Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSAL PRECAUTION

1. FLU BURUNG

A. Pengertian
Influenza burung atau avian influenza merupakan penyakit infeksi akibat virus influenza tipe A
dan ditularkan melalui unggas. Penyakit flu burung disebabkan oleh virus avian influenza jenis
H5N1 (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner).
B. Cara penularan
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas
yang sakit.
Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau
sekret unggas yang terserang Flu Burung.
Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok
/cluster).
Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di
wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam
satu bulan terakhir.
C. Universal Precaution
1. Tujuan penerapan Universal Precaution pada pasien Flu Burung
Untuk mencegah penularan lebih luas.
Menjalankan perawatan sesuai dengan prosedur
2. Penerapan Universal Precaution pada pasien Flu Burung
Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua pasien flu burung mulai dari
kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi harus dirawat di ruang isolasi dengan menerapkan
isolasi ketat (strict barrier) dan selalu menerapkan Universal Precaution di setiap ruangannya.
Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
Ruang ganti umum
Ruang bersih dalam
Stasi perawat
Ruang rawat pasien
Ruang dekontaminasi
Kamar mandi petugas
Selain itu UP juga bisa diterapkan di Bandara Internasional, tempat petugas hewan, tempat
pemeliharaan hewan unggas, petugas kesehatan hewan. Prinsip kewaspadaan airborne harus
diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi yaitu:
Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negative dibanding tekanan di koridor.
Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam.
Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-
Efficiency Particulate Air)
3. Macam-macam alat pelindung yang dibutuhkan dalam penanganan Flu Burung serta Fungsi
alat pelindung tersebut:
J enis-jenis alat pelindung :
1. Sarung tangan
Sarung tangan kesehatan pendek
Sarung tangan kesehatan panjang/obgyn
Sarung tangan rumah tangga pendek
Sarung tangan rumah tangga panjang

2. Pelindung wajah
Visor
Goggle / kacamata pelindung
Masker N 95 / N 100
Masker bedah / disposible


3. Penutup Kepala

4. Gaun Pelindung
Apron / celemek kedap air
Jas operasi

5. Sepatu pelindung

Manfaat Alat Pelindung :
Alat Pelindung Terhadap Pasien Terhadap Tenaga
Kesehatan
Sarung Tangan Mencegah kontak
Mikroorganisme dari
tenaga kesehatan kepada
pasien.
Mencegah kontak tangan
dengan darah/ cairan
tubuh, mukosa, kulit luka
atau alat kesehatan yang
terkontaminasi.
Masker Mencegah kontak droplet
dari mulut dan hidung
tenaga kesehatan, saat
Mencegah mukosa tenaga
kesehatan (hidung dan
mulut) kontak dengan
bernafas, bicara atau batuk
di dekat pasien.
darah atau cairan tubuh
pasien.
Kacamata Pelindung - Mencegah mukosa tenaga
kesehatan kontak dengan
darah atau cairan tubuh
pasien.
Penutup Kepala Mencegah jatuhnya
mikroorganisme
rambut/kepala tenaga
kesehatan ke daerah steril.
-
Jubah dan Celemek
Plastik
Mencegah kontak
mikroorganisme dari
tubuh/ pakaian tenaga
kesehatan kepada pasien.
Mencegah kulit tenaga
kesehatan kontak dengan
darah atau cairan tubuh
pasien.
Sepatu Pelindung Mengurangi terbawanya
mikroorganisme dari
ruangan lain.
Mencegah kaki terluka
oleh benda tajam yang
terkontaminasi atau
terjepit benda berat dan
mencegah kontak dengan
darah atau cairan tubuh
lainnya.


2. SARS

A. Pengertian
SARS singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan
yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan
berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di
paru-paru (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada
orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal.
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan (Sumamur,1991). Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi
pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu,
APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan.



B. Cara Penularan
Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena
cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan
kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat
penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau
cairan tubuh dari penderita suspect atau probable.
Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau
dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan
dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat
demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung
dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang
melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.
Corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-
paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan
paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit.
C. Universal Precaution
PRINSIP JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
1. SARUNG TANGAN : melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung
tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang


KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN
Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari petugas
kesehatan telah terbukti berulang kali (Tenorio et al. 2001) tetapi pemakaian sarung tangan tidak
menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung tangan bedah lateks dengan
kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung
tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung
tangan(Bagg, Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001).

Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh semua
petugas ketika
Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran mukosa atau
kulit yang terlepas
Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan sesuatu kedalam
pembuluh darah, seperti memasang infuse
Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh permukaan
yang tercemar
Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan melalui kontak (yang diperlukan pada kasus
penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigal), yang mengharuskan
petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan
pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan
pasien clan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya menghindari
kontaminasi silang (CDC 1987). Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci
tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau ketika
melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988) menemukan
bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan
masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu
pasien ke pasien lain.
HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PERSEDIAAN SARUNG TANGAN
TERBATAS
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung tangan bedah
sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan dapat diproses ulang dengan cara :
Dekontaminasi dengan merendam dalam larutan Morin 0,5% selama 10 menit
Dicuci dan bilas, serta dikeringkan
Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau didisinfeksi tingkat tinggi (dengan dikukus).
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dug lapis sarung tangan periksa atau
sarung tangan bedah yang telah diproses untuk memberikan perlindungan yang cukup bagi
petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta petugas yang menangani dan membuang
limbah medis.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN SARUNG TANGAN
Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan bedah.
Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat menggangu ketrampilan dan mudah
robek
Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek
Tarik sarung tangan ke atas manset gaup Oika Anda memakainya) untuk melindungi
pergelangan tangan
Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk mencegah kulit
tangan kering/berkerut
Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah
maupun sarung tangan periksa dari lateks
Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat menyebabkan
iritasi pada kulit
Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu pangs atau terlalu dingin
misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya
fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung
REAKSI ALERGI TERHADAP SARUNG TANGAN
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh berbagai petugas di
fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas laboratorium dan dokter gigi.. Jika
memungkinkan, sarung tangan bebas lateks (nitril) atau sarung tangan lateks rendah alergen
harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih
jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan
dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan
membawa partikel lateks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan
kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah sensitisasi kulit.
Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membran mukosa
mata dan hidung .(Garner dan HICPAC 1996).
Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada kulit,
hidung berair dan gatal-gatal pada mata, yang mungkin berulang atau semakin parah misalnya
menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul
dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi barn terjadi setelah pemakaian
yang lebih lama, sekitar 3-5 tahun, bahkan sampai 15 tahun (Baumann 1992), meskipun pada
orang yang rentan. Belem ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu-
satunya pilihan adalah menghindari kontak.

2. MASKER : harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut
pada wajah Oenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah
atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal
tersebut.

Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kasa, kertas dan bahan
sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang dibuat dari katun atau kertas
sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat
dari bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (>5 m)
yang tersebar melalui batuk ate bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1
meter). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar-benar menutup pas
secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga mencegah kebocoran udara pada
bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang
dihisap (Chen dan Welleke 1992) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan tersebut.
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
udara atau droplet, masker yang digunakan hares dapat mencegah partikel mencapai membran
mukosa dari petugas kesehatan.
Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan, bila
penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang yang telah diketahui
atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95
melindungi dari partikel dengan ukuran < 5 mikron yang dibawa oleh udara . Pelindung ini
terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah
tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih
mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai masker N95 perlu dilakukanfit test
pada setiap pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS, petugas kesehatan
harus menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan perangkat N-95 yang telah
disertifikasi oleh US National Institute for Occupational Safety dan Health (NIOSH), disetujui
oleh European CE, atau standard nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut dari
negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat
juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti khusus nya N-95 , harus diuji pengepasannya (fit
test) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar pada wajah pemakainya.

Pemakaian masker efisiens itinggi Petugas Kesehatan harus :
Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan utuh dan tidak
cacad. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut. Selain itu, masker yang ada
keretakan, terkikis, terpotong atau, terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan
Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali harus menempel
dengan balk di semua titik sambungan

3. TOPI : digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan Topi harus cukup besar untuk menutup semua
rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau
menyemprot.

4. GAUN PELINDUNG : digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam
lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
dropletlairborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit
petugas kesehatan dari sekresi, espirasi.Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung
setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau
tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi
ujung lengangan sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan areap asien. Setelah gaun
dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar
lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.

5. APRON : yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang
bagian depan tubuh petugas kesehatan (Gambar 5-5). Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien.membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
Hal mencegah cairan tubuh pasien ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air Apron
mengenai baju dan kulit petugas kesehatan

6. PELINDUNG KAKI : digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal,
"sandal jepit" atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu
boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga
tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak
diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus
tersedia di kamar bedah. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau
kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu
dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung tangan
sehingga terjadi pencemaran (Summers e t al. 1992)

PEMAKAIAN APD DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN:
BAGAIMANA MENGENAKAN, MENGGUNAKAN DAN MELEPAS APD
Farktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD
Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan
Gunakan dengan hati-hati- jangan menyebarkan kontaminasi
Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat sampah infeksius yang telah disediakan di ruang
ganti khusus . Lepas masker di luar ruangan
Segera lakukan pencucian tangan dengan 7 langkah higiene tangan



Mengenakan APD
Urutan* mengenakan APD
1. Pelindung Kaki
2. Apron, Gaun Pelindung dan Topi
3. Masker
4. Kacamata atau Pelindung wajah
5. Sarung tangan

Gaun pelindung
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian dan selubungkan ke
belakang punggung Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
Masker
- Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
- Paskan klip hidung dari logam f leksibel pada batang hidung
- Paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu baik
- Periksa ulang pengepasan masker sehingga melekat dengan
Kacamata atau pelindung wajah
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas
Sarung Tangan
Tarik hingga menutupi pergelangan tangan gaun isolasi
Cara Melepas APD
Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker dilepaskan setelah
meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.

Urutan Melepaskan APD
1. Sarung tangan
2. Kacamata atau pelindung wajah
3. Apron, Gaun pelindung dan Topi
4. Masker
5. Pelindung kaki
*likuti urutan untuk meminimalkan penyebaran penyakit!
1. Sarung tangan
- Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi!
- Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
- Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang masih memakai
sarung tangan
- Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung tangan yang
belum dilepasdi pergelangan tangan
- Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
- Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius
2. Kacamata atau pelindung wajah
- Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi!
- Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
- Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat sampah
infeksius
3. Gaun pelindung
- Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi!
- Lepas tali
- Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja
- Balik gaun pelindung
- Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses
ulang atau buang di tempat sampah infeksius
4. Masker
- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN SENTUH!
- Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
- Buang ke tempat sampah infeksius


3. FLU BABI
A. Pengertian
Flu babi merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan babi yang disebabkan virus
influenza tipe A subtype H1N1.
B. Cara Penularan
Virus influenza diperkirakan menyebar dari orang yang terinfeksi dan babi untuk orang
lain dan terutama babi menular melalui droplet dikeluarkan saat batuk atau bersin.
Bukti lainya virus influenza dapat ditularkan melalui kontak dengan permukaan
terkontaminasi dengan virus influenza. modus yang mungkin penularan adalah melalui
rute udara di mana partikel kecil yang berisi virus yang terhirup , penularan ini belum
dapat dibuktikan
C.Universal Precaution
Infection controll untuk mencegah penularan virus flu babi dari babi ke manusia adalah
:
Cuci tangan
Kebersihan tangan harus dilakukan setelah kontak dengan hewan atau lingkungan
mereka, peralatan dan permukaan yang mungkin terkontaminasi dengan virus
influenza, dan setelah melepas peralatan pelindung pribadi (PPE) dan / atau mungkin
pakaian yang terkontaminasi. Kebersihan tangan yang baik harus terdiri dari cuci
dengan sabun dan air selama 20 detik atau penggunaan standar lainnya tangan
desinfeksi prosedur sebagaimana ditentukan oleh negara, industri pemerintah,
Pedoman pengendalian H1N1 di babi di Amerika Serikat untuk membatasi
kemungkinan penularan virus influenza dan patogen lainnya. Pekerja harus
menghindari menyentuh atau menggosok mata, hidung, dan mulut ketika bekerja di
sekitar babi.

Vaksinasi babi
Vaksinasi babi dengan vaksin flu yang efektif terhadap strain beredar dapat mengurangi
risiko flu pada babi dan mungkin mengurangi risiko orang terinfeksi dengan virus
influenza babi. Namun, karena berbagai strain virus influenza mungkin menjadi co-
beredar dalam populasi babi AS dan karena vaksin flu babi tidak 100% efektif, vaksinasi
babi tidak akan menghilangkan risiko infeksi manusia dari virus flu babi.

Para pekerja harus mematuhi rekomendasi untuk penggunaan peralatan pelindung diri (APD).
Peralatan Perlindungan Pribadi (Personal Protective Equipment /PPE)
Pekerja peternakan babi harus diminta untuk memakai APD setiap kali mereka mungkin terkena
hidup babi mungkin terinfeksi dengan virus influenza babi. Kepatuhan terhadap rekomendasi
APD mungkin mengurangi eksposur pekerja untuk virus influenza dan dapat mengurangi
kemungkinan membawa bahan terkontaminasi luar gudang atau tempat kerja. Pekerja harus
disediakan dengan PPE yang sesuai dan instruksi dan pelatihan dalam perawatan dan
penggunaan APD. APD harus mencakup respirator untuk mengurangi paparan inhalasi partikel
kecil yang mungkin mengandung influenza viruses1. (NIOSH,2009)

Pekerja peternakan babi harus mematuhi praktek-praktek berikut:
Pakailah pakaian pelindung, pakaian luar sebaiknya sekali pakai atau baju yang dicuci di
tempat kerja setelah setiap penggunaan. Untuk meminimalkan risiko stres panas/ kegerangan,
memakai pakaian ringan di bawah pakaian pelindung saat yang tepat.
Pakailah sepatu karet atau poliuretan yang dapat dibersihkan dan didesinfeksi atau pakai
penutupsepatupelindung.
Kenakan sarung tangan sekali pakai yang terbuat dari nitril ringan atau vinil atau sarung tangan
kerjatugasberatkaretyangdapatdidesinfeksi.
o Untuk melindungi dermatitis, yang dapat terjadi dari paparan jangka panjang dari kulit untuk
kelembaban dalam sarung tangan yang disebabkan oleh keringat, memakai sarung tangan katun
tipisdidalamsarungtanganeksternal.
oGanti sarung tangan jika mereka robek atau rusak.
o Lepas sarung tangan segera setelah digunakan, sebelum menyentuh barang yang tidak
terkontaminasiataupermukaanlingkungan.
o Lepaskan sarung tangan sekali pakai dengan mengubahnya dalam ke luar atas tangan dan
ditempatkan di tempat sampah setelah digunakan.
Cuci tangan setelah sarung tangan dan APD lainnya dilepaskan.
Pakailah kacamata pengaman untuk melindungi selaput lendir maya .Kenakan masker penutup
wajah sesuai rekomendasi NIOSH berfungsi menyaring udara pernapasan (misalnya, N-95, P-
100 atau N-100 filtering penutup wajah respirator) yang merupakan tingkat minimum
perlindungan pernapasan. Tingkat atau perlindungan pernapasan yang lebih tinggi mungkin telah
digunakan dalam operasi babi karena bahaya lain yang ada di lingkungan (misalnya,
debu). Pekerja harus menegnakan perlindungan yang direkomendasikan NIOSH-bersertifikat
tingkat perlindungan yang lebih tinggi mungkin diperlukan pada kasus swine flu seperti :masker
wajah yang sesuai , pelindung rambut yaitu, helm atau berkerudung, powered air purifying
respirator (PAPR) dilengkapi dengan filter efisiensi tinggi.
Kenakan pelindung , kepala ringan atau rambut mencakup untuk mencegah kontaminasi rambut
ketika mandi atau keluar peternakan.
Buang APD sekali pakai dengan benar, serta membersihkan dan membersihkan non-sekali
pakai APD sebagaimana ditentukan dalam pemerintahan negara, industri. (misalnya
nondisposible pakaian harus dicuci setiap hari atau setelah setiap kali digunakan).
Menegakkan tindakan biosekuriti dan praktek untuk mencegah masuknya agen infeksius dari
satu unit rumah babi yang lain. Informasi lebih lanjut tentang penggunaan disinfektan dan daftar
produk antimikroba yang terdaftar untuk digunakan melawan flu H1N1 dan virus influenza
lainnya . Membersihkan kandang babi dengan desinfektan.
Segera mandi. Mandi di peternakan bila tersedia mencegah penularan keluar
peternakan. Mencuci pakaian kerja di lokasi atau tempat dalam kantong plastik untuk
mencuci secara terpisah dari non-kerja binatu keluarga.
Cuci tangan selama 20 detik dengan sabun dan air setelah melepasakan APD atau kontak
dengan hewan yang terinfeksi atau permukaan yang mungkin terkontaminasi.

PERAWATAN JENAZAH PASIEN
FLU BURUNG
Penatalaksanaan terhadap jenazah pasien flu burung dilakukan secara khusus sesuai dengan
Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular :
a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan perundangan yang berlaku.
b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
c. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan bahan dan alat yang digunakan dalam
penatalaksanaan jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
Jenazah tidak akan menimbulkan ancaman kesehatan jika ditangani secara benar. Sebaliknya,
jenazah bisa menimbulkan penyakit jika penanganannya tidak memadai. Menurut Departemen
Kesehatan RI, urutan perlakuan yang diberikan pada jenazah pasien flu burung adalah berikut :
1. Luruskan tubuh pasien.
2. Lepaskan alat kesehatan yang terpasang pada tubuh pasien.
3. Tutup mata, telinga, dan mulut dengan kapas maupun plester kedap air.
4. Setiap luka harus diplester dengan rapat.
5. Jenazah ditutup dengan kain kafan atau bahan atau bahan dari plastik (bahan tidak tembus air).
Dapat juga jenazah ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah tercemar.
6. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
7. Jenazah tidak boleh dibalsem ataupun disuntik pengawet (formalin atau formaldehida).
8. Jika jenazah akan diautopsi, maka akan dilakukan oleh petugas khusus dan autopsi dapat
dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit.
9. Jenazah hanya boleh diangkut oleh mobil jenazah.
10. Jenazah tidak boleh disemayamkan lebih dari 4 jam di dalam pemulasaran jenazah.
11. Jenazah dapat dikubur dalam tempat pemakaman umum dan dapat disaksikan oleh seluruh
anggota keluarga setelah semua prosedur di atas telah dilalui.
Commonwealth of Australia Interim Pandemic Influenza Infection Control Guidelines tidak
merekomendasikan untuk membalsem jenazah pasien korban flu burung apabila terjadi pandemi
flu burung. Namun jika ini harus dilakukan untuk alasan budaya dan sosial, maka pembalseman
dapat dilakukan dengan syarat :
Petugas yang melakukan pembalseman harus memiliki sertifikat dari institusi yang disetujui
oleh direktur umum dari Departemen Kesehatan New South Wales (NSW).
Petugas yang melakukan pembalseman harus mengenakan alat perlindungan diri yang lengkap
(masker N95, baju panjang, sarung tangan, penutup kepala, dan kaca mata khusus).
Sebenarnya pelarangan Departemen Kesehatan RI terhadap penggunaan formalin terhadap
jenazah pasien flu burung sudah tidak tepat, karena ini akan membuat risiko petugas yang
mengurus jenazah untuk tertular flu burung menjadi lebih besar. Jika jenazah pasien flu burung
bisa diformalin, maka akan menurunkan risiko menularnya virus flu burung karena virus ini
mudah mati dalam formalin.
Perawatan jenazah pasien flu burung di Laboratorium/SMF Forensik Universitas Udayana RSUP
Sanglah sendiri sedikit berbeda dengan yang direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan RI.
Berikut ini adalah tata cara perawatan jenazah pasien dengan infeksi menular seperti: HIV/AIDS,
hepatitis, flu burung, anthrax, kholera, dan pes di RSUP Sanglah :
1. Jenazah diberi label merah.
2. Jenazah dibiarkan dalam suhu ruangan selama minimal 4 jam sebelum jenazah di bawa pulang
atau dimasukkan dalam cooling unit.
3. Mandikan jenazah dengan larutan pemutih pakaian dengan perbandingan 1:10.
4. Apabila ada luka di tubuh jenazah, harus ditutup dengan plester kedap air.
5. Setiap lubang alamiah tubuh ditutup dengan kapas yang dibasahi dengan larutan pemutih
pakaian dengan perbandingan 1:10.
6. Jenazah harus segera diawetkan dengan larutan formalin.
7. Setelah dikafani, jenazah dimasukkan dalam kantung jenazah yang kedap air.
8. Jenazah dimasukkan ke dalam peti dan disegel.
Menurut WHO, apabila jenazah akan diautopsi maka jenazah dapat disimpan dalam lemari
pendingin. Apabila anggota keluarga ingin menyentuh tubuh jenazah, hal itu dapat diizinkan
dengan memakai apron dan sarung tangan setelah sebelumnya keluarga mencuci tangan dengan
sabun dan tubuh jenazah yang disentuh sebelumnya dibersihkan dengan antiseptik standar
(alkohol 70%).
Petugas di pemulasaran jenazah harus menjalankan proseduruniversal precaution, yaitu dengan
memakai alat perlindungan seperti:
1. Apron lengan panjang dari bahan plastik.
2. Tutup kepala.
3. Kaca mata google.
4. Masker.
5. Sarung tangan.
6. Sepatu boot.
Apabila alat-alat ini setelah dipakai harus direndam dalam larutan pemutih pakaian dengan
perbandingan 1:10 selama 10 menit. Setelah merawat jenazah pasien tersebut, petugas wajib
mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah membuka sarung tangan.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tatalaksana Jenazah Dengan flu Burung.
http://www.scribd.com/doc/25785459/Tatalaksana-Jenazah-Kasus-Flu-Burung [akses: 18 Juli 2011]
Anonim. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit.
http://www.depkes.go.id/downloads/flu_H1N1/tata_laksana_avian_influenza.pdf [akses: 18 Juli 2011]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penanganan Jenazah di Daerah Bencana; 18 Juli
2011. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&amp;task=viewarticle&amp;
sid=3025. 18 Juli 2011.

Universal Precautions
Posted in health care, universal precautions | 1 Comment


Universal Precautions (Kewaspadaan Universal)
Penerapan Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan kesehatan
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah
dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini
merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien
dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK).
Kebersihan tangan merupakan komponen terpenting dari Kewaspadaan Standar dan merupakan salah
satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan patogen yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan. Selain kebersihan tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai
harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen
dalam darah dan cairan tubuh.
Salah satu langkah pengendalian sumber penularan infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika
batuk yang dikembangkan saat munculnya severe acute respiratory syndrome (SARS), kini termasuk
dalam Kewaspadaan Standar.
Peningkatan penerapan Kewaspadaan Standar ini di seluruh dunia akan secara signifikan menurunkan
risiko yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan.
Kebijakan kesehatan
Meningkatkan lingkungan kerja yang aman
Mengembangkan kebijakan yang memfasilitasi pelaksanaan langkah-langkah pencegahan dan
pengendalian infeksi
Kebersihan tangan

Jagalah kebersihan tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau diduga terpajan organisme berspora,
atau setelah menggunakan toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air
mengalir. Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik berbasis alkohol.
Pastikan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
Pastikan tersedia sarana untuk membersihkan tangan (air bersih, sabun, handuk sekali pakai, antiseptik
berbasis alkohol). Utamakan antiseptik berbasis alkohol selalu tersedia di tempat pelayanan kesehatan.
Alat pelindung diri (APD)

LAKUKAN PENILAIAN RISIKO terhadap pajanan cairan tubuh atau permukaan
terkontaminasi SEBELUMmelakukan tindakan pelayanan
kesehatan. Jadikan ini suatu kebiasaan!
Pilih APD berdasarkan penilaian risiko:
Sarung tangan bersih, nonsteril
Gaun pelindung tahan air, bersih, nonsteril
Masker dan pelindung mata atau pelindung wajah.
Kebersihan pernapasan dan etika batuk

Pelatihan untuk petugas kesehatan dan penyuluhan kepada pasien dan pengunjung fasilitas pelayanan
kesehatan.
Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
Bersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas.
Jaga jarak terhadap orang dengan gejala gangguan saluran pernafasan akut yang disertai demam.
Rekomendasi Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan kesehatan
1. Kebersihan tangan1


Ringkasan teknik:
Cuci tangan (40-60 detik): basahi tangan dan gunakan sabun, gosok seluruh permukaan, bilas kemudian
keringkan dengan handuk sekali pakai, sekaligus untuk mematikan keran.
Penggosokan tangan (20-30 detik): gunakan produk dalam jumlah cukup untuk seluruh bagian tangan,
gosok tangan hingga kering.
Ringkasan indikasi:
Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara pasien, baik menggunakan maupun
tidak menggunakan sarung tangan.
Segera setelah sarung tangan dilepas.
Sebelum memegang peralatan.
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka, dan benda-benda terkontaminasi,
walaupun menggunakan sarung tangan.
Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi bersih dari pasien.
Setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien.
2. Sarung tangan

Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak
utuh.
Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien yang sama setelah kontak
dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius.
Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi,
dan sebelum pindah ke pasien lain.
Lakukan tindakan membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
3. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut)

Gunakan 1) masker bedah dan pelindung mata (pelindung mata, kaca mata pelindung) atau 2) pelindung
wajah untuk melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut selama tindakan yang umumnya
dapat menyebabkan terjadinya percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi.
4. Gaun Pelindung
Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya bisa
menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi.
Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan tangan.
5. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya2
Hati-hati bila:
Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya.
Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.
Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan.
6. Kebersihan pernapasan dan etika batuk

Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian
sumber:
Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah
kontak dengan sekret saluran napas.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus: Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan
akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan.
Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area
evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan.
7. Kebersihan Lingkungan
Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi permukaan lingkungan dan
benda lain yang sering disentuh.
8. Linen
Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.
Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.
9. Pembuangan Limbah
Pastikan pengelolaan limbah yang aman.
Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah
infeksius, berdasarkan peraturan setempat.
Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan
spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.
Buang alat sekali pakai dengan benar.
10. Peralatan perawatan pasien
Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian
rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen
ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.
Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum
digunakan pada pasien lain.

Anda mungkin juga menyukai