Anda di halaman 1dari 7

4

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis)
1. Morfologi
Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) adalah tumbuhan yang
mengandung air yang berasal dari Magarskar (Afrika). Kembang sepatu
digunakan sebagai tanaman hias (Mursito, 2005).
Tumbuhan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) mempunyai ciri
khas yaitu:
a. Mempunyai batang yang keras dan beruas
b. Daunnya berwarna hijau muda dan hijau tua
c. Bungan dari tanaman ini memiliki banyak kandungan air di dalamnya

2. Klasifikasi
Klasifikasi kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Devisi : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis (http://wikipedia).
3. Kandungan
Kembang sepatu mengandung karbohidrat, saponin, glikosida, steroid,
polifenol, skopoletin, cleomiscosis, taraxeryl acetat, cynidin diglucosin,
tannin dan kaya vitamin C (Mursito, 2005).


5



4. Manfaat
Dalam pengobatan tradisional kembang sepatu digunakan untuk
mengobati infeksi, peradangan,kencing nanah, batuk lendir dan berdarah.
Selain itu kembang sepatu juga dapat mengobati sakit kepala, gondongkan,
borok, bisul, melancarkan haid serta menurunkan demam. Kembang sepatu
juga dapat mengobati wasir karena memiliki sifat yang dingin berkasiat
sebagai penyejuk dan antiseptik, juga memiliki sifat antigen dan anti radang
(http://davin-rizki.blogspot).

B. Staphylococcus aureus
1. Pengertian
Staphylococcus aureus dari perkataan staphyle yang berarti kelompok
buah anggur dan kokus yang berarti benih bulat (Sujudi, 1992). Genus buah
Staphylococcus sedikit memiliki 30 spesies. Tiga spesies utama yang
memiliki kepentingan utama yang memiliki kepentingan klinis adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
saprophyticus (Jawetz, dkk 2007).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Staphylococcus aureus sebagai mana di kemukakan oleh
(Yunus, 1982) sebagai berikut :
Divisi : Protophyta
Subdivisi : Schizomycetea
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus


6



3. Morfologi
Staphylococcus adalah sel berbentuk bola dengan garis tengah sekitar
1 m tersusun dalam kelompok yang tidak teratur, kokus tunggal,
berpasangan, tetrad dan bentuk rantai juga terlihat dibiakan cairan.
Staphylococcus tidak motil dan tidak membentuk spora (Jawetz, dkk 2007).
Morfologi Staphylococcus adalah sebagai berikut :
Bentuk : bulat (coccus), diameter 0.8
Ukuran : 0.5-1 l
Susunan : satu satu atau seperti susunan anggur (berkarang)
Flagella : negatif (-)
Gerak : negatif (-)
Spora : negatif (-)
Kapsul : negatif (-)
Gram : positif (+)

4. Sifat Biakan
Kebanyakan tumbuh pada pembenihan bakteri dalam keadaan aerobik
atau mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 37
0
C, tetapi
mambentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25
0
C) (Jaweetz &
Melnick, dkk 2005).

5. Sifat-Sifat Pertumbuhan
Menghasilkan katalase, memfermentasi karbohidrat, menghasilkan
asam laktat dan tidak menghasilkan gas. Staphylococcus relatif resisten
terhadap pengeringan, panas (tahan pada suhu 50
0
C selama 30 menit), dan
natrium klorida 9% tetapi mudah di hambat oleh bahan kimia tertentu,
seperti heksaklorofen 3% (Jawetz, dkk 2007).




7



6. Daya Tahan
Diantara bakteri yang membentuk spora, Staphylococcus adalah yang
paling tahan terhadap bahan kimia, sehingga jalur Staphylococcus tertentu
digunakan untuk standar tes evaluasi bahan-bahan antiseptika atau
antibiotika, misalnya Staphylococcus aureus. Dalam suhu pada agar miring
atau keadaan beku, bakteri tersebut dapat hidup samapi beberapa bulan,
sedangkan dalam keadaan beku bakteri tersebut dapat hidup sampai
beberapa bulan-bulan, sedangkan dalam keadaan kering pada pus dapat
hidup 14-16 minggu (http://rockapolka.blogspot.com-/:Stapycoccus aureus).

7. StrukturAntigenik
Staphylococcusaureus mengandung polisakarida antigenik dan protein
serta substansi lainnya di dalam struktur diding sel. Peptidoglikan dapat
dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap lisozim, ini penting dalam
pathogenesis infeksi (Jawetz dkk, 2008).

8. Enzim dan Toksin
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit baik melalui
kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta
dengan cara menghasilkan berbagai substansi ektraseluler. Beberapa
substansi tersebut adalah enzim, lainnya dianggap sebagai toksin tetapi
dapat berfungsi sebagai enzim. Banyak dari toksin tersebut di bawah kontrol
genetik plasmid, beberapa dapat dikendalikan kromosoma dan
ekstrakromosomal dan mekanisme control genetic lainnya tidak dapat
dijabarkan dengan baik (Jawetz dkk, 2008).

9. Patogenesis dan Gejala Klinik
Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran
napas dan saluran pencernaan manusia. Kemampuan patogenik
Stahylococcus aureus merupakan gabungan efek faktor eksraseluler
8



(katalase, koagulase dan enzim-enzimnya) dan toksin serta sifat invasive
stain tersebut (Jawetz dkk, 2008).
Umumnya Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit
pembengkakan (abses) seperti : bisul, jerawat dan infeksi kulit
(http://bakteri-Staphylococcus.html).

C. Uji Sensitivitas (Sensitiviti Test)
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan
bakteri pada kosentrasi yang rendah.
Penentuan kepekaan bakteri terhadap mikroba dapat dilakukan dengan
2 metode, yaitu:

1. Metode dilusi
Metode ini menggunakan anti miroba dengan kadar yang menurun
secara tahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media
diinokulasi dengan bakteri yang diuji dan diinkubasi. Tahap akhir
dilarutkan anti mikroba dengan kadar tertentu untuk menghambat atau
mematikan bakteri. Uji kepekaan secara dilusi ini memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada penggunaan tertentu saja. Uji kepakaan
dilusi cair dengan menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang di
pakai, yakni menggunakan microdilution plate. Keuntungan uji mikroba
cair adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan
jumlah antimikroba yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri (Jawetz,
dkk 2005).




9



2. Metode difusi
Metode yang sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram
kertas sering berisi sejumlah tertentu obat diletakakan pada permukaan
medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada
permukaannya. Setelah diinokulasi, diameter, diameter zona hambatan
sekitar cakram di pergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap
organisme uji. Metode ini dipengangaruhi oleh beberapa faktor fisik
kimia, selain faktor antara obat dan organisme, misalnya sifat medium dan
kemampuaan dufusi, ukuran molekular dan stabilitas obat (Jawetz &
Malnick, dkk 2005).
Antibiotik merupakan zat yang dapat membunuh atau melemahkan
makhluk hidup, yaitu mikro organisme (jasad renik) seperti bakteri, parasit
dan jamur (Indriasari, 2010).
Invitro adalah proses di dalam gelas yang dapat dilihat di dalam
tabung reaksi, di lingkungan buatan. In vitro dalam tabung yaitu proses
biologi yang berlansung dalm kondisi percobaan di luar sel atau
organisme, umpamanya dalam tabung percobaan (Abercrombie &
Hikman, dkk 1993).

D. Variabel-variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) : perasan kembang sepatu (Hibiscus
rosasinensis) konsentrasi 100%,
80%,40% dan 20% sebagai zat
bakteriostatik.
2. Variabel tidak bebas (dependen) : sensitivitas bakteri Staphylococcus
aureus.




10



E. Kerangka Konsep







F. Definisi Operasional
Antibiotik : Substansi kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme
(Dorland, 2000).
Bakterisida : Senyawa kimia yang bersifat membunuh bakteri (Dorland,
2000).
Bakteriostatik : Mencegah perkembangbiakan bakteri (Dorland, 2009).
Invitro : Proses atau reaksi yang dilakukan dalam tabung percobaan
dalam laboratorium atau secara harfiah berarti dalam
kaca seperti dalam tabung di laboratorium (Hinchliff,
1999).
Intermediete : Terletak diantara, menyisipkan, sebagian menyerupai
setiap dua perbedaan (Dorland, 2000).
Resisten : Derajat perlawanan terhadap suatu reaksi (Brooker, 2001).
Sensitivitas : Keadaan rentan terhadap suatu obat atau antigen dalam
mikrobiologi test yang dilakukan untuk menentukan
sensitivitas atau reaksi suatu mikroorganisme terhadap
berbagai macam obat anti mikroba (Jawetz, dkk 2005).

Perasan kembang sepatu
(Hibiscus rosasinensis)
konsentrasi 100%, 80%,
40% dan 20% sebagai zat
bakteriostatik.

Variabel
Independent
Variabel
Dependent
Sensitivitas bakteri
Staphylococcus
aureus.

Anda mungkin juga menyukai