Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kadar =
100% /
28
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Permanganometri
Sampel Kadar Yang
Ditemukan
Kadar Yang
Sebenarnya
Persen Error
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
0.072%
0.055%
0.051%
0.035%
0.0351%
0.0377%
104.8%
57.14%
37.8%
IV. 2 Pembahasan
IV. 2. 1 Hal Yang Menyebabkan Kadar Yang Kami Peroleh Lebih Besar Dari
Kadar Yang Sebenarnya
1. Sensitivitas KMnO4 yang relative tinggi terhadap sinar. Hal ini dapat
mengakibatkan larutan KMnO4 akan terurai menjadi MnO2,
sehingga pada saat titik akhir titrasi akan diperoleh endapan
berwarna cokelat dan akan menutupi warna merah rosa. Endapan
cokelat oleh MnO2 cenderung lebih lama terbentuk dibanding warna
merah rosa, sehingga hal ini dapat mengakibatkan volume titran
KMnO4 yang dibutuhkan lebih banyak.
(Odeyoni, 2012)
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti asam
oksalat yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
mungkin akan menyebabkan terjadinya kehilangan oksalat, karena
terbentuknya peroksida yang kemudian terurai menjadi air
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
29
H2O2 H2O + O2
Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi dan berimbas pada normalitas KMnO4 yang
terhitung lebih besar.
(Haris Dianto Darwindra, 2010)
3. Pemanasan asam oksalat yang sebelumnya telah ditambahkan H2SO4
pada suhu tinggi akan mengakibatkan terjadinya kerusakan oksalat.
Kerusakan ini akibat terbentuknya peroksida, H2O, dan CO2.
Berdasarkan sifat kimia asam oksalat, asam oksalat mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap air. Hal ini tentunya dapat mengganggu
konsentrasi KMnO4 yang berimbas pada titran yang akan dibutuhkan
akan semakin besar
(Anonim, Wikipedia)
IV. 2. 2. Aplikasi
1. Penentuan besi dalam biji-biji besi adaah suatu suatu aplikasi
terpenting dalam titrasi permanganometri. asam terbaik untuk
melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah klorida (II)
sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum
dititrasi dengan permanganate. Setiap besi (III) harus direduksi
menjadi besi (II)
(Anonim, 2009)
2. Penetapan kadar kalsium pada produk susu bayi dengan metode
permanganometri. prinsipnya kalsium di endapkan sebagai asama
oksalat, lalu dilarutkan dalam H2SO4 encer dan.dititirasi dengan
KMnO4.
(Anonim, 2012)
3. Metode permanganometri untuk menentukan kadar asam askorbat.
Metode perhitungan kadar vitamin C secara biologi tidak lagi
diunggulkan. Metode 2, 6 dicholorphenol/ indophenol yang selama
ini banyak digunakan memiliki kerugian tersendiri. Dengan metode
30
permanganometri dalam menentukan kadar asam askorbat dengan
zat tepung iodide sebagai indicator.
(Anonim, 2012)
31
BAB V
PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
1. Kadar Fe yang ditemukan pada keempat sampel yang dianalisis lebih besar
dari kadar yang sebenarnya
2. Kadar yang lebih besar disebabkan faktor seperti larutan KMnO4 yang
mudah rusak oleh cahaya, penambahan KMnO4 yang terlalu cepat atau
lambat, serta pemanasan KMnO4 yang terlalu tinggi
3. Aplikasi pada permanganometri seperti penentuan besi dalam biji-biji besi,
penetapan kadar kalsium dalam bubur bayi, dan penetuan kadar asam
askorbat.
V. 2. Saran
1. Bersihkan alat dan pastikan semuanya dalam keadaan kering
2. Gunakan buret cokelat saat melakukan titrasi menggunakan KMnO4
3. Hindarkan KMnO4 terhadap sumber cahaya secara langsung
4. Hindari proses titrasi yang terlalu cepat atau lambat
5. Gunakan suatu penyaring yang tidak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Laporan Kimia Analisis Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara
Anonim. 2012. Penetapan Kadar Kalsium Secara Permanganometri.http://missteen31
.wordpress.com/2012/11/23/penetapan-kadar-kalsium-secara-permanganometri/.
diakses pada 15 november 2013
Anonim. 2012. Laporan Laboratorium Kimia Analisis D3 Teknik Kimia PTI -PTS
Anwar, Dedy. 2009. Permanganometri.http://dedyanwarkimiaanalisa.blogspot.com
/2009 /10/ laporan-permanganometri.html . diakses pada 24 november 2013
Darwindra, H. D. 2010. Laporan Titrasi Redoks Permanganometri
Perry, Robert H. 1973. Chemical Engineers Handbook, 5
th
Edition. Mc-Graw Hill
R.A. Day, Jr : A.L. Underwood.1986. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 5. Erlangga :
Jakarta
Vogel, A. L. 1989. The Text of Quantitative Chemical Analysis, 5
th
Edition. Longman
Yoni, Ode. 2012. Titrasi Permanganometri. http://odeyoni.blogspot.com /2012/06
/titrasi-permanganometri.html. Diakses pada 15 november 2013
A- 1
LEMBAR PERHITUNGAN
IODO-IODIMETRI
1. Standarisasi Na2S2O3 menggunakan K2Cr2O7 (0.01 N)
Standarisasi 1, Volume K2Cr2O7 = 13 ml
Standarisasi 2, Volume K2Cr2O7 = 12 ml
Rata-Rata Volume Standarisasi = 12.5 ml
N(
2
3
) =
(VXN)
2
7
V
2
3
N(
2
3
) =
(12.5 ml X 0.01 N)
10 ml
= 0.0125 N
2. Penentuan Kadar Praktis
Sampel 1
Volume Total Na2S2O3 percobaan 1 = 2.7 ml
Volume Total Na2S2O3 percobaan 2 = 3.4 ml
Volume Total Na2S2O3 percobaan 3 = 2.3 ml
Volume Rata-Rata = 2.8 ml
Kadar Cu
2+
=
(V X N)Na
2
S
2
O
3
X BM Cu X 1000
Volume Sampel
(ppm)
Kadar Cu
2+
=
(2.8 ml X 0.0125) X 63.54
gr
mol
X 1000
10 ml
(ppm)
Kadar Cu
2+
= 222.39 ppm
Sampel 2
Volume Total Na2S2O3 percobaan 1 = 4.7 ml
Volume Total Na2S2O3 percobaan 2 = 3.4 ml
Volume Total Na2S2O3 percobaan 3 = 3.3 ml
Volume Rata-Rata = 3.8 ml
Kadar Cu
2+
=
(V X N)Na
2
S
2
O
3
X BM Cu X 1000
Volume Sampel
(ppm)
A- 2
Kadar Cu
2+
=
(3.8 ml X 0.0125 N) X 63.54
gr
mol
X 1000
10 ml
(ppm)
Kadar Cu
2+
= 301.815 ppm
Sampel 3
Volume Total Na2S2O3 percobaan 1 = 5.7 ml
Volume Total Na2S2O3 percobaan 2 = 5.0 ml
Volume Total Na2S2O3 percobaan 3 = 3.3 ml
Volume Rata-Rata = 5.27 ml
Kadar Cu
2+
=
(V X N)Na
2
S
2
O
3
X BM Cu X 1000
Volume Sampel
(ppm)
Kadar Cu
2+
=
(5.27 ml X 0.0125 N) X 63.54
gr
mol
X 1000
10 ml
(ppm)
Kadar Cu
2+
= 418.570 ppm
3. Penentuan Volume Yang Sebanarnya
Sampel 1
Kadar Cu
2+
yang sebenarnya = 599.04 ppm
Kadar Cu
2+
=
(V X N)Na
2
S
2
O
3
X BM Cu X 1000
Volume Sampel
(ppm)
599.04 ppm =
(V X 0.0125 N) X 63.54
gr
mol
X 1000
10 ml
(ppm)
Volume Titran = 7.54 ml
Sampel 2
Kadar Cu
2+
yang sebenarnya = 778.89 ppm
Kadar Cu
2+
=
(V X N)Na
2
S
2
O
3
X BM Cu X 1000
Volume Sampel
(ppm)
778,89 ppm =
(V X 0.0125 N) X 63.54
gr
mol
X 1000
10 ml
(ppm)
A- 3
Volume Titran = 9.807 ml
Sampel 3
Kadar Cu
2+
yang sebenarnya = 1018.36 ppm
Kadar Cu
2+
=
(V X N)Na
2
S
2
O
3
X BM Cu X 1000
Volume Sampel
(ppm)
1018.36 ppm =
(V X 0.0125 N) X 63.54
gr
mol
X 1000
10 ml
(ppm)
Volume Titran = 12.822 ml
4. Persen Error
Sampel 1
Kadar Praktis = 222.39 ppm
Kadar Teoritis = 599.04 ppm
% =
100%
% =
599.04 222.39
599.04
100%
% = 64.2 %
Sampel 2
Kadar Praktis = 301.85 ppm
Kadar Teoritis = 778.89 ppm
% =
a
100%
% =
778.89 301.85
778.89
100%
% = 61.85 %
Sampel 3
Kadar Praktis = 418.30 ppm
A- 4
Kadar Teoritis = 1018.36 ppm
% =
i
100%
% =
1018.36 418.30
1018.36
100%
% = 58.50 %
PERMANGANOMETRI
1. Standarisasi KMnO4 Menggunakan Na2C2O4
Volume Na2C2O4, Standarisasi 1 = 10.5 ml
Volume Na2C2O4, Standarisasi 1 = 9.8 ml
Volume Na2C2O4, Standarisasi 1 = 9.8 ml
Volume Rata-Rata = 9.6 ml
(
4
) =
()
2
4
(
4
)
(
4
) =
(10 0.1 )
2
4
9.6 (
4
)
(
4
) = 0.104
2. Penentuan Kadar Sampel
Sampel 1
Volume KMnO4 = 0.4 ml
Berat Sampel = 3.21 gr
() = ()O
4
()
() = (0.104 0.4 )
4
55.84
1
() = 2.32
=
100%
=
2,32
3210
100% = 0.072%
A- 5
Sampel 2
Volume KMnO4 = 0.3 ml
Berat Sampel = 3.19 gr
() = ()
4
()
() = (0.104 0.3 )
4
55.84
1
() = 1.74
=
100%
=
1.74
3190
100% = 0.055%
Sampel 3
Volume KMnO4 = 0.3 ml
Berat Sampel = 3.43 gr
() = ()
4
()
() = (0.104 0.3 )
4
55.84
1
() = 1.74
=
100%
=
1.74
3430
X 100% = 0.051%
3. Persen Error
Sampel 1
Kadar Praktis = 0.072 %
Kadar Teoritis = 0.035 %
|%| =
100%
A- 6
|%| =
0.035 %0.072 %
0.035 %
100% = 104.8 %
Sampel 2
Kadar Praktis = 0.055 %
Kadar Teoritis = 0.0351 %
|%Error| =
Kadar Teoritis Kadar Praktis
Kadar Teoritis
X 100%
|%Error| =
0.0351 %0.055 %
0.0351 %
X 100% = 57.14 %
Sampel 3
Kadar Praktis = 0.051 %
Kadar Teoritis = 0.0377 %
|%Error| =
Kadar Teoritis Kadar Praktis
Kadar Teoritis
X 100%
|%Error| =
0.0377 %0.051 %
0.0377 %
X 100% = 37.80 %
B-1
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
IODO IODIMETRI PERMANGANOMETRI
NAMA : Zulfajri NIM : 21030113140169
GROUP : 3 Rabu Siang
REKAN KERJA : 1. Diveganasia Lauwis
2. Rahmatika Luthfiani Safitri
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
B-2
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan Kadar Cu
2+
dalam sampel
2. Menentukan Kadar Fe dalam Sampel
II. PERCOBAAN
1. Bahan Yang Digunakan
a. Iodo Iodimetri
1. 10 ml Sampel 1
2. 10 ml Sampel 2
3. 10 ml Sampel 3
4. Na2S2O3 secukupnya
5. 10 ml K2Cr2O7 0.01 N
6. 2.4 ml HCl pekat
7. 12 ml KI 0.1 N
8. 3 gr Kanji
9. NH4OH dan H2SO4 secukupnya
10. Aquadest secukupnya
b. Permanganometri
1. 3.12 gr Sampel 1
2. 3,19 gr Sampel 2
3. 3.43 gr Sampel 3
4. KMnO4 0.1 N secukupnya
5. 6 ml H2SO4 6 N
6. 20 ml H2SO4 encer
7. 10 ml Na2C2O4 0.1 N
2. Alat Yang Dipakai
1. Buret
2. Klem
B-3
3. Statif
4. Erlenmeyer
5. Gelas ukur
6. Beaker glass
7. Pipet tetes
8. Pipet ukur
9. Corong
10. Pengaduk
11. Thermometer
12. Indikatot pH
13. Kompor listrik
3. Cara Kerja
a. Iodo iodimetri
Pembuatan amylum
1. Timbang 3 gram kanji, masukkan ke dalam beaker glass 250 ml
2. Tambahkan 100 ml aquades, panaskan sampai suhu 40C sambil
diaduk
3. Kemudian lanjutkan proses pemanasan sampai suhu 60C tanpa
pengadukan
4. Angkat, tutup dengan kantong plastik hitam, simpan di tempat
gelap, tunggu 5 menit, lapisan tengah yang berwarna putih susu
yang digunakan sebagai indikator
Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,01 N
1. Ambil 10 ml K2Cr2O7, encerkan dengan aquadest sampai 40 ml.
2. Tambahkan 2,4 ml HCl pekat.
3. Tambahkan 12 ml KI 0,1 N.
4. Titrasi campuran tersebut dengan Na2S2O3sampai warna kuning
hampir hilang.
5. Kemudian tambahkan 3-4 tetes amylum sampai warna biru.
6. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.
B-4
7. Catat kebutuhan titran Na2S2O3 seluruhnya.
8. N Na2S2O3 =
()227
223
Menentukan kadar Cu
2+
dalam sampel
1. Ambil 10 ml sampel.
2. Test sampel, jika terlalu asam tambah NH4OH sampai pH 3-5 dan
jika terlalu basa tambah H2SO4 sampai pH 3-5
3. Masukkan 12 ml KI 0,1 N.
4. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.
5. Tambahkan 3-4 tetes indikator amylum sampai warna biru.
6. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.
7. Catat kebutuhan Na2S2O3 seluruhnya.
Cu
2+
(ppm) = (VxN) Na2S2O3 x BM Cu x
1000
Atau
Cu
2+
(ppm) = (VxN) Na2S2O3 x BM Cu x
1000
10
/
b. Permanganometri
Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4
1. Ambil 10 ml larutan Na2C2O4 0,1 N kemudian masukkan ke
dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 6 ml larutan H2SO4 6 N
3. Panaskan 70-80C
4. Titrasi dalam keadaan panas dengan menggunakan KMnO4
5. Hentikan titrasi jika muncul warna merah jambu yang tidak hilang
dengan pengocokan
6. Catat kebutuhan KMnO4
N KMnO4 =
()224
4
Menentukan Kadar Fe dalam sampel
1. Persiapkan sampel, alat, dan bahan
B-5
2. Ambil 20 ml asam sulfat encer kemudian masukkan ke dalam
Erlenmeyer dan tambahkan sampel
3. Titrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga timbul warna merah jambu
yang tidak hilang dengan pengocokan
4. Reaksi yang terjadi :
MnO4
-
+ 8H
+
+ 5Fe
2+
Mn
2+
+ 4H2O + 5 Fe
3+
5. Perhitungan :
mg zat = ml titran x N titran x BE zat
BE zat =
Kadar =
100% /
B-6
4. Hasil Percobaan
a. Iodo Iodimetri
Sampel
Kadar Yang
Ditemukan
Kadar Yang
Sebenarnya
Persen Error
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
222.39 ppm
301,805 ppm
418,57 ppm
599,04 ppm
778,89 ppm
1018,36 ppm
64,2 %
61,85%
58,5%
b. Permanganometri
Sampel
Kadar Yang
Ditemukan
Kadar Yang
Sebenarnya
Persen Error
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
0.072%
0.055%
0.051%
0.035%
0.0351%
0.0377%
104.8%
57.14%
37.8%
PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN
ZULFAJRI RIZKI ANGGA ANGGITA
C-1
REFERENSI
Enzim alfa-amilase merupakan endoenzim yang memotong ikatan alfa-1,4
amilosadan amilopektin menghasilkan oligosakarida dan sejumlah kecil glukosa dengan
cepat pada larutan pati kental yang telah mengalami gelatinisasi.
Produk akhir yang dihasilkan dari aktivitasnya adalah dekstrin beserta sejumlah
kecil glukosa dan maltosa. Alfa-amilase akan menghidrolisis ikatan alfa-1-4 glikosida
pada polisakarida dengan hasil degradasi secara acak di bagian tengah atau bagian
dalam molekul. Struktur molekuler dari enzim ini adalah -1,4-glukanohidrolase.
Bersama dengan enzim pendegradasi pati lain, pulunalase, -amilase termasuk
kedalam golongan enzim kelas 13 glikosil hidrolase.Alpha-amilase ini memiliki
beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus.
Alpha-amilase dapat mendegradasi beras, tapioka, dan maizena dengan pola
yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa alpha-amilase memiliki domain pengikat pati
dan berpotensi tinggi dalam industri pemrosesan pati.
http://www.scribd.com/doc/132196363/92955169-Alfa-Amilase
Beta-amylase (EC 3.2.1.2, saccharogen amylase, glycogenase, beta amylase, 1,4-
alpha-D-glucan maltohydrolase) is an enzyme with system name 4-alpha-D-glucan
maltohydrolase.
[1][2][3]
This enzyme catalyses the following chemical reaction
Hydrolysis of (1->4)-alpha-D-glucosidic linkages in polysaccharides so as to
remove successive maltose units from the non-reducing ends of the chains This
enzyme acts on starch, glycogen and related polysaccharidesand oligosaccharides
producing beta-maltose by an inversion.
http://en.wikipedia.org/wiki/B-amylase.
Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer -glukosa (baca:
alfa glukosa). Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan
karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan amilosa.
C-2
Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan amilosa,
yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara struktural, amilopektin terbentuk dari
rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1,6-glikosidik, sama dengan amilosa. Namun
demikian, pada amilopektin terbentuk cabang-cabang (sekitar tiap 20 mata rantai
glukosa) dengan ikatan 1,4-glikosidik.
Amilopektin tidak larut dalam air.
Glikogen (disebut juga 'pati otot') yang dipakai oleh hewan sebagai penyimpan energi
memiliki struktur mirip dengan amilopektin. Perbedaannya, percabangan pada glikogen
lebih rapat/sering.
http://id.wikipedia.org/wiki/Amilopektin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi Iodometri adalah sebagai
berikut:
Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, dimana hal ini
ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat akibat
terdapatnya I2 dalam jumlah banyak), alasannya kompleks amilum-I2 terdisosiasi sangat
lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum
ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan pada
media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum
Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi
iodide oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat
diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu,
penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi
tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan
adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran
S).
S2O3
2-
+ 2H
+
---> H2SO3 + S
Pastikan jumlah iodide yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit
tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak akan
C-3
mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera
maka I
-
dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2.
http://susiloyudibharmanto.blogspot.com/2011/12/iodometri-dan-iodimetri.html
Penetapan kadar kalsium dilakukan sebagai bagian dalam usaha pencantuman informasi
kadar kalsium pada label pangan serta mengetahui apakah suatu produk makanan sudah
memenuhi persyaratan SNI yang telah ditetapkan. Percobaan kali ini menetapan kadar
kalsium pada produk bubur bayi dengan metode permanganometri. Metode
permanganometri, menurut Andarwulan et al. (2010), merupakan metode penetapan
kadar kalsium dengan menggunakan titrasi yang melibatkan reaksi reduksi-oksidasi.
Prinsipnya, kalsium diendapkan terlebih dahulu sebagai kalsium oksalat lalu endapannya
dilarutkan dalam H2SO4 encer dan dititrasi dengan KMnO4 yang bertindak sebagai
oksidator.
http://missteen31.wordpress.com/2012/11/23/penetapan-kadar-kalsium-secara-
permanganometri/
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus
tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi
dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya
dengan menitrasinya dengan KMnO4.
C-4
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam
waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat
yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan
Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri
C-5
Laporan Titrasi Redoks Permanganometri (Haris Dianto Darwindra)
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena
alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah
yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam
air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai
mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring
C-6
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah
dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat
berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini. Sebagai contoh, permanganat adalah agen unsure pengoksida,
yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4
-
+ 2H2O 5MnO2 + 4H
+
Kelebihan titrasi permanganometri adalah Titrasi permanganometri ini lebih mudah
digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan
larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4
-
berwarna ungu,
setelah diredukdsi menjadi ion Mn
-
tidak berwarna, dan disebut juga sebagai
autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4
-
pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2
sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu
cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4
-
dengan Mn
2+
.
MnO4
-
+ 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H
+
.
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
H2O2 H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
C-7
Dalam bidang industri, metode titrasi permanganometri dapat dimanfaatkan dalam
pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai
dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak
diperlukan atau berbahaya.
http://odeyoni.blogspot.com/2012/06/titrasi-permanganometri.html
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL