Anda di halaman 1dari 4

Hukum Waris Perdata

Hal 1 dari 4
Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi
dengan harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia, dengan
perkataan lain mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh
seseorang yang telah meninggal dunia beserta akibat-akibatnya bagi ahli waris.
Pada azasnya yang dapat diwariskan hanyalah hak-hak dan kewajiban dibidang
hukum kekayaan saja, terkecuali hak-hak dan kewajiban dibidang hukum yang
tidak dapat diwariskan, seperti perjanjian kerja, hubungan kerja, keanggotaan
perseroan dan pemberian kuasa. Adapun hak-hak dan kewajiban dibidang
hukum yang dapat diwariskan, yaitu hak dari suami untuk menyangkal
keabsahan anak.
Penempatan hukum waris terdapat pada Pasal 528 dan Pasal 584 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Didalamnya subjek hukum waris terbagi
2 (dua) yakni :
Perwaris, yakni yang meninggalkan harta dan diduga meninggal dengan
meninggalkan harta.
Ahli waris, yakni mereka yang sudah lahir pada saat warisan terbuka, hal
ini berdasarkan Pasal 836 KUHPerdata.
Adapun prinsip umum dalam kewarisan perdata antara lain :
Pewarisan terjadi karena meninggalnya pewaris dengan sejumlah harta;
Hak-hak dan kewajiban dibidang harta kekayaan beralih demi hukum.
Hal ini berdasarkan Pasal 833 KUHPerdata, yang menimbulkan hak untuk
menuntut (Heriditatis Petitio);
Yang berhak mewaris menurut UU adalah mereka yang memiliki
hubungan darah, hal ini berdasarkan Pasal 832 KUHPerdata;
Harta tidak boleh dibiarkan tidak terbagi; dan
Setiap orang cakap untuk mewaris (terkecuali ketentuan pada Pasal 838
KUHPerdata).
KUHPerdata juga mengatur mengenai syarat-syarat pewarisan hukum waris
perdata, yang antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pewaris meninggal dan meninggalkan harta;
2. Antara pewaris dan ahli waris harus ada hubungan darah. Hal ini untuk
maksud mewaris berdasarkan undang-undang;
3. Ahli waris harus patut mewaris atau cakap mewaris, dan pengecualian
terdapat pada ketentuan Pasal 838 KUHPerdata. Pasal tersebut
menyatakan, bahwa orang yang dianggap tidak pantas untuk menjadi
ahli waris, dan dengan demikian tidak mungkin mendapat warisan, ialah
:
Dia yang telah dijatuhi hukuman karena membunuh atau mencoba
membunuh orang yang meninggal itu;
Hukum Waris Perdata

Hal 2 dari 4
Dia yang dengan putusan Hakim pernah dipersalahkan karena dengan
fitnah telah mengajukan tuduhan terhadap pewaris, bahwa pewaris
pernah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman
penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat lagi;
Dia yang telah menghalangi orang yang telah meninggal itu dengan
kekerasan atau perbuatan nyata untuk membuat atau menarik kembali
wasiatnya; dan
Dia yang telah menggelapkan. memusnahkan atau memalsukan wasiat
orang yang meninggal itu.
Dalam KUHPerdata juga diatur mengenai hal dimana terjadi peristiwa yang
menyebabkan pewaris dan ahli waris meninggal secara bersama-sama, hal ini
disebutkan dalam Pasal 831 KUHPerdata yang menyatakan, bahwa apabila
beberapa orang, yang antara seorang dengan yang lainnya ada hubungan
pewarisan, meninggal karena suatu kecelakaan yang sama, atau meninggal
pada hari yang sama, tanpa diketahui siapa yang meninggal lebih dahulu, maka
mereka dianggap meninggal pada saat yang sama, dan terjadi peralihan warisan
dan yang seorang kepada yang lainnya. Oleh karenanya, dalam hal ini dapat
ditegaskan kembali bahwa jika tidak diketahui siapa yang meninggal terlebih
dahulu, maka tidak saling mawaris, akan tetapi harus dibuktikan terlebih
dahulu karena bilamana terdapat selisih 1 (satu) detik maka dianggap tidak
meninggal bersamaan.
Cara-cara mewaris dalam KUHPerdata juga dibagi menjadi beberapa bagian,
yakni sebagai berikut :
Mewaris berdasarkan UU (ab intestato)
Atas dasar kedudukan sendiri. Dalam hal ini penggolongan ahli waris
berdasarkan garis keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam
KUHPerdata, antara lain :
1. Golongan 1, sebagaimana disebutkan pada Pasal 852 sampai Pasal 852a
KUHPerdata;
2. Golongan II, sebagaimana disebutkan pada Pasal 855 KUHPerdata;
3. Golongan III, sebagaimana disebutkan pada Pasal 850 jo 858 KUHPerdata;
dan
4. Golongan IV, sebagaimana disebutkan pada Pasal 858 sampai dengan
Pasal 861 KUHPerdata.
Atas dasar penggantian. Dalam hal ini penggantian disyaratkan apabila
orang yang digantikan telah meninggal terlebih dahulu dari pewaris.
Adapaun macam-macam penggantian diantaranya adalah :
Hukum Waris Perdata

Hal 3 dari 4
1. Dalam garis lengcang ke bawah tanpa batas, sebagaimana yang
disebutkan pada Pasal 842 KUHPerdata;
2. Dalam garis menyamping, saudara digantikan anak-anaknya sebagaimana
yang disebutkan pada Pasal 844 KUHPerdata; dan
3. Penggantian dalam garis samping dalam hal ini yang tampil adalah
anggota keluarga yang lebih jauh tingkat hubungannya daripada saudara,
misalnya paman, bibi atau keponakan.
Dalam waris perdata juga diatur mengenai bagian anak luar kawin yang diakui,
hal ini diatur dalam Pasal 862 sampai dengan Pasal 863 KUHPerdata. Bagian
Anak Luar Kawin (ALK) diakui dalam KUHPerdata dengan pengaturan sebagai
berikut :
- Bersama golongan 1, maka ALK mendapat 1/3 dari bagian anak sah.
- Bersama golongan II, maka ALK mendapat dari harta peninggalan.
- Bersama golongan III, maka ALK mendapat dari harta peninggalan.
Mewaris berdasarkan testament.
Dalam hal ini testamen merupakan suatu akta yang memuat tentang apa yang
dikehendaki terhadap herta setelah pewaris meninggal dunia dan dapat dicabut
kembali (pernyataan sepihak), testament ini diatur dalam Pasal 875
KUHPerdata. Adapun unsur-unsur testament antara lain :
- Akta;
- Pernyataan kehendak;
- Apa yang akan terjadi setelah ia meninggal terhadap harta;
- Dapat dicabut kembali.
Dan testament tersebut memuat hal-hal sebagai berikut,
Syarat-syarat dalam membuat testament, yakni antara lain :
1. Dewasa atau berumur 18 (delapan belas) tahun. (cakap bertindak);
2. Akal sehat;
3. Tidak dapat pengampuan;
4. Tidak ada unsur paksaan, kekhilafan, kekeliruan; dan
5. Isi harus jelas.
Isi testament, yang antara lain memuat:
Hukum Waris Perdata

Hal 4 dari 4
1. Erfstelling, terdapat pada Pasal 954 KUHPerdata;
2. Legaat (berhubungan dengan harta), terdapat pada Pasal 957
KUHPerdata;
3. Codicil (tidak berhubungan dengan harta).
Pencabutan testament, antara lain dilakukan dengan cara :
1. Secara tegas, jika dibuat surat wasiat yang isinya mengenai pencabutan
surat wasiat; atau
2. Secara diam-diam, dibuat testament baru yang memuat pesan-pesan
yang bertentangan dengan testament lama.
Demikian penjelasan singkat mengenai hal-hal yang terkait dengan waris
perdata.

Anda mungkin juga menyukai