Anda di halaman 1dari 3

Reproduksi Pada Wanita

Organ reproduksi dengan kondisi normal atau baik, dan


siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya adalah tanda utama kesuburan pada wanita.
Organ reproduksi wanita umumnya bersifat internal. Vagina adalah salah satunya. Saluran
antara bagian luar, disebut vulva, dengan bagian dalam, disebut cervix atau mulut rahim.
Rahim adalah sebuah organ tubuh yang penuh otot-otot berukuran dan berbentuk seperti buah
pear. Di sini tempat sel telur dibuahi sel sperma dan kemudian menjadi tempat
berkembangnya embryo, yang kemudian berevolusi menjadi janin.
Rahim dilengkapi lapisan kaya nutrisi yang disebut endometrium. Tuba falopi memanjang
dari atas rahim hingga ke bagian belakang menuju ovarium, tempat terdapatnya dua kantong
kecil yang berisi sel telur. Seorang wanita sehat dan memiliki siklus haid yang teratur,
memiliki sel telur sebanyak 400.000 buah dan akan mengalami sekitar 400 kali ovulasi
sepanjang masa suburnya, sebelum menopause.
Selain memprodusi sel telur matang pada setiap siklus menstruasi, ovarium juga
memproduksi hormon wanita yang disebut estrogen dan progesterone. Setiap bulannya hanya
satu sel telur, yang matang dalam folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan siklus, sel telur
dilepaskan dari folikel dalam sebuah proses yang disebut ovulasi dan kemudian akan
ditangkap dalam tuba falopi.
Bagian paling luar dan terakhir dari tuba ini lebih memiliki ukuran yang lebih lebar dan
memiliki ujung berbentuk seperti jari-jari, yang disebut fimbria, di mana sel telur akan
menunggu untuk dibuahi oleh sel sperma. Sel telur kemudian berjalan menuju ke bawah tuba
falopi menuju ke rahim.
Siklus menstruasi menunjukkan proses kematangan dan pelepasan sel telur, dan persiapan
rahim untuk menerima dan mematangkan embrio. Beberapa siklus memerlukan kira kira 28
sampai 32 hari dan dibagi kedalam beberapa fase:
Follicular - Hari ke 1 sampai hari ke 13.
Pada hari pertama siklus, menstruasi di mulai dalam rahim dengan melepaskan
lapisan dari siklus sebelumnya. Kelenjar pituitary, yang terdapat di dasar otak
melepaskan dua macam hormone yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan
letuinising hormone (LH), yang akan menstimulasi ovarium yang akan memicu
pertumbuhan follicular. Pertumbuhan folikel menghasilkan hormon estrogen, di mana
hal ini akan merubah rahim menjadi licin pada saat ovulasi dan siap untuk menerima
kedatangan sel sperma.
Ovulatory - sekitar hari ke 14, tergantung lamanya siklus.
Fase ini ditandai dengan meningkatnya hormone LH yang mengakibatkan folikel
luruh hingga kemudian sel telur dilepaskan ke dalam ovarium. Fimbria dari tuba
falopi menyapu ovarium dan membawa sel telur ke dalam tuba falopi.
Luteal - hari ke 15 sampai sekitar hari ke 28.
Fase Luteal dimulai setelah ovulasi. Folikel yang memproduksi sel telur menjadi
basah, disebut corpus luteum, memproduksi hormon estrogen dan progesterone yang
diperlukan untuk mematangkan dan memberikan nutrisi hingga sel telur yang telah
dibuahi dapat dapat tertanam dan tumbuh.
Apabila sel telur bertemu dengan sel sperma di dalam tuba falopi, terjadi pembentukan
konsepsi sel telur yang telah dibuahi yang kemudian akan bergerak menuju rahim dengan
bantuan rambut kecil yang menempel, yang akan menyapu sel telur tersebut.
Saat telah masuk ke dalam rahim, embrio akan tertanam di dalam rahim hingga 6 hari setelah
ovulasi. Selanjutnya Embryo akan memproduksi hormon yang disebut chorionic
gonadotropin (hCG) yang bermanfaat untuk memberikan sinyal atau tanda kepada tubuh
bahwa kehamilan telah terjadi. Corpus luteum dapat merasakan kehamilan dan akan
meneruskan untuk memproduksi progesterone dan menyiapkan rahim untuk kehamilan.
Apabila kehamilan tidak terjadi, sel telur akan berlalu melewati rahim dan sementara itu
corpus luteum akan berlangsung pada hari ke 26. Lapisan rahim kemudian akan jatuh dan
akan luruh dalam beberapa hari dan periode menstruasi berikutnya dimulai.

Proses Reproduksi Pada Pria

Sistem reproduksi pada pria terdiri dari 2 jenis, yaitu
eksternal dan internal. Sperma diproduksi di bagian tubuh pria yang bernama testis. Sperma
yang dihasilkan kemudian akan melalui saluran epididimis untuk penyimpanan dan mendapat
nutrisi.
Sperma matang akan bergerak menuju vas deferens, yaitu sebuah tempat yang
menghubungkan epididimis dengan dengan saluran penghasil semen. Bentuknya berupa dua
kantong kelenjar yang berada di belakang kandung kemih yang akan menghubungkan setiap
saluran vas deferens menuju ke urethra. Saluran penghasil sperma ini menghasilkan sekitar
90% cairan pada setiap ejakulasi.
Saat ejakulasi terjadi, cairan semen akan membentuk seperti gel yang kemudian akan menjadi
cair dalam waktu 5 hingga 30 menit. Sperma dapat bertahan hidup selama 48 sampai 72 jam
dalam saluran reproduksi wanita guna membuahi sel telur. Hal ini menjadi penyebab
mengapa hubungan seksual selama masa ovulasi memiliki kemungkinan terbesar untuk
terjadinya konsepsi atau kehamilan.
Faktor yang menentukan mampu tidaknya sel sperma seorang pria dapat membuahi
sel telur :
Jumlah semen yang dihasilkan, umumnya berjumlah 1,5 sampai 5 ml.
Kepadatan sperma, normalnya berjumlah 20 juta per ml.
Bentuk sperma, > 60% berbentuk normal.
Gerak sperma, > 50% bergerak cepat, rapat, mengarah ke depan.
Meskipun jumlah sperma dinilai sangat penting, gerak sperma menjadi lebih penting dalam
menentukan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Seorang pria tetap dikatakan
subur apabila memiliki sel sperma berkualitas tinggi kendati jumlahnya hanya sedikit.
Tiga (3) macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sperma :
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Luteinising Hormone (LH)
Testosterone
FSH dan LH dalah hormon yang sama yang diperlukan untuk mengatur fungsi reproduksi
pada wanita. Namun pada pria kedua hormon ini memiliki dua tanggung jawab yang berbeda.
FSH bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi sperma di dalam testis, sedangkan LH
membantu menstimulasi produksi testosterone. Testosterone adalah hormone yang
mendorong keinginan seksual dan memproduksi sperma.

Anda mungkin juga menyukai