Anda di halaman 1dari 8

87

Optimalisasi Jaringan PT Berau Coal


Ciptoning Hestomo
1
, Irwan P. Gunawan
2

Program Studi Teknik Informatika,
Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Gading Serpong, Tangerang, INDONESIA
1
ti-ciptoning@unimedia.ac.id
2
ipg@unimedia.ac.id

AbstractPaper ini dibuat oleh penulis untuk menggambarkan
proses penelitian selama dua bulan di PT Berau Coal. Penelitian
tersebut terkonsentrasi di dalam bidang J aringan Komputer yang
berada di dalam PT Berau Coal. Selain bekerja dengan J aringan
PT Berau Coal penulis juga memberikan pelatihan mengenai
J aringan kepada Teknisi PT Berau Coal dan siswa SMK Syariff
Hidayatullah. PT. Berau Coal selama ini membangun jaringannya
secara mandiri. Banyak hal yang masih menjadi kelemahan dalam
desain dan arsitektur jaringannya sendiri. Langkah yang penulis
kerjakan untuk memperbaiki kelemahan jaringan komputer PT
Berau Coal adalah dengan mengaplikasikan QoS dan mendesain
Topology Firewall untuk J aringan PT Berau Coal. Selama
melakukan penelitian penulis bekerjasama dengan tim I T PT
Berau Coal. Sehingga, apa yang diteliti yakni desain Topology
Firewall, implementasi QoS dapat berjalan dengan lancar.

Keywords Keamanan Jaringan, Jalur Komunikasi Data, QoS,
Firewall, Topology Jaringan, Subnetting
I. PENDAHULUAN
Jaringan baik berupa jaringan antar komputer maupun
jaringan antar perangkat elektronik merupakan salah satu
kunci kesuksesan dari sebuah perusahaan. Pemanfaatan dan
pengaturan resources yang dimiliki perusahaan secara efisien
dan efektif niscaya akan meningkatkan produktifitas dari
karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut (Tanenbaum,
2003).
Dewasa ini jaringan sudah merupakan hal mutlak yang
harus dimiliki oleh perusahaan yang ingin usahanya
berkembang. Tidak terkecuali PT Berau Coal yang dalam hal
ini mempunyai kantor perwakilan di Jakarta dan beberapa area
konsesi tambang dengan jarak tempuh lumayan jauh. Banyak
di antara perusahaan tersebut bahkan menerapkan sistem kerja
online, dimana pekerja melakukan pekerjaan dari rumah tanpa
harus datang ke kantor. Jelas hal ini membutuhkan pengaturan
khusus dari resources yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Selain itu, perlu dipertimbangkan segi keamanan informasi
dan data dari jaringan yang dimiliki.
PT Berau Coal merupakan salah satu perusahaan tambang
yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Dengan target
tahun depan untuk memproduksi batu bara 2 kali lipat dari
produksi batu bara tahun ini, PT Berau Coal membutuhkan
dukungan dari jaringan informasi data yang stabil dan aman.
Kondisi jaringan yang sudah ada di PT Berau Coal saat ini
menggunakan router router yang dihubungkan dengan
menggunakan static routing.
Merek router yang digunakan ada 2 yaitu Cisco dan
Mikrotik sehingga jika akan menggunakan dynamic routing
protocol, yang memungkinkan adalah Open Shortest Path
First (OSPF). Jaringan di PT Berau Coal dibuat tanpa Quality
of Service (QoS), dan penggunaan firewall yang baik. PT
Berau Coal dalam hal ini menginginkan komunikasi informasi
dan data di dalam jaringan menjadi stabil dan aman. Sehingga
dibutuhkan adanya pengaturan QoS yang lebih optimal dan
pemasangan sistem DeMiliterized Zone (DMZ) di dalam
jaringan backbone mereka.
II. LANDASAN TEORI
A. Jaringan Komputer
Jaringan Komputer (Computer Networks) adalah
kumpulan dari komputer komputer otonom yang terhubung
satu dengan yang lainnya oleh satu teknologi yang sama.
(Tanenbaum, 2003). Di dalam jaringan komputer terdapat
protokol protokol yang merupakan peraturan peraturan di
dalam jaringan komputer untuk mengatur komunikasi antar
komputer. (Cisco Systems, Inc., 2007) Contoh contoh dari
protokol adalah :
ICMP ( Internet Control Message Protocol)
Merupakan bagian protokol yang paling sering muncul di
setiap layer IP.
Protokol ini biasanya selalu muncul pada keadaan error
atau pada saat apapun yang membutuhkan perhatian user.
(Cisco Systems, Inc., 2007)
UDP ( User Datagram Protocol )
Paket UDP masuk sebagai data di protokol IP,aplikasi
yang memakai UDP antara lain DNS dan SNMP. (Cisco
Systems, Inc., 2007)
IGMP ( Internet Group Management Protocol )
Merupakan protokol yang digunakan oleh host dan router
untuk mendukung proses multicasting. IGMP memiliki
sifat yang hampir sama dengan ICMP. (Cisco Systems,
Inc., 2007)
TFTP ( Trivial File Transfer Protocol )
Protokol aplikasi yang dipakai untuk melakukan upload
dan download file serta operasi terhadap remote file
system yang tidak memakai koneksi, dan menggunakan
protokol UDP dengan port 69. (Cisco Systems, Inc., 2007)
SIP (Session Initiation Protocol)
Protokol yang digunakan untuk mengontrol sinyal sinyal
yang biasanya digunakan di dalam pengiriman audio untuk
88

Voice over Internet Protocol. Menggunakan protokol TCP.
(Media Wiki)
RTP (Real-time Transport Protocol)
Format standar dalam pengiriman data video dan audio di
dalam jaringan komputer. Menggunakan protokol UDP.
(Cisco Systems, Inc., 2007)
NTP (Network Time Protocol)
Protokol yang digunakan untuk mensinkronisasi waktu
komputer dengan paket paket data yang ada di dalam
jaringan. Menggunakan protokol UDP port 123. (Cisco
Systems, Inc., 2007)
DNS (Domain Name System)
Protokol yang mentranslasikan domain name (hostname
dari komputer) menjadi alamat IP. Menggunakan protokol
UDP dengan port 53. (Cisco Systems, Inc., 2007)
MikroTik RouterOS adalah sistem operasi dan
perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan
komputer manjadi router network yang handal, mencakup
berbagai fitur yang dibuat untuk ip network dan jaringan
wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot.
(Citraweb Nusa Infomedia)
Cisco Systems, Inc. adalah pemimpin dunia dalam
jaringan komputer. Dewasa ini, jaringan komputer
merupakan bagian yang mendasari jaringan bisnis,
pendidikan, pemerintahan, dan perumahan. Cisco
mempunyai produk networking mulai dari firewall sampai
router. Dan solusi Cisco yang berdasarkan Internet
Protocol adalah fondasi dari jaringan jaringan komputer
ini. (Cisco Systems, Inc.)
Open Shortest Path First (OSPF) adalah routing
protocol berjenis link-state yang dibangun untuk
menggantikan routing protocol berbasis distance vector
yang dinamakan RIP di dalam komunitas internet. Fitur
dari OSPF termasuk least-cost routing, multipath routing,
dan load balancing.

B. DMZ (De-Militerized Zone)/Firewall
Firewall adalah sebuah sistem atau kumpulan sistem
yang menggunakan sebuah access control policy di antara
2 jaringan (Curtin, 2001). Dalam prakteknya penggunaan
firewall diaplikasikan dengan berbagai cara, tetapi pada
prinsipnya firewall adalah sepasang mekanisme yang
mengatur 2 hal. Mekanisme yang pertama mengatur traffic
yang akan ditolak, dan mekanisme yang kedua mengatur
traffic yang diizinkan masuk ke jaringan. Beberapa
firewall menitikberatkan traffics yang akan ditolak,
sementara yang lain menitikberatkan hal perizinan traffics
yang akan masuk. Mungkin hal yang terpenting untuk
mengerti konsep firewall adalah mengerti bagaimana
access control policy bekerja. Jika kita tidak tahu hak
akses apa saja yang akan kita tolak maupun terima, maka
firewall tidak akan benar benar bekerja. Penting juga
untuk disadari bahwa konfigurasi dari firewall sendiri
menggunakan policy yang mengatur segala hak akses yang
ada di dalam jaringan. Maka dari itu mengatur firewall
membutuhkan tanggung jawab yang besar.

De-Militerized Zone (DMZ) adalah sebuah konsep
dimana seorang network administrator memisahkan
jaringan intranet dan ekstranet dengan menambahkan
firewall dan server DMZ di antara kedua jaringan tersebut
dan membatasi hak akses ekstranet menuju intranet.
(Shimonski, Schmied, Imperatore, Shinder, Chang, &
Simonis, 2003)
Server DMZ adalah server server yang sengaja
dikelompokkan karena berhubungan langsung dengan
ekstranet, contoh : Proxy Server, DNS, dll. Karena di area
server DMZ terjadi proses untuk filtrasi hak akses dari
ekstranet ke intranet maka server server DMZ bisa juga
disebut Zona Netral.
DMZ Dual Firewall mempunyai keunggulan server
DMZ yang terproteksi dengan baik dan tingkat keamanan
yang lebih tinggi karena dilakukan proses inspeksi
sebanyak 2 kali (outer firewall dan inner firewall).
Gambar 1 menunjukkan aliran data traffic flow dari
DMZ dual firewall. Traffic flow dari jaringan intranet
dapat langsung mengakses ekstranet baik melalui server
DMZ atau tidak. Sementara jika ada akses dari jaringan
ekstranet maka akan dihadang oleh outer firewall terlebih
dahulu. Setelah itu akses ekstranet tersebut diarahkan ke
server DMZ, dan jika mempunyai hak akses sampai
intranet dapat mengakses intranet. Karena level keamanan
3 lapis inilah yang membuat DMZ Dual Firewall sulit
ditembus. (Shimonski, Schmied, Imperatore, Shinder,
Chang, & Simonis, 2003)

Gambar 1. DMZ Dual Firewall (Shimonski, Schmied, Imperatore, Shinder,
Chang, & Simonis, 2003)
Intranet adalah LAN yang menggunakan standar
komunikasi dan segala fasilitas Internet, diibaratkan
berInternet dalam lingkungan lokal. Intranet umumnya
juga terkoneksi ke Internet sehingga memungkinkan
pertukaran informasi dan data dengan jaringan Intranet
lainnya (Internetworking) melalui backbone Internet.
(Tung, 1997)
89

Ekstranet merupakan intranet sebuah perusahaan yang
dilebarkan bagi pengguna di luar perusahaan. Perusahaan
yang membangun extranet dapat bertukar data bervolume
besar dengan EDI (Electronic Data Interchange),
berkolaborasi dengan perusahaan lain dalam suatu jaringan
kerjasama dan lain-lain.

C. Quality of Service (QoS)

QoS adalah teknik yang digunakan di dalam jaringan
komputer untuk mengatur resource yang dimiliki di dalam
jaringan komputer itu sendiri (Cisco Systems, Inc., 2007).
Mekanismenya adalah dengan melakukan marking dari
packet packet tertentu yang kemudian nantinya akan di
kelompokkan berdasarkan prioritas - prioritas. Dimana di
masing masing prioritas tersebut diatur berapa kecepatan
minimal dan tingkatan prioritas. Merupakan hak bagi
packet dengan prioritas yang lebih tinggi untuk mendapat
terkirim lebih dahulu daripada packet dengan prioritas yang
lebih rendah.
Queue Tree adalah daftar antrian yang terdapat di
Mikrotik. Queue Tree menggunakan skala prioritas di
dalam pengaturan antrian berdasarkan interface. Untuk
menangkap jenis jenis paket yang akan dimasukkan ke
dalam antrian menggunakan IP Firewall Mangle.
IP Firewall Mangle merupakan sistem marking paket yang
dimiliki oleh Mikrotik. Dengan IP Firewall Mangle maka
dapat ditandai paket paket berdasarkan alamat tujuan,
port, dan juga besarnya paket. Ditandainya paket tersebut
digunakan selanjutnya untuk sistem antrian di Mikrotik
yang disebut Queue Tree
Differentiated Service Code Point (DSCP) merupakan
sistem pengklasifikasian paket yang dimiliki dan digunakan
oleh Cisco Router (Cisco System, Inc., 2008). Tabel 1
menunjukkan Skema DSCP (Cisco System, Inc., 2008)

Tabel 1. Skema DSCP (Cisco System, Inc., 2008)


AF(x)(y) : Assured Forwarding (x=class, y = tingkat
drop). DSCP (desimal) : Differentiated Service Code Point
(nilai desimal dari bit tiap class).






Tabel 2 Interpretasi Penomoran Bit DSCP


Berdasarkan tabel 2 presedensi IP mempunyai arti sesuai
dengan nilai bit. Dan presedensi IP menentukan tingkat
pentingnya paket, semakin tinggi nilainya berarti paketnya
semakin berharga dan akan dijamin dalam pengirimannya.
Cara menggunakan Tabel DSCP adalah pertama tama
kita melihat dari level classnya, secara berurutan class
menentukan prioritas tertinggi ke prioritas terendah dari
1>2>3>4. Setelah itu kita melihat dari level dropnya, semakin
tinggi kemungkinan drop semakin tinggi kemungkinan packet
itu akan hilang pada saat transmisi, jadi mempunyai level
jaminan terkirim transmisi dengan menggunakan DSCP
adalah Low>Medium>High.
Diluar tabel itu ada satu kelas khusus yang dinamakan EF
(Expediture Forwarding) dimana kelas itu mempunyai
jaminan cepat sampai, sedikit delay, dan juga jaminan
kemungkinan drop packet yang rendah.
III. ANALISA MASALAH
Di dalam jaringan PT Berau Coal (seperti yang
digambarkan pada gambar 1, jalur VoIP/Video Conference
dan jalur user data dipisahkan. Routing protocol yang
digunakan di dalam jaringan PT Berau Coal adalah static
routing. Router yang digunakan ada dua jenis yaitu CISCO
dan MIKROTIK. Dan subnet yang digunakan adalah
10.0.0.0/8.
90


Gambar 1. Topologi Jaringan PT Berau Coal
Dari gambar 1 kita mengetahui bahwa untuk Jalur dari Lati
ke HO, Binungan ke HO, dan Jakarta ke HO menggunakan 2
jalur.Hal ini dilakukan untuk membuat failover link karena
routing yang digunakan adalah static.
Untuk jalur VoIP/Video Conference yang menjadi primary
link adalah jalur seperti terlihat pada gambar 2 dan secondary
link-nya adalah Jalur User Data.

Gambar 2. Topologi Jaringan VoIP dan video conference PT Berau Coal

Jalur user data mempunyai primary link sesuai dengan jalur
pada gambar 3 dengan secondary link Jalur User Data.

Gambar 3. Topologi Jaringan VoIP dan video conference PT Berau Coal
Koneksi yang digunakan untuk menghubungkan kantor
kantor di PT Berau Coal adalah sebagai berikut : Koneksi E1
(2,048 Mbps) untuk koneksi Head Office Tanjung Redeb
dengan site di Suaran, Lati, dan Binungan; Koneksi WLAN (3
Mbps) untuk koneksi Head Office Tanjung Redeb dengan site
di Sambarata, Lati, dan Binungan; Koneksi MPLS yang
menggunakan layanan dari PT Telkom (1,726 Mbps) dan PT
Excelcomindo (2,048 Mbps) untuk menghubungkan HO
Tanjung Redeb dan HO Jakarta.
Untuk jalur koneksi internet menggunakan layanan dari 2
ISP yaitu LINTAS ARTA dan XL. Pengaturan QoS untuk PT
Berau Coal sebelumnya masih berupa pemberian policy
sederhana seperti terlihat di gambar 4, gambar 5, gambar 6,
dan gambar 7.

Gambar 4. Class map awal PT Berau Coal (a)
91


Gambar 5. Class map awal PT Berau Coal (b)

Gambar 6. Konfigurasi simple tree PT Berau Coal (a)

Gambar 7. Konfigurasi simple tree PT Berau Coal (b)

Sehingga lalu lintas jaringan di PT Berau Coal masih
berantakan dan belum sepenuhnya teratur.
Setelah mempelajari dan memahami topology PT Berau
Coal maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jaringan PT Berau
Coal memiliki permasalahan sebagai berikut :
a) Subnet dari Video Conference dan Server Farm yang
masih menjadi satu dengan subnet user;
b) Firewall belum terimplementasi dengan baik;
c) Subnet antar departemen yang belum terbagi;
d) Jalur data yang belum diberikan QoS sehingga masih
packet packet yang ada masih berebutan untuk traffic di
masing masing link.
Maka penelitian ini difokuskan untuk membuat konsep
DMZ serta re-subnetting (poin a,b, dan c) dan membangun
sistem QoS di jaringan PT Berau Coal (poin d).
IV. OPTIMALISASI JARINGAN
Setelah proses analisa dilakukan, maka diajukan dua
alternatif desain DMZ dual Firewall yang nantinya akan
diimplementasikan di HO Jakarta dan HO Tanjung Redeb.
DMZ ini berfungsi sebagai penjaga keamanan jaringan PT
Berau Coal. Dikarenakan PT Berau Coal masih belum
melakukan implementasi untuk firewall, maka DMZ dual
Firewall dipilih sebagai bahan pertimbangan untuk
diimplementasikan nanti.
Alternatif pertama penulis menempatkan Subnet Server
Farm di Router yang tersambung dengan subnet user data
sehingga dapat diakses lebih mudah oleh user sehingga tidak
perlu memakan banyak waktu dalam melakukan transmisi
data. Subnet Video Conference dipisahkan dari subnet user
data dan digabungkan dengan subnet VoIP(di HO Tanjung
Redeb). Hal tersebut dilakukan dengan maksud memisahkan
jalur transmisi data user dan Video Conference/VoIP.
Kelemahannya adalah subnet Server Farm dan subnet
VoIP/Video Conference hanya menggunakan sedikit dari jatah
92

yang seharusnya dipakai, maka dibutuhkan re-subnetting
kembali sehingga dapat digunakan lebih efisien.

Gambar 8. Alternatif pertama konsep pemasangan DMZ
Alternatif kedua penulis menggabungkan Server Farm
dengan VoIP dan Video Conference. Hal ini dilakukan dengan
alasan subnet yang disediakan untuk VoIP dan Video
Conference masih tersisa banyak dan sebaiknya dimanfaatkan.
Kelemahannya adalah jika pengguna (pegawai perusahaan)
sedang mengakses aplikasi dari server dan sedang terjadi
aktivitas Video Conference maupun VoIP maka akan terjadi
delay yang lama dirasakan oleh pengguna.

Gambar 9. Alternatif kedua konsep pemasangan DMZ
Implementasi QoS dilakukan dengan menggunakan metode
prioritas setiap paket. Setiap paket yang melewati router PT
Berau Coal dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Hal ini
dilakukan dengan menentukan dan menandai paket
berdasarkan port yang digunakan, kemudian diatur juga
minimal bandwidth dari setiap prioritas yang ada tersebut.
Penulis juga mengkonfigurasi QoS supaya hanya berlaku
apabila traffic yang melalui router tersebut tinggi.
Untuk menentukan Prioritas maka diambil informasi
aplikasi apa saja yang digunakan setelah itu tangkap melewati
port mana saja. Ditambah juga dengan membaca dokumentasi
mengenai aplikasi yang digunakan di dalam PT Berau Coal.
Oleh karena itu, dapat ditentukan prioritas prioritas seperti
berikut ini .

1) Prioritas 1 :
a) ICMP = Internet Control Message Protocol
b) Voice
i) SIP (TCP) = Session Initiation Protocol (5060 -
5061)
ii) RTP (UDP) = Real-Time Protocol (16384 -
16392)
iii) ... (dapat ditambah sesuai kebutuhan PT Berau
Coal)
*Prioritas satu adalah Voice (VoIP) dan ICMP (ping)
ditaruh di nomor satu untuk menjamin kualitas dari suara
VoIP. ICMP digunakan untuk mengetahui keadaan hidup
matinya jaringan di suatu device.

2) Prioritas 2 :
a) Video Conference
i) NTP (UDP) = Network Time Protocol (123)
ii) AudioVideoDataViCon (UDP) = Streaming
(2326 - 2500)
b) ... (dapat ditambah sesuai kebutuhan PT Berau Coal)
*Fasilitas Video Conference diberi prioritas kedua untuk
menjamin kualitas dari transmisi suara, gambar, dan data.



3) Prioritas 3 :
a) Komunikasi antar server
i) DNS (UDP) = Domain Name System (53)
ii) AOCP (TCP) = Axapta Object Communication
Protocol (2714-2715)
iii) SSH (TCP) = Secured Shell (22)
iv) Telnet (TCP) = Telecomunication Network (23)
v) Monitor Temp. (8888)
b) ... (dapat ditambah sesuai kebutuhan PT Berau Coal)
*Komunikasi antar server ditaruh di prioritas ketiga untuk
menjamin aktivitas antar server dapat berjalan dengan baik.

4) Prioritas 4 :
a) Email
i) SMTP (TCP) = Simple Mail Transfer Protocol
(25)
ii) POP3 (TCP) = Post-Office Protocol (110)
iii) IMAP (TCP) = Internet Message Access
Protocol (143)
iv) HTTPS(TCP) = Hyper Text Transfer Procol
Secured (443)
v) EPMAP (TCP) = Endpoint Mapper (135)
vi) Information Email (1266)
b) ... (dapat ditambah sesuai kebutuhan PT Berau Coal)
*Email dijamin di nomor iv. Email merupakan fasilitas
yang sering digunakan dan memakan bandwidth terbanyak
kedua di PT Berau Coal ini.

93

5) Prioritas 5 :
a) Axapta
i) ARDP (TCP) = Axapta Remote Desktop
Protocol (3389)
b) ... (dapat ditambah sesuai kebutuhan PT Berau Coal)
*Yang ke 5 adalah Axapta khusus bagi user yang
mengaksesnya langsung di server dengan protocol RDP.
Diberi prioritas 5 karena user hanya membutuhkan akses
remote ke desktop

6) Prioritas 6 :
a) CCTV
i) CCTV (UDP) = CCTV Control Port (3559)
CCTV
b) ... (dapat ditambah sesuai kebutuhan PT Berau Coal)
*Ditambahkan CCTV untuk berjaga jaga karena
nantinya akan dipasang CCTV

7) Prioritas 7 :
a) Web Service
i) HTTP (TCP) = Hyper Text Transfer Protocol
(80)
ii) HTTP (TCP) = Hyper Text Transfer Protocol
(8080)
iii) HTTP (TCP) = Hyper Text Transfer Protocol
(3128)
iv) HTTP (TCP) = Hyper Text Transfer Protocol
(8009)
b) File Transfer
i) FTP-DC(TCP) = File Transfer Protocol-Data
Control (20)
ii) FTP (TCP) = File Transfer Protocol (21)
c) Remote VNC
i) VNC (TCP) = Virtual Network Connection
(5900)
*Prioritas ke 7 dimana service service untuk web browser
dan koneksi FTP diatur

8) Prioritas 8 :
a) Packet - packet yang tidak termasuk di priority
(a) 1 7
ii) TCP = Transfer Control Protocol
iii) UDP = User Datagram Protocol
*Paket paket yang tidak terdaftar tidak dibiarkan liar
tetapi juga ditangkap melalui 2 protocol yang ada di Network
Layer yaitu TCP dan UDP

Menggunakan sistem monitoring dari ManageEngine
NetFlow Analyzer Proffesional Plus 8. Pada saat
implementasi pertama kali maka tampilan NetFlow Analyzer
ditunjukkan pada gambar 10.


Gambar 10. Implementasi awal software NetFlow Analyzer
Setelah semua router dikonfigurasi dengan QoS maka
transmisi data dapat dijamin kualitas dan kecepatannya
berdasarkan prioritas yang dikenakan ke paket data tersebut.
Hasil ketika jaringan komputer PT Berau Coal menggunakan
QoS adalah seperti gambar 11 dan gambar 12 (untuk router
Cisco dan router Mikrotik).


Gambar 11. Beberapa hari setelah pemasangan awal software NetFlow
Analyzer

Gambar 12 Hasil dari implementasi QoS untuk Mikrotik

Gambar 11 menunjukkan bahwa grafik dari traffic
transmisi data dalam hal ini jaringan Berau Jakarta
(10.10.1.70) menggunakan policy TrafficPolicy. Prioritas 1
(VoIP) digambarkan dengan warna ungu, prioritas 2 (ViCon)
digambarkan dengan warna hijau tua, prioritas 3 (Services-
Server) digambarkan dengan warna pink, prioritas 4 (Email)
94

digambarkan dengan warna merah, prioritas 5 (App)
digambarkan dengan warna hijau muda, prioritas 6 (CCTV)
digambarkan dengan warna biru tua, dan prioritas 7
digambarkan dengan warna biru langit.
Terdapat 2 grafik garis yang menunjukkan traffic sebelum
dilakukan implementasi policy (Pre Policy) dan traffic setelah
dilakukan implementasi policy (Post Policy). Gambar 11
memperlihatkan bahwa tidak terlihat perbedaan untuk
sebelum dan sesudah dilakukan implementasi QoS. Hal ini
sesuai dengan topology PT Berau Coal yang menunjukkan
router Cisco dengan ip 10.10.1.70 yang utamanya dilewati
oleh 2 jenis paket (VoIP dan ViCon). Dikarenakan fasilitas
ViCon perusahaan sedang tidak digunakan pada saat itu maka
yang terlihat di grafik hanyalah untuk VoIP dan beberapa
jenis paket lainnya. Selain itu, grafik pre-policy dan post-
policy juga tidak berbeda, karena penulis melakukan
konfigurasi dimana QoS hanya akan berjalan bila traffic yang
melalui router tersebut tinggi.
Grafik garis biru di bawah grafik Pre Policy menunjukkan
tingkat drop dari paket yang ditransmisikan. Grafik berbentuk
Pie Chart di bawah grafik Post Policy menunjukkan
penggambaran lain dari grafik Post Policy. Untuk list yang
berada di bawah dari keempat grafik tersebut menunjukkan
urutan pengguna traffic terbanyak dari prioritas prioritas
yang ada.
Sedangkan untuk gambar 12 menjelaskan bahwa tabel
berisi data setelah kode untuk mikrotik selesai dimasukkan.
Data berasal dari router TJG-HO (10.1.160.1) dimana terdapat
5 jalur (Jakarta, Sambarata, Lati, Binungan, dan Suaran).
Kolom kedua menampilkan nama nama yang diberikan
administrator untuk prioritas yang dibuat. Kolom ketiga
adalah induk/parent dari setiap prioritas. Kolom keempat
untuk memberikan packet-mark ke setiap paket. Kolom
kelima adalah batas maksimum setiap dari setiap prioritas.
Kolom keenam adalah batas maksimum untuk bandwidth dari
parent. Kolom ketujuh adalah besarnya ukuran paket yang
telah dikelompokkan dan sedang dikirim (dihitung dengan
satuan byte per second(bps)). Kolom kedelapan adalah jumlah
paket yang masuk ke dalam antrian dikarenakan sudah
melampaui batas maksimum prioritas (dihitung dengan satuan
KiB). Kolom kesembilan adalah history dari jumlah paket
yang sudah lewat (dihitung dengan satuan KiB). Kolom
kesepuluh adalah history dari jumlah paket yang sudah lewat.
Secara umum gambar 12 terlihat bahwa traffic yang
melalui router tersebut cukup tinggi. Karena selain berfungsi
sebagai jalur data PT Berau Coal juga terdapat fasilitas ViCon
yang melalui jalur tersebut. Sebelum menggunakan QoS
transmisi gambar untuk ViCon yang melalui router ini
mengalami gambar patah patah dan suara yang tidak jelas.
Setelah QoS diimplementasikan maka gambar menjadi jelas
dan tidak ada lagi gangguan suara yang dialami PT Berau
Coal.




V. SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Jaringan Komputer PT Berau
Coal merupakan jaringan yang sangat kompleks. Sehingga
dibutuhkan waktu yang lebih lama dalam memahami
bagaimana kerja, routing, dan alur pergerakan data dari
Jaringan PT Berau Coal.
Implementasi QoS pada jaringan Berau Coal telah berhasil
menjamin kelancaran transmisi data sesuai dengan kebutuhan
masing - masing. Konsep DMZ yang akan diimplementasikan
tahun depan, juga dapat menjaga kemanan dari komunikasi
data di dalam jaringan intranet PT Berau Coal.
Pengalaman memberikan pelatihan mengenai jaringan
komputer juga merupakan pengalaman yang baru bagi penulis.
Sehingga penulis berterima kasih atas kepercayaan dan
bimbingan dari pembimbing lapangan.
REFERENSI

[1] Cisco System, Inc. (2009). Class-Based Weighted Fair Queueing.
Cisco Guidelines .
[2] Cisco System, Inc. (2008). Implementing Quality of Service Policies
with DSCP. Cisco Documents .
[3] Cisco Systems, Inc. (2007). CCNA Exploration 1-4. Cisco Systems, Inc.
[4] Cisco Systems, Inc. (t.thn.). News @ Cisco -> Fact Sheet. Dipetik 09
22, 2010, dari Cisco Systems, Inc.:
http://newsroom.cisco.com/dlls/corpinfo/corporate_overview.html
[5] Citraweb Nusa Infomedia. (t.thn.). Dipetik 09 22, 2010, dari Mikrotik
Indonesia: http://www.mikrotik.co.id/
[6] Curtin, C. M. (2001, July 2). Firewalls FAQ. Dipetik December 20,
2010, dari faqs.org: http://www.faqs.org/faqs/firewalls-faq/
[7] Gu, P. (2010). Mikrotik Wiki. Diambil kembali dari Mikrotik Wiki:
http://wiki.mikrotik.com/wiki/Main_Page
[8] Hutton, K., Schoffield, M., & Teare, D. (2009). Designing Cisco
Network Service Architectures (ARCH) Second Edition. Indianapolis:
Cisco System, Inc.
[9] Media Wiki. (t.thn.). Port TCP dan UDP - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas. Dipetik 09 22, 2010, dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas:
http://id.wikipedia.org/wiki/Port_TCP_dan_UDP
[10] Media Wiki. (t.thn.). Wikipedia, the free encyclopedia. Dipetik Oktober
6, 2010, dari Session Initiation Protocol - Wikipedia, the free
encyclopedia.
[11] MediaWiki. (t.thn.). IP tunnel - Wikipedia bahasa indonesia,
ensiklopedia bebas. Dipetik 09 23, 2010, dari Wikipedia bahasa
indonesia, ensiklopedia bebas: http://id.wikipedia.org/wiki/IP_tunnel
[12] Protocol Analysis Institute, Inc. (2007, January 24). Appendix E:
IANA Port List.
[13] PT Berau Coal. (2010). Company Profile PT Berau Coal.
[14] Riyadi, V. (2005 - 2010). Mikrotik Indonesia - Mendalami HTB pada
QoS RouterOS Mikrotik. Diambil kembali dari Mikrotik Indonesia:
http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=29
[15] Rusmin. (2010). Topology PT Berau Coal. Tanjung Redeb, Kalimantan
Timur, Indonesia.
[16] Rusmin. (2010). Wiring LAN Server Room. Tanjung Redeb,
Kalimantan Timur, Indonesia.
[17] Shimonski, R. J., Schmied, W., Imperatore, D., Shinder, D. T., Chang,
V., & Simonis, D. (2003). Building DMZs for Enterprise Networks.
United States of America: Syngress Publishing, Inc.
[18] Tanenbaum, A. S. (2003). Computer Network 4th Ed. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
[19] Tung, K. Y. (1997). Intranet. (anonymous, Pewawancara)

Anda mungkin juga menyukai