Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dila Resti Wahyuni Tugas PIP

No.Reg : 5115111691
Prodi : Pendidikan Teknik Elektro

Sekolah Inklusi Belum Siap Menampung ABK
Bramirus Mikail | Pepih Nugraha | Minggu, 15 April 2012 | 10:55 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan sekolah inklusi ternyata belum sepenuhnya
membantu anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti misalnya autis. Pendidikan inklusi
adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang di didik bersama-sama anak
lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi anak.
Dr. Adriana S. Ginanjar, M.S, psikolog dan Koordinator Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, menyambut baik kebijakan pemerintah yang meminta sekolah-sekolah
baik negeri atau swasta untuk menjadi sekolah inklusi. Tetapi sayangnya, masih banyak
sekolah yang belum siap menjalankannya.
"Sampai saat ini masih banyak sekolah inklusi yang belum siap," ucap Adriana, saat ditemui
dalam acara Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations,
dengan tema Autism Awareness Festival, Sabtu, (14/4/2012).
Adriana mencontohkan, seperti misalnya jumlah siswa di dalam satu kelas yang masih terlalu
banyak (40 orang). Padahal, untuk sekolah inklusi yang di dalamnya ada anak dengan
berkebutuhan khusus, minimal hanya boleh 20 orang dalam satu kelas.
Ketidaksiapan lainnya bisa dilihat dari tenaga pengajar yang belum memenuhi persyaratan.
Menurut Adriana, guru seharusnya mengetahui soal gangguan autis atau kalau perlu
mengikuti pelatihan yang mengajarkan metode-metode penanganan anak autis.
"Artinya persyaratan-persyaratan itu belum semuanya di ikuti sekolah," katanya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan dari teman-teman sebaya mereka.
Karena masih banyak anak dengan autis yang mendapatkan bullying (intimidasi) dari teman-
teman mereka yang lain (normal).
Adriana menyampaikan, sebelum memutuskan anak untuk sekolah ada baiknya orangtua
terlebih dahulu melakukan persiapan. Misalnya, bertanya kepada teman (sesama orangtua
yang memiliki anak autis) yang sudah terlebih dahulu memiliki pengalaman saat
memasukkan anak mereka ke sekolah umum. Dengan begitu, Anda akan mendapat
rekomendasi, mana sekolah yang bagus dan tidak.
Anda (orangtua) juga bisa bertanya kepada pihak sekolah tentang kebijakan sekolah terhadap
anak berkebutuhan khusus. Karena pada beberapa kasus ada sekolah yang secara sepihak
tiba-tiba mengeluarkan anak berkebutuhan khusus dengan beragam alasan.
Meski begitu, Adriana mengungkapkan, ada beberapa sekolah yang masih mau membantu
anak berkebutuhan khusus misalnya dengan menyediakan guru bantu atau shadow teacher.
Adriana menambahkan, menentukan apakah anak bisa masuk sekolah umum atau tidak
sebenarnya tergantung dari anaknya. "Kalau anak tidak memiliki masalah tingkah laku dan
kemampuan kognitif baik, maka harus masuk sekolah inklusi. Tapi kalau tingkahlaku, bicara,
dan pemahaman bermasalah jangan dimasukin sekolah inklusi," jelasnya.
Pendidikan inklusif secara umum adalah pendidikan untuk semua anak usia sekolah
yang tidak memiliki kesempatan sekolah. Contoh : anak jalanan, autis, ABK atau lebih rinci
lagi dari segi kecerdasan cukup namun sedikit kekurangan fungsi organ tubuh dan tidak
memiliki gangguan perilaku. Dasar hukum pendidikan inklusif adalah Pasal 31 UUD 1945,
dikatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan. UUSPN no. 20
tahun 2003 setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5:1),
setiap peserta didik berhak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya (Pasal 12:1), dan Pasal 32 tentang pendidikan khusus dan pendidikan layanan
khusus. Landasan penyelenggaraan Pendidikan Inklusif adalah; (1) Filosofis Pancasila; (2)
Yuridis Internasional Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994); (3) UUSPN no. 20 tahun
2003. Sebagai perspektif baru dalam pendidikan, inklusif sangat banyak diharapkan oleh
semua pihak
Model sistem pendidikan memiliki 4 elemen diantaranya input, proses, output dan
supra system.
1. Input keluaraga sebagai salah satu input yang menjadi background dan berperan
menerima kekurangan anak tersebut, menyemangati, menghargai dan memberikan pelayanan
yang terbaik pendidikan. Hal ini sangat penting agar timbul rasa percaya diri untuk
bersekolah dan bergaul
2. Proses Dalam proses setidaknya yang kita ketahui ada 13 diantaranya guru, alat bantu
mengajar, fasilitas.
a) Guru dalam kelas inklusif haruslah sabar, kompeten dibidangnya, interaktif, guru yang
memang disiapkan dalam menangani ABK. Setidaknya 2 guru dalam 1 kelas dan jumlah
muridnya maksimal 20 agar kondisi kelas terkontrol dengan baik. Sebenarnya sangat erat
kaiatannya antara guru yang multikultur dengan inklusif karena guru iknlusif menghadapi
murid yang heterogen dan dituntut menghargai perbedaan baik IQ, kekurangan fisik, sosial,
emosional. Guru juga harus membagi perhatian dengan adil dan seimbang sesuia dengan
kebutuhan bukan latar belakang agar semua murid merasa terwakili dan terpresentasi.
Gurupun harus memberikan pengertian dan contoh bagi anak normal untuk tidak
mendiskriminasi ABK dan saling membantu dikelas.
b) Alat bantu mengajar diantaranya buku pelajaran dan bacaaan lainnya dengan huruf braile,
kaca mata, kaca pembesar, alat bantu pendengaran, alat peraga, rekaman audio, bahasa
isyarat.
c) Fasilitas bagi anak ABK diantaranya dinding dengan tanda atau semodel tulisan seperti dalam
buku braile agar ABK mandiri ke WC, jalan dengan pijakan bertanda agar mampu berjalan
sendiri.
d) Lingkungan pendidikan harus ramah dan menyenangkan serta merespon positif kepada
kelompok yang berbeda.
e) Sistem pendidikan lebih fleksibel dan responsif, pendidikan lebih luas dari pada sekolah
formal
f) Kurikulum perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus,
dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya. Tipe belajar
disesuaikan kemampuan anak
3. Otput Diharapkan output dari sistem inklusif ini adalah terbentuk manusia yang
terbiasa dalam menghadapi perbedaan sehingga memunculkan manusia yang multikultur dan
membangun rasa percaya diri bagi ABK agar dapat bersosialisasi dengan baik dimasyarakat
dan dapat bekerja layaknya orang normal.
4. Supra system Pemerintah adalah suprasistem dalam pendidikan harusnya mendukung,
menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang berkebutuhan khusus agar eksistensi dan
pendidikannya benar-benar bermanfaat, membuat UU guru yang mengajar adalah berasal dari
lulusan kependidian luar biasa, mempromosikan inklusif.
Sistem pendidikan inklusif sangat humanis tidak seperti SLB yang memisahkan ABK
dari anak normal (segregasi) padahal belum tentu dengan pemisahan tersebut berdampak baik
kedepannya. Faktanya SLB belum menyebar ke pelosok daerah sehingga pendidikan belum
seutuhnya untuk semua. Maka dengan pendidikan inklusif ABK mendapatkan pendidikan
karena sekolah reguler tersebar dalam pelosok indonesia. Namun lagi-lagi timbul pro kontra
dengan sistem tersebut karena ketidaksiapan mental kepala sekolah, guru, intimidasi dari
teman-teman dan orang tua murid, mental ABK dan kurangnya sosialisasi dan persiapan baik
dari segi fasilitas, alat bantu belajar mengajar dan semua komponen pendidikan. Jika dilihat
dari segi posistif inklusif sesuai dengan Taksonomi Bloom didalam kelas terdapat perbedaan
sehingga timbul afektif baik dari rasa syukur bagi anak normal dan membangun sikap moral
saling membantu dan menghargai, dari segi kognitif ABK mendapatkan ilmu yang sama
sehingga pengetahuannya bertambah, psikomotorikpun baik karena dalam kelas inklusif
posisi ABK dianggap sama dengan anak normal. Jika dilihat inklusif termasuk dalam mazhab
filsafat Rekonstruksionisme yang mengarahkan pendidikan dalam pembaharuan di
masyarakat sesuai tuntutan globalisasi yang menuntut kemandirian.
Konsep 4 pilar pendidikan UNESCO jika terealisasi dengan baik dalam inklusif maka
hasilnya akan menciptakan masyarakat yang inklusif sehingga saling menghargai perbedaan
(multikultur). Learning to know adalah proses pembelajaran yang memungkinkan siswa
menguasai teknik menemukan pengetahuan dan bukan hanya memperoleh pengetahuan.
Learning to do yaitu pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi konflik. Learning
to be tahap ini akan tercapai dengan baik jika kedua pilar sebelumnya terealisasi dengan baik
sehingga menciptakan peserta didik yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu
pengetahuan, yang mampu memecahkan masalah, dan mampu bekerja sama, bertenggang
rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan
menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik, sehingga menjadi manusia yang mampu
mengenal dirinya, yakni manusia yang berkepribadian mandiri. Learning to live together
yaitu membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan
penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka lebih ke relevansi sosial dan moral.
Kesimpulan : Inklusif memang sudah diterapkan di Indonesia namun faktanya belum
sesuai dengan harapan karena banyak kekurangan pemerintah dalam merancang sistem
tersebut. Banyak hal yang perlu diperhatikan terutama dalam metode pendidikan di mulai
input, proses, ouput dan supra system. Hal yang paling harus diperhatikan adalah dalam
proses dimulai kesiapan guru, fasilitas, sarana prasarana, kurikulum, lingkungan pendidikan.
Selama ini kurikulum belum mampu mencukupi kebutuhan ABK dalam KBM begitu juga
dengan guru.Faktanya guru yang direkrut mengajar dalam kelas inklusif bukan guru yang
dipersiapkan ABK namun guru mata pelajaran umum. Harusnya guru dalam kelas inklusif
adalah guru yang multikultur dan dipersiapakan untuk ABK. Perlu pendidikan dan pelatihan
untuk guru yang dipersiapkan untuk sekolah inklusif. Jika pemerintah menganggap inklusif
sebagai salah satu pemenuhan hak pendidikan bagi ABK maka rancang dari komponen
pendidikan, input, output, persyaratan terlaksananya inklusif sebaik mungkin.
Daftar Pustaka
Stubbs, S. 2008. Inclusive Education : where there are few resources. Oslo : Atlas Alliance.
Materi mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan ( 31 Mei 2012 )
Sekolah Inklusif belum mampu menampung ABK. Dalam www.kompas.com (Diakses 31
Mei 2012)

Anda mungkin juga menyukai