Anda di halaman 1dari 37

STT-PLN JAKARTA 1

PEMELIHARAAN PLTU
OLEH :
IR. AMMAR ASOF, MT.
STT-PLN JAKARTA 2
PENDAHULUAN

Ketergantungan ummat manusia pada kesejahteraan yang
bersumber dari mekanisasi dan otomatisasi tinggi; bertambah
lama bertambah dalam. Diantaranya adalah ketergantungan pada
tenaga listrik yang sangat andal atau kereta api yang tepat waktu.
Pada gilirannya kita amat tergantung pada keandalan aset fisik.
Bila aset mengalami kegagalan (gangguan), bukan hanya
kesejahteraan yang terasa merosot; tetapi bahkan kelangsungan
hidup kita terancam (chernobyl, bhopal). Oleh karena itu proses
yang menyebabkan kerusakan dan apa yang harus dikerjakan
untuk mengelolanya dengan sangat cepat berubah menjadi
prioritas yang sangat tinggi adalah perawatan/pemeliharaan.
STT-PLN JAKARTA 3
KERUSAKAN / GANGGUAN INSTALASI

Menurut naskah kuliah manajemen perawatan olek Dr. Rachmat
Kertardjo Bachrum, dari jurusan Mesin ITB Bandung; kerusakan
gangguan dapat diakibatkan karena :
1. Kesalahan rancangan
2. Kesalahan pembuatan
3. Kesalahan pemasangan
4. Kurang teliti saat komissioning
5. Karena operasi dan perawatan

Mengingat dunia IPTEK semakin lama semakin maju, maka
peralatan telah diteliti dengan alat-alat ukur yang begitu canggih;
maka kesalahan-kesalahan pada butir 1 s.d 4 hampir semua dapat
diminimize.
STT-PLN JAKARTA 4
Kesalahan
Rancangan
Kerusakan
Operasi &
Perawatan
Kesalahan
Pembuatan
Komisioning
Kesalahan
Pemasangan
STT-PLN JAKARTA 5
KOMPONEN KRITIS

KOMPONEN KRITIS adalah Komponen yang bila terjadi
kegagalan operasinya dapat menyebabkan :

Kecelakaan pada operator

Memperlama waktu outage

Kerusakan sekunder lain

Ongkos pembuatan mahal, dan

Waktu pembuatan lama
STT-PLN JAKARTA 6
KOMPONEN KRITIS PADA TURBIN UAP

Membutuhkan perhatian yang sangat teliti

Rotor turbin tekanan tinggi
Rotor turbin tekanan menengah
Rotor turbin tekanan rendah
Sudu turbin tekanan tinggi
Sudu turbin tekanan menangah dan rendah
Baut rumah turbin tekanan tinggi
Bantalan
Katup masuk tekanan tinggi

Jenis kerusakan klasik

Korosi
Kelelahan
Kepanasan
Pembebanan melebihi batas
Perubahan ukuran, keausan & kebocoran
STT-PLN JAKARTA 7
KOMPONEN KRITIS PADA BOILER

Berdinding Tipis :
Superheater
Reheater
Water wall

Berdinding Tebal :
Steam Drums
Headers
Karena fungsi, konstruksi dan cara pengoperasian dari kedua jenis komponen
tersebut, akan memiliki jenis kerusakan yang berbeda.

Jenis kerusakan komponen kritis dinding tipis :
Korosi
Kelelahan
Pengotoran
Kepanasan
Pembebanan melebihi batas
Perubahan ukuran, keausan dan kebocoran

Jenis kerusakan komponen kritis dinding tebal :
Korosi
Kelelahan
Crack serta creep
STT-PLN JAKARTA 8
PEMANTAUAN KONDISI TURBIN

Merupakan salah satu kegiatan Perawatan Predictive, ditekankan pada:

Unit sedang berjalan

Pemantauan parameter prestasi turbin seperti tekanan,
temperatur uap, pada sisi masuk, sisi keluar, bleed, pengukuran
getaran, dan sebagainya.

Unit berhenti

Melakukan pengujian tak merusak, terutama pada komponen-
komponen kritis.
STT-PLN JAKARTA 9
PEMANTAUAN KONDISI BOILER


Merupakan salah satu kegiatan Perawatan Predictive, ditekankan
pada:

Unit sedang berjalan

Pemantauan nyala / deteksi api
Pemantauan kebocoran
Pemantauan asap

Unit berhenti
Melakukan pengujian tak merusak, terutama pada
komponen-komponen kritis
STT-PLN JAKARTA 10
PEMELIHARAAN (PERAWATAN)


Kegiatan rutin yang diulang-ulang untuk menjamin
agar instalasi senantiasa dapat berfungsi dengan
baik, efesien dan ekonomis sesuai dengan spesifikasi
atau kemampuan awalnya
STT-PLN JAKARTA 11
Perawatan
Perawatan
Terencana
Perawatan Tak
Terencana
Pd.M
Perawatan
Pencegahan
Perawatan
Koreksi
Perawatan
Darurat
Break Down Maint.
Reparasi Kecil
Reparasi Besar
Terencana
Pemeriksaan
Penyetalan
Pelumasan
Penggantian Komponen
Minor Sebagai Kelanjutan
Pemeriksaan
Lihat Rasakan
Dengar
Perawatan Dengan
Membongkar dan Alat
Tidak Beroperasi
Perawatan Pada
Saat Beroperasi
SKEMA DEFINISI PEMELIHARAAN
STT-PLN JAKARTA 12
JENIS-JENIS PEMELIHARAAN
PREDICTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE

CORRECTIVE MAINTENANCE

SPECIAL MAINTENANCE

BREAKDOWN MAINTENANCE
STT-PLN JAKARTA 13
DEFINISI
0. PEMELIHARAAN
adalah semua usaha yang dilakukan terhadap suatu instalasi / peralatan agar
senantiasa dapat beroperasi dengan aman, handal, efesien, unjuk kerjanya baik
serta dapat mencapai umur yang direncanakan.
1. PREDICTIVE MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang ditentukan berdasarkan hasil analisa pemantauan kondisi
operasi (Condition Base Maint.) untuk mengetahui kelainan secara dini.
2. PREVENTIVE MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang ditentukan berdasarkan waktu / jam operasi (Time Base
Maintenance) sesuai Instruction Manual dari Pabrik.
3. CORRECTIVE MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang bersifat perbaikan akibat timbulnya kerusakan pada saat
beroperasi agar tidak terulang lagi.
4. SPECIAL MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang bersifat modifikasi dan rehabilitasi dari suatu instalasi agar
mendapatkan unjuk kerja yang lebih baik.
5. BREAKDOWN MAINTENANCE
adalah pemeliharaan yang dilakukan sebagai akibat timbulnya kerusakan suatu
peralatan, dimana kerusakan tersebut akibat pengoperasian secara terus menerus
karena suatu pertimbangan teknik dan eknomi.
STT-PLN JAKARTA 14
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN YANG BAIK
BERARTI :
Mengefesienkan waktu Pemeliharaan, berarti
mengurangi jam berhenti berproduksi.
Mengurangi pekerjaan perbaikan yang
berulang-ulang.
Jangan melakukan pemeliharaan hanya bila
telah terjadi rusak.
Mengendalikan persediaan suku cadang.
Meningkatkan keselamatan kerja &
ketrampilan petugas pemeliharaan.
STT-PLN JAKARTA 15
Kesalahan
Rancangan
FAKTOR YANG
PERLU
DIPERHATIKAN
DALAM
PERAWATAN
INSTALASI
Karakteristik
Lingkungan
Biaya
Konstruksi
& Filsafat
Perancangan
Bahan/Fluida
Kerja
Energi
Personel
STT-PLN JAKARTA 16
MANFAAT JENIS-JENIS PEMELIHARAAN
METODA KONSEP LINGKUP PEKERJAAN
MUTU /
KEANDALAN
PRODUKSI BIAYA
1. Pemeliharaan Tidak Berencana
2. Pemeliharaan Dilakukan Apabila Mesin
Mengalami Gangguan / Tidak Efisien/
Produksi Rendah.
1. Penggantian Komponen Mesin Banyak
2. Persediaan Suku Cadang Harus Banyak
3. Sumber Daya Manusia Banyak
4. Keahlian/Ketrampilan Harus Tinggi
BREAKDOWN
MAINTENANCE
TIMEBASE
MAINTENANCE
ON CONDITION
MAINTENANCE
1. Pemeliharaan Berencana
2. Pemeliharaan Dilakukan Berdasarkan
Jadwal Tertentu
1. Pemeliharaan Berencana
2. Pemeliharaan Dilakukan Berdasarkan
Hasil Analisa dan Evaluasi Dari Data
Pengukuran
1. Penggantian Komponen Mesin Relatif
Banyak
2. Persediaan Suku Cadang Relatif Sedikit
3. Sumber Daya Manusia Banyak
4. Keahlian/Ketrampilan Harus Tinggi
1. Penggantian Komponen Mesin Relatif
Sedikit
2. Persediaan Suku Cadang Relatif Sedikit
3. Sumber Daya Manusia Sedikit
4. Keahlian/Ketrampilan Harus Profesional
5. Peralatan Deteksi / Diagnosa Harus
Lengkap
RENDAH
CUKUP
TINGGI
TINGGI
RENDAH
CUKUP
TINGGI
TINGGI
RENDAH
CUKUP
TINGGI
TINGGI
TINGGI
RENDAH
STT-PLN JAKARTA 17
KEBIASAAN PEMELIHARAAN / OVERHAUL DI PLN
PLTU SIMPLE INSPECTION 1 TAHUN SEKALI
MEDIUM INSPECTION 2 TAHUN SEKALI
SERIUS INSPECTION 3 TAHUN SEKALI
PLTG COBUSTION INSPECTION 5.000 JAM SEKALI
HOT GOT PATH INSPECTION 5.000 JAM SETELAH
COMB.INSP.
PLTP SIMPLE INSPECTION 1 TAHUN SEKALI
MEDIUM INSPECTION 2 TAHUN SEKALI `
KECUALI BOILER
SERIUS INSPECTION 3 TAHUN SEKALI
PLTD TO = 6.000 JAM
SO = 12.000 JAM
MO = 18.000 JAM
PLTA OVERHAUL SETIAP 40.000 JAM
STT-PLN JAKARTA 18
JADWAL PERAWATAN PLTU (OVERHAUL
NO. ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Shut Down (Seluruh Unit) Sebelum Shut Down dicatat semua
2 Turbine Turning Gear 2 kondisi unit dan keadaan beroperasi.
3 Buka Padestal - Periksa Setelah itu distop untuk pendinginan
4 Buka Tutup Kondensor, Periksa ke Kotoran, Setiap pagi diadakan meeting
Kondisi Tube-tube, dibersihkan dipimpin oleh Koordinator
4' CWP + Intake
5 Pompa-pompa Pelumas, Compressor, Katup-katup
Utama Uap, Katup Extraction, dll.
6 Casing (Tutup) Turbin / Sd. Pengarah 6
7 Main Hole Boiler Buka, Periksa Deposit, Pipa-pipa 7
Superheater, Wall, Main Drug dan Furnace
8 Economizer, Airheater, FDF, BFP, Burner, Pompa,
Bahan Bakar, Stack
9 Tank Bahan Bakar, Pipa-pipa Bahan Bahar
10 Listrik
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Instrument
20
21
22
23
24
25
26
27 Perbekalan
Test Individu
dst
dst
OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
WAKTU
STT-PLN JAKARTA 19
JADWAL PERAWATAN YANG TIDAK
EFISIEN & TIDAK EFEKTIF
NO. ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Shut Down (Seluruh Unit) Sebelum Shut Down dicatat semua
2 Turbine Turning Gear 2 kondisi unit dan keadaan beroperasi.
3 Buka Padestal - Periksa Setelah itu distop untuk pendinginan
4 Buka Tutup Kondensor, Periksa ke Kotoran, Setiap pagi diadakan meeting
Kondisi Tube-tube, dibersihkan dipimpin oleh Koordinator
4' CWP + Intake
5 Pompa-pompa Pelumas, Compressor, Katup-katup
Utama Uap, Katup Extraction, dll.
6 Casing (Tutup) Turbin / Sd. Pengarah 6
7 Main Hole Boiler Buka, Periksa Deposit, Pipa-pipa 7
Superheater, Wall, Main Drug dan Furnace
8 Economizer, Airheater, FDF, BFP, Burner, Pompa,
Bahan Bakar, Stack
9 Tank Bahan Bakar, Pipa-pipa Bahan Bahar
10 Listrik
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Instrument
20
21
22
23
24
25
26
27 Perbekalan
= PELAKSANAAN
Test Individu
dst
dst
OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
WAKTU
STT-PLN JAKARTA 20
JADWAL PERAWATAN EFISIEN &
EFEKTIF
NO. ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Shut Down (Seluruh Unit) Sebelum Shut Down dicatat semua
2 Turbine Turning Gear 2 kondisi unit dan keadaan beroperasi.
3 Buka Padestal - Periksa Setelah itu distop untuk pendinginan
4 Buka Tutup Kondensor, Periksa ke Kotoran, Setiap pagi diadakan meeting
Kondisi Tube-tube, dibersihkan dipimpin oleh Koordinator
4' CWP + Intake
5 Pompa-pompa Pelumas, Compressor, Katup-katup
Utama Uap, Katup Extraction, dll.
6 Casing (Tutup) Turbin / Sd. Pengarah 6
7 Main Hole Boiler Buka, Periksa Deposit, Pipa-pipa 7
Superheater, Wall, Main Drug dan Furnace
8 Economizer, Airheater, FDF, BFP, Burner, Pompa,
Bahan Bakar, Stack
9 Tank Bahan Bakar, Pipa-pipa Bahan Bahar
10 Listrik
11
12
13
14
15
16
17
18
19 Instrument
20
21
22
23
24
25
26
27 Perbekalan
Test Individu
dst
dst
OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
WAKTU
STT-PLN JAKARTA 21
Logsheet I
PT. PLN PEMBANGKITAN TENAGA UNIT :
LISTRIK JAWA BALI II
UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG TANGGAL :
LOGSHEET No. 06/1 (4&5)
00.00 05.00 09.00 14.00 17.00 20.00
Turbin Utama - - - - - - -
B e b a n MW
Suhu Uap masuk Throttle Valve 'C
Tekanan Uap masuk Throttle Valve kg/cm2
Tekanan Uap pda Tingkat Pertama kg/cm2
Tekanan Uap pada Steam Chest kg/cm2
Suhu Uap Hot Reheat masuk IP Turbine 'C
Tekanan Uap Hot Reheat masuk IP Turbine kg/cm2
Tekanan Uap pada IP Turbine Inlet Bowl kg/cm2
Tekanan LP Turbine Exhaust mmHg
Suhu Uap LP Turbine Exhaust 'C
Sistem Supervisory Turbine - - - - - - -
Vibrasi Bantalan Tertinggi *) mm/det
Posisi Pembukaan Katup Governor %
Posisi Rotor mm
Pemuaian Turbine Cashing mm
Beda Pemuaian 'Rotor-Cashing' mm
Putaran Turbin rpm
Sistem Kontrol dan Minyak Pelumas - - - - - - -
Tekanan Minyak High Pressure Oil kg/cm2
Tekanan Minyak Kontrol Throttle Valve kg/cm2
Tekanan Minyak Kontrol Governor Valve kg/cm2
Tekanan Minyak Load Limit kg/cm2
Tekanan Minyak Autostop Oil kg/cm2
Tekanan Minyak Kontrol Main Governor kg/cm2
Tekanan Minyak Keluar Governor Impeler kg/cm2
Tekanan Minyak Auxiliary Governor kg/cm2
Tekanan Minyak Main Oil Po. Suction kg/cm2
Tekanan Minyak Main Oil Pump Discharge kg/cm2
Tekanan Thrust Bearing Wear Trip kg/cm2
Tekanan Minyak Pelumas Bantalan kg/cm2
Tekanan Minyak Emergency Trip rpm
Tekanan Minyak Protective Device Trip kg/cm2
Tekanan Minyak Initial Press Regulator kg/cm2
Tekanan Thrust Bearing Wear Trip kg/cm2
Suhu Pelumas keluar Thrust Bearing 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 1 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 2 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 3 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 4 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 5 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 6 'C
Suhu Pelumas keluar Bantalan 7 'C
Suhu Pelumas Bantalan Exciter 'C
CATATAN :
*) Selain besarnya harga vibrasi diisi juga nomor bantalannya
DINAS REGU
JAM JAGA NAMA PARAF NAMA PARAF
22 - 07
07 - 15
15 - 22
KETERANGAN I T E M
TURBIN - LOKAL (I)
SATUAN BATAS
SHIFT MALAM SHIFT PAGI SHIFT SIANG
( . . . . . . . . . . . . . . . . )
OPERATOR KA. OPERATOR MENGETAHUI :
ENJINIR PRODUKSI
STT-PLN JAKARTA 22
Logsheet II
PT. PLN PEMBANGKITAN TENAGA UNIT IV & V
LISTRIK JAWA BALI II TANGGAL
UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG
LOGSHEET No. 06/1 (4&5)
00.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00
B e b a n MW
Tekanan Air Pengisi masuk Ekonomiser kg/cm2
Suhu Air Pengisi masuk Eknomiser *) 'C
Aliran Air Pengisi ke Ekonomiser t/jam
Level Drum Boiler mm
Aliran Air Pancar Superheater A/B t/jam
Aliran Air Pancar Cold Reheat t/jam
Suhu Uap keluar Superheater A 'C
Suhu Uap keluar Superheater B 'C
Suhu Uap keluar Reheater A 'C
Suhu Uap keluar Reheater B 'C
Aliran Uap masuk Turbin t/jam
Tek Pengumpul Minyak Residu Kembali kg/cm2
Jumlah Burner yang Operasi buah
Aliran Bahan Bakar Residu (MFO) t/jam
Tekanan Gas Alam sebelum PRS kg/cm2
Suhu Gas Alam sebelum PRS 'C
Tekanan Gas Alam sesudah PRS kg/cm2
Aliran Gas Alam masuk burner kNm3/jam
Tekanan Gas Alam pada header kg/cm2
Aliran Bahan Bakar HSD (Warm Up Oil) t/jam
Aliran Udara Pembakaran %
Tekanan Udara Keluar FDF A/B mmH2O
Beda Tekanan 'Windbox-Ruang Bakar' A/B mmH2O
Tekanan Ruang Bakar mmH2O
Tekanan Gas masuk Air Heater A/B mmH2O
Tekan Gas keluar Air Heater A/B mmH2O
Beda Tek. 'sblm-ssdh' Dust Collector A/B mmH2O
Posisi 'Tingkap Masuk' GRF %
Posisi Burner Titting %
Suhu Udara masuk Air Heater A *) 'C
Suhu Udara masuk Air Heater B *) 'C
Suhu Udara keluar Air Heater A 'C
Suhu Udara keluar Air Heater B 'C
Suhu Gas masuk Air Heater A 'C
Suhu Gas masuk Air Heater B 'C
Suhu Gas keluar Air Heater A 'C
Suhu Gas keluar Air Heater B 'C
Kadar O2 pada Gas keluar Air Heater A/B *) %
CATATAN :
*) Harga rata-rata diisi
**) Pada beban >50 MW
***) yang dinas malam
22.00-07.00
07.00-15.00
15.00-22.00
J A G A
I T E M RATA2
DINAS
J A M
SATUAN
J A M
P A N E L K E T E L
BATAS
MENGETAHUI :
ENJINIR PRODUKSI . . .***)
( . . . . . . . . . . . . . . . )
R E G U OPERATOR KEPALA OPERATOR
N A M A PARAF N A M A PARAF
STT-PLN JAKARTA 23
SEKILAS PERAWATAN DI PT PLN (PERSERO)

Semenjak kami memasuki PT PLN (Persero) pada tahun 1975 sampai
sekarang hampir di seluruh Unit Pembangkit PLN masih melaksanakan
perawatan Preventive Maintenance (Time Base) generasi kedua,
dimana biaya perawatan masih tinggi (besar).
Berdasarkan buku laporan pengusahaan dari PLN Pusat tahun 2000,
cost analisis perawatan pembangkit adalah sebagai berikut :
COST
B.M Prev. M Pd.M
YEAR
STT-PLN JAKARTA 24
EVALUASI
PEMELIHARAAN
DALAM SISTEM
STT-PLN JAKARTA 25
Keandalan operasi sistem sesungguhnya tidak semata-mata tergantung kepada
Cadangan Daya Tersedia dalam sistem tetapi juga kepada besar kecilnya
Forced Outage Hours per tahun dari unit-unit pembangkit yang beroperasi.
Keandalan operasi sistem akan makin tinggi apabila Daya Tersedia dalam
sistem makin terjamin.

Tingkat jaminan tersedianya dalam sistem tergantung kepada :
a. Besarnya cadangan Daya Tersedia.
b. Besarnya Forced Outage Hours unit pembangkit dalam satu tahun.

Hal ini perlu dirumuskan secara lebih konkrit, dengan memandang butir a
sebagai ukuran kwantitatif dan butir b sebagai ukuran kwalitatif.
Seperti telah disebut diatas besarnya cadangan daya tersedia merupakan
ukuran kwantitatif tingkat jaminan penyediaan tenaga listrik dalam sistem.
Secara kwalitatif hal ini perlu ditelaah lebih mendalam karena kwalitas unit
pembangkit yang menyediakan cadangan daya tersedia ini, yaitu apakah unit
pembangkitnya sering mengalami gangguan atau tidak, merupakan faktor utama
dalam menentukan kwalitas cadangan daya tersedia.
STT-PLN JAKARTA 26
Ukuran sering tidaknya pembangkit mengalami gangguan dinyatakan dengan
Forced Outage Rate (F.O.R) yaitu :

terganggu unit jam Jumlah beroperasi unit jam Jumlah
terganggu unit jam Jumlah
F.O.R



Apabila sebuah unit pembangkit mempunyai F.O.R = 0.07 maka kemungkinan
unit ini betul-betul beroperasi (dalam masa waktu unit ini dioperasikan) adalah 1
0,07 = 0,93 sedangkan kemungkinannya mengalami gangguan adalah 0,07.

Dengan demikian maka besarnya cadangan daya tersedia yang bisa diandalkan
tergantung juga kepada F.O.R dari unit-unit pembangkit jadi juga tingkat jaminan
operasi sistem tergantung kepada F.O.R unit-unit pembangkit.
Makin kecil F.O.R nya makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya makin
besar F.O.R nya makin kecil jaminan yang didapat.
Apabila sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa Pusat Listrik jadi juga terdiri
dari beberapa unit pembangkit maka tingkat jaminan tersedianya daya dalam
sistem tergantung kepada komposisi unit-unit pembangkit yang ada dalam
sistem, tergantung kepada F.O.R dari unit-unit pembangkit yang ada dalam
sistem.
STT-PLN JAKARTA 27
Kendala-kendala Operasi pada PLTU

PLTU dalam sistem yang relatif besar pada umumnya merupakan Pusat Listrik
yang dominan baik secara teknis operasional maupun ditinjau dari segi biaya
operasi.
Dari segi operasional PLTU paling banyak kendalanya khususnya dalam kondisi
dinamis. Hal ini disebabkan banyaknya komponen dalam PLTU yang harus
diatur.

Kendala Operasi yang terdapat pada PLTU adalah :
a. Starting time (waktu yang diperlukan untuk men-start) yang relatif lama,
bisa mencapai 6 sampai 8 jam apabila start dilakukan dalam keadaan
dingin.
b. Perubahan daya per satuan waktu ( MW per menit) yang terbatas, kira-
kira 5% per menit.

Hal ini disebabkan karena proses start maupun perubahan daya dalam PLTU
menyangkut pula berbagai perubahan suhu yang selanjutnya menyebabkan
pemuaian atau pengkerutan.
STT-PLN JAKARTA 28
Pemuaian-pemuaian atau pengkerutan-pengkerutan sedapat mungkin harus
berlangsung merata dan tidak terlalu cepat untuk menghindarkan tegangan
mekanis maupun pergeseran antara bagian-bagian yang berputar dan bagian-
bagian yang statis misalnya antara rotor dan stator.
Untuk meratakan suhu terutama pada PLTU-PLTU yang besar misalnya pada
unit
PLTU yang mempunyai turbin uap yang menggunakan sistem reheat diperlukan
waktu yang relatif lama, oleh karenanya maka timbul kendala-kendala seperti
tersebut diatas.

Jika kita perhatikan gambarnya maka tampak bahwa PLTU terdapat :
A. Sirkit bahan bakar
B. Sirkit udara untuk pembakaran
C. Sirkit air bersih dan uap
D. Sirkit air pendingin
STT-PLN JAKARTA 29
Faktor Beban

puncak Beban
rata - Rata Beban
kan didefinisi Beban Faktor


Faktor Beban bisa mencakup Faktor Beban Harian, Mingguan, Bulanan atau
Tahunan.

Apabila yang dimaksud adalah Faktor Beban Harian, maka Beban Rata-rata
tersebut adalah produksi KWH dalam satu hari (24 jam) dibagi 24 jam.

Sedangkan Beban Puncak adalah beban tertinggi yang terjadi dalam 24 jam.
Faktor Beban menggambarkan karateristik beban sistem, makin besar Faktor
Beban sistem, makin efesien pemanfaatan instalasi sistem.

Sebaliknya makin kecil Faktor Beban, makin tidak efesien pembebanan instalasi
sistem, karena instalasi harus dibangun agar mampu melayani beban puncak,
tetapi pembebanannya kebanyakan lebih rendah dari pada Beban Puncak.
STT-PLN JAKARTA 30
Faktor Kesediaan

terpasang Daya
tersedia Daya
kan didefinisi Kesediaan Faktor



Faktor Kesediaan menggambarkan bagaimana kesiapan operasi unit-unit
pembangkit dalam sistem. Hal ini sangat tergantung kepada manajemen
pemeliharaan unit-unit pembangkit. Apabila manajemen ini baik maka daya
tersedia selalu tinggi, sehingga Faktor Kesediaan juga tinggi, sebaliknya apabila
manajemen pemeliharaan kurang baik maka Faktor Kesediaan rendah karena
banyak unit pembangkit yang sering tidak siap operasi.

Ketidak siapan unit pembangkit untuk beroperasi tidaklah semata-mata
disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang kurang baik, tetapi bisa juga
karena salah desain dari pabrik, kwalitas material yang kurang baik, atau karena
perencanaan teknis yang kurang tepat.
STT-PLN JAKARTA 31
Faktor Penggunaan

terpasang Daya
puncak Beban
kan didefinisi Penggunaan Faktor


Faktor Penggunaan menggambarkan sampai berapa jauh kemampuan yang
terpasang (daya terpasang) dalam instalasi dimanfaatkan dari segi pembebanan.
Apabila Faktor Penggunaan telah mencapai nilai yang tinggi maka perlu ada
langkah-langkah pengembangan instalasi agar instalasi tidak mengalami beban
lebih (over loaded).
Sebaliknya Faktor Penggunaan yang rendah juga harus dihindarkan karena hal
yang demikian merupakan pemborosan modal.


Capacity Factor

Capacity Factor yang bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai
Faktor Kapasitas didefinisikan bagi unit pembangkit =

jam 8760 x KW dalam terpasang Daya
tahun satu dalam KWH Produksi


Capacity Factor yang rendah dari unit pembangkit bisa disebabkan karena unit
tersebut sering tidak siap operasi, tetapi bisa juga karena tedak begitu diperlukan
dalam sistem, sehingga sering hanya menjadi unit cadangan walaupun dalam
keadaan siap operasi.
STT-PLN JAKARTA 32
Forced Outage Rate (F.O.R) = Angka Keluar Paksa

F.O.R menggambarkan andal tidaknya suatu peralatan, misalnya unit
pembangkit.
Besarnya F.O.R disebabkan oleh hal-hal yang serupa dengan rendahnya Faktor
Kesediaan sebagai yang diuraikan dalam Faktor Kesediaan.
Forced Outage Rate diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai Angka
Keluar Paksa.

Specific Fuel Consumption (SFC)

Specific Fuel Consumption dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
sebagai Pemakaian Bahan Bakar Spesifik definisinya

KWH Produksi Jumlah
bakar bahan pemakaian Jumlah



Tentu saja pengertian ini hanya berlaku bagi unit pembangkit termis saja.
Jumlah pemakaian bahan bakar cair biasanya dinyatakan dalam liter. Bahan
bakar padat dalam kilo gram dan abahan bakar gas dalam Million Nominal Cubic
Foot (MNCF).
SFC adalah angka yang menggambarkan efesiensi unit pembangkit.
STT-PLN JAKARTA 33
Analisa dan Evaluasi Hasil Operasi

Karena operasi sistem tenaga listrik menelan biaya yang tidak sedikit, maka hasil
operasi perlu dianalisa dan dievaluasi untuk selanjutnya menentukan langkah-
langkah perbaikan yang harus dilakukan.

Hasil-hasil operasi yang dilaporkan perlu dianalisa dan dievaluasi. Misalnya
laporan gangguan perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-sebab gangguan
agar bisa dilakukan langkah perbaikan untuk mengurangi jumlah gangguan. Hal
yang sama bisa juga dilakukan atas laporan mengenai angka-angka F.O.R dan
SFC. Semua laporan operasi perlu dianalisa kebenarannya, dipelajari angka-
angkanya apakah masuk akal atau tidak. Kemudian apabila secara statistik
terlihat adanya perubahan yang menyolok, maka perubahan ini harus dianalisa
sebab-sebabnya.

Jika laporan-laporan hasil operasi telah dianalisa kebenarannya dan juga sebab-
sebabnya yang menyangkut perubahan-perubahan telah dianalisa seperti
tersebut diatas maka kemudian perlu dilakukan evaluasi atas hasil operasi.
Untuk dapat melakukan evaluasi hasil operasi, harus ada angka yang
menggambarkan hasil operasi, secara keseluruhan.
STT-PLN JAKARTA 34
Karena sasaran utama dari operasi sistem tenaga listrik adalah memproduksi
tenaga listrik yang semurah mungkin dengan memperhatikan mutu dan
keandalan, maka evaluasi hasil operasi harus didasarkan atas berapa biaya
operasi sistem secara keseluruhan dalam rupiah per KWH dengan
memperhatikan angka-angka gangguan serta laporan tegangan dalam sistem.

Tidaklah tepat apabila dicapai biaya operasi dalam rupiah per KWH yang rendah
tetapi mutu dan keandalan operasi juga rendah. Mutu dan keandalan operasi
digambarkan dengan angka-angka gangguan dan laporan mengenai tegangan
dalam sistem, khususnya yang tegangannya rendah. Harus selalu ada
keseimbangan antara biaya operasi dengan mutu dan keandalan.

Untuk dapat melakukan evaluasi seperti tersebut diatas, perlu dilakukan
penggabungan laporan-laporan operasi dengan laporan-laporan keuangan,
misalnya dengan laporan Laba-Rugi dan Neraca Perusahaan.
STT-PLN JAKARTA 35
PETUNJUK CARA PENGAWETAN / PEMELIHARAAN
PLTU YANG BERHENTI LAMA

1. UMUM
Tujuan pengawetan untuk PLTU-PLTU yang berhenti
lama, adalah untuk menjaga agar peralatan-
peralatannya tidak rusak baik karena korosi maupun
kerusakan lainnya.
2. Bagian-bagian peralatan yang perlu diawetkan /
presentative terutama adalah sebagai berikut :
STT-PLN JAKARTA 36
LIHAT MAKALAH
PENGAWETAN / PEMELIHARAAN
STT-PLN JAKARTA 37
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai