Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. TINJAUAN
Persalinan atau kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya
selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya, peran
petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
dan keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2006).
Setiap bayi baru lahir mengalami perubahan kehidupan yang sangat dominan dari
kehidupan di dalam uterus menuju kehidupan di luar uterus. Perubahan dari dalam uterus
(intrauteri) ke kehidupan di luar uterus (ekstrauteri) adalah bagian rangkaian kesatuan
yang dimulai dengan konsepsi dan berlangsung sepanjang kehidupan pranatal janin.
Beberapa saat dan beberapa jam petama kehidupan ekstrauteri adalah salah satu masa
yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Proses perubahan yang rumit ini
dikenal sebagai periode transisi atau periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh
ibu dan berlanjut selama beberapa minggu untuk system organ tertentu seperti organ
pernapasan, organ hepatic, system termoregulasi, system sirkulasi dan system daya tahan
tubuh bayi baru lahir. Secara keseluruhan transisi ke kehidupan ekstrauteri harus
dipandang sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan bulan
pertama kehidupan. Transisi ekstrauteri dapat sangat dipengaruhi oleh factor pranatal
juga peristiwa inpartum. Pada setiap kelahiran, tenaga kesehatan harus memikirkan factor
antepartum atau intrapartum yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama
kehidupan ekstrauteri bayi. Tenaga kesehatan harus melakukan segala upaya untuk
memprediksi adanya transisi ekstrauteri yang sulit. Prediksi risiko yang akurat sangat
penting jika tenaga kesehatan melakukan upaya yang akurat dan dapat diantisipasi sedini
mungkin. Setelah bayi lahir ke dunia ini

B. TUJUAN
Modul perubahan fisiologis kehidupan dari dalam uterus menuju kehidupan di luar uterus
ada bayi baru lahir ini diharapkan dapat menjadi catatan .
C. SASARAN








MODUL I
PERUBAHAN FISIOLOGIS KEHIDUPAN DALAM UTERUS (INTRAUTERI)
MENUJU KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS (EKSTRAUTERINE)



Dalam modul ini, pembaca diharapkan dapat memahami mengenai :
Apa yang dimaksud dengan perubahan fisiologis kehidupan bayi baru lahir di
dalam uterus menuju kehidupan di luar uterus
Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada bayi baru lahir tersebut
Manakah jenis perubahan fisiologis dari dalam uterus menuju ke luar uterus yang
terjadi dengan cepat dan continu
Bagaimana proses perubahan fisiologis tersebut dapat terjadi pada bayi baru lahir

A. Perubahan Fisiologis Ekstrauteri yang Terjadi dengan Cepat
Perubahan atau transisi ekstrauteri bayi baru lahir yang paling dramatis dan cepat
terjadi dalam empat area yaitu : sistem pernafasan, system sirkulasi, kemampuan
termoregulasi dan kemampuan memperoleh sumber glukosa. Setiap area perubahan
ditinjau terpisah.
1. Perubahan pernafasan
System pernafasan adalah system yang paling tertantang ketika perubahan dari
lingkungan intrauteri ke lingkungan ekstrauteri karena bayi baru lahir harus
segera mulai bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk
oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Selama gestasi ada banyak
perkembangan yang menyediakan infra struktur untuk persiapan pernafasan. Janin
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas dan menunjukkan
gerakan bernapas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Alveoli bekembang
sepanjang gestasi dan begitu juga dengan kemampuan janin untuk menghasilkan
surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat
pertemuan antara udara-alveoli. Ruang interstisial antara alveoli sangat tipis
sehingga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk
pertukaran udara.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru-paru hari-hari sebelum
persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respon terhadap peningkatan
hormone stress dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersirkulasi, yang
memnyebabkan tekanan onkotik meningkat disertai dengan meningkatnya aliran
cairan paru ke dalam ruang interstisial di paru untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi
limfatik. Pada saat lahir, hingga 35% cairan paru janin hilang. Janin cukup bulan
dipersiapkan pada banyak level untuk memulai pernapasan yang berhasil.
Pada fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil nafas pertama kali
terdapat peristiwa-peristiwa biokimia, seperti hipoksia relative di akhir persalinan
dan stimulasi fisik terhadap neonatus, seperti udara dingin, gaya gravitasi, nyeri,
cahaya, dan suara, yang menyebabkan perangsang pusat pernapasan. Upaya
mengambil napas pertama dapat sedikit dibantu dengan penekanan toraks yang
terjadi pada menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada
toraks ketika janin melalui pada vagina tiba-tiba hilanh ketika bayi lahir. Cairan
yang mengisi mulut dan trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran
trakea. Neonatus yang lahir melalui seksio sesarea, terutama jika tidak ada tanda
persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengurangan cairan paru dan
penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang lebih persisten.
Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara pada bayi baru lahir
(transient tachypnea og the newborn, TTN).
Bayi baru lahir tidak dapat mempertahankan pernapasan kecuali jika pusat
pernapasan di otak dan otot-otot pernapasan bekerja mengatur pernapasan.
Respon paru-paru bayi baru lahir terhadap kemoreseptor (yang ada di glomus
aortikum dan glomus karotikum) dan mekanoreseptor paru menjadi kekuatan
pengerak dalam pengaturan pernapasan lebih lanjut. Kekuatan otot-otot
pernapasan pada kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung
memengaruhi keadekuatan setiap inspirasi dan ekspirasi. Bayi baru lahir sehat
mengatur sendiri banyak aspek usaha napasnya sehingga mencapai keseimbangan
yang tepat antara oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional.Napas
aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa tanpa ganguan yang membantu
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa, mengosongkan paru dari
cairan, menetapkan volume paru neonatus dan karakteristik paru pada bayi baru
lahir dan mengurangi tekanan arteri pulmonalis.
Ketika kepala dilahirkan, lender keluar dari hidung dan mulut. Banyak bayi baru
lahir megap-megap dan bahkan tidak menangis pada saat itu. Oleh karena itu,
penghisapan mulut dan hidung dengan sebuah suksion karet tidak diperlukan.
Penggunaan alat penghisap seperti suksion karet atau suksion dinding harus
dibatasi jika usaha napas bayi baru lahir berkurang atau ketika mekonium perlu
dibersihkan dari jalan napas. Beberapa napas pertama membutuhkan tekanan
tinggi karena udara mengalir masuk ke ruangan yang terisi penuh dengan cairan.
Stimulasi taktil, seperti dengan lembut mengusap punggung neonatus,
mengeringkan bayi yang basah, atau menjentikkan telapak kaki cukup untuk
menstimulasi pernapasan pada sebagian bayi baru lahir. Stimulasi yang terlalu
aktif seperti menampar atau membuat bayi terpajan dengan udara dingin yang
ekstrim, tidak lebih baik daripada stimulasi ringan dan hanya menunda
dimulainya resusitasi yang diperlukan.
Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas
besar pada trakea dan bronkus neonatus. Cairan di dalam paru didorong ke
perifer paru, tempat cairan tersebut diabsorpsi. Akhirnya semua alveolus
mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus maksimum dapat dicapai jika
terdapat surfaktan yang adekuat dan aliran darah yang melalui mikrosirkulasi paru
adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus, sehingga alveolus
tidak kolaps pada akhir napas. Ini mengurangi tekanan yang dibutuhkan untuk
pernapasan. Okseginasi yang adekuat adalah factor yang sangat penting dalam
mempertahankan pertukaran udara yang adekuat. Dalam keadaan hipoksia,
system pembuluh darah paru vasokontriksi. Dengan demikian, udara yang berada
dalam alveolus tidak dapat diangkut ke pembuluh darah untuk oksigenasi area
tubuh yang lainnya.
Pola pernapasan bervariasi sesuai awal pertama pernapasan. Pernapasan
berfluktuasi dan tidak stabil selama periode waktu tertentu. Pernapasan pada bayi
baru lahir dapat terdengar rebut dan basah selama periode transisi ini. Namun,
terdapat respon normal dan abnormal tertentu yang perlu di cari pada bayi baru
lahir. Frekuensi napas yang secara konsisten lebih dari 60 kali napas per menit,
dengan atau tanpa napas cuping hidung (flaring), suara dengkur (grunting), atau
retraksi dinding dada, jelas merupakan respons abnormal pada dua jam setelah
bayi lahir.

2. Perubahan sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya seragkaian
reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi oleh reaksi-reaksi yang terjadi
dalam paru sebagai respons terhadap taikan napas pertama.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupaya sistem bertekanan rendah. Karena
paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran darah yang
minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan malah
mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang disebut dengan
foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir
ke otak melalui duktus arteriosus, menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga
membatasi arus pintas yang terjadi melalui duktus tersebut. Darah yang
meninggalkan jantung bayi baru lahir menjadi sepenuhnya mengandung oksigen
ketika berada dalam paru dan mengalir keseluruh jaringan tubuh yang lain.
Dalam waktu singkat perubahan-perubahan besar tekanan telah berlangsung pada
bayi baru lahir. Sekalipun perubahan-perubahan ini secara anatomi tidak selesai
dalam hitungan minggu, peneutupan fungsional foramen ovale dan duktus
arteriosus terjadi segera setelah kelahiran. Yang paling penting untuk dipahami
bidan ialah bahwa perubahan-perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir
saling berkaitan mutlak dengan kecukupan fungsi resfirasi.















Gambar varney 32-2. Perubahan-perubahan dari sirkulasi janin menjadi bayi baru
lahir.


Pemasang klem tali pusat


Pasokan plasenta hilang (sirkut darah bertahan rendah)

Penutupan duktus arteriosus peningkatan
tahapan sistemik
Darah menuju sistem
hepatik & portal
Tekanan atrium kanan menurun
dibanding atrium kiri
Lingkungan dingin
Nafas pertama pergantian kapilaritas
kanan ke kiri menjadi
aliran darah kiri ke kanan
paru mengembang cairan paru di keluarkan
peningkatan kadar
penurunan daya tahan oksigen dalam sirkulasi paru
vaskuler paru

peningkatan tekanan atrium kiri penutupan duktus
arteriosus

penutupan foramen ovale


3. Termoregulasi
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stres karena perubahan
suhu lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak
perlu mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,6
o
C daripada suhu ibu.
Pada saat lahir, factor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir
meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi
lemak subkutan, dan derajat fleksi oto. Bayi cukup bulan dengan berat badan lahir
tinggi dan fleksi otot yang baik memiliki perlindungan alami terbaik terhadap
kehilangan panas. Namun, kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam
mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir, bahkan jika
bayi lahir saat cukup bulan dan sehat. Bidan berkewajiban untuk
mengorganisasikan lingkungan kelahiran sehingga kehilangan panas pada bayi
baru lahir yang basah dapat diminimalkan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu: konveksi,
konduksi, adiasi dan evaporasi. Tempat kelahiran harus dipersiapkan dengan
sebaik mugkin untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Metode penyimpanan panas yang umumnya dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Hangatkan dahulu setiap selimut, topi atau pakaian sebelum kelahiran
b. Segera keringkan bayi baru lahir
c. Ganti selimut basah setelah mengeringkan bayi baru lahir.
d. Hangatkan dahulu area resusitasi bayi baru lahir
e. Atur suhu kelahiran pada 24
o
C jangan lakukan pengisapan pada bayi baru
lahir diatas alas tempat tidur yang basah
f. Tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu bayi stabil selama 6 jam
g. Atur agar tempat perawatan bayi baru lahir jauh dari jendela, dinding-
dinding luar atau pintu keluar
h. Pertahankan kepala bayi baru lahir tetap tertutup dan badannya dibedung
dengan baik selama 48 jam pertama.
Bayi baru lahir dapat menghasilkan panas dengan tiga cara yaitu :
a. menggigil, cara menggigil kurang efisien dan pada bayi baru lahir, terlihat
hanya pada kondisi stress dingin yang paling berat.
b. aktifitas otot volunter dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya
terbatas bahkan pada bayi cukup bulan yang mempunyai kekuatan otot
yang cukup untuk menangis dan tetap dalam kondisi fleksi.
c. termogenesis (produksi panas tubuh tanpa menggigil) mengacu pada satu
dari dua cara berikut ini : peningkatan kecepatan metabolise atau
penggunaan lemak coklat utnuk memproduksi panas. Bayi baru lahir dapat
menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan meningkatkan kecepatan
metabolisme. Pada reaksi ini, norepinefrin mencetuskan pemecahan asam
lemak yang dioksidasi dan dilepas ke dalam sirkulasi. Hal ini
menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat dengan jelas
dan bahkan dapat membuat bayi baru lahir cukup bulan yang sehat
menjadi lelah.
Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas.
Lapisan lemak coklat berada di sekitar tulang belakang bagian atas,
klavikula, sternum dan ginjal serta pembuluh darah besar. Banyaknya
lemak coklat bergantung pada usia gestasi danberkurang pada bayi baru
lahir yang mengalami retardasi pertumbuhan. Lemak coklat adalah sumber
yang tidak dapat diperbaharui untuk bayi baru lahir. Penghasilan panas
pada bayi baru lahir dimulai pada saat bayi lahir akibat lonjakan
katekolamin dan penghentian supresor prostaglandin dan adenosn yang
dihasilkan plasenta.

4. Pengaturan glukosa
Sebelum kelahiran, janin terpajan pada glukosa darah yang hamper konstan,
sekitar 60-70% kadar glukosa darah maternal. Dalam mempersiapkan kehidupan
ekstrauteri janin yang sehat menyimpan glukosa sebagai glikogen, khususnya di
dalam hati. Sebagian besar penyimpanan glikogen terjadi pada trimester tiga.
Walaupun setiap bayi dapat mengalami hipoglikemia simptomatik ataupun
nonsimptomatik, bayi baru lahir yang mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri, bayi lebih bulan, bayi kurang bulan dan bayi yan mengalami gawat
janin memiliki risiko khusus. Pada semua bayi itu, terjadi perubahan dalam
banyaknya glikogen yang dsimpan.
Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus menemukan cara untuk
mempertahankan keseimbangan glukosa yang esensial bagi fungsi otak. Pada
setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah turun selama periode waktu yang
singkat (1-2 jam setelah kelahiran). System pada bayi baru lahir yang sehat,
belajar untuk mengoreksi secara mandiri penurunan kadar glukosa fisiologis.
Koreksi penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi dalam 3 cara yaitu : melalui
ASI/susu formula, penggunaan cadangan glikogen, pembuatan glukosa dari
sumber-sumber lain khususnya lipid. Dua aktifitas terakhir disebut glikogenesi
dan glukoneogenesis. Bayi baru lahir yang sehat ,menghasilkan gluosa sebanyak
4-8 mg/kg/menit sebagai respon terhadap kebutuhan.
Bayi baru lahir yang sehat harus segera didorong untuk menyusu sesegera
mungkin setelah lahir. Banyak bayi baru lahir aktif menyusu selama periode
reaktivitas pertama. Ini merupakan waktu yang ideal untuk menanamkan
pengalaman menyusu pada bayi. Bayi baru lahir yang tidak dapat mengkonsumsi
susu dalam jumlah adekuat menghasilkan glukosa dari glikogen. Namun,
glikogenolisis hanya dapat terjadi jika bayi memiliki cadangan glikogen yang
adekuat.
Bidan dapat memfasilitasi penyesuaian kadar glukosa dengan menekan agar bayi
baru lahir yang sehat segera menyusu. Pada saat yang sama, bidan harus
mengevaluasi setiap bayi baru lahir secara realistis untuk kemungkinan
hipoglikemia.

B. Perubahan Fisiologis Ekstrauteri yang Kontinu
1. Perubahan pada darah
Nilai darah pada bayi baru lahir lebih berpariasi dari pada nilai darah anak atau
orang dewasa bidan harus menyadari tentang nilai untuk keadaan normal dan
yang tidak normal terhadap perawatan bayi baru lahir (table 36-2).
Bayi baru lahir dilahirkan dengan nilai hematokrit/hemoglobin yang tinggi.
Hemoglobin yang dominan pada periode janin yaitu hemoglobin F yang secara
bertahap lenyap pada satu bulan pertama hemoglobin janin memiliki apinitas yang
tinggi terhadap oksigen, suatu efek yang menguntungkan bagi janin. Nilai
hemoglobin awal pada bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh waktu pengkleman
tali pusat dan posisi bayi baru lahir segera setelah lahir. Penundaan pengkleman
tali pusat dapat meningkatkan volume darah bayi baru lahir antara 25-40%
kebiasaan mengklem tali pusat dengan segera berhubungan dengan praktik
modern yang tidak dipraktikan di banyak temapt di dunia. Karena pengkleman
segera menghawatirkan kemugkinan efek samping akibat trannsfusi plasenta
termasuk gawat pernapasan, polisitemia, sindrom hiperpiskositas dan sindrom
hiperbilirubinemia beberapa keuntungan penundaan pengkleman meliputi hal-hal
berikut:
a. Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama napas pertama yang tidak
teratur
b. Volume yang besar meningkatkan perpusi kapiler paru
c. Pencapaian oksigenasi yang adekuat lebih cepat membuat penutupan
struktur janin seperti duktus arteriosus
Apabila bidan ingin mendukung transfusi fisiologis yang terjadi pada satu hingga
tiga menit pertama kehidupan, bayi baru lahir diletakan diatas abdomen ibu
dengan tali pusat utuh. Posis ini meningkatkan aliran darah dalam jumlah sedang
ke bayi baru lahir tanpa kemugkinan bahaya dari dorongan dan bolus darah yang
banyak. Setelah tiga menit sebgian besar aliran darah dari tali pusat telah masuk
ke bayi.
Sel darah merah bayi memiliki umur yang singkat yaitu rata-rata delapan puluh
hari. Pergantian sel yang cepat ini menghasilkan lebih banyak sampah metabolik
akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di metabolisme muatan
bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang terlihat pada
bayi baru lahir.
2. Perubahan pada gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir yang cukup bulan relativ matur.
Sebelum lahir janin cukup bulan mempraktikan perilaku menghisap dan menelan.
Reflex muntah dan batuk yang matur sudah lengkap pada saat lahir kemampuan
bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari
luara sangat terbatas. Sebagian besar ketebatasan tersebut membutukan berbagai
enzim dan hormon pencernaan yang terdapat disemua bagian saluran cerna dari
mulut sampai ke usus. Bayi baru lahir kurang mencerna protein dan lemak
dibandingkan orang dewasa. Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sisitem otot
yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan orang
dewasa sehingga gelombang peristatik tidak dapat di prediksi. Selama awal masa
bayi baru lahir menghadapi tugas penting penutupan usus. Sebelum penutupan
usus, bayi rentang terhadap infeksi bakteri/virus dan juga terhadap stimulasi
antigen melalui absobsi molekul-molekul besar oleh usus, kolon pada bayi baru
lahir kurang efisien menyimpan cairan daripada kolon orang dewasa. Sehingga
bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan cairan.

3. Perubahan pada sisitem imun
Sistem imun pada bayi baru lahir tidak matur pada sejumpalah tingkat yang
signifikan. Ketidak maturan fungsional ini membuat bayi baru lahir rentan
terhadap infeksi dan respon alergi
a. Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh mencegah atau meminimalkan
infeksi imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-sel darah
merah yang tersedia pada saat bayi baru lahir.
b. Imunitas yang di dapat bayi baru lahir di lahirkan dengan imunitas pasif
terhadap virus dan bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan
imunitas ini melalui perjalanan transplasenta dari immunoglobulin varietas
IgG immunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat melewati
plasenta secara bertahap bayi baru lahir mulai menghasilkan antibodi
sirkulasi kelas IgG yang adekuat ini memakan waktu dan respon antibodi
penuh terhadap antigen asing tidak mugkin terbentuk pada masa anak-
anak

4. Perubahan pada sisitem ginjal
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa depisit struktural dan fugsional
pada sistem ginjal. Ginjal pada bayi baru lahir menunjukan penurunan aliran
darah darah ginjal dan penurunan kecepatan piltrasi glomelurus. Bayi baru lahir
tidak mampu mengkonsentrasikan urin dengan baik. Semua keterbatasan ini akan
lebih buruk pada bayi yang kurang bulan. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit
urin pada 48 jam pertama pada kehidupan biasanya hanya 30-60 ml.
































MODUL II

PENILAIAN SEGERA BAYI BARU LAHIR



Dalam modul ini, pembaca diharapkan dapat memahami mengenai :
Pentingnya penilaian segera setelah bayi lahir
Point-point apa saja yang dilakukan penilaian pada bayi baru lahir
Mana yang termasuk penilaian pra lahir dan penilaian pada saat lahir
Apgar score

A. Penilaian Pralahir
Pada saat ini, penilaian bayi baru lahir dimulai jauh sebelum kalahiran. Pengetahuan
yang dimiliki dan kajian semua data yang tersedia mengenai periode pralahir
merupakan data dasar untuk penilaian anak yang segera akan lahir. Riwayat
persalinan dan kelahiran memberikan informasi lebih banyak pada penilaian bidan
mengenai keadaan bayi.
PERSIAPAN
Apakah bayi lahir cukup bulan?
Apakah air keruban jernih atau mekonial?
Apakah bayi menangis atau bernafas?
Apakah tonus otot baik?
BBL cukup bulan, ketuban jernih, menangis, bernafas, tonus otot baik :
Manajemen BBL Normal jika Bayi tidak cukup bulan atau tidak menangis atau tidak
bernafas atau mengap-mengap dan atau tonus otot tidak baik :
Manajemen Asfiksia, Air ketuban mengandung mekonium, Manajemen Air Ketuban
bercampur mekonium.

B. Penilaian pada Saat Lahir
Penilaian bayi baru lahir, dimulai ketika kepala janin sudah berada di vulva ibu.
Bidan dapat melakukan observasi mengenai wana kulit kepala dan pemeriksaan
pengisian ulang pembuluh kapiler dengan cara menekan jaringan kulit kepala dengan
lembut. Warna yang baik merupakan tanda yang menggembirakan dan menyatakan
bahwa perfusi bayi dalam keadaan baik. Warna yang baik yaitu kemerahan. Pada saat
bayi lahir, tangan dan mata bidan dapat menilai tonus dan warna kulit bayi. Bidan
juga dapat melakukan penelusuran pada seluruh tubuh bayi untuk mencari tanda-
tanda setiap kelainan bentuk fisik. Sentuhan pada daerah tali pusat didekat tempat
masuknya pada abdomen memungkinkan bidan menilai laju denyut jantung bayi baru
lahir. Semua penilaian ini yang hanya memakan waktu beberapa detik dapat
membantu lahirnya tubuh bayi. (David,2007)
Semua bayi baru lahir harus diobservasi secara ketat selama jam pertama kehidupan.
Setelah penampilan kesejahteraan di awal, kondisi neonatus dapat menurun jika
stimulus lahir gagal mengatasi efek tekanan obat atauterjadi kerusakan sistem saraf
pusat. Dengan lahirnya bayi baru lahir bidan harus melakukan observasi dengan
cermat terhadap tanda-tanda bahwa bayi mampu mengeluarkan mukus dan
mengambil nafas kadang kala bayi baru lahir akan melakukan pernafasan awal atau
menangis.
Penilaian awal:
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak aktif atau lemes?
Bila bayi tdk bernafas, mengap-mengap atau lemah, segera lakukan resusitasi
Bila keadaan bayi normal, lakukan penilaian APGAR 1-5 menit pertama
APGAR skor ini membantu bidan dalam menilai proses transisi sehingga perlu atau
tidaknya dilakukan resusitasi. Skor APGAR yang mengkaji lima criteria fisik,
merupakan metode yang paling luas digunakan. Pada ibu dengan kulit berwarna,
warna mukosa memberikan petunjuk yang lebih baik daripada warna kulit. Setiap
criteria diberi skor 0-2 untuk mnggambarkan pandangan dari buruk ke baik. Skor
maksimal adalah 10. Bayi diperiksa dalam 1 menit pertama dan diperiksa kembali
pada 5 menit setelah lahir, skor diberikan pada dua interval tadi. Skorapgar dapat
diulang kembali dengan interval regular untuk mendokumentasikan respons terhadap
resusitasi dank arena gangguan perkembangan syaraf lanjutan meningkat secara
signifikan jika skor masih kurang dari 4 selama lebih dari 15 menit. Skor apgar
digunakan semata-mata untuk menilai bayi baru lahir sehingga perlu tidaknya
dilakukan resusitasi.

Tanda Skor
0 1 2
Laju jantung
Upaya nafas

Tonus otot

Gerak reflek
Warna

Tidak ada
Tidak ada

Flaksid

Tidak ada
Biru pucat
Lambat < 100
Lambat tidak
teratur
Sedikit flaksid
ektermitas
Meringis
Tubuh kemerahan
atau biru
> 100
Baik menagis

Gerak aktif

Menagis kuat
Sempurna


Setelah 1-2 menit, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem 3 cm dari pangkal
pusat
Dari titik jepitan, tekan tali pusat dan dorong isi tali pusat ke arah ibu, lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari jepitan pertama pada sisi yang mengarah
ke ibu
Pegang tali pusat diantara kedua klem, satu tangan menjadi landasan untuk
melindungi bayi, satu tangan memotong tali pusat



MODUL III
INISIASI MENYUSU DINI (IMD)



Dalam modul ini, pembaca diharapkan dapat memahami mengenai :
Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pentingnya bayi baru lahir segera dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
Tata cara Inisiasi Menyusu Dini

A. Pengertian Inisiasi Menyusu dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk
menyusu sendiri pada ibunya dalam satu jam pertama kelahirannya. Sejak tahun
1992, WHO/UNICEF mengeluarkan protocol tentang Inisiasi Menyusu dini (IMD)
sebagai salah satu Evidence for the ten steps to successful breastfeeding yang harus
diketahui oleh setiap tenaga kesehatan. Segera setelah dilahirkan bayi diletakkan di
dada ibu selama paling sedikit satu jam untuk member kesempatan kepada bayi untuk
mencari dan menemukan putting susu ibunya. (Sarwono, 2010)
Pada protocol ini, setelah bayi lahir hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak
perlu membersihkan verniks atau mengeringkan tangan bayi karenabau cairan amnion
pada tangan bayi akanmembantu bayi mencari putting susu ibu. Dengan waktu yang
diberikan, bayi akan menendang dan bergerak menuju putting. Bayi yang siap
menyusu akan menunjukkan gejala reflex menghisap seperti membuka mulut dan
mulai mengulum putting.

B. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Mangapa harus 1 jam pertama?
Reflek menyusu pada bayi timbul 30-40 detik setelah lahir
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit dan bayi cukup
menyusu di satu payudara
Terjadinya skin to skin kontak dapat dan mengurangi kejadian hipotermi pada
bayi baru lahir
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
Manfaat Inisiasi Menyus Dini (IMD) bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernafasan mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan
incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi
nosokomial. Kadar blirubin bayi juga akan lebih cepat normal karena pengeluaran
mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru
lahir. Kontak kulit dengan kulit juga dapat membuat bayi lebih tenang sehingga
didapatkan pola tidur bayi yang lebih baik. Dengan demikian berat badan bayi cepat
meningkat dan bayi dapat lebih cepat pulan ke rumah dari rumah sakit. Bagi ibu,
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone oksitosin,
prolaktin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
(Sarwono, 2010)

C. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah tali pusat di potong, ganti kain basah dengan kain yg bersih dan kering
Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di dada ibu tanpa dibatasi
alas.
Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di kepala bayi
Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada punggung bayi.
Menganjurkan pada suami atau keluarga untuk mendampingi ibu dan bayi.
Memberikan dukungan secara sabar dan tidak tergesa-gesa.
Membantu menunjukkan pada ibu perilaku pre-feeding (Pre-feeding behavior)
yang positif : istirahat dalam keadan siaga, memasukan tangan ke mulut,
menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah payudara dengan kaki
menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, menghentakan kepala, menoleh ke
kanan dan ke kiri, menyentuh putting susu dengan tangannya, menemukan
putting susu, menghisap dan mulai minum ASI.
Membiarkan bayi menyusu awal sampai bayi selesai menyusu pada ibunya dan
selama ibu menginginkannya.
Menunda semua prosedur yang dilakukan pada BBL sampai IMD selesai
dilakukan
Bidan melanjutkan asuhan persalinan.















MODUL IV
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dapat dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir.
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan setelah bayi melakukan kontak kulit ke
kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam yang lebih dikenal dengan IMD (Inisiasi Menyusu
Dini). Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Setelah 1 jam IMD, bayi dilakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan kemudian mulai melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
Dalam modul ini, pembaca diharapkan dapat memahami mengenai :
Pengertian pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Tujuan pemeriksaan bayi baru lahir
Langkah-langkah pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang sesuai dengan prosedur
yang benar
Pengertian, manfaat, dan tata cara pemberian vit. K. pada bayi baru lahir
Pemberian imunisasi pertama (HBo) pada bayi baru lahir
Langkah-langkah memandikan bayi

A. Pengertian Pemeriksaan Bayi Baru lahir
Pemeriksaan bayi baru lahir merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memeriksaan fisik pada bayi baru lahir. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk
mengenal atau menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran. Misalnya
bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan lain-lain
biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu,
pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini
ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan ntuk menetapkan apakah seorang bayi
dapat dirawat gabung bersama ibu atau ditempatkan di ruangan khusus. Dengan
pemeriksaan pertama ini juga bias menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Tujuan dari pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah untuk mendeteksi kelainan-
kelainan sehingga pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir harus segera dilakukan
setelah persalinan untuk mendeteksi kelainan dan menegakkan diagnose ntuk
persalinan yang berisiko tinggi. Pemeriksaan harus difokuskan pada anomaly
kongenitaldan masalah-masalah patofisiologis yang dapat menggangu adaptasi
kardiopulmonal dan metabolic normal pada kehidupan ekstra uteri.
Apabila ditemukan kelainan pada bayi, maka petugas harus dapat menjelaskan
kepada keluarga. Karena apabila keluarga menenmukannya dikemudian hari akan
menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas
kesehatan tidak bias mendeteksi kelainan pada bayinya.



C. Langkah-Langkah Pemeriksaan Bayi Baru Lahir :
1. Menilai keadaan umum
Meliputi :
Ukuran keseluruhan
Kepala, badan, ekstremitas
Tonus otot, tingkat aktifitas
Warna kulit dan bibir
Tonus bayi
2. Tanda-tanda vital
Meliputi :
Frekuensi nafas : 40-60 x/menit dan periksa adanya kesulitan nafas
Frekuensi jantung : 120-160 x/menit
Suhu tubuh normal : 36,5-37,5 C/axial, kulit terasa hangat jika disentuh
3. Pemeriksaan kepala
Meliputi :
Ubun-ubun
Sutura, molase
Pembengkakan atau daerah yang cekung
Ukuran lingkaran kepala
4. Pemeriksaan telinga, lakukan pemeriksaan dalam hubungan letak dengan mata
dan kepala
5. Pemeriksaan mata, lakukan pemeriksaan tanda-tanda infeksi dan contoh pus
6. Pemeriksaan hidung dan mulut
Meliputi :
Bibir dan langit-langit
Lakukan pemeriksaan adanya sumbing
Reflex hisap, dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu
7. Pemeriksaan leher, lakukan pemeriksaan adanya pembengkakan atau benjolan
pada leher bayi
8. Pemeriksaan dada
Meliputi :
Bentuk
Putting
Bunyi nafas
Bunyi jantung
9. Pemriksaan bahu lengan dan tangan
Meliputi :
Gerakan lengan
Jumlah jari
10. Pemeriksaan system saraf, pemeriksaan adanya reflek morro, lakukan rangsangan
dengan suara keras yaitu dengan bertepuk tangan.
11. Pemeriksaan perut
Meliputi :
Bentuk
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis
Perdarahan tali pusat
Benjolan
12. Pemeriksaan jenis kelamin
Meliputi :
Laki-laki : dua testis dalam skrotum, penis berlubang pada ujung
Perempuan : vagina berlubang, uretra berlubang, terdaat labia minot dan
labia mayor
13. Pemeriksaan tungkai dan kaki
Meliputi :
Pergerakan normal
Bentuk normal (simetris)
Jumlah jari
14. Pemeriksaan punggung dan anus
Meliputi :
Pembengkakan atau ada cekungan
Adanya anus, lubang dan terbuka (telah mengeluarkan mekonium atau
cairan)
15. Pemeriksaan kulit
Meliputi :
Verniks (jika terdapat verniks pada bagian tubuh bayi, tidak perlu
dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi)
Warna kulit
Pembengkakan atau bercak-bercak hitam
Tanda lahir

D. Melakukan Suntik Vitamin K
1 bayi dari setiap 1.200 sampai 1.400 kelahiran hidup di beberapa negara Asia
mengalami perdarahan akibat kekurangan vitamin K. Bayi baru lahir cenderung
mengalami kekurangan vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif
masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K malalui tali pusat, rendahnya kadar
vitamin K pada Air Susu Ibu (ASI) dan sterilitas saluran pencernaan bayi baru lahir,
sedangkan asupan vitamin K dari Air Susu Ibu belum mencukupi ketika bayi baru
dilahirkan. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi untuk mengalami
perdarahan yang disebut juga 'Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K' (PDVK).
1. Manfaat vitamin K
Vitamin K termasuk golongan vitamin yang larut dalam lemak, merupakan
salah satu unsur yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa
protein yang berperan dalam proses pembekuan darah seperti faktor-faktor
pembekuan II, VII, IX, X, antikoagulan protein C dan S, dan beberapa protein
lain. Bila faktor pembekuan darah yang tergantung pada vitamin K ini
berkurang maka bayi mudah mengalami perdarahan.
2. Bentuk-bentuk Vitamin K
Vitamin K1 (phylloquinone atau phytomenadione atau disebut juga
phytonadione). Banyak terdapat pada sayuran hijau.
Vitamin K2 (menaquinone). Secara normal dibentuk oleh bakteri dalam
saluran pencernaan seperti Bacteroides fragilis dan beberapa strain
Escherichia.
Vitamin K3 (menadione). Vitamin K buatan yang sekarang sudah jarang
diberikan pada bayi baru lahir.
3. Tanda dan akibat PDVK
Perdarahan akibat kekurangan vitamin K pada bayi baru lahir dapat terjadi
spontan atau akibat trauma/benturan/ gesekan, terutama trauma ketika anak
lahir. Perdarahan dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh bayi seperti pada:
otak, kulit, mata, tali pusat, hidung, telinga, dan saluran pencernaan.
Perdarahan masif pada saluran pencernaan bermanifestasi sebagai muntah
darah atau berak darah. Perdarahan di bawah kulit bermanifestasi sebagai
bercak berwarna keunguan atau merah kecoklatan yang disebut purpura, dan
bercak perdarahan dengan ukuran yang lebih kecil yang disebut ekimosis dan
petekia. Perdarahan yang sulit berhenti juga dapat timbul akibat tusukan jarum
suntik.
Perdarahan dalam otak dengan manifestasi sakit kepala (bayi menangis terus-
menerus), muntah, ubun-ubun membonjol, pucat hingga kejang. Perdarahan
otak sering bermasalah serius karena dapat menyebabkan kematian atau
kecacatan pada bayi usia 2 minggu sampai 6 bulan. Tingkat kematian akibat
perdarahan otak pada bayi sebesar 10-50% dari seluruh kasus, sedangkan
tingkat kecacatannya sebesar 30-50% dari seluruh kasus.
4. Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis (pencegahan) Pada Bayi Baru Lahir
Tujuan: menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi yang
disebabkan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).
Pelaksana: tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau
petugas kesehatan pelayanan KIA di semua unit/fasilitas kesehatan
(pemerintah dan swasta).
Sasaran: semua bayi baru lahir.
Waktu pemberian :
Setelah 1 jam pertama saat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selesai
dilakukan.
Pada bayi yang mengalami kesulitan bernafas (asfiksia), pemberian
dilakukan setelah resusitasi berhasil dilaksanakan.
Pada bayi yang lahirnya tidak ditolong bidan, maka pemberian
vitamin K1 dilakukan pada kunjungan neonatal yang pertama
(KN1).
Diberikan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B yang pertama
(B0) dengan selang waktu 1-2 jam.
Jenis vitamin K yang digunakan: vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin K1 per 1 ml, atau sediaan
ampul yang berisi 2 mg vitamin K1 per 1 ml.
Dosis pemberian: 1 mg dosis tunggal (untuk sekali suntik saja).
Cara pemberian:
Sediakan semprit injeksi 1 ml yang masih baru (belum pernah
dipakai dan belum terlewati masa kedaluarsanya).
Masukkan 1 mg vitamin K1 kedalam semprit 1 ml. Bila yang
dipakai sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin K1 per 1 ml
maka masukkan sebanyak hanya 1 strip kedalam semprit,
sedangkan bila yang dipakai adalah sediaan ampul yang berisi 2
mg vitamin K1 per 1 ml maka masukkan sebanyak 0,5 ml saja.
Lakukan desinfeksi dengan alkohol 75% seperlunya.
Suntikkan pada paha kiri bayi secara intra muskular.
Lakukan pengawasan tanda-tanda vital (kesadaran, sirkulasi,
pernafasan, temperatur tubuh, dll) pada bayi selama minimal 1 jam
setelah pemberian suntikan. ( www.infodokter.com )

E. HBo
Bayi diberikan vaksin hepatitis B di paha anterolateral kiri dengan dosis 0,5 ml (10
mcg) satu jam setelah pemberian vitamin K.

F. Memandikan bayi
Memandikan bayi baru lahir segera setelah lahir akan menyebabkan turunnya suhu
badan bayi dan hal itu tidak perlu dilakukan. Darah, mekonium dan sebagian dari
verniks sudah pasti telah dilap pada waktu dikeringkan setelah lahir. Sisa verniks
tidak perlu disingkirkan oleh karena hal tersebut tidak ada bahayanya, dan bisa
mengurangi kehilangan panas dan akan diserap kembali melalui kulit selama
beberapa hari umur bayi. Jika keharusan budaya menghendaki dimandikan, hal ini
tidak boleh dilakukan sebelum enam jam setelah lahir, dan suhu tubuh bayi normal.
Memandikan didalam air yang hangat diikuti dengan pengeringan cepat akan dapat
mengurangi kehilangan panas dibanding membersihkan bayi dengan mengunakan
handuk yang basah. Pada waktu memandikan bayi, bidan atau penolong persalinan
harus memastikan bahwa hal tersebut dilakukan di ruangan hangat dan menggunakan
air yang hangat. Setelah selesai dimandikan, bayi harus segera dibungkus lagi
didalam handuk yang kering dan hangat, dikeringkan benar-benar, dibajui dan
diletakkan dekat dengan ke ibu.
Langkah-langkah memandikan bayi sebagai berikut :
1. Persiapan
Cuci tangan dan mengeringkannya
Siapkan keperlua mandi seperti :
Pakaian bersih (popok, baju, pernel, topi kaos kaki, kaos tangan)
Bak mandi
Waslap
Sabun mandi
Handuk mandi 2 buah
Selimut
Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
Siapkan air hangat, tapi tidak telalu pana dalam bak mandi
Lepas pakaian bayi
Bersihkan tinja dari daerah pantat sebelum memandikan agar air mandi tetap
segar
2. Memandikan
Sanggah kepala bayi sambil mengusapkan air ke muka, tali pusat dan tubuh
bayi
Letakan bayi pada selembar handuk
Sabun di sebelah bak mandi. (jamgan member sabun pada muka dan cuci
mukanya dulu sampai bersih)
Jika bayi laki-laki, tarik kulup (prepisium) kebelakang dan cucilah lipatan-
lipata pada penis
Bilaslah sabun dengan cepat, sambil menyangga kepala dan terutama
punggung bayi. Tidak perlu menghilangkan verniks, yaitu zat berwarna putih
dan lengket pada kulit bayi, terutama pada lipatan-lipatan kulit. Verniks ini
berfungsi memberikan perlindungan dan akan diserap oleh tubuh dalam waktu
singkat
Keringkan betul-betul bayi dengan sebuh handuk hangat dan kering
Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering (singkirkan
handuk basah ke pinggir)
3. Mengenakan popok
Kenakan popok dengan pas
Jika menggunakan peniti, tusukan jauh dari perut untuk menghindari terbuka
sendiri
Yakinkan bahwa ujung atas popok berada di bawah sisa tali pusat
Kenakan celana plastic jika terdapat ruam atau gangguan kulit
Kenakan pakaian bersih dan kering serta bugkuslah dalam selimut bersih dan
kering.













MODUL V
ASFIKSIA NEONATORUM



Meskipun mayoritas bayi akan megap dan berusaha bernafas dalam waktu 60 detik
setelah kelahahiran tetapi sebagian bayi tidak demikian kegagalan untuk memulai dan
seterusnya mempertahankan pernafasan pada setelah kelahiran dikenal dengan sebutan
asfiksia neonatorum.

Dalam modul ini, pembaca diharapkan dapat memahami mengenai :
Pengertian asfiksia neonatorum
Etiologi dan factor predisposisi asfiksia
Patofisiologi asfiksia neonatorum
Langkah-langkah resusitasi pada bayi dengan asfiksia

A. Pengertian Asfiksia Neonatorum
Pengertian Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas secara
spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994). Asfiksia Neonatorum adalah keadaan
dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan dimana hipoksia dan
hiperkapnea serta sering berakhir dengan asidosis (Santoso NI, 1992)

B. Etiologi dan Faktor Predisposisi Asfiksia
Etiologi dan Faktor Predisposisi Asfiksia Menurut pedoman Depkes RI Santoso NI,
1995. Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia, antara lain
sebagai berikut:
1. Faktor Ibu Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor Placenta Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke
leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan
kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain (Ilyas
Jumiarni, 1995)




C. Patofisiologi
Patofisiologi Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya
asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang
kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula
bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping perubahan klinis juga terjadi
gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat
awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme
anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan
jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli
yamh tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau
gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

D. Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir
1. Persiapan
a. Siapkan peralatan dan bahan habis pakai yang diperlukan
Ruang hangat, terlindung dari tiupan angin, dan penghangat tubuh
(kain hangat/kain kering dan hangat atau lampu sorot)
Tiga helai kain bersih dan kering (untuk mengeringkan bayi, untuk
membungkus bayi dan penganjal bahu)
Jam dengan jarum detik atau petunjuk waktu
Penghisap lendir
Balon dan sungkup (atau pipa dan sungkup)
Sarung tangan
Oksigen (udara ruangan)
2. Penilaian bayi baru lahir dan kebutuhan tindakan resusitasi
a. Menilai bayi baru lahir
Adanya mekonium kental pada bagian tubuh bayi atau cairan
mekonium (bila ada, penghisapan lendir dilakukan setelah kepala lahir
dan tubuh bayi masih di jalan lahir)
Apakah bayi baru lahir tidak menangis atau bernafas sepontan
b. Segera tentukan apakah bayi memerlukan tindakan resusitasi penilaian
kebutuhan resusitasi :
Tidak bernafas
Megap-megap
Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit
c. Penilaian kebugaran bayi baru lahir
Apakah bayi bernafas atau menangis
Apakah tonus otot baik
Apakah warna kulit kemerahan
Apakah denyut jantung normal
Apakah bereaksi terhadap rangsangan
3. Melakukan langkah awal resusitasi (dalam waktu kurang 30 detik)
a. Menjaga bayi tetap hangat
Keringkan tubuh bayi dan selimut dengan kain bersih, kering dan
hangat
Tempatkan pada ruang hangat dan terhindar dari tiupan angin
Dekatkan bayi dekat pemanas tubuh
Letakan pada tempat kering dan hangat
Beri alas kering, bersih dan hangat pada permukaan datar tempat
meletakan bayi
b. Posisikan kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah (setengah ekstensi)
untuk membuka jalan nafas dengan jalan menganjal bahu bayi dengan lipatan
kain
c. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dari mulut kemudian hidung
Gunakan penghisap lendir
Mulai membersihkan lendir di mulut lalu kemudian hisap lendir di
hidung
Penghisapan dilakukan bersamaan dengan penarikan selang penghisap
Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam karena dapat
menimbulkan reaksi fasovagal dan menyebabkan henti nafas
d. Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil
Sedikit penekanan gosok tubuh bayi dengan melalui kain pembungkus
tubuh bayi
Dengan telapak tangan, lakukan rangsangan taktil pada telapak kaki
atau punggung bayi atau menyentil telapak kaki bayi
Ganti kain yang basah dengan kain baru yang bersih, kering dan
hangat. Bagian muka dan dad bayi dibiarkan terbuka untuk keperluan
resusitasi dan evaluasi keberhasilan tindakan
e. Atur kembali posisi dan jaga kehangatan tubuh dengan membungkus badan
bayi
Bila kain pembungkus menjadi basah, ganti dengan kain pembugkus
yang baru untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
Bagian muka dan dada dibiarkan terbuka untuk member keleluasaan
bernafas dan memantau gerakan dinding dada
Atur kembali ganjal bahu untuk memberikan posisi terbaik bagi jalan
nafas
f. Penilaian ulang
Nilai apakah bayi bernafas spontan dan normal atau masih mengalami
kesulitan bernafas
Bila bayi bernafas spontan dan baik, lakukan asuhan bayi baru lahir
yang normal dan berikan pada ibunya agar menjaga suhu tubuh bayi
(metode kangguru atau diselimuti dengan baik, mendapat ASI, kontak
batin dan sayang)
Bila bayi masih megap-megap atau belum bernafas spontan maka:
4. Lakukan ventilasi positif pada bayi asfiksia
a. Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa bayi memerlukan bantuan untuk
memperbaiki fungsi pernafasannya.
b. Pastikan posisi kepala sudah benar, kemudian pasang sungkup dengan benar
sehingga melingkupi hidung dan mulut.
c. Lakukan ventilasi percobaan (2 kali)
Bila menggunakan balon dan sungkup, lakukan ventilasi dengan
tekanna yang cukup sebanyak 2 kali
Bila menggunakan pipa dan sungkup, tiupkan udara yang
dikumpulkan dalam mulut ke dalam pipa (udara ruangan, bukan udara
ekspirasi)
Pastikan dada mengembang
Bila tidak mengembang :
Periksa posisi kepala
Periksa posisi sungkup
Periksa lendir di jalan lahir
d. Bila ventilasi percobaan berjalan baik, lakukan ventilasi positif sebanyak 20
kali dalam 30 detik
Pastikan dada mengembang saat ventilasi diberikan
Hentikan ventilasi bila bayi menangis atau bernafas spontan
e. Setelah bayi menangis atau bernafas spontan, hentikan ventilasi dan
kembalikan resusitator pada tempatnya
Jaga suhu tubuh bayi
Berikan bayi pada ibunya
Perhatikan :
Bila bayi tetap belum bernafas atau megap-megap maka
lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik berikutnya dan
lakukan penilaian ulang setiap 30 detik dan penilaian
kebugaran bayi setiap menit
f. Bila bayi tidak bernafas spontan setelah 2-3 menit resusitasi
Beritahu keluarga untuk menyiapkan rujukan
Teruskan resusitasi
Selesaikan prosedur yang belum selesai pada ibu
Pastikan ibu dalam keadaan baik dan stabil
g. Bila bayi tetap tidak bernafas setelah 20 menit sejak awal resusitasi maka
tindakan ini dinyatakan gagal dan resusitasi dihentikan
5. Memantau dan perawatan supostif pasca tindakan
a. Lakukan pemantauan secara sesama. Perhatikan :
Tanda-tanda kesulitan bernafas
Retraksi intercostals (cekungan antara iga)
Megap-megap
Frekuensi pernafasan < 30 atau > 60 x/menit
Warna kulit kebiruan atau pucat
b. Lanjutkan rangsangan taktil untuk merangsang pernafasan bayi
c. Menjaga bayi tetap hangat. Tunda untuk memandikan bayi 6-24 jam setelah
lahir
d. Bila pernafasan dan warna kulit normal, berikan bayi pada ibunya:
Menjaga kehangatan atau suhu tubuh bayi
Mendapat ASI
Kontak batin dan kasih saying
e. Teruskan pemantauan, biula bayi menunjukkan tanda-tanda di bawah ini,
segera lakukan rujukan :
frekuensi pernafasan <30 atau > 60 x/menit
retraksi intercostals (cekungan antara iga)
merintih, megap-megap
suhu tubuh pucat atau berwarna kebiruan
bayi menjadi lemah
6. Tindakan sesudah prosedur
a. buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai (disposible) ke
dalam kantong plastic atau tempat yang tidak bocor
untuk kateter dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang :
rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
lakukan ke proses cuci, bilas hingga DTT atau steril
b. lepas sarung tangan dan cuci tangan
7. Mencatat tindakan resusitasi
a. Catat tanggal dan waktu bayi lahir
b. Catat kondisi bayi saat lahir
c. Catat waktu mulai tindakan resusitasi
d. Catat tindakan apa yang dilakukan selama resusitasi
e. Catat waktu bayi baru lahir bernafas spontan atau resusitasi dihentikan
f. Catat hasil tindakan resusitasi
g. Catat prawatan supotif pasca tindakan

















MODUL VI
DOKMENTASI



Di bawah ini, salah satu contoh format pendokumentasian asuhan bayi baru lahir.

Tinjauan kasus
Asuhan pada bayi baru lahir normal
Ibu deswita mengaku hamil 9 bulan. Datang ke RB Buah Hati pukul 05.00 wib tanggal 12
Desember 2012. Ibu bersalin di RB Buah Hati pada pukul 08.30 wib. Ibu melahirkan bayi laki-
laki dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 48 cm dan bayi langsung menangis kuat
ketika lahir.
DOKUMENTASI ASUHAN BAYI BARU LAHIR
No. Register : -
Tanggal Masuk : 12 Desember 2012
Jam : 05.00 wib
Tempat Praktek/RS : RB Buah Hati
Waktu Pengkajian : 09.30 wib
Pengambil Data : -

I. DATA SUBJEKTIF
A. Pengumpulan data dasar
1. Identitas
Nama : Bayi Ny. Deswita
Umur : -
Tanggal/Jam Lahir : 12 Desember 2013 (08.30 wib)
Jenis Kelamin : laki-laki
BB Lahir : 3000 gram
Panjang Badan : 48 cm

2. Identitas orangtua
Ibu Ayah
Nama Ny. Deswita Tn. Arya
Umur 26 tahun 29 tahun
Agama islam islam
Suku/Bangsa sunda sunda
Pendidikan SMA D3
Pekerjaan irt wiraswasta
Alamat Jl. Karang mulya Jl. Karang mulya
No. Telp 082357821xxx 085757922xxx

B. Faktor Ibu dan Perinatal
1. Riwayat Kehamilan
G1P0A0, umur kehamilan ibu 9 bulan (38 minggu 2 hari). Ibu periksa kehamilan
I bidan sebanyak 16 kali, sudah mendapatkan imunisasi TT 2 kali (umur
kehamilan 16 minggu dan 20 minggu). Ibu tidak menderita penyakit selama
kehamilan dan mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan. Ibu pernah
melakukan pemeriksaan laboratorium pada umur kehamilan 32 minggu, hasil
laboratorium Hb = 12,8 gr/dl, protein dan glukosa urine negative (-).
2. Riwayat Persalinan
Ibu bersalin normal pervaginam ditolong oleh bidan di RB Buah Hati tanggal 12
desember 2012 pukul 08.30 wib. Lama Kala I 11 jam, Kala II 25 menit, ketuban
pecah spontan berwarna jernih, Kala III 10 menit.

C. Faktor Neonatal
Keadaan bayi setelah lahir
Bayi langsung menangis kuat setelah lahir, pernafasan teratur, tonus otot bayi
bergerak kuat, warna kulit kemerahan, tubuh bayi teraba hangat dan langsung
dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

D. Faktor Genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit baik penyakit menular (HIV-
AIDS, Hepatitis), penyakit keturunan (diabetes melitus, eplepsi) maupun penyakit
menahun (ashma, jantung) dan tidak ada yang mengalami cacat fisik atau mental.

E. Faktor Lingkungan
Ibu bertempat tinggal dilingkungan yang bersih,terawatt dan cukup air bersih.

F. Faktor Sosial
Selama bu hamil sampai bersalin, keluarga sangat mendukung dan memperhatikan
seua keperluan ibu selama hamil dan bersalin. Dalam pengambilan keputusan ibu
selalu berdiskusi dengan suami.

II. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum
1. Ukuran keseluruhan : normal
2. Kepala, badan dan ekstermitas : bentuknya normal
3. Tonus otot dan tingkat aktifitas : bergerak kuat
4. Warna kulit dan bibir : kemerahan
5. Tangis bayi : kuat

B. Tanda- tanda Vital
1. Respirasi : 44 x/menit, reguler
2. Bunyi jantung : 130 x/menit, reguler
3. Suhu : 36,7C
C. Berat badan : 3000 gram
D. Panjang badan : 48 cm
E. Kepala
1. Ubun-ubun : datar
2. Sutura : tidak ada molase
3. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
4. Lingkar kepala : 34 cm FO
F. Telinga
1. Letak telinga hubungannya dengan mata :
2. Keadaan telinga : bersih
3. Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
G. Mata
1. Kesimetrisan : simetris
2. Sklera : tidak ikterik
3. Konjungtiva : merah muda
4. Tanda-tanda infeksi : tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata bayi
H. Hidung dan Mulut
1. Keadaan hidung : normal
2. Pengeluaran : tidak ada pengeluaran
3. Warna bibir : merah muda
4. Bibir dan langit-langit : normal, tidak ada labio-palato skizis
5. Rooting reflex :ada, bayi mencari benda yang ditempelkan di pipinya
6. Sucking reflex : ada, bayi menghisap dengan kuat
7. Swallowing reflex : ada, bayi mampu menelan ASI yang dihisapnya
I. Leher
1. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
2. Benjolan : tidak ada benjolan
3. Pergerakan : aktif, kuat
4. Tonik neck reflex : ada, bayi dapat menggerak-gerakan lehernya
J. Dada
1. Bentuk : normal
2. Retraksi dinding dada : tidak ada
3. Puting susu : normal, menonjol kanan dan kiri
4. Pengeluaran cairan dari puting susu : tidak ada
5. Bunyi napas : normal
6. Bunyi jantung : normal
K. Bahu, Lengan dan Tangan
1. Kesimetrisan : simetris
2. Jumlah jari tangan : lengkap 10 jari, kanan/kiri
3. Warna ujung kuku : merah muda
4. Gerakan tangan : aktif
5. Kelainan : tidak ada kelainan
6. Refleks graff : ada, saat tangan bayi diberi telunjuk maka tangan bayi
akan menggenggam
L. Sistem saraf
1. Refleks moro : ada, ketika bayi dikagetkan dengan suara tepuk tangan
bayi seperti memeluk
M. Perut
1. Bentuk : normal, tidak ada benjolan
2. Penonjolan tali pusat : tidak ada
3. Perdarahan tali pusat : tidak ada
4. Infeksi tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi
5. Keadaan perut : lembek, ketika tidak sedang menangis
N. Alat Kelamin Laki-laki
1. Jumlah testis : 2, sudah berada di dalam skrotum
2. Lubang uretra : ada, terdapat di bagian tengah penis
3. BAK : sudah , frekuensi: 1 x, warna urine :
O. Tungkai dan Kaki
1. Kesimetrisan : simetris
2. Jumlah jari kaki : lengkap 10 jari, kanan/kiri
3. Warna ujung kuku : merah muda
4. Gerakan kaki : aktif, bayi seperti menendang-nendang
5. Kelainan : tidak ada kelainan
6. Babysky reflex : ada, saat telapak kaki disentuh dengan jari maka kaki bayi
bergerak
P. Punggung dan Anus
1. Tulang punggung : normal, tidak ada penonjolan/pencekungan.
2. Lubang anus : ada
3. BAB : bayi sudah BAB 1 kali warna hijau kehitaman.
Q. Kulit
1. Vernik kaseosa : ada di bagian lipatan leher, ketiak dan paha
2. Warna kulit : kemerahan
3. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
4. Tanda lahir : bayi tidak memiliki tanda lahir
R. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

III. ASSESMENT
Bayi Ny. D baru lahir spontan pervaginam cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam
dengan kondisi baik.
Masalah Potensial : tidak ada
Tindakan Segera : tidak ada

IV. PLANING
A. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayi baik setelah bayi
dibersihkan dari lendir dan darah lalu mengukur berat badan, panjang badan, lingkar
kepala.
Evaluasi : ibu mengetahui bahwa keadaan bayinya dalam kondisi baik dan tidak ada
cacat fisik dengan berat bdan 3000 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala 34
cm (F.O.)
B. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan pemberian ASI (colostrum)
Evaluasi : bayi diberi ASI dengan cara IMD pada ibu dan bayi berhasil menghisap
putting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.
C. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Evaluasi : ketika bayi melakukan IMD, bagian perut bayi kontak langsung ke tubuh
ibu dan bagian punggung bayi diselimuti kain kering dan bersih, kepala bayi ditutupi
topi.
D. Merawat tali pusat bayi dengan menggunakan kassa steril
Evaluasi : tali pusat bayi ditutupi dengan kassa steril
E. Memakaikan pakaian bayi dan memasang identitas bayi
Evaluasi : bayi sudah menggunakan pakaian kering dan bersih yang lengkap seperti
baju, popok.
F. Memberikan antibiotic profilaksis dan injeksi vit. K
Evaluasi : bayi diberi salep mata untuk mencegah infeksi mata dan diberi injeksi vit.
K 1 mg secara IM dipaha kiri anterolateral
G. Membedong bayi dengan menggunakan kain kering dan bersih lalu rawat gabung
Evaluasi : bayi dibedong dengan kain kering dan bersih lalu dirawat gabung dengan
ibu.
H. Memberikan imunisasi pertama hepatitis B 0 (Hb0) pada bayi
Evaluasi : setelah 1 jam dari pemberian vit. K, bayi di beri imunisasi hepatitis B 0 di
paha kanan anterolateral


Tinjauan kasus
Asuhan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
Pada tanggal 20 januari 2013. Seorang ibu mengaku hamil 9 bulan, datang ke RB. Buah Hati
pukul 14.30 wib karena ibu sudah merasa mules-mules sejak pukul 02.00 wib. Ibu bersalin di
RB. Buah Hati pukul 16.00 wib. Bayi lahir spontan tetapi tidak langsung menangis
DOKUMENTASI ASUHAN BAYI BARU LAHIR
No. Register : -
Tanggal Masuk : 20 Januari 2013
Jam : 14.30 wib
Tempat Praktek/RS : RB Buah Hati
Waktu Pengkajian : 16.00 wib
Pengambil Data : -

I. DATA SUBJEKTIF
A. Pengumpulan data dasar
1. Identitas
Nama : Bayi Ny. Latifa
Umur : -
Tanggal/Jam Lahir : 20 Januari 2013 (16.00 wib)
Jenis Kelamin : perempuan
BB Lahir : 2600 gram
Panjang Badan : 47 cm

2. Identitas orangtua
Ibu Ayah
Nama Ny. Latifa Tn. Adi
Umur 18 tahun 21 tahun
Agama islam islam
Suku/Bangsa sunda sunda
Pendidikan smp sma
Pekerjaan irt wiraswasta
Alamat Jl. Karya mukti Jl. Karya mukti
No. Telp 081957821xxx 081957922xxx

B. Keluhan utama : ibu Latifa mengatakan bayinya lahir spontan pervaginam, bayi lahir
dengan tidak menangis spontan, bagian tangan dan kaki bayi berwarna biru. Tubuh
bayi teraba dingin, pernafasan bayi tidak teratur dan tangis bayi lemah atau merintih.

C. Faktor Ibu dan Perinatal :
1. Riwayat kehamilan : ibu mengatakan hamil 9 bulan dan ini merupakan anak
pertama dari kehamilan pertamanya. Ibu jarang memeriksakan kehamilannya dan
selama hamil ibu jarang mengkonsumsi sayuran.
2. Riwayat persalinan : ibu latifa bersalin di RB. Buah Hati tanggal 20 januari 2013
pukul 16.00 wib. Ibu ditolong oleh bidan, lama Kala I 13 jam, Kala II 45 menit,
Kala III 8 menit, Kala IV 2 jam. Pada saat persalinan keadaan ketuban ibu pecah
spontan pada awal Kala II dan berwarna keruh kehijauan.

II. DATA OBJEKTIF
A. Keadaan Umum
1. Ukuran keseluruhan : normal
2. Kepala, badan dan ekstermitas : normal
3. Tonus otot dan tingkat aktifitas : lemah
4. Warna kulit dan bibir : pucat
5. Tangis bayi : merintih
B. Tanda- tanda Vital
1. Respirasi : 28 x/menit, ireguler
2. Bunyi jantung : 95 x/menit, ireguler
3. Suhu : 35,4 C, hipotermi
C. Berat badan : 2600 gram
D. Panjang badan : 47 cm
E. Kepala
1. Ubun-ubun : datar
2. Molase : tidak ada
3. Pembengkakan : tidak ada
F. Telinga
1. Letak telinga hubungannya dengan mata : simetris
2. Keadaan telinga : normal
3. Pengeluaran : tidak ada
G. Mata
1. Kesimetrisan : simetris
2. Sklera : putih
3. Konjungtiva : pucat
4. Tanda-tanda infeksi : tidak ada
H. Hidung dan Mulut
1. Keadaan hidung : kotor
2. Pengeluaran : tidak ada
3. Warna bibir : pucat
4. Bibir dan langit-langit : normal
5. Rooting reflex : lemah
I. Leher
1. Pembengkakan : tidak ada
2. Benjolan : tidak ada
3. Pergerakan : lemah
4. Tonik neck reflex : ada, lemah
J. Dada
1. Bentuk : normal
2. Retraksi dinding dada : ada
3. Puting susu : normal kanan/kiri
4. Pengeluaran cairan dari puting susu : tidak ada
K. Bahu, Lengan dan Tangan
1. Kesimetrisan : simetris
2. Jumlah jari tangan : lengkap tanpa cacat
3. Warna ujung kuku : pucat
4. Gerakan tangan : lemah
5. Refleks graff : lemah
L. Sistem saraf
1. Refleks moro : lemah
M. Perut
1. Bentuk : normal
2. Penonjolan tali pusat : tidak ada
3. Perdarahan tali pusat : tidak ada
4. Infeksi tali pusat : tidak ada
5. Keadaan perut : lembek
6. Benjolan : tidak ada
N. Alat Kelamin Perempuan
1. Lubang vagina : ada, normal
2. Lubang uretra : ada, normal
3. Labia mayor : ada, normal
4. Labia minor : ada, normal
5. BAK : bayi belum BAK.
O. Tungkai dan Kaki
1. Kesimetrisan : simetris
2. Jumlah jari kaki : lengkap, tanpa cacat
3. Warna ujung kuku : pucat
4. Gerakan kaki : lemah
5. Babysky reflex : ada, tapi lemah, bayi terlihat menendangkan kaki
P. Punggung dan Anus
1. Tulang punggung : normal, tidak ada penonjolan
2. Lubang anus : ada, bayi sudah BAB
Q. Kulit
1. Vernik kaseosa : terdapat verniks di lipatan ketiak, leher, paha dan di
punggung bayi
2. Warna kulit : pucat
3. Pembengkakan : tidak ada
4. Tanda lahir : tidak ada tanda lahir pada tubuh bayi

III. ASSESMENT
Bayi baru lahir spontan letak belakang dengan asfiksia neonatorum
Masalah potensial : Asfiksia Berat
Kebutuhan segera : Resusitasi

IV. PLANNING
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi bayi saat ini mengalami asfiksia dan
memerlukan penanganan resusitasi segera
Evaluasi : ibu mengerti dan menyetujui bayinya untuk segera di resusitasi
2. Melakukan langkah-langkah resusitasi
Evaluasi : Langkah-langkah resusitasi bayi baru lahir
a. Persiapan
Siapkan peralatan dan bahan habis pakai yang diperlukan
Ruang hangat, terlindung dari tiupan angin, dan penghangat tubuh
(kain hangat/kain kering dan hangat atau lampu sorot)
Tiga helai kain bersih dan kering (untuk mengeringkan bayi, untuk
membungkus bayi dan penganjal bahu)
Jam dengan jarum detik atau petunjuk waktu
Penghisap lendir
Balon dan sungkup (atau pipa dan sungkup)
Sarung tangan
Oksigen (udara ruangan)
Evaluasi : semua peralatan telah dipersiapkan
b. Penilaian bayi baru lahir dan kebutuhan tindakan resusitasi
1) Menilai bayi baru lahir
Adanya mekonium kental pada bagian tubuh bayi atau cairan
mekonium (bila ada, penghisapan lendir dilakukan setelah kepala lahir
dan tubuh bayi masih di jalan lahir)
Evaluasi : terdapat mekonium pada air ketuban
Apakah bayi baru lahir tidak menangis atau bernafas sepontan
Evaluasi : bayi tidak langsung menangis ketika lahir
2) Segera tentukan apakah bayi memerlukan tindakan resusitasi penilaian
kebutuhan resusitasi :
Tidak bernafas
Megap-megap
Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit
Evaluasi : bayi lahir tidak bernafas spontan, nafas megap-megap dan
pernafasan bayi 28 x/menit, irreguler
3) Penilaian kebugaran bayi baru lahir
Apakah bayi bernafas atau menangis
Apakah tonus otot baik
Apakah warna kulit kemerahan
Apakah denyut jantung normal
Apakah bereaksi terhadap rangsangan
Evaluasi : bayi tidak menangis spontan, tonus otot lemah, warna kulit
pucat, denyut jantung 95x/menit,irregular dan bayi lemah dalam
bereaksi terhadap rangsangan.
c. Melakukan langkah awal resusitasi (dalam waktu kurang 30 detik)
1) Menjaga bayi tetap hangat
Keringkan tubuh bayi dan selimut dengan kain bersih, kering dan
hangat
Tempatkan pada ruang hangat dan terhindar dari tiupan angin
Dekatkan bayi dekat pemanas tubuh
Letakan pada tempat kering dan hangat
Beri alas kering, bersih dan hangat pada permukaan datar tempat
meletakan bayi
Evaluasi : bayi sudah dikeringkan dan ditempatkan di tempat datar,
kering dekat lampu.
2) Posisikan kepala dan leher bayi menjadi sedikit tengadah (setengah
ekstensi) untuk membuka jalan nafas dengan jalan menganjal bahu bayi
dengan lipatan kain
Evaluasi : sudah dilakukan, posisi kepala bayi sedikit tengadah
3) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dari mulut kemudian
hidung
Gunakan penghisap lendir
Mulai membersihkan lendir di mulut lalu kemudian hisap lendir di
hidung
Penghisapan dilakukan bersamaan dengan penarikan selang penghisap
Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam karena dapat
menimbulkan reaksi fasovagal dan menyebabkan henti nafas
Evaluasi : jalan nafas bayi sudah dibersihkan
4) Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil
Sedikit penekanan gosok tubuh bayi dengan melalui kain pembungkus
tubuh bayi
Dengan telapak tangan, lakukan rangsangan taktil pada telapak kaki
atau punggung bayi atau menyentil telapak kaki bayi
Ganti kain yang basah dengan kain baru yang bersih, kering dan
hangat. Bagian muka dan dad bayi dibiarkan terbuka untuk keperluan
resusitasi dan evaluasi keberhasilan tindakan
Evaluasi : rangsang taktil sudah dilakukan dan keadaan bayi masih
lemah
5) Atur kembali posisi dan jaga kehangatan tubuh dengan membungkus badan
bayi
Bila kain pembungkus menjadi basah, ganti dengan kain pembugkus
yang baru untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
Bagian muka dan dada dibiarkan terbuka untuk member keleluasaan
bernafas dan memantau gerakan dinding dada
Atur kembali ganjal bahu untuk memberikan posisi terbaik bagi jalan
nafas
Evaluasi : bayi sudah diposisikan kembali
6) Penilaian ulang
Nilai apakah bayi bernafas spontan dan normal atau masih mengalami
kesulitan bernafas
Bila bayi bernafas spontan dan baik, lakukan asuhan bayi baru lahir
yang normal dan berikan pada ibunya agar menjaga suhu tubuh bayi
(metode kangguru atau diselimuti dengan baik, mendapat ASI, kontak
batin dan sayang)
Bila bayi masih megap-megap atau belum bernafas spontan maka:
Evaluasi : bayi masih megap-megap
d. Lakukan ventilasi positif pada bayi asfiksia
1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa bayi memerlukan bantuan untuk
memperbaiki fungsi pernafasannya.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti
2) Pastikan posisi kepala sudah benar, kemudian pasang sungkup dengan
benar sehingga melingkupi hidung dan mulut.
Evaluasi : posisi bayi benar dan sungkup sudah terpasang
3) Lakukan ventilasi percobaan (2 kali)
Bila menggunakan balon dan sungkup, lakukan ventilasi dengan
tekanan yang cukup sebanyak 2 kali
Bila menggunakan pipa dan sungkup, tiupkan udara yang
dikumpulkan dalam mulut ke dalam pipa (udara ruangan, bukan udara
ekspirasi)
Pastikan dada mengembang
Bila tidak mengembang :
Periksa posisi kepala
Periksa posisi sungkup
Periksa lendir di jalan lahir
Evaluasi : VTP dilakukan menggunakan balon dan sungkup, dada
bayi mengembang
4) Bila ventilasi percobaan berjalan baik, lakukan ventilasi positif sebanyak
20 kali dalam 30 detik
Pastikan dada mengembang saat ventilasi diberikan
Hentikan ventilasi bila bayi menangis atau bernafas spontan
Evaluasi : dilakukan VTP sebanyak 20 kali dalam 30 detik, bayi
menangis dan bernafas spontan
5) Setelah bayi menangis atau bernafas spontan, hentikan ventilasi dan
kembalikan resusitator pada tempatnya
Jaga suhu tubuh bayi, menjaga bayi tetap hangat
Berikan bayi pada ibunya untuk mendapat ASI, kontak batin dan kasih
sayang
Evaluasi : bayi menangis spontan dan dilakukan asuhan normal
manajemen bayi baru lahir, kemudian bayi dapat rawat gabung dengan
ibu dan memandikan bayi ditunda 6-24 jam setelah lahir
e. Tindakan sesudah prosedur
1) buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai (disposible)
ke dalam kantong plastic atau tempat yang tidak bocor
untuk kateter dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang :
rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
lakukan ke proses cuci, bilas hingga DTT atau steril
Evaluasi : peralatan resusitasi sudah di sterilisasi
2) lepas sarung tangan dan cuci tangan
Evalusi : sudah dilakukan
g. Mencatat/melakukan pendokumentasian tindakan resusitasi
Evaluasi : sudah dilakukan






DAFTAR PUSTAKA

Bennet, V.R. & Brown, L.K. (1996). Myles Textbook for Midwives. Edition 12. Churchill
Livingstone, London.
DepKes RI. (1999). Asuah Bayi Baru lahir Standar Pelayanan kebidanan. Jakarta:
Kemenkes RI. (2011).Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta: KDT
Kleins, S. (1995). A Book for Midwives. The Hesperian Foundation Barkeley, CA:
Prawirohardjo Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Varney, H. (1997). Varneys Midwives. Third Edition. Jones and Bartlett, New York.
Vaerney Hellen, Kriebs, M. Jan, Gegor, L. Carolyn. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Edisi:2. Jakarta: EGC

Yesie Aprilia. (2011). Gentle Birth. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia

Anda mungkin juga menyukai