Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sejak dahulu bangsa Indonesia telah menggunakan bahan alami untuk
pengobatan. Kepercayaan masyarakat tentang manfaat dan efektivitas bahan
alam sebagai obat terus berkembang hingga sekarang karena bahan bakunya
yang mudah diperoleh, harganya murah dan efek sampingnya reletif lebih
kecil di bandingkan dengan obat buatan pabrik (Sari, 2006).
Obat tradisional bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Sebelum
obat-obat kimia berkembang secara modern, nenek moyang kita umumnya
menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk
mengatasi masalah kesehatannya, salah satu tanaman yang digunakan untuk
obat tradisional adalah kembang sepatu (Hisbiscus rosasinensis) (Afifah,
2005).
Bunga kembang sepatu dalam bahasa Aceh yaitu bungong kembang
sepatu. Bunga kembang sepatu (Hisbiscus rosasinensis) adalah tumbuhan
mengandung air yang berasal dari Madagaskar. Kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis) populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak
juga yang tumbuh liar di kebun-kebun dan di pinggir parit
(blogspot.com/2012).
Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) mengandung zat lendir, Vitamin
C, asam formiat dan tanin. Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis)
digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan sakit kepala, batuk,
sakit dada, penyembuhan demam, memperlancar haid tidak teratur, obat luka
serta bisul. Selama ini masyarakat yang tinggal di daerah masih
menggunakan Kembang sepatu sebagai obat batuk. Salah satu bakteri
penyebab bisul adalah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus adalah sel gram-positif berbentuk bulat,biasanya tersusun
dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Staphylococcus tumbuh
2



dengan mudah diberbagai medium dan aktif secara metabolik, melakukan
fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih
hingga kuning tua. Beberapa tipe Staphylococcus merupakan flora normal
pada kulit dan membran mukosa manusia, tipe lainnya dapat membentuk
abses dan berbagai infeksi piogenik (Jawetz dkk. 2008).
Genus Staphylococcus sedikitnya memiliki 30 spesies, tiga tipe
Staphylococcus yang berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus. Staphylo-
coccus aureus bersifat koagulase positif yang membedakan dari spesies lain.
Staphylococcus aureus patogen utama pada manusia (Jawetz dkk, 2007).
Staphylococcus aureus mudah berkembang pada sebagian besar medium
bakteriologik dalam lingkungan aerobik, organisme ini paling dapat
berkembang pada suhu 37
0
C tetapi suhu terbaik untuk menghasilkan pigmen
adalah suhu ruangan (20
0
C 25
0
C) koloni pada medium padat berbentuk
bulat halus, meninggi dan berkilau (Jawetz dkk, 2008)

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ingin diketahui apakah perasan
Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) dalam berbagai konsentrasi
berpengaruh terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro.

C. Pertanyaan Penelitian
Apakah perasan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) berpengaruh
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro.





3



D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah perasan Kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis) dapat bersifat bakteriostatik (menghambat) pertumbuhan
koloni bakteri Staphylococcus aureus.

2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa perasan daun kembang
sepatu (Hibiscus rosasinensis) dapat menghambat pertumbuhan koloni
bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang kasiat Kembang sepatu
(Hibiscus rosasinensis) sebagai bahan obat yang bersifat bakteriostatik
terhadap Staphyloccoccus aureus.
3. Sebagai suatu proses pengaplikasian dengan pengembangan terhadap ilmu
yang telah dimiliki dari Akademi Analis Kesehatan.
4. Sebagai referensi untuk Akademi Analis Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai