direkayasa susunannya tersebut dapat menyebabkan suatu makhluk hidup
menghasilkan suatu senyawa/produk tertentu yang diinginkan kita.
Melalui rekayasa genetika manusia menciptakan tanaman, hewan
dan mikroorganisme baru. Para ilmuwan telah berhasil mengungkapkan
kode genetis yang menentukan sifat-sifat khusus semua makhluk hidup
dan kini telah mampu mengkombinasikan gen-gen yang kalau secara
alami, tidak akan pernah berkombinasi. Perubahan genetis bukan sesuatu
yang baru, karena secara alami dapat terjadi melalui peristiwa yang disebut
mutasi. Teknik yang paling dikenal untuk mengubah makhluk hidup secara
genetic adalah DNA rekombinan (rDNA). DNA adalah singkatan dari
Deoksiribonukleat Acid, suatu molekul yang mengkoda intruksi biologis.
Pada tahun 1978 beberapa ahli seperti Werner Arber, Hamilton Smith, dan
Daniel mendapatkan hadiah nobel untuk penemuannya tentang
Endonuklease restriksi, yaitu enzim yang dapat memotong DNA. Paul
Berg untuk hybrid SU-40-I (Simin Virus-40 bakteriofage I) dalam teknik
DNA rekombinan.
Dengan enzim tersebut, kini manusia dapat memotong-motong dan
mengeluarkan gen dari tempatnya pada kromosom, dan memindahkannya
ke sel individu lain atau jenis makhluk lain, dan dapat bekerja normal
dalam tubuh penerima atau yang mengalami rekayasa itu.
Perlengkapan yang diperlukan untuk rekayasa genetika adalah : (1)
enzim pemotong gen yaitu Endonuklease retriksi, (2) enzim penyambung
gen yang dikehendaki yaitu Ligase, (3) vektor yang membawa gen yang
akan disisipi/dititipkan dapat berupa plasmid bakteri (gen diluar kromosom
bakteri) atau virus, dan (4) inang. Adapun tahap-tahap rekayasa genetika
adalah sebagai berikut :1) mendapatkan gen yang diinginkan (gen yang
diinginkan dari suatu indifidu dipotong dengan enzim endonuklease
restriksi), (2) gen dengan enzim ligase, (3) vektor yang sudah membawa
gen titipan dimasukkan ke dalam inang, (4) vektor dalam sel inang
ditumbuhkan, (5) isolasi produk dari inang, (6) penyempurnaan produk.

Prinsip dasar rekayasa genetika adalah penyisipan informasi
genetika ke dalam organisme, replikasi gen, pembelahan (duplikasi) sel
dan DNA, mutagenesis (mutasi gen baik yang spontan maupun dengan
induksi), DNA rekombinan dan pengklonan gen. Prinsip dasar teknologi
rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan
susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke
dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja.


Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di khromosom tanaman,
sebaliknya gen tanaman dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Gen
serangga dapat diselipkan pada tanaman atau gen dari babi dapat
diselipkan pada bakteri, atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan
pada khromosom bakteri. Produksi insulin untuk pengobatan diabetes,
misalnya, diproduksi di dalam sel bakteri Eschericia coli (E. coli) di mana
gen penghasil insulin diisolasi dari sel pankreas manusia yang kemudian
diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. coli. Dengan demikian produksi
insulin dapat dilakukan dengan cepat, massal, dan murah. Teknologi
rekayasa genetika juga memungkinkan manusia membuat vaksin pada
tumbuhan, menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat-sifat baru yang
khas. Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan
antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan
lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur,
atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga
jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan,
penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan
pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi,
pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat
proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk
makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika.
TEKNIK PLASMID
Teknik ini bertujuan untuk membuat hormone dan antibodi
Misal untuk membuat hormon insulin dengan teknik plasmid


Gen /DNA digunting dengan Enzim Endonuklease Restriksi Gen /DNA
disambung debgab Enzim Ligase DNA/gen hormon insulin Inang/host
DNA. Gen sumber dari sel Bakteri : Escherricia coli dan Pancreas
manusia isolid plasmid dipotong dengan enzim endonuklease isolasi
gen sumber oleh enzim endonuklease Plasmid tunggal Single gen/gen
gabung dengan enzim ligase terbentuk DNA rekombinan
dimasukkan ke sel bakteri sebagai vektor Bakteri menghasilkan
hormone insulin Untuk lebih jelasnya Teknologi rekayasa genetika
merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rakayasa
genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas
babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat
menghasilkan insulin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya gen bakteri
yang menghasilkan toksin pembunuh hama ditransplantasikan ke tanaman
jagung maka akan diperoleh jagung transgenik yang tahan hama tanaman.
Gen dari sel ambing susu domba ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri
yang kemudian ditumbuhkembangkan di dalam kandungan induknya
sehingga lahirlah domba Dolly yang merupakan hewan kloning
(cangkokan ) pertama di dunia. Demikian pula gen tomat
ditransplantasikan ke ikan transgenik sehingga ikan menjadi tahan lama
dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan.
Rekayasa genetika dalam bibit pangan nabati telah berkembang
dengan luas begitu pula produk rekayasa genetika pada hewan misalnya
produksi hormon untk peningkatan kuantitas maupun kualitas dari pangan
hewani. Dengan adanya produk-produk rekayasa genetika tersebut dapat
dikatakan bahwa produk rekayasa genetika khususnya bahan pangan
mengintroduksi unsur toksis, bahan-bahan asing dan berbagai sifat yang
belum dapat dipastikan dan berbagai karakteristik lainnya. Oleh karena itu
muncullah berbagai kekhawatiran dalam menggunakan dan mengkonsumsi
bahan pangan transgenik. Kekhawatiran dapat bersifat ilmiah yang
dibuktikan dengan berbagai hasil percobaan, tetapi ada pula kekhawatiran
yang disebut kekhawtiran logika (public anxiety). Misalnya di Indonesia
benalu kopi adalah obat untuk kanker sebab tanaman tersebut menjadi
kanker pada tanaman kopi yang kelak suatu saat DNA Klorofil dengan
DNA kulit manusia sehingga kita tidak perlu membeli beras lagi.
Ini sebuah refrensi kemajuan pesat Rekayasa Genetika untuk improvisasi
imaginasi kita ke depan Tim Ilmuwan Jurusan Ilmu Kehewanan
Universitas Sydney. melakukan terobosan baru dalam hal rekayasa
genetika, baru-baru ini. Mereka dapat menentukan jenis kelamin seekor
kuda sejak masih dalam bentuk sebutir sel telur. Mereka mengaku
menggunakan Cytometer atau alat pengukur gerakan sel. Dengan alat ini
kromosom X dan Y--penentu jenis kelamin--dapat dipisahkan dan dipilih.
Selanjutnya sperma dengan kromosom yang dipilih akan ditransfer ke
embrio seekor kuda betina yang bertindak sebagai induk semang. Bayi
kuda pertama percobaan mereka adalah seekor kuda betina yang diberi
nama Ballerina. Anak kuda tersebut lahir di dekat Stasiun Kereta Api
Millamolong, di satu kota di Negara Bagian New South Wales. Seorang
anggota tim tersebut, Chris Maxwell menjelaskan tak ada tanda efek
negatif secara fisik maupun mental pada induk dan bayi kuda yang lahir.
Dengan keberhasilan ini, para ilmuwan tersebut berencana bakal
mengkomersialkan teknologi dan penerapannya terhadap spesies selain
kuda, seperti unggas untuk pengembangan produk peternakan.
Dengan rekayasa genetika akan menghasilkan enzim tertentu serta
senyawa protein penting lain. Rekayasa ini telah menghasilkan berbagai
mikroba yang menghasilkan senyawa penting seperti antibiotika, insulin
(untuk pengobatan penyakit diabetes), interferon (untuk pengobatan
penyakit kanker dan penyakit karena virus), antibodi monoklonal dan lain-
lainnya.
Contoh lain rekayasa genetika adalah teknologi kultur sel yang
memungkinkan dilakukannya pengembangbiakan jaringan tanaman atau
hewan. Kloning yang sudah berhasil, dilakukan pertama kali pada ternak
domba. Dampak dari adanya rekayasa genetika adalah dimungkinkannya
pemuliaan tanaman atau ternak dalam waktu yang lebih singkat dan
dengan mutu yang lebih unggul.
F. MANFAAT REKAYASA GENETIKA
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan
organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat
tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling
banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang
lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk
peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan
ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing.
Rekayasa genetika ini memiliki manfaat bagi kehidupan yaitu:
a. Meningkatnya derajat kesehatan manusia, dengan diproduksinya
berbagai hormone manusia seperti insulin dan hormone pertumbuhan.
b. Tresedianya bahan makanan yang lebih melimpah.
c. Tersedianya sumber energy yang terbaharui.
d. Proses industry yang lebih murah.
e. Berkurangnya polusi.
Manfaat dari rekayasa genetika ini terdapat dalam bidang tertentu
seperti:
A. Rekayasa Genetik dibidang Pertanian
Pada tumbuhan/tanaman Teknologi produksi tanaman transgenic.
Ahli rekayasa genetik tanaman melakukan transformasi gen dengan tujuan
untuk memindahkan gen yang mengatur sifat-sifat yang diinginkan dari
satu organisme ke organisme lainnya. Beberapa sifat yang banyak
dikembangkan untuk pembuatan tanaman transgenik misalnya (1) gen
resistensi terhadap hama, penyakit dan herbisisda, (2) gen kandungan
protein tinggi, (3) gen resistensi terhadap stres lingkungan seperti kadar
alumium tinggi ataupun kekeringan dan (4) gen yang mengekspresikan
suatu ciri fenotipe yang sangat menarik seperti warna dan bentuk bunga,
bentuk daun dan pohon yang eksotik.
Dalam hubungannya dengan pembuatan tanaman transgenik
terdapat tiga komponen penting yaitu:

1. Isolasi gen target.
Gen target yang kita inginkan misalnya gen Bt (gen tahan terhadap
penggerek yang diisolasi dari bakteri Bacillus thurigenensis) diekstrak
kemudian dipotong dengan enzim restriksi. Gen yang sudah terpotong-
potong kemudian diseleksi bagian gen mana yang menyandikan gen Bt
dan diisolasi. Potongan gen Bt kemudian disisipkan ke dalam DNA
sirkular (plasmid) sebagai vektor menghasilkan molekul DNA rekombinan
gen Bt. Vektor yang sudah mengandung molekul DNA rekombinan gen Bt
dimasukkan kembali ke dalam sel inang yaitu bakteri untuk diperbanyak.
Sel inang akan membelah membentuk progeni baru yang sudah merupakan
sel DNA rekombinan gen Bt.
2. Proses transfer gen ke tanaman target.
Agar sel DNA rekombinan get Bt dapat terintegrasi pada inti sel
tanaman maka diperlukan vektor yang lain lagi untuk memindahkan gen
Bt ke dalam inti sel tanaman. Vektor tersebut adalah bakteri
Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini menyebabkan penyakit tumor
pada tanaman. Penyakit ini akan terjadi bila terdapat luka pada batang
tanaman sehingga memungkinkan bakteri menyerang tanaman tersebut.
Luka pada tanaman mengakibatkan tanaman mengeluarkan senyawa opine
yang merangsang bakteri untuk menyerang tanaman dimana senyawa ini
merupakan sumber carbon dan nitrogen dari bakteri. Akibat masuknya
bakteri menyebabkan terjadinya proliferasi sel yang berlebihan sehingga
menimbulkan penyakit tumor pada tanaman. Kemampuan untuk
menyebabkan penyakit ini pada tanaman ternyata ada hubungannya
dengan DNA sirkular (plasmid) Ti (Tumor inducing plasmid) dalam sel
bakteri A. tumefaciens. Sifat yang menyolok pada plasmid Ti ialah bahwa
setelah infeksi oleh A. tumefaciens, sebagian dari molekul DNAnya
berintegrasi dalam DNA kromosom tanaman. Segmen ini dikenal dengan
nama T-DNA (transfer DNA) Metode kerjasama antara tanaman dan A.
tumefaciens ini digunakan oleh ahli rekayasa genetika tanaman untuk
memindahkan gen Bt agar dapat terintegrasi dalam sel tanaman. Oleh
karena itu langkah selanjutnya adalah menyisipkan DNA rekombinan yang
sudah membawa gen Bt ke dalam plasmid Ti dari A. tumefaciens. Setelah
itu A. tumefaciens yang membawa gen Bt diinokulasikan pada tanaman.
Proses inokulasi tersebut dilakukan pada tanaman target yang sedang
diregenerasikan dalam kultur jaringan. Hal ini memudahkan bagi proses
transfer gen Bt ke dalam inti jaringan tanaman dimana tanaman masih
dalam proses pembelahan sel yang sangat aktif .
3. Expresi gen pada tanaman transgenik.
Gen yang sudah dimasukkan ke dalam tanaman target dalam hal
ini adalah gen Bt yang mengekspresikan tanaman transgenik tahan
terhadap hama penggerek harus dapat diexpresikan. Untuk mengetahui
apakah gen tersebut terekspresi atau tidak digunakan penanda yaitu
selectable and scoreable marker, dimana apabila tanaman target dapat
tumbuh pada media yang mengandung antibiotika atau tanaman target
menampakan warna khusus (warna biru untuk penanda gen gus) maka
tanaman target itu adalah tanaman transgenic sehingga setiap tanaman
dapat dibuat menjadi varietas unggul yang membuat hasil tanaman
tersebut meningkat, juga ketahanan terhadap hama penyakit. Kekhawatiran
Dampak Organisme atau Pangan Produk Transgenik Penerapan
bioteknologi seperti manipulasi gen pada tanaman budidaya telah
memberikan manfaat yang tidak terbatas. Secara alamiah tumbuhan
mengalami perubahan secara lambat sesuai dengan keberhasilan adaptasi
sebagai hasil interaksi antara tekanan lingkungan dengan variabilitas
genetika. Campur tangan manusia melalui rekayasa genetik telah
mengakibatkan revolusi dalam tatanan gen. Perubahan drastis ini telah
menimbulkan kekhawatiran akan munculnya dampak produk transgenik
baik terhadap lingkungan, kesehatan maupun keselamatan
keanekaragaman. Dalam banyak hal bahaya produk transgenik yang
diduga akan muncul terlalu dibesar-besarkan. Tidak ada teknologi yang
tanpa resiko, demikian pula dengan produk rekayasa genetik. Resiko dari
produk transgenik tidak akan lebih besar dari produk hasil persilangan
alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang mungkin terjadi antara
lain resiko alergi, keracunan dan tahan antibiotik. Pangan transgenik
berpotensi menimbulkan alergi pada konsumen yang memiliki sensitivitas
alergi tinggi. Keadaan itu dipengaruhi sumber gen yang ditransformasikan.
Kasus ini pernah terjadi pada kedelai transgenik dengan kandungan
methionin tinggi, sehingga produknya tidak diedarkan setelah penelitian
menunjukkan adanya unsur alergi. Kekhawatiran keracunan didasarkan
pada sifat racun dari gen Bt terhadap serangga. Kecemasan tersebut tidak
beralasan karena gen Bt hanya aktif bekerja dan bersifat racun bila
bertemu sinyal penerima dalam usus serangga yang sesuai dengan kelas
virulensinya. Gen tersebut tidak stabil dan tidak aktif lagi pada pH di
bawah 5 dan suhu 65 C , artinya manusia tidak akan keracunan gen Bt
terutama untuk bahan yang harus dimasak terlebih dahulu. Kemungkinan
lain adalah resistensi mikroorganisme dalam tubuh menjadi lebih kuat.
Kejadian ini peluangnya kecil karena gen yang ditranfer melalui rekayasa
genetik akan terinkorporasi ke dalam genom tanaman.
Kekhawatiran bahaya terhadap keselamatan sumber daya hayati diduga
terjadi melalui beberapa cara seperti 1) terlepasnya organisme transgenik
ke alam bebas, dan 2) tranfer gen asing dari produk transgenik ke tanaman
lain sehingga terbentuk gulma yang dapat merusak ekosistem yang ada
sehingga mengancam keberadaan sumber daya hayati. Perubahan tatanan
gen dapat mengakibatkan perubahan perimbangan ekosistem hayati
dengan perubahan yang tidak dapat diramalkan . Prinsip dasar biologi
molekuler menunjukkan 2 sumber utama resiko yang mungkin timbul.
Pertama, perubahan fungsi gen melalui proses rekayasa genetik.
Penyisipan gen berlangsung secara acak sehingga sulit untuk dikontrol dan
diprediksikan apakah gen tersebut akan rusak atau berubah fungsi.
Kedua, transgen dapat berinteraksi dengan komponen seluler.
Kompleksitas kehidupan organisme mengakibatkan kisaran interaksi
tersebut tidak dapat di ramalkan atau dikontrol. Secara teoritis tanaman
transgenik merupakan bagian dari masa depan karena sampai saat ini
bukti-bukti ilmiah menunjukkan tidak ada alasan kuat untuk
mempercayai adanya resiko unik yang berkaitan dengan produk
transgenik. Produk bioteknologi modern sama aman atau berbahayanya
dengan makanan yang dihasilkan melalui teknik-teknik tradisional.
Bagaimanapun di masa yang akan datang, bioteknologi modern berpotensi
sebagai alat untuk menjawab tantangan dan membuka kesempatan dalam
mengembangkan bidang pertanian terutama untuk memperoleh bahan
makanan yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik.
Dengan menggunakan rekayasa genetika (digunakan penyinaran
dengan panjang gelombang tertentu pada saat hewan dan tumbuhan masih
dalam bentuk benih) dihasilkan kelapa hibrida, jagung hibrida, sapi bibit
unggul, ayam berkaki pendek namun berdaging tebal, dan
sebagainya.sebagai contohnya adalah jagung. Pada umumnya jagung
dibudidayakan untuk digunakan sebagai pangan, pakan, bahan baku
industri farmasi, makanan ringan, susu jagung, minyak jagung, dan
sebagainya. Di negara maju, jagung banyak digunakan untuk pati sebagai
bahan pemanis, sirop, dan produk fermentasi, termasuk alcohol. Di
Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu,
jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri
lainnya. perbaikan genetik jagung melalui rekayasa genetik akan menjadi
andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa mendatang.
Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional mempunyai
keterbatasandalam mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam
rekayasa genetic jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman
jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan
tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang
mempunyai ketahananterhadap hama. Jagung ini setelah proses
transgenic,akan tahan terhadap hama,sebab gen;gen jagung tersebut telah
diteliti dulu sekaligus hasilnya akan meningkat dari jagung organik. Sekira
20 produk pertanian hasil modifikasi genetik telah beredar di pasaran
Amerika, Kanada, bahkan Asia Tenggara. Dalam enam tahun ke depan,
berbagai perusahaan telah menyiapkan 26 produk lainnya, mulai dari
kedelai, jagung, kapas, padi hingga stroberi. Dari yang tahan hama,
herbisida, jamur hingga pematangan yang dapat ditunda.
Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern
melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan
tradisional sejak zaman Mendel, adalah sama, yakni pertukaran materi
genetik. Baik seleksi tanaman secara konvensional maupun rekayasa
genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk
mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan.
Bedanya, pada zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses
pemuliaan dilakukan dengan mata tertutup sehingga sifat-sifat yang
tidak diinginkan kembali bermunculan di samping sifat yang diharapkan.
Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian pemindahan gen.
Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat dilakukan lebih
presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan
dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.
B. Rekayasa genetic Dibidang Hewan
Rekayasa genetic adalah proses mengidentifikasi dan mengisolasi
DNA dari suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam sel hidup
lainnya. Sebelum dimasukkan, materi genetic tersebut dapat direkayasa di
lab. Setelah proses rekayasa enetic berhasil, DNA yang baru tergabung
secara genetic dalam kromosom sel baru, dan tampak pula dalam DNA
sel-sel keturunannya. Bagaimana para ilmuwan melakukan rekayasa
genetic? Mereka menggunakan teknologi DNA rekombinan. Yang
dimaksud dengan teknologi DNA Rekombinan yaitu metode mengisolasi,
memanipulasi, menggandakan, memotong dan menggabungkan urutan
DNA yang teridentifikasi secara keseluruhan.


I. Ungas
Ayam adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk
dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam dapat
dimanfaatkan daging dan telurnya. Selain itu juga, ayam yang selalu
berkokok di pagi hari ini bisa digunakan untuk menentukan datangnya
pagi. Sehingga kita dapat bangun di pagi hari. Ayam menunjukkan
perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual).
Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki
jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai.
Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau
nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Sebagai
hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia
membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di
sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan
ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka
lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
Sedangkan burung beo, mamiang atau tiong emas merupakan
(Gracula religiosa) adalah sejenis burung anggota suku Sturnidae (jalak
dan kerabatnya). Wilayah persebaran alaminya adalah mulai dari Sri
Lanka, India, Himalaya, ke timur hingga Filipina dan Jawa. Burung ini
dapat ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi lebih dari 2000
m. Karena kemampuannya menirukan bahasa manusia, burung ini menjadi
hewan peliharaan populer. Semua beo termasuk hewan dilindungi oleh
undang-undang.
Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang
dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu mahluk hidup ke mahluk
hidup lainnya atau dikenal juga dengan istilah transgenik. Tujuan rekayasa
genetika adalah menghasilkan tanaman atau hewan atau jasad renik yang
memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang
lebih besar bagi manusia. Adapun gen merupakan suatu unit biologis yang
menentukan sifat-sifat makhluk hidup.
Penggabungan gen ayam dan burung beo dapat bermanfaat
semaksimal mungkin jika dilakukan dengan sebaik-baiknya. Jika
dioptimalkan sebaik mungkin, maka reaksi dari penggabungan ini akan
berlangsung dengan baik dan akan menghasilkan produk yang baik pula
Keunggulan
Dengan rekayasa genetika ini dapat memberikan berbagai keuntungan
diantaranya :
Membantu orang-orang yang harus bangun pagi agar tidak terlambat.
Menambah nilai jual harga ayam.
Menambah nilai jual harga burung beo.
Menghasilkan hewan-hewan ternak yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
Memperindah bentuk hewan-hewan yang di gabungkan gennya.
Meningkatkan jual beli hewan ternak unik ke luar negeri.
Menambah penghasilan peternak menjadi lebih banyak karena pembelian
burung beo dan ayam semakin meningkat.

Efek Samping
Dalam proses rekayasa genetika terhadap hewan ayam dan burung
beo ini yang mengubahnya menjadi ayam dan burung beo yang memiliki
kelebihan dan manfaat tinggi menimbulkan beberapa efek samping
diantaranya :
Para peternak yang tidak mengembangkan hasil rekayasa genetika
ini akan merugi dan bangkrut karena konsumen beralih mencari
ayam dan burung beo hasil penggabungan.
Penelitian yang dilakukan memakan waktu yang lama dan biaya
yang banyak
Membuat para produsen jam beker merugi.
C. Rekayasa Gentik Pada Mamalia
I. Kloning
Kloning merupakan suatu teknik untuk menghasilkan banyak
salinan dari satu gen tunggal, kromosom, atau keseluruhan individu. Klon
(clone) berasal dari kata Yunani yang berarti ranting. Jaringan-jaringan
non reproduktif digunakan untuk pengklonan keseluruhan individu. Secara
alami, seringkali proses kloning terjadi. Misalnya pada tanaman kentang
yang mampu berkembang biak secara vegetatif yaitu mampu
menghasilkan tanaman baru dari tuber (umbi). Dalam hal ini, kentang bisa
dikatakan mengalami proses kloning.
Kloning juga terjadi karena pengaruh atau campur tangan manusia.
Kultur jaringan atau mikropropagasi merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman dengan menempatkan sejumlah kecil sel yang
berasal dari tanaman induk yang kemudian ditumbuhkan dalam medium
kaya nutrien yang mengandung hormon pertumbuhan. Kloning inidividu
pada hewan dapat terjadi melalui campur tangan manusia di laboratorium.
Contoh yang paling terkenal adalah domba Dolly yang lahir di Inggris
pada tahun 1996 melalui teknik transfer sel.

Kelahiran Domba Dolly
Domba Dolly yang lahir pada 5 Juli 1996 diumumkan pada 23
Februari 1997 oleh majalah Nature. D0mba hasil kL0N Yang
pertama,memang sebuah kejadian yg penting. Tekn0l0gi genetik telah
mencApai titik dimana kita dapat menciptakan duplikat yg sama dari
hewan-hewan tingkat tinggi. Kita telah mengHasilkan kL0n d0mbA dan
m0nyet, dan embrio manusia telah berhasil diduplikasi dalam
laB0rat0rium. Dolly direpR0duksi tanpa bAntUan d0mbA jantan, dari
sebuah sel kelenjar susu, bukan dari sel repR0duksi, yang diambil secAra
aCak dari seEk0r d0mbA dEwasa. HingGa saAt itU,PRoses ini diangGap
sebAgai hal yg tidak mungkin.
Penciptaan Domba Dolly
Dolly diciptakan dari sebuah kelenjar susu yang diambil dari
seEk0r d0mbA betina. Fungsi sel sel kelenjar susu adalah untUK
mempR0duksi susu, dan biasanya tidak dapat bekerja selain sesuai dg
fungsi terSebuT. Dalam pR0ses ini, nukLeus dari sel terSebuT yang
mengandung DNA dipisahkan, diletakKan dalam sel telur seEk0r d0mbA
betina lainNya, dan ditanam dalam seek0r ibu d0mbA pengGanti. DEngan
menerapkan stimulus stimulus eksternal seperti kejuTan listrik pada sel
telur yg tidak dibuahi itU, para ahli berhasil memuliHkan kemampuan sel
iTu untUk mengalami pembelahan sel berulang seperti halnya sel telur
yang telah dibuahi.
Adapun cara kloning domba Dolly yang dilakukan oleh Dr. Ian Willmut adalah
sebagai berikut.
a. Mengambil sel telur yang ada dalam ovarium domba betina, dan mengambil
kelenjar mamae dari domba betina lain.
b. Mengeluarkan nukleus sel telur yang haploid.
c. Memasukkan sel kelenjar mamae ke dalam sel telur yang tidak memiliki
nukleus lagi.
d. Sel telur dikembalikan ke uterus domba induknya semula (domba donor sel
telur).
e. Sel telur yang mengandung sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam uterus
domba, kemudian domba tersebut akan hamil dan melahirkan anak hasil dari
kloning.
Jadi, domba hasil kloning merupakan domba hasil perkembangbiakan
secara vegetatif karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma. Kloning juga bisa
dilakukan pada seekor katak. Nukleus yang berasal dari sebuah sel di dalam usus
seekor kecebong ditransplantasikan ke dalam sel telur dari katak jenis lain yang
nukleusnya telah dikeluarkan. Kemudian, telur ini akan berkembang menjadi
zigot buatan dan akan berkembang lagi menjadi seekor katak dewasa. Kloning
akan berhasil apabila nukleus ditransplantasikan ke dalam sel yang akan
menghasilkan embrio (sel telur) termasuk sel germa. Sel germa adalah sel yang
menumbuhkan telur dari sperma.



Gambar 9. Proses Kloning Individu (domba Dolly)

Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid
suatu sel bakteri, DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi dan
diturunkan pada sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Jadi gen
asing ini tetap melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada
dalam sel bakteri. Pembentukan DNA rekombinan ini disebut juga
rekayasa genetika. Perekayasaan genetika terhadap satu sel dapat
dilakukan dengan hanya menghilangkan, menyisipkan atau menularkan
satu atau beberapa pasang basa nukleotida penyusun molekul DNA
tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan enzim untuk
memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang disisipkan
itu ke plasmid.

Gambar 9. Klon yang mengandung DNA rekombinan
Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang
diinginkan atau DNA sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut.
DNA plasmid vektor harus dimurnikan dan dipotong dengan enzim yang
sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke molekul vektor
untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang
sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke molekul vektor
untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang
sama. Reaksi pemotongan dan penggabungan harus dipantau dengan
menggunakan elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus
ditransformasikan ke E. coli atau ke vektor lainnya. Tahapan proses
kloning DNA (gambar 9) adalah melakukan isolasi DNA plasmid dan
DNA target. Kemudian dengan menggunakan enzim restriksi untuk
memotong DNA sehingga diperoleh fragment DNA target. Selanjutnya
DNA target disisipkan pada plasmid dan ditransformasikan ke dalam sel
inang. Hasilnya akan diperoleh bakteri yang mengandung DNA
rekombinan dan ada pula bakteri yang tidak engalami proses transformasi.
Untuk membedakannya, digunakan medium selektif yang mengandung
antibiotik. Bakteri yang mengandung DNA rekombinan mengandung gen
yang resisten terhadap antibiotik sehingga akan tetap hidup dalam medium
selektif. Kemudian bakteri rekombinan diperbanyak dengan cara kloning
sehingga diperoleh klon-klon dalam jumlah yang besar yang bisa
digunakan dalam berbagai bidang seperti untuk menemukan gen yang
resisten hama gen yang bisa membuat gen bakteri membersihkan toksis,
gen untuk menghasilkan hormone dan lain lain.
II. Inseminasi buatan
Inseminasi buatan adalah pembuahan atau fertilisasi yang terjadi
pada sel telur dengan sperma yang disuntikkan pada kelamin betina. Jadi,
fertilisasi ini tidak membutuhkan hewan jantan, tetapi hanya
membutuhkan spermanya saja. Tahukah kamu mengapa inseminasi buatan
dilakukan?Inseminasi buatan dilakukan karena bibit pejantan unggul yang
hendak dikawinkan dengan bibit betina lokal tidak memiliki waktu masa
subur yang bersamaan. Bibit pejantan unggul dikawinkan dengan bibit
betina lokal supaya dapatmenghasilkan keturunan yang lebih baik.
Teknologi ini menggunakan metode penyimpanan sperma pada suhu
rendah (80o sampai 20o). Jadi, untuk mendapatkan bibit pejantan
unggul untuk mengawini bibit betina lokal tidak perlu dengan membawa
individunya tetapi cukup dengan membawa spermanya. Hal ini juga
memudahkan proses pengiriman dari suatu negara ke negara lain.

III. Bayi tabung

Bayi tabung adalah bayi yang merupakan hasil pembuahan yang
berlangsung di dalam tabung. Teknologi ini sebenarnya kelanjutan dari
teknologi inseminasi buatan, hanya proses pembuahan pada bayi tabung
terjadi di luar sedangkan inseminasi terjadi di dalam tubuh. Kedua-duanya
sama-sama merupakan perkembangbiakan generatif. Kita biasanya sering
mendengar istilah bayi tabung bagi pasangan yang kesulitan untuk
mendapatkan keturunan. Hal ini merupakan jalan pintas bagi mereka untuk
segera mendapatkan keturunan.
Proses pembuatan bayi tabung adalah sebagai berikut.
a. Sel telur yang mengalami ovulasi pada induk atau wanita diambil
dengan suatu alat dan disimpan di dalam tabung yang berisi medium
seperti kondisi yang ada pada rahim wanita hamil.
b. Sel telur dipertemukan dengan sperma di bawah mikroskop dan
diamati sehingga terjadi fertilisasi.
c. Sel telur yang sudah dibuahi tersebut dikembalikan kedalam tabung.
d. Jika sel telur yang sudah dibuahi disebut zigot. Zigot berkembang
dengan baik dan menjadi embrio, maka embrio tersebut akan
disuntikkan kembali ke dalam rahim induknya semula.
DAMPAK REKAYASA GENETIKA TERHADAP KEHIDUPAN
Rekayasa teknologi tidak semuanya berdampak positif bagi kehidupan
manusia maupun bagi makhluk hidup lain dan lingkungan. Teknologi yang
diciptakan dengan tujuan untuk memakmurkan umat manusia bisa saja
menghancurkan manusia itu sendiri jika tidak diikuti dengan keimanan dan
ketaqwaan.
Dampak positif rekayasa genetik sebagai berikut.
Menciptakan bibit unggul
Meningkatkan gizi masyarakat.
Melestarikan plasma nutfah.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan keinginan
manusia.
Membantu pasangan yang kesulitan mendapatkan anak dengan jalan
pintas yaitu bayi tabung.
Dampak negatif rekayasa reproduksi sebagai berikut:
Pada perbanyakan keturunan dengan kultur jaringan yang memiliki materi
genetis yang sama akan mudah terkena penyakit.

Merugikan petani dan peternak lokal yang mengandalkan reproduksi secara
alami.
Dikhawatirkan adanya penyalahgunaan teknologi reproduksi untuk
kepentingan pribadi yang merugikan orang lain. Misalnya misi sebuah
negara yang hendak menguasai dunia dengan menciptakan prajurit tangguh
dengan teknik pengkloningan.
Mengganggu proses seleksi alam.
Berdasarkan kajian ilmiah ISIS (GM Food Nightmare Unfolding in
the Regulatory Sham) menyampaikan tentang bagaimana pengambil
kebijakan dan lembaga penasihat seperti European Food Safety Authority
telah mengabaikan prinsip kehati-hatian (precautionary principle),
menyalahgunakan ilmu, tidak mematuhi hukum, dan membantu
mempromosikan teknologi rekayasa genetik dengan fakta yang
berlawanan dengan keamanan pangan dan pakan rekayasa genetik.

Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau
Genetically Modified Organism (GMO), lebih dari cukup kerusakan yang
ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan ISP. Di antaranya:

1. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetic
menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa
genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.

2. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan
pestisida tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996
sampai 2003 di Amerika Serikat.

3. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil
evaluasi pertanian Kerajaan Inggris.

4. Bt tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua
tanaman rekayasa genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.

5. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di
Amerika Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin
memperburuk kondisi karena adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya
kasus bunuh diri di daerah India, meliputi 100.000 petani antara 1993-
2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam waktu setahun.

6. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian
dan penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium.
7. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel
embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa
genetik yang ditanam di seluruh dunia.

8. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan
penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh
21 kilometer.

RESIKO KESEHATAN

Dr. Irina Ermakova menunjukkan bagaimana kedelai rekayasa
genetik menyebabkan tikus betina melahirkan bayi kerdil dan tidak normal
dengan lebih dari setengahnya meninggal dalam tiga minggu. Ratusan
penduduk dan pemetik kapas di India mengalami alergi. Ribuan domba
mati setelah merumput di lahan yang mengandung residu kapas Bt, begitu
pun kambing dan sapi dilaporkan tahun ini. Protein buncis berbahaya
pindah ke kacang polong, ketika diuji coba pada tikus menyebabkan
radang paru-paru hebat dan secara umum menimbulkan sensitif makanan.

Sejumlah penduduk di selatan Philipina jatuh sakit ketika lahan
jagung sekitarnya berbunga pada tahun 2003, lima meninggal dan
sebagian masih sakit hingga sekarang. Sejumlah sapi mati setelah makan
jagung rekayasa genetik di Hesse, Jerman dan beberapa lainnya dibunuh
karena penyakit misterius. Arpad Pusztai dan rekannya menemukan tomat
rekayasa genetik dengan snowdrop lectin merusak setiap sistem organ
tikus muda. Jagung rekayasa genetik Mon 863 yang dinyatakan aman
seperti jagung non-rekayasa genetik oleh perusahaan dan diterima oleh
EFSA, tetapi ketika dianalisa oleh ilmuwan indipenden CriiGen, mereka
menemukan tanda keracunan pada liver dan ginjal.
Fakta mendorong kita untuk mempertimbangkan bahwa risiko
GMO mungkin melekat pada teknologinya, ilmuwan ISIS mengingatkan
untuk sepuluh tahun ke depan.

RESIKO POTENSIAL

1. Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun
dan atau imunogenik untuk manusia dan hewan.

2. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan
bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau
imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik.

3. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit
mungkin diaktifkan oleh rekayasa genetik.

4. Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen
horizontal, membuat tidak menghilangkan infeksi.
5. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama
penyebab penyakit.

6. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan
sebagai promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan
pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel kanker).

7. Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida
dan meningkatkan residu herbisida sehingga meracuni manusia dan
binatang seperti pada tanaman.

BIOTEK BIOFUEL HIJAU

Hati-hati dengan tanaman bioenergi rekayasa genetik untuk
menghasilkan biofuel. Biofuel bukan karbon netral. Mereka langsung
berlomba dengan pakan ternak seperti jagung, kedelai dan lain-lain,
membuat harga makanan melambung. Mereka juga berlomba mendapat
lahan, menyebabkan petakan luas hutan hujan tropis rata secara perlahan
melepas karbondioksida ke atmosfir, mempercepat pemanasan global.

George Bush telah menargetkan substitusi 20 persen biofuel untuk
petrolium pada 2017. Uni Eropa (UE) mengatakan 10 persen energi
transportasi harus berasal dari biofuel pada 2020.
Berkembang pula tekanan untuk komersialisasi sejumlah spesies pohon
rekayasa genetik yang telah dimodifikasi dengan sejenis transgen,
sehingga pohon rekayasa genetik diusulkan untuk ditanam dengan asumsi
yang salah bahwa tanaman rekayasa genetik itu dapat mengimbangi emisi
karbon, salah satu syarat dari Clean Development Mechanism (CDM) dari
Protokol Kyoto.

Industri Bioteknologi secara tidak langsung telah bersiap atas nama
biofuel, berharap publik menerima tanaman transgenik. Dalam hal ini,
bioteknologi ini juga mengharapkan tindakan pemerintah untuk
menyampaikan bahwa keamanan bukan masalah karena tanaman bioenergi
rekayasa genetik tidak digunakan sebagai makanan. Tetapi penanaman
rekayasa genetik dan tanaman biofuel akan memperburuk masalah dengan
meningkatkan kontaminasi rekayasa genetik.

Fakta bahwa tanaman rekayasa genetik tidak aman nampak pula
dari sistem peradilan. Di antaranya putusan pengadilan terhadap
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) atas kegagalan
pelaksanaan kajian dampak lingkungan dan pengeluaran ijin ilegal.
Putusan tentang GMO terhadap sebuah badan di negara pengembang
rekayasa genetik terbesar di dunia yang telah mempromosikan rekayasa
genetik secara agresif.




REKAYASA GENETIKA DALAM BIOETIKA
Hukum Kloning Reproduksi Manusia
Cloning pada manusia termasuk isu besar, namun respon dari
ulama Indonesia melalui ijtihd jam'i maupun individual belum cukup
representatif. Fatwa terhadap cloning, antara lain, datang dari Bahtsul
Masail yang diberikan sangat singkat dan belum tuntas, sehingga
diperlukan fatwa lanjutan. Fatwa yang cukup memadai datang dari MUI
(2000). Belumnya lembaga fatwa yang lain menetapkan hukumnya, diduga
karena hal tersebut belum terjadi dan kemungkinan terjadinya masih
sangat jauh sehingga dianggap tidak mendesak, atau karena 'illat hukum
cloning manusia sangat jelas sehingga tidak perlu ditetapkan hukumnya
secara khusus, dapat dikiyaskan kepada hukum inseminasi buatan atau
bayi tabung. Memproduksi atau melipatgandakan anak manusia melalui
proses cloning akan meniadakan berbagai pelaksanaan hukum Islam,
seperti tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara orang
tua dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, dan lain-lain
Dilihat dari segi teknis dan dampak hukum yang ditimbulkannya,
cloning embrio dapat disamakan dengan bayi tabung. Karena itu, jika
batas-batas diperkenankannya bayi tabung, seperti asal pemilik ovum,
sperma, dan rahim terpenuhi, tanpa melibatkan pihak ketiga (donor atau
sewa rahim), dan dilaksanakan ketika suami-isteri tersebut masih terikat
pernikahan maka hukumnya boleh. Dengan begitu, anak kembar yang
dilahirkan akan berstatus sebagai anak sah pasangan tersebut.
Hukum cloning, dilihat dari teknis dan dampaknya dapat
dipersamakan dengan inseminasi buatan atau bayi tabung, Ulama sepakat
bahwa setiap upaya mereproduksi manusia yang berdampak dapat
merancukan nasab atau hubungan kekeluargaan, lebih-lebih kalau
kontribusi ayah tak ada dalam cloning ini, maka hukumnya lebih haram.
Dari dampak teringan tingkat kerancuannya pada praktik inseminasi
buatan dan bayi tabung adalah praktik penitipan zigot yang berasal dari
pasangan poligamis di rahim isterinya yang lain hukumnya haram, apalagi
cloning manusia yang lebih merancukan hubungan nasab dan
kekeluargaan. Kerancuan nasab yang ditimbulkan dari cloning reproduksi
manusia yang teringan, meskipun sel tubuh diambil dari suaminya, tetap
menghadirkan persoalan rumit, yaitu menyangkut status anaknya kelak,
sebagai anak kandung pasangan suami-isteri tersebut atau 'kembaran
terlambat' dari suaminya, atau dia tidak berayah, mengingat sifat
genetiknya 100 % sama dengan suaminya. Jika demikian, maka anak
tersebut lebih tepat disebut sebagai kembaran dari pemberi sel. Jika
sebagai kembaran atau duplikat terlambat suaminya, bagaimana
hubungannya dengan wanita itu dan keturunannya serta anggota
keluarganya yang lain. Apalagi jika cloning diambil dari pasangan yang
tidak terikat pernikahan yang sah, atau anak klon yang berasal dari sel
telur seorang wanita dengan sel dewasa wanita itu sendiri atau dengan
wanita lain, maka tingkat kerancuannya lebih rumit. Tidak berasal dari
mani (sperma). Di samping itu, yang masih diperdebatkan mengenai usia
anak klon, dugaan terkuat menyatakan akan sama dengan usia dari
pemberi sel.
Bahtsul Masail pada Munas NU (Lombok Tengah, 17-20
Nopember 1997) menyepakati tentang hukum cloning gen pada manusia
hukumnya haram. Alasannya, proses tanasul (berketurunan) harus melalui
pernikahan secara syar'i, Bisa mengakibatkan kerancuan nasab,dan
penanamannya kembali ke dalam rahim tidak dapat dilakukan tanpa
melihat aurat besar.
Fatwa yang sama diputuskan oleh MUI, pada Munas VI (25-29 Juli
2000) menetapkan hukum cloning terhadap manusia, dengan cara
bagaimana pun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya
adalah haram. Bahkan, dalam fatwa MUI tersebut mewajibkan kepada
semua pihak yang terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktik cloning terhadap manusia.
Majlis Tarjih melalui media resminya, jurnal ilmiah ke-Islaman,
Tarjih, edisi ke-2 Desember 1997 secara khusus pernah menurunkan tema
'Klonasi (Cloning) menurut Tinjauan Islam'. Kesimpulan dari sejumlah
artikel dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa penerapan cloning untuk
memproduksi manusia akan menjadi masalah. Pembolehannya hanya jika
dalam keadaan darurat.Ulama dari sejumlah lembaga fatwa di dunia Islam
juga mengharamkan cloning manusia, antara lain, Akademi Fikih Islam
Liga Dunia Muslim dalam pertemuannya yang ke-10 di Jeddah pada tahun
1997 yang menetapkan bahwa: Cloning manusia, apa pun metode yang
digunakan dalam reproduksi manusia itu adalah sesuatu yang tidak Islami
dan sepatutnya dilarang keras".
Disepakati juga bahwa semua manipulasi (yang berhubungan
dengan reproduksi manusia) dengan cara melibatkan elemen pihak ketiga
(di luar ikatan perkawinan), baik berupa rahim, ovum, atau sperma adalah
tidak sah. ijtihd jam.i dari dunia Islam. Di antaranya, Majma' Buhts
Islmiyyat dari Al-Azhar Mesir telah mengeluarkan fatwa dan imbauan
bahwa "cloning manusia adalah haram dan harus diperangi serta dihalangi
dengan berbagai cara".Al-Majma al-Fiqh al-Islmi, Rabithat al-lam al-
Islmi dalam sidangnya ke-15 pada 31 Oktober 1998 juga berpendapat
serupa, demikian pula orang yang melakukannya. Alasannya, termasuk
tindakan intervensi atas penciptaan manusia, hal tersebut berlawanan
dengan berbagai ketentuan ayat Alquran tentang proses penciptaan
manusia (Q.s. al-Hujurt (49):13, al-Tn (95):4, al-Sajdat (32):7-8, al-
Taghbun (64):3, al-Thriq (86):7, al-Nis'(4):119), akan merancukan
nasab (Q.s. al-Furqn (25):54), satu-satunya cara berketurunan yang
dibenarkan syarak hanya dengan adanya pasangan laki-laki dan perempuan
(Q.s. al-Rm (30):21, al-Furqn (2)5:54), merusak sistem pranata
sosial berkeluarga, dan ketiadaan perbedaan serta keberagaman sunnah
Allah dalam penciptaan manusia yang merefleksikan kesempurnaan
ciptaan Allah (Q.s. al-Rm (30):22). Di samping itu, lembaga ini merasa
perlu adanya undang-undang yang sifatnya internasional melarang
dipraktikkan cloning manusia. Penolakan serupa juga disampaikan oleh
berbagai lembaga.
Pernyataan serupa juga datang dari sejumlah tokoh di Indonesia,
misalnya Ali Yafi dan Armahaedi Mahzar. Alasannya, karena mengancam
kemanu-siaan, meruntuhkan institusi perkawinan, merosotnya nilai
manusia, kerancuan moral, budaya, dan hukum. Quraish Shihab lebih
menyorotinya dari segi moral dan hukum agama, bahwa teknologi cloning
ini mengantarkan kepada pelecehan manusia, dan dari segi hukum
berdasarkan saddudz dzari', bagian dari menolak yang negatif
didahulukan atas mendatangkan yang positif (manfaat).Abdul Aziz
Sachedina dari Universitas Virginia Amerika menganggap bahwa
teknologi cloning hanya akan meruntuhkan institusi perkawinan.
Mohammad Mardini dari Foundation Islamic Heritage menyebutkan
bahwa teknologi tersebut sebagai pengaburan keturunan. Abul Fadl
Mohsin Ebrahim juga berpendapat bahwa cloning akan berdampak negatif
terhadap kesucian perkawinan, maka hukumnya tidak sah menurut Islam.
Abdul Muti Basyyoumi, Ulama Al-Azhar, menuntut agar riset cloning
diakhiri karena bertentangan dengan hukum Islam, baik secara idiologis
maupun etis, dan manfaatnya lebih sedikit daripada bahayanya.
Di samping pihak yang mengharamkannya, ada satu pendapat yang
membolehkan, Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, tokoh muslim
fundamentalis dari Lebanon berpendapat, salah jika menganggap cloning
adalah suatu intervensi karya Ilahi. Si Peneliti dianggapnya tidak
menciptakan sesuatu yang baru, mereka hanya menemukan suatu hukum
yang baru bagi organisme, sama seperti ketika mereka menemuka.
fertilisasi In Vitro (IVF) dan transplantasi organ.Pendapat ini
mengandung kelemahan, sebab, alasan utama yang dipersoalkan oleh
kalangan yang menolak cloning reproduksi manusia lebih kepada
dampaknya bertentangan dengan norma Islam, bukan pada hakikat
penciptaannya.Analisis atas Dampak Cloning Reproduksi Manusia Meski
cloning reproduksi manusia ada manfaatnya bagi manusia, misalnya dapat
membantu pasangan yang bermasalah dengan alat reproduksinya, namun
karena dalam pelaksanaannya akan berbenturan dengan batasan-batasan
syari, maka hukumnya haram. Dari sejumlah argumen haramnya
melakukan cloning reproduksi manusia yang dikemukakan di atas, yang
paling lemah karena menilainya sebagai bentuk intervensi atas ciptaan
Allah. Adapun alasan kuat haramnya tindakan tersebut dilihat dari sumber
pemilik sel dari siapa pun akan berakibat merancukan nasab.
Sedangkan alasan karena dalam prosesnya menuntut harus dengan
melihat alat kemaluan, dapat dikategorikan sebagai keadaan dlarrat atau
adanya hjatdlarrat. Terhadap praktik yang melibatkan pihak ketiga, di
luar pasangan suami-isteri pemilik sperma dan atau ovum, meskipun tidak
terjadi kontak seksual, namun dampak yang ditimbulkannya sama dengan
esensi zina, akan menimbulkan kerancuan nasab, maka hukumnya haram.
Terca-kup dalam ayat Alquran yang melarang berzina, antara lain, Q.s. al-
Muminn (23): 5, al-Ahzb (33):35, al-Isr (17):32, al-Furqn (25):68, al-
Mumtahinat (60):12, juga Hadits.[xxvii] sebagaimana batasan yang
diberikan para ulama dibolehkan melihat kemaluan dalam pengobatan
karena dampak teknologi cloning reproduksi manusia akan merancukan
nasab dan hal lain yang lebih luas, berbenturan dengan banyak ketentuan
syar'i, bahkan nyaris tidak ada kemaslahatannya, jika ada sangat sedikit
dan masih bersifat spekulatif. Prinsip ini bertentangan dengan kaidah fikih:
Rukhshat tidak dapat dikaitkan pada yang meragukan), juga tidak dapat
dikaitkan dengan berbagai kemaksiatan. Dilihat dari dampaknya, cloning
reproduksi manusia lebih merancukan nasab, menyangkut status hubungan
kenasaban dengan pemilik ovum, rahim, sperma, atau sel. Status anak
dengan pemilik ovum, berstatus sebagai anak atau saudara kembar?
Sebaliknya, jika yang diklon adalah pihak perempuan, pemilik ovum itu
sendiri atau orang lain, lebih sulit menentukan statusnya. Demikian pula
terhadap pemilik sperma, atau sel, sebagai anak atau saudara kembar.
Bahkan seorang Seperti dikemukakan oleh Wallase, 2000, bahwa tidak
seorang pun di muka Bumi ini ingin menjadi hewan percobaan terhadap
penggunaan produk GMO. Sedangkan untuk hewan dan beberapa hewan
percobaan ada pula dijumpai di lapangan seperti adanya penggunaan GMO
pada tanaman yang digunakan sebagai bahan pakan pokok larva kupu-
kupu raja menimbulkan gangguan pencernaan, menjadi kuntet akhirnya
larva kupu-kupu mati.
Penggunaan sel punca dalam Bioetika
Penelitian sel punca perlu dipandu oleh bioetika agar tidak
melangkahi nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pesan yang tersirat
dalam seminar "Peran Inovasi dalam Meningkatkan Kualitas Hidup
Bangsa" yang diselenggarakan oleh Biro Oktroi Rooseno serta Akademi
Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Kamis (23/6).

Ketua Komisi Bioetika Nasional Umar Anggara yang hadir di
seminar itu mengemukakan, ada empat prinsip bioetika kedokteran yakni
ketidakmudaratan (nonmaleficent), memiliki efek penyembuhan
(beneficence), menghormati otonomi pasien (autonomy), serta perlakuan
yang adil terhadap pasien (justice). "Prinsip itu berperan memandu, bukan
menghalang-halangi," kata Umar.

Komisi Bioetika Nasional sendiri telah terbentuk pada 2004,
berdasarkan kesepakatan bersama Menristek, Menkes, dan Mentan.
Fungsinya mengawal, memantau, meletakkan rambu-rambu bagi riset ilmu
pengetahuan yang bergerak di bidang biologi molekuler dan rekayasa
genetika.
Undang-undang No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian
Pengembangan dan Penerapan IPTEK pada pasal 22 menyatakan bahwa
pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, negara, beserta
keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian lingkungan
hidup.
Penelitian mengenai sel punca pada manusia dipicu oleh pesatnya
bioteknologi pada dekade 1980 dan 1990, yang antara lain ditandai dengan
ditemukannya teknik pengenalan dan pengubahan material genetik serta
metode untuk menumbuhkan sel-sel manusia di laboratorium
BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil penjelasan di atas, diperoleh bahwa rekayasa genetika
merupakan suatu teknik yang sangat dibutuhkan pada jaman modern ini
disamping dapat mempermudah dalam kebutuhan manusia dia juga
mengurangi segala resiko yang dapat terjadi secara konvensional. Oleh
sebab itu, penggunaanya harus ditingkatkan. Namun, penggunaan teknik
ini harus mendapat lisensi dari pemerintah secara resmi dan juga dalam
tidak di salahgunakan oleh pihak tertentu Karena dapat merugikan
makhluk lainnya, agama serta lingkungan.




















DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/rekayasa genetika/GENETIKA PEMANFAATAN DAN
DAMPAK BIOTEKNOLOGI.htm
file:///D:rekayasagenetika/GENETIKA/ContohRekayasaGenetika.htm
file:///D:/rekayasagenetika/GENETIKA/DAMPAKNEGATIFMIKRO
ORGANISMEHASILREKAYASAGENETIKABeSmileLah.htm

Anda mungkin juga menyukai