Anda di halaman 1dari 1

Apoteker di Semarang Dilaporkan Menggelapkan Sediaan Narkotika

dan Psikotropika
Rabu, Agustus 08, 2012 1 comment
Apoteker di Semarang Dilaporkan Menggelapkan Sediaan Narkotika dan Psikotropika

Permasalahan menimpa profesi apoteker lantaran Yuli Setyarini, salah satu apoteker di
Semarang dilaporkan menggelapkan sediaan narkotika dan psikotropika. Padahal apa yang di
sangkakan kepada Yuli Setyarini adalah sediaan obat yang kepemilikannya melekat pada
seorang apoteker sebagaimana diatur dalam Undang-undang Obat Keras (St No 419Tgl 22
Desember 1949). Kejadian ini bermula dari pengamanan obat tersebut dari apotek tempat
Yuli bekerja ke Dinas Kesehatan Kota Semarang (bukti serah terima terlampir). Pengamanan
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat tanpa resep dokter. Pasalnya Yuli
menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pemilik modal apotek, dalam
penambahan obat Danalgin (yang tergolong psikotropika) di luar resep yang diterima apotek
dari dokter.

Dalam resep Danalgin diberikan kepada pasien sebanyak 10 tablet, namun resep diubah
dengan ditambahkan 10 tablet, sehingga menjadi 20 tablet. Sebanyak 10 tablet di luar resep
diduga dimanfaatkan tak sebagaimana mestinya. Setelah tahu ada pelanggaran yang ketiga
kalinya oleh pemilik apotek, Yuli langsung mengundurkan diri dan mengembalikan surat izin
apotek kepada Dinkes Kota Semarang.

Apa yang dilakukan oleh Yuli sudah sesuai dengan prosedur, sesuai hasil sidang pleno
pengurus harian, Majelis Pertimbangan Etik Apoteker Daerah (MPEAD) dan Dewan
Penasihat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia JawaTengah, 3 Desember 2011
(terlampir). Pada Selasa, 29 Februari 2012 juga telah dilakukan gelar perkara di Polda
Jateng dengan hasil, apa yang dilakukan oleh Yuli Setyarini, S.Farm, Apt bukan merupakan
tindak pidana, maka penyidik diminta menghentikan penyidikan dengan menerbitkan SP3
(terlampir).

Anehnya, setelah obat yang tergolong narkotika dan psikotropika diamankan ke Dinkes
kemudian dikembalikan ke apotek yang ikut disegel (bukti serah terima terlampir), dan Yuli
justru dilaporkan ke Polsek Ngaliyan dengan tuduhan pencurian dan penggelapan. Pelaporan
berselang tujuh bulan setelah pencabutan izin apotek pada Januari 2011 (bukti surat
pencabutan izin terlampir) itu menyebabkan Yuli merasa dikriminalisasi, karena bukti-bukti
pengamanan obat dari Yuli tidak digunakan pihak Polsek Ngaliyan, sehingga bisa P21 di
Kejaksaan dan didakwa mencuri dan menggelapkan obat. Saat ini perkara itu tengah
diselesaikan lewat sidang di Pengadilan Negeri Semarang. Berkaitan kasus tersebut, saya
merasa ada sesuatu yang tidak wajar, sehingga penyelesaian perlu penyikapan lebih jernih
dan adil dari pihak berwenang/pengadil.

Anda mungkin juga menyukai