Anda di halaman 1dari 14

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

1
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

STANDARDISASI MUTU KAYU BERDASARKAN KETAHANANNYA
TERHADAP PENGGEREK DI LAUT

Oleh

Mohammad Muslich, Ginuk Sumarni
1



Abstrak
Penggunaan kayu tidak hanya untuk di darat, tetapi juga di laut yaitu berupa kapal kayu,
dermaga, tiang pancang dan lainnya. Kayu yang digunakan tersebut tidak luput dari serangan
penggerek di laut. J enis penggerek ini sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu Mollusca dan Crustacea. Penyebaran binatang ini sangat luas, hampir ada
di seluruh perairan, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Seran
2
gan yang terjadi
berupa lubang gerek pada bagian kapal, dermaga atau tiang pancang yang terendam air,
sehingga sangat merugikan dan berbahaya bila terkena gelombang. Penelitian telah dilakukan
terhadap 200 jenis kayu yang direndam di laut selama 6 bulan, diuji ketahanannya terhadap
penggerek di laut. Hasilnya menunjukkan bahwa kelas ketahanan kayu dapat dinilai melalui
tingkat serangan penggerek terhadap kayu. Berdasarkan penelitian ini, kelas awet kayu terhadap
penggerek di laut dapat dibedakan menjadi 5 macam mutu kayu yaitu kelas I (sangat tahan),
kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk). Dari 200 jenis
kayu yang diteliti tersebut, 2,5% termasuk kelas I, 5% kelas II, 13% kelas III, 25% kelas IV, dan
54,5% kelas V.

Kata kunci: standardisasi, mutu kayu, penggerek di laut

















1
Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

2
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t




I. PENDAHULUAN

Lebih kurang dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan, sehingga banyak kayu
yang digunakan untuk keperluan angkutan antar pulau berupa perahu, kapal, tiang
pancang, dermaga dan bangunan lainnya. Kayu yang digunakan untuk keperluan
tersebut tentunya tidak luput dari serangan organisme penggerek di laut atau yang
sering disebut dengan marine borers. Organisme penggerek kayu di laut yang sering
dijumpai yaitu dari golongan Mollusca dan Crustacea. Golongan Mollusca dibedakan
menjadi dua famili yaitu Teredinidae dan Pholadidae, sedangkan golongan Crustacea
dibedakan menjadi tiga famili yaitu Limnoridae, Sphaeromatidae dan Cheluridae.
Penyebaran organisme ini sangat luas dan dapat dijumpai baik di laut, pantai atau di
perairan payau. Di daerah tropis organisme ini berkembang dengan pesat dan dapat
dijumpai sepanjang tahun.
Di Indonesia mengenal lima kelas awet, yaitu kelas I yang paling awet sampai
kelas V yang paling tidak awet (Oey Djoen Seng, 1964). Klasifikasi ini hanya berlaku
untuk serangga dan jamur tanpa mengindahkan kelas awet kayu terhadap penggerek di
laut. Oey Djoen Seng juga menyatakan bahwa dari 4000 jenis kayu Indonesia, hanya
sebagian kecil saja (15-20%) yang termasuk dalam kelas awet tinggi (I dan II)
sedangkan sisanya termasuk kelas awet rendah (III, IV dan V). Klasifikasi inilah yang
sampai sekarang masih dipakai sebagai pegangan untuk memperkirakan keawetan
alami kayu terhadap organisme perusak. Padahal klasifikasi tersebut bukan
berdasarkan dari hasil penelitian yang mendalam, melainkan berdasarkan informasi dan
hasil pengamatan di lapangan yang dicocokkan dengan data dan berbagai sumber.
Klasifikasi tersebut sama sekali belum menyentuh mengenai ketahanan kayu terhadap
penggerek di laut.
Penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut pertama kali dilakukan oleh
Gonggrijp (1932) dan Bianchi (1933) terhadap sembilan jenis kayu yaitu lara
(Metrosideros sp), resak durian (Cotyleibium flavum Pierre), tempinis (Sloetia elongate
Kds), kolaka (Parinari corumbosa Miq.), malas (Parastemon urophyllum A.DC.), jati
(Tectona grandis L.f), ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B), teruntum (Lumnitzera littorea
Voight) dan bungur (Langerstroemia speciosa Pers).
Muslich dan Sumarni (2004) telah melakukan penelitian ketahanan 62 jenis kayu
yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia terhadap penggerek di laut. Selanjutnya
secara berkala dilakukan penelitian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan sehingga mencapai 200 jenis kayu. Pada tulisan ini dikemukakan hasil penelitian
tersebut.

II. BAHAN DAN METODE

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

3
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

Bahan yang dipakai pada penelitian ini ialah 200 jenis kayu yang berasal dari berbagai
daerah di Indonesia yaitu J awa Barat (72 jenis), J awa Tengah (2 jenis), Lampung (4
jenis), Sumatera Selatan (2 jenis), Palembang (6 jenis), Riau (6 jenis), Kalimantan Timur
(32 jenis), Kalimantan Barat (7 jenis), Kalimantan Tengah (3 jenis), Sulawesi Selatan (11
jenis), Sulawesi Tengah (14 jenis), Sulawesi Tenggara (1 jenis), Ambon (7 jenis), Nusa
Tenggara Timur (2 jenis) dan Irian J aya (26 jenis). Masing-masing jenis kayu dibuat
contoh uji berukuran 2,5 cm x 5,0 cm x 30 cm sebanyak 10 kali sebagai ulangan. Pada
bagian tengah permukaan terlebar dibuat lubang dengan diameter 1,5 cm.


Contoh uji diikat satu sama lain (direnteng) melalui lubang dengan tali plastik, di antara
contoh uji dengan yang lain diberi sekat dengan selang plastik dan dibuat rakit seperti
pada Gambar 1.























Gambar 1 Ukuran Contoh Uji dan Susunan Rakit yang Dipasang di Laut

Lokasi penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut, dilakukan di perairan
Pulau Rambut (Kepulauan Seribu). Perairan tersebut mempunyai salinitas sekitar 3033
permil dan suhu sekitar 28-29C, pantainya berkarang, berpasir putih dan bebas dari
polusi atau limbah buangan. Perubahan salinitas, suhu, arus dan gelombang pada
setiap tahunnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, sehingga populasi
TALI PLASTIK
CONTOH UJ I
PARALON
PELAMPUNG
TALI PLASTIK
CONTOH UJ I
PIPA PLASTIK
5 cm
2,5 cm 30 cm
PEMBERAT
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

4
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

penggerek di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik (Muslich dan Sumarni,
1987).
Rakit dipasang di laut secara vertikal dan setelah 6 bulan diambil untuk diamati
intensitas serangan penggerek. Untuk menilai intensitas serangan pada contoh uji,
dilakukan dengan membelah bagian tengah permukaan terkecil menjadi dua bagian
yang sama. Klasifikasi kelas ketahanan kayu terhadap serangan penggerek di laut,
tercantum pada Tabel 1.
Untuk identifikasi jenis penggerek yang menyerang contoh uji, diamati struktur
cangkuk dan bentuk palet serta bekas lubang gereknya sesuai dengan kunci identifikasi
yang disusun oleh Turner (1971).



Tabel 1 Klasifikasi Ketahanan Kayu Terhadap Penggerek Kayu di Laut
Kelas Ketahanan Intensitas Serangan (%) Selang Intensitas Serangan
I <7 Sangat tahan
II 7-27 Tahan
III 27-54 Sedang
IV 54-79 Buruk
V >79 Sangat buruk
Sumber: BSN (2006)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 200 jenis contoh uji kayu yang dipasang di
perairan Pulau Rambut selama 6 bulan, sebagian besar mendapat serangan berat dari
penggerek di laut. Hasil klasifikasi kelas ketahanan dari 200 jenis kayu tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2 dan sebagai pembanding dicantumkan pula kelas awet kayu
menurut klasifikasi Oey Djoen Seng (1964). Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 200 jenis
kayu, hanya 5 jenis atau 2,5% saja yang termasuk dalam kelas ketahanan I yaitu resak
(Cotylelobium flavum Pierre), kandole (Diploknema oligomera H.J.L), ulin (Eusidiroxylon
zwageri T.et B), kayu besi (Metrosideros petiolata Kds) dan pelawan merah (Tristania
maingayi Duthie). Selanjutnya 10 jenis atau 5% yang termasuk kelas ketahanan II yaitu
empas (Bouea burmanica Griff.), eboni (Diospyros celebica Bakh), bangkirai (Hopea
dryobalanoides Miq.), tanjung (Mimusops elingi L), kusegoro (Neonauclea maluense
S.Moore), gewaya hutan (Parastemon versteeghii Merr.et Perry), kolaka (Parinari
corymbosa Miq), jati (Tectona grandis L.f), bitti (Vitex cofassus Reinw), dan laban (Vitex
pubescens Val). Sebagian besar lainnya yaitu 26 jenis atau 13% termasuk kelas III, 50
jenis atau 25% termasuk kelas IV dan 109 atau 54.5% termasuk kelas V. J enis kayu
yang termasuk kelas III, IV dan V dalam pemakaian yang bersentuhan dengan air laut
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

5
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

harus diawetkan agar umur pakainya bertambah panjang (Barly dan Abdurrochim,
1996).

Tabel 2 Kelas Awet 200 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek di Laut
No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
1 Acasia mangium Willd. Mangium Jawa Barat 0.73 67 IV III
2
Adenanthera microsperma
T.et B.
Sembreena Irian Jaya 0.80 40 III II-I
3 Agathis borneensis Warb Agatis J awa Barat 0.55 86 V IV
4 Agathis beccerii Warl.
Damar
daging
J awa Barat 0.52 90 V IV
5 Agatthis beekingii M.Dr. Kidamar J awa Barat 0.51 90 V IV
6 Agathis celebica Warl. Damar J awa Barat 0.61 86 V IV
7 Aglaia eusideroxylon K.et V. Sao Irian Jaya 0.72 66 1V II-III
8 Ailanthus integrifolia Lamp. -
Sulawesi
tengah
0.38 95 V -
9 Ailanthus malabarica D.C. Kirontasi
Sulawesi
tengah
0.38 80 V V
10 Albizia falcataria L. Fosberg Sengon Jawa Barat 0.33 96 V IV/V
11 Alstonia angustiloba Miq. Pulai Lampung 0.36 76 V V
12 Alstonia congengsis Engl. Pulai Jawa Barat 0.30 90 V -
13 Alstonia cytheria Sm.n. Susuk Irian Jaya 0.31 90 V -
14
Alstonia pneumatophora
Bakh.
Pulai rawang
Sulawesi
Selatan
0.34 93 V V
15 Altingia excelsa Noronha. Rasamala Jawa Barat 0.81 66 IV II-III
16
Anthocephalus cadamba
Miq.
Saif Irian Jaya 0.28 90 V IV-V
17 Antiaris toxicaria Lesch. Basoah Irian Jaya 0.42 95 V V
18
Artocarpus lanceifolius
Roxb.
Mersiput
Kalimantan
Timur
0.42 93 V III
19 Bischoffia javanica Bl. Gadog Jawa Barat 0.75 65 V III-II
20
Blumeodendron tundifolium
Meer.
Perupuk
Kalimantan
Barat
0.63 80 V IV
21 Bouea burmanica Griff. Empas
Kalimantan
Timur
1.02 27 II II
22 Burckella macropoda H.J.L. Nyatoh Ambon 0.66 69 V -
23 Calophyllum inophyllum L. Nyamplung Riau 0.69 45 III II-III
24 Calophyllum soulatri Burm.f. Mengkakal
Kalimantan
Barat
0.54 73 IV II-IV
25
Campnosperma macrophylla
Hook.f
Terentang
Kalimantan
Barat
0.48 90 V V
26 Canarium vulgare Lumk. Kenari Ambon 0.51 85 V -
27
Canarium sumatranum
Boerl.et Kds
Kenari Lampung 0.53 85 V V
28 Cananga odorata Hook et. Wafut Irian Jaya 0.33 73 V IV-V
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

6
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
Th.
29 Cassia siamea Lamp. Johor Jawa Barat 0.84 35 III I-II
30 Castanopsis javanica A.Dc. Kali morot Jawa Barat 0.68 93 V III
31
Cedrella mexicana
M..Roem.
Handarusa Jawa Barat 0.32 90 V III
32 Celtis latifolia Planch. Schiega Irian Jaya 0.52 83 V IV
33 Ceropia peltata L. Bos pepaya Jawa Barat 0.34 90 V -
34 Colona scabra Burr. Bunu
Sulawesi
Selatan
0.40 96 V V
35 Cotylelobium flavum Pierre. Resak
Kalimantan
Barat
1.01 0.00 I I
36 Cratoxylon arborescens Bl. Gerunggang
Kalimantan
Timur
0.47 96 V IV
37 Dacryodes rostrata H.J.L. Kemayan Jawa Barat 0.91 45 III III
38
Dactylocladus stenostachys
Oliv.
Mentibu
Kalimantan
Barat
0.53 85 V IV/V
39 Dalbergia parviflora Roxb. Kayu taka Jawa Barat 0.83 33 III I
40 Dialium platysepalum Baker. Keranji
Sumatera
Selatan
0.98 35 III I
41 Diospyros celebica Bakh. Eboni
Sulawesi
Tengah
0.92 23 II I
42 Diospyros macrophylla Bl. Maurula
Sulawesi
Tengah
0.60 83 V V
43
Diospyros pilosanthera
Blanco.
K.hitam
Sulawesi
Tengah
0.80 70 IV II-III
44
Diploknema oligomera
H.J.L.
Kandole
Sulawesi
Tenggara
1.12 0 I I-II
45 Dillenia reticulata King. Simpur Jawa Barat 0.75 66 IV III
46
Dipterocarpus apendiculatus
Schy.
Keruing
Kalimantan
Tengah
0.78 45 III III
47
Dipterocarpus caudiferus
Merr.
Keruing
d.lbr.
Kalimantan
Timur
0.69 70 IV IV
48
Dipterocarpus cornutus
Dyer.
Keruing bulu
Kalimantan
Timur
0.82 50 III IV
49 Dipterocarpus retusus Bl. Kruing Jawa Barat 0.75 50 III III
50
Dracontomelon dao Merr. Et
Rolfe
Kaili
Sulawesi
Tengah
0.63 73 IV II-IV
51
Dracontomelon mangiferum
Bl.
Rau
Sulawesi
Tengah
0.58 66 IV IV
52
Drypetes longifolia Pax. Et
Hoff.
Batu K. Ambon 0.78 50 III III
53 Duabanga moluccana Bl. Benuang laki
Kalimantan
Timur
0.39 93 V IV-V
54 Durio zibethinus Murr. Durian
Sulawesi
Tengah
0.57 73 IV IV-V
55 Durio oxleyanus Griff. Kei bengong Kalimantan 0.61 75 IV IV-V
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

7
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
Timur
56
Drypetes longifolia Pax et
Hoff.
Buniyaga
Sulawesi
Selatan
0.78 56 IV III
57 Dyera costulata Hook. F. Jelutung
Kalimantan
Tengah
0.43 90 V V
58
Elaeocarpus sphaericus
K.Schum.
Hongmako Irian Jaya 0.49 90 V V
59 Elaeocarpus deglupta Bl. -
Sulawesi
Selatan
0.57 85 V -
60 Elmerrilia ovalis Dandy. Uru
Sulawesi
Selatan
0.43 85 V II
61
Endospermum malaccense
Muell.
Sendok-
sendok
Riau 0.45 90 V V
62 Eucalyptus alba Reiw. Ampupu Jawa Barat 0.89 66 IV III-II
63 Eucalyptus deglupta Bl. Leda Jawa Barat 0.57 90 V IV
64 Eucalyptus citriodora Hook. - Jawa Barat 0.80 70 IV III
65
Eucalyptus platyphylla
F.V.M.
Yua mea NTT 1.02 33 III II-III
66
Eucalyptus urophylla
S.T.Blake
- NTT 1.05 46 III II
67 Eugenia polyantha Wight. Gosula Ambon 0.64 96 V III
68
Eusideroxylon zwageri T.et
B
Ulin
KalimantanT
imur
1.04 0 I I
69 Evodia aromatica Bl. Ki sampang Jawa Barat 0.43 85 V V
70 Ficus nervosa Heyne. Beringin
Sulawesi
Tengah
0.30 95 V V
71 Ficus pubinervis Bl Beringin
Sulawesi
Tengah
0.42 76 IV V
72 Fragraea fragans Roxl. Tembesu Riau 0.81 35 III I
73 Ganua motleyana Pierre. Ketian Palembang 0.56 85 V IV
74 Ganophyllum falcatum Bl. Sehara Irian Jaya 0.79 60 IV III
75 Gonystylus bancanus Kurz. Ramin
Kalimantan
Barat
0.63 80 V V
76
Gonystylus macrophyllus
A.Shaw.
Pulai miang Riau 0.62 85 V V
77
Gonystylus velutinus
A.Shaw.
Seranai Riau 0.59 80 V V
78
Gossampinus malabarica
Alst.
Randu alas Jawa Barat 0.30 95 V V
79 Haplolobus celebicus H.J.L Lengai Jawa Barat 0.64 83 V III-IV
80 Hernandia ovigera L. Fofo Irian Jaya 0.31 95 V V
81 Heritiera javanica Pongokan Jawa Barat 0.80 75 IV II-III
82 Heritiera litoralis Deyand. Rarum Ambon 0.98 66 IV I-II
83
Hevea brasiliensis Muell.
Arg.
Balau perak Jawa Barat 0.61 80 V V
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

8
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
84
Hollutus blumcanus Muell
Ary.
Perupuk
Kalimantan
Timur
0.56 66 IV -
85 Homalium foetidum Benth. Petion Irian Jaya 0.76 50 III II-IV
86 Hopea dryobalanoides Miq. Bangkirai
Kalimantan
Tengah
0.72 2 0 II II(III-I)
87 Hopea mengarawan Miq Nyerabat
Kalimantan
Timur
0.71 65 IV II-III
88 Hopea odorata Roxb. - Jawa Barat 0,65 80 V -
89 Hopea sangal Korth. Cengal Jawa Barat 0.70 65 IV II-III
90 Hopea sangal Korth. Merawan Lampung 0.70 75 IV II-III
91 Horspecdia sylvertris Warb. Bomsi Irian Jaya 0.45 90 V -
92 Hymenaea courbaril L. Marasi Jawa Barat 0.63 75 IV III
93 Intsia bijuga O.Ktze Sekka Irian Jaya 0.84 43 III I-II
94 Intsia palembanica Miq. Ipil
Kalimantan
Timur
0.79 50 III II-I
95 Kallapia celebica Kosterm. Kalapi
Sulawesi
Selatan
0.64 50 III II
96 Khaya anthotheca C.Dl.
Mahoni
uganda
Jawa Barat 0.48 80 V -
97 Khaya grandifolia C.DC.
Mahoni
afrika
Jawa Barat 0.58 79 IV -
98 Khaya senegelensis A.Jun Mahoni Jawa Barat 0.45 85 V -
99 Koompassia excelsa Taub Bangeris
Kalimantan
Timur
0.83 70 IV III-IV
100
Koompassia malaccensis
Maeng.
Kempas Palembang 0.95 80 V III-IV
101
Koordersiodendron
pinnatum Meer
Kelembiring
Kalimantan
Timur
0.83 80 V II-III
102
Lithocarpus sundaicus Bl.
Kost.
Pasang
kayang
Jawa Barat 0.58 90 V -
103 Litsea firma Hook.f. Madog panel
Kalimantan
Barat
0,56 85 V III-IV
104 Litsea odorifera Val. Menako Irian Jaya 0.42 90 V IV-V
105 Lumnitzera littorea Voigt. Susup Riau 0.83 45 III II
106
Mallotus blumeanus
Muell.Arg.
Bungbulang Jawa Barat 0.63 85 V V
107 Mangifera foetida Lour.
Mangga
hutan
Sulawesi
Tengah
0.73 70 IV II-III
108 Mangifera minor Bl. Merantaipa
Sulawesi
Tengah
0.63 66 IV III
109 Melanorrhoea sp.
Regas
burung
Kalimantan
Timur
0.87 40 III II
110 Melia excelsa Jack.
Surian
bawang
Jawa Barat 0.60 85 V III-IV
111 Metrosideros petiolata Kds. Kayu besi
Sulawesi
Selatan
1.15 0 I I
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

9
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
112 Mezzttia parviflora Becc.
Pisang-
pisang
Kalimantan
Barat
0.61 80 V V
113 Mimusops elingi L. Tanjung Jawa Barat 1.00 25 II I/II
114 Myristica subaculata Miq. Merantihan Palembang 0.37 90 V V
115
Neonauclea maluense
S.Moore.
Kusegoro Irian Jaya 0.81 20 II III
116
Ochroma grandiflora
Rowlee.
Balsa Palembang 0.30 95 V V
117 Ochrosia fisifolia Mgf. Asakka Irian Jaya 0.57 90 V V
118 Octomeles sumatrana Miq Starka Irian Jaya 0.33 86 V V
119 Palaqium obovatum Engl. Kune
Kalimantan
Timur
0.67 50 III IV
120 Palaquium gutta Bail. Nyatoh
Kalmantan
Timur
0.69 50 III IV
121
Palaquium multiflorum
Peere.
Songwa Irian Jaya 0.99 85 V II-III
122
Palaquium obtusifolium
Burck.
Hantu
Sulawesi
Tengah
0.56 80 V IV-V
123
Parasarianthes falcataria
Niel.
Sengon Jawa Barat 0.33 95 V IV-V
124
Parastemon versteeghii
Merr.et P.
Gewaya
hutan
Palembang 1.09 20 II II-III
125 Parinari corymbosa Miq. Kolaka
Kalimantan
Timur
0.96 23 II III
126 Pentadisma butyracea Sab. Buter tree Jawa Barat 0.51 90 V
127 Peronema canescens Jack. Sungkai Jawa Barat 0.63 73 IV III
128
Pimeleodendron
amboinicum Hask.
Komwa Irian Jaya 0.57 85 V V
129 Pinus khasya Rowlee. Pinus Jawa Barat 0.54 90 V
130
Pinus merkusii Jungh. et de
Vries
Pinus Jawa Barat 0.55 93 V III-IV
131 Pinus mentezuma Lamb. Pinus Jawa Barat 0.54 90 V
132 Planchonia valida Bl. Putat Jawa Barat 0.80 55 IV II-III
133 Piptademia peregrina Benth. - Jawa Barat 0.66 80 V
134 Podocarpus blumei Endl. Melur Jawa Barat 0.60 86 V IV
135 Polyalthia hypoleoca Hook. Banitun Palembang 0.80 60 IV IV
136 Pometia pinnata Forst. Matoa Irian Jaya 0.77 65 IV V
137 Poteria obovoidea Bah.ni. Nyatu putih Jawa Barat 0.69 80 V -
138 Prainea microcephala J .J .S. Petuwon Irian Jaya 0.51 90 V III
139 Pterocarpus spec.
Sono
kembang
Jawa Barat 0.77 60 IV II-IV
140 Pterocarpus indicus Willd.
Sono
kembang
Sulawesi
Selatan
0.65 45 III -
141
Pterocymbium beccaria
K.Schm.
Bemiek Irian Jaya 0.39 90 V V
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

10
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
142
Pterospermum celebicum
Miq
Wayu
Sulawesi
Tengah
0.44 90 V IV-V
143
Pterospermum difersifolium
Bl.
Bayur Jawa Barat 0.65 85 V IV
144 Pterospermum indicus Wild. - Jawa Barat 0.65 75 IV II-III
145
Pterospermum montanum
K.et V.
Bayur
gunung
Jawa Barat 0.53 90 V IV
146 Pterygota alata R.Br. - Jawa Barat 0.75 70 IV -
147 Pterygota forbesii F.Muell. Gohima Ambon 0.75 70 IV V
148 Quercus leprosula Miq. - Jawa Barat 0.47 85 V -
149 Quercus lineata Bl.
Pasang
beureum
Jawa Barat 1.00 65 IV II
150 Quercus turbinata Bl.
Pasang
jambe
Jawa Barat 0.75 80 V III
151
Risinodendron africanum
Arg.
- - 0.64 73 IV -
152 Samanea saman Merr. Ki hujan Jawa Barat 0.61 86 V IV
153 Sandoricum koetjape Merr. Kecapi Jawa Barat 0.49 93 V IV-V
154 Scapium macropodum J.B. Mersawa
Kalimantan
Timur
0.65 80 V V
155 Schleichera oleosa Merr. Kesambi
Sulawesi
Selatan
1.01 40 III -
156 Schima wallichii Korth. Penagit
KalimantanT
imur
0.81 60 V III
157
Shorea acuminatissima
Sym.
Damar pakit
Kalimantan
Timur
0.54 85 V III-IV
158 Shorea balangeran Burck.
Lempung
kahoi
Kalimantan
Timur
0.86 60 IV I-III
159 Shorea guiso Bl. Giso Jawa Barat 0.83 75 IV II-III
160 Shorea johoriensis Foxw Kenuar
Kaimantan
Timur
0.50 63 IV III-V
161 Shorea koordersii Brandis.
Damar
tenang
Jawa Barat 0.50 83 V IV
162 Shorea lamellata Foxw.
Damar
tunam
Jawa Barat 0.73 60 IV IV
163 Shorea laevis Bl. Bangkirai
Kalimantan
Timur
0.99 46 III I
164 Shorea leptoclados Sym. Mengkabung
Kalimantan
Timur
0.50 80 V IV-V
165 Shorea leprosula Miq.
Lempung
tembaga
Kalimantan
Timur
0.40 85 V III-IV
166 Shorea meoistopteryx Ridl. Tengkawang Jawa Barat 0.51 80 V
167 Shorea ovalis Bl.
Lempung
rusa
Kalimantan
Timur
0.51 85 V III-IV
168 Shorea parvifolia Dyer.
Lempung
nasi
Kalimantan
Timur
0.45 85 V III-IV
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

11
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
169 Shorea platyclados V.Sl.
Meranti
abang
Sumatra
Selatan
0.67 75 IV III-IV
170 Shorea selanica Bl.
Meranti
bapa
Jawa Barat 0.37 90 V -
171 Shorea seminis V.Sl. Terindak Jawa Barat 0.90 75 IV I-II
172 Shorea smithiana Sym. Merumbung
Kalimantan
Timur
0.50 80 V III-IV
173 Shorea sp.
Merant
merah
Jawa Barat 0.51 70 IV
174 Shorea stenoptera Burck. Tengkawang Jawa Barat 0.41 80 V III-IV
175
Spathodea campanulata
P.B.
Ki aerit Jawa Barat 0.39 90 V V
176 Spondias cytherea Soon. Sutiet Irian Jaya 0.33 95 V V
177 Sindora leiocarpa De.wit. Anggi
Kalimantan
Timur
0.60 60 IV IV-V
178 Sterculia symplicifolia Mast. Buah sayap
Kalimantan
Timur
0.75 35 III II-IV
179 Sterculia cymosa Kelumpang Jawa Barat 0.52 90 V -
180 Styrax benzoin Dryand. Kemenyan Jawa Barat 0.54 80 V IV-V
181 Spondias cytherea Sonn. Kedondong
Sulawesi
Tengah
0.33 83 V V
182 Swietenia caudallei Pittier. Mahoni Jawa Barat 0.48 85 V
183 Swietenia macrophylla King.
Mahoni d.
lebar
Jawa Barat 0.61 75 IV III
184 Tarrietia javanica Bl. Melapisan
Kalimantan
Timur
0.74 70 IV III-IV
185 Tarrietia symplicifolia Mast. - - 0.75 50 III II-IV
186 Tectona grandis L.f. Jati
Jawa
Tengah
0.65 25 II II
187 Terminalia copelandi Elm. Ketapang Lampung 0.43 85 V V
188
Terminalia microcarpa
Deene.
Musim Ambon 0.75 60 IV IV
189
Terminalia longespicata V.
Sl.
Uniaba Irian Jaya 0.52 90 V V
190 Terminalia mollis T. et B. Ketapang Riau 0.58 85 V IV
191 Tetameles nudiflora R.Br. Satye Irian Jaya 0.32 95 V V
192 Tetramerista glabra Miq. Punak Riau 0.76 65 IV III-IV
193 Toona sureni Merr. Suren
Sulawesi
Selatan
0.39 95 V IV/V
194
Trachylobium verecosum
Cliv.
- Jawa Barat 0.40 90 V -
195 Tristania maingayi Duthie.
Pelawan
merah
Riau 1.17 3 I I
196 Vernonia arborea Ham. Merambung Jawa Barat 0.38 90 V V
197 Vitex cofassus Reinw. bitti
Sulawesi
Selatan
0.74 20 II II-III
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

12
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

No. Jenis Kayu
Nama
Daerah
Asal Kayu

Berat
Jenis
Intensitas
Serangan
(%)
Kelas
Ketahanan

Kelas
Awet *)
198 Vitex pubescens Vahl. Laban
Jawa
Tengah
0.88 18 II I
199
Xanthophyllum excelsum
Miq.
Seyam Irian Jaya 0.68 75 IV V
200
Xylopia malayana Hook f.et
Th.
Medang
suhu
Kalimantan
Timur
0.63 80 V II-III
*) Menurut Oey Djoen Seng (1964)

Penggerek yang menyerang contoh uji hanya dari golongan Mollusca dan tidak
ditemukan dari golongan Crustacea. Hal ini disebabkan pemasangan semua contoh uji
dalam keadaan terendam air laut, sedangkan serangan dari golongan Crustacea hanya
pada batas permukaan pasang surut (Atwood dan J ohnson, 1924). Hasil identifikasi
jenis penggerek yang ditemukan yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae,
Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari
famili Teredinidae. J enis penggerek tersebut pernah ditemukan juga oleh Mata dan
Siriban (1972) di perairan Philippina dan oleh Menon (1957) di perairan Malaysia. Untuk
mengetahui jenis dari famili Pholadidae dapat dikenali dari struktur cangkuknya,
sedangkan untuk famili Teredinidae dapat dilihat dari bentuk paletnya. Masing-masing
jenis juga mempunyai tanda serangan yang berbeda.
Hampir semua kelas ketahanan pada hasil pengujian jenis kayu terhadap
penggerek di laut berbeda dengan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964).
Hal tersebut disebabkan bahwa kelas awet yang disajikan pada tulisan ini didasarkan
atas penelitian pada satu kondisi saja yaitu di laut, sedangkan klasifikasi yang disusun
oleh Oey Djoen Seng (1964) tidak didasarkan pada penelitian di laut. Oey Djoen Seng
(1964) dalam menetapkan kelas awet kayu hanya mempergunakan data pada saat
pengumpulan bahan herbarium, yang berdasarkan atas keterangan dari penduduk
sekitar hutan dan tempat jenis pohon tersebut tumbuh. Selanjutnya dicocokkan juga
dengan pengalaman umum mengenai sifat kayu dengan data dari berbagai sumber.
Dengan demikian jelas bahwa klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964)
terdapat banyak perbedaan dengan hasil kelas awet dari hasil penelitian ini.
Sifat kayu yang mempengaruhi ketahanan terhadap penggerek di laut adalah
kadar silika, kekerasan atau kerapatan dan kandungan zat ekstraktif yang bersifat racun
(Bianchi, 1933; Southwell dan Bultman, 1971). Sebagai contoh kayu E. zwageri tahan
terhadap organisme perusak di laut karena mempunyai kadar silika yang relatif tinggi
yaitu 0,5% (Martawijaya et al., 2005) dan mempunyai zat ekstraktif eusiderin turunan
dari phenolik yang beracun (Amin dkk., 2002). Demikian juga pada T. grandis juga
merupakan jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut karena mempunyai zat
ekstraktif techtochinon. Supriana (1999) mengatakan bahwa pada bagian teras kayu T.
grandis terdapat kelompok quinones yang juga bersifat anti rayap yang disebut dengan
techtochinon. Demikian pada P.corymbosa juga termasuk jenis kayu yang tahan
terhadap penggerek di laut. Bianchi (1932) menyatakan bahwa pada P. corymbosa
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

13
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,9%. Beenson (1946) dalam Supriana
(1999) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar silika pada kayu dengan
daya tahan terhadap penggerek di laut, terutama pada kadar di atas 0,5%.

IV. KESIMPULAN

J enis penggerek kayu di laut sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu Mollusca dan Crustace. Penyebarannya sangat luas, di daerah
tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Ketahanan kayu terhadap penggerek di laut
dinilai dari tingkat kerusakannya dan dibedakan menjadi 5 yaitu, kelas I (sangat tahan),
kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk).
Hasil penelitian 200 jenis kayu terhadap serangan penggerek di laut menunjukkan
bahwa hanya 5 jenis atau 2,5% yang termasuk kelas ketahanan I, 10 jenis atau 5%
termasuk kelas ketahanan II, 26 jenis atau 13% termasuk kelas ketahanan III, 50 jenis
atau 25% termasuk kelas ketahanan IV, dan 109 jenis atau 54,5% termasuk kelas awet
V. J enis penggerek yang menyerang contoh uji yaitu Martesia striata Linne dari famili
Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba
Clench/Turner dari famili Teredinidae. Kelas ketahanankayu terhadap penggerek di laut
tersebut berbeda dengan kelas awet yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964).

V. DAFTAR PUSTAKA

1 Amin, A., Asri, S. dan Muladi,S. 2002. Tinjauan Sosiologis dan Ekonomis Pada
Bidang Agribisnis, Sektor Kehutanan. http.//unmul.ac.id/dat/pub/lemit/ tinjauan
sosiologis.pdf. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, Samarinda
2 Atwood, W.G. and A.A. J ohnson. 1924. Marine Structures Their Deterioration and
Preservation. National Research Council Washington, D.C
3 Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2006. Uji Katahanan Kayu dan Produk Kayu
Terhadap Organisme Perusak Kayu. J akarta. SNI 01-7207-2006
4 Barly dan S. Abdurrochim. 1996. Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Hunian dan
Bukan Hunian. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil HUtan dan Sosial Ekonomi
Kehutanan, Bogor
5 Bianchi, A.T.J . 1933. The Resistance of Some Netherlands East Indian Timbers
Against The Attack of Shipworms (Teredo). Fith Pacific Congress, Ottawa
6 Da Costa, E.W.B. Rudman, P. and F.J . Gay, 1985. Investigation on The Durability
of Tectona Grandis. Empire Forestry Review. Forest Products J ournal, 37:291-291
7 Gonggrijp, J .W. 1932. Gegevens Betreffende Een Onderzoek Naar Nederlandsch-
Indische Houtsoorten, Welke Tegen Den Pealworm Bostand Zijn. Mededeeligen
van het Boschbouwproeftation, Bogor
8 Martawijaya, A. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor yang Mempengaruhinya.
Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

14
C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

B
S
N
,

s
a
l
i
n
a
n

a
r
t
i
k
e
l

i
n
i

d
i
b
u
a
t

o
l
e
h

P
u
s
l
i
t
b
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
,

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

s
t
a
n
d
a
r

C
o
p
y
r
i
g
h
t

@

R
&
D

o
f

B
S
N
,

t
h
i
s

c
o
p
y

i
s
s
u
e
d

b
y

R
&
D

f
o
r

r
e
s
e
a
r
c
h
,

e
d
u
c
a
t
i
o
n

a
n
d

s
t
a
n
d
a
r
d

d
e
v
e
l
o
p
m
e
n
t

9 Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu
Indonesia. J ilid 1. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor
10 Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu
Indonesia. J ilid 2. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor
11 Mata, P.G. and F.R. Siriban. 1972. Resistance of Woods to Marine Borers.
Technical Note, No. 171. FORPRIDE COM. College, Laguna 3720, Manila
12 Menon, K.D. 1957. A Note on Marine Borers in Malayan Waters. Reprinted from
the Malayan Forester, 20(1):1-6. Issued by the Ministry for Agriculture, Kuala
Lumpur
13 Muslich. M. 1994. The Preservative Treatment of Mahogany Lumber (Swietenia
Macrophylla King.) Against Marine Borers. Master of Science, Thesis UPLB,
Philippines. Unpublished
14 Muslich, M dan G. Sumarni. 1987. Pengaruh Salinitas Terhadap Serangan
Penggerek Kayu di Laut Pada Beberapa J enis Kayu. J urnal Penelitian Hasil Hutan
4(2): 46-49
15 ___________________. 2004. Ketahanan 62 J enis Kayu Indonesia Terhadap
Penggerek Kayu di Laut. J urnal Penelitian Hasil Hutan, 22(3):183-191
16 Oey Djoen Seng. 1964. Berat J enis dari J enis-J enis Kayu Indonesia dan
Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No. 1.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor
17 Panshin, A.J . and C. de Zeeuw. 1980. Texbook of Wood Technology. 14th ed.
McGrw-Hill Book Co. Toronto
18 Southwell, C.R. and J .D. Bultman. 1971. Marine Borers Resistance of Untreated
Woods Over Long Periods of Immersion in Tropical Waters. Biotropica 3, 1. pp. 81-
107. Naval Research Laboratory, Washington D.C
19 Suherman. 1983. Natural Durability and Treatability Some Indonesian Timbers.
Ph.D. thesis. Portsmouth Polytechnic, Portsmouth
20 Sumarni, G., M. Muslich, N. Hadjib, Krisdianto, G. Pari dan K. Yuniarti. 2008. Sifat
dasar J ati Plus Perhutani (5 dan 7 tahun) dan jati Ngawi (15 dan 35 tahun).
Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor
21 Supriana, N. 1999. Rayap dan kayu. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama.
Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, J akarta
22 Turner, R.D. 1971. Identification of Marine Wood-Boring Mollusks. Marine borers,
fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation
and Development, Paris

Anda mungkin juga menyukai