Anda di halaman 1dari 16

Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif

WIDYATAMA
76
Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
dalam Pendidikan
Suwarto
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo, Jl. Letjend Sujono Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo, kode pos 57512.
Telpon: +62-0271-593156, fax: +62-0271-591065, e-mail: suwartowarto@yahoo.com
Abstrak
Dua dimensi dalam pendidikan yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.
Dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, pengetahua n konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan factual mencakup
pengetahuan terminology dan pengetahuan yang detail . Pengetahuan konseptual
mencakup pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan prinsip dan general,
pengetahuan teori, model, dan struktur. Pengetahuan prosedural mencakup pengetahuan
keahlian dan algoritma, pengetahuan teknik dan metode, pengetahuan kriteria untuk
menerapkan prosedur yang tepat. Pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan
strategis, pengetahuan tugas kognitif, pengetahuan kontekstual pengetahuan kondisional,
dan pengetahuan diri. Dimensi proses kognitif meliputi: mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan.
Kata-kata kunci: Dimensi Pengetahuan, Dimensi Proses Kognitif
Pendahuluan
Masih banyak guru maupun pendidik yang mengungkapkan hasil pembelajaran
para siswanya dengan pengkategorian yang diungkapkan oleh taxonomi Bloom.
Pengkategorian hasil belajar sebenarnya telah direvisi, akan tetapi masih banyak yang
belum memahami ranah yang mana yan g telah dilakukan revisi. Pada kesempatan ini
penulis menguraiakan ranah kognitif dalam pendidikan tersebut yang telah direvisi.
Dimensi Pengetahuan
Konsepsi-konsepsi pembelajaran terkini fokus pada proses -proses aktif, kognitif,
dan kostruktif yang terl ibat dalam pembelajaran yang bermanfaat. Para pelajar dianggap
menjadi agen-agen aktif dalam pembelajaran mereka sendiri; mereka memilih informasi
mana yang akan mereka datangi dan menyusun makna mereka sendiri da ri informasi
yang dipilih tersebut. Para pelajar bukanlah penerima pasif, mereka juga bukanlah hanya
penyimpan informasi yang disediakan untuk mereka oleh orang tua, para guru, buku -
buku pelajaran, atau media. Hal ini berpindah dari pandangan -pandangan pembelajaran
pasif menuju penekanan-penekanan sudut pandang yang lebih kognitif dan paling
konstruktif (proses-proses kognitif) mengenai apa yang mereka ketahui pada saat mereka
terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang bermanfaat.
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
77
Dalam pengaturan-pengaturan pembelajaran, para pelajar dianggap untuk
menyusun makna mereka sendiri berdasarkan pengetahuan terdahulu mereka, aktivitas
metakognitif dan kognitif terbaru mereka, dan kesempatan -kesempatan dan batasan-
baasan yang diusahakan kepada mereka dalam peng aturan tersebut, termasuk informasi
yang tersedia untuk mereka. Para pelajar sampai pada suatu seting pembelajaran dengan
kesatuan pengetahuan yang mendasar, tujuan -tuuan mereka, dan pengalaman-pengalaman
terdahulu dalam pengaturan tersebut, dan mereka men ggunakan seluruh hal ini untuk
memahami infomasi yang mereka peroleh. Proses pemahaman yang sangat
konstruktif ini meliputi pengaktifan pengetahuan terdahulu sama halnya juga dengan
beragam proses-proses kognitif yang bekerja dalam pengetahuan itu.
Penting untuk tetap diingat bahwa para murid dapat dan sering menggunakan
informasi yang tersedia bagi mereka untuk menyusun makna -makna yang tidak sesuai
dengan aspek-aspek kenyataan yang asli atau konsepsi -konsepsi informasi normatif yang
diterima dengan baik. Kenyataanya, banyak karya mengenai perubahan konseptual dan
pembelajaran murid berkaitan dengan bagaimana para murid dapat menyusun konsepsi -
konsepsi dari fenomena sehari -hari. Tentu saja, terdapat sikap-sikap yang berbeda yang
diambil dalam konsepsi -konsepsi pribadi, konsepsi -konsepsi naf, atau kesalahan-
kesalahan konsepsi yang mencerminkan pengetahuan dan pemikiran terikini dan paling
dapat diterima secara umum dalam mata pelajaran -pelajaran akademik dan area-area
pokok bahasan.
Jadi, peneliti sangat sadar bahwa para murid dan guru menyusun makna -makna
mereka sendiri dari aktivitas-aktivitas pembelajaran dan kejadian -kejadian di kelas dan
bahwa susunan-susunan kandungan pokok bahasan mereka sendiri dapat berbeda dari
konsepsi normatif atau aslinya. Meskipun demikian, mengadopsi sudut pandang kognitif
dan kostruktif ini tidak menyiratkan bahwa tidak ada pembelajaran yang bernilai
pengetahuan atau bahwa seluruh pengetahuan memiliki nilai/manfaat yang sama.
Menurut Anderson & Krathwohl (2001 : 46), dimensi pengetahuan terdiri dari:
empat jenis: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual , (3) pengetahuan
prosedual, (4) pengetahuan metakognitif. Perbedaan antara pengetahuan faktual dan
pengetahuan konseptual perlu dijelaskan disini. Perlu pembedaan antara pengetahuan
elemen-elemen kandungan yang tidak berkembang/tertutup dan terpisah (contohnya
istilah-istilah dan fakta-fakta) dengan pengetahuan bagian-bagian pengetahuan yang lebih
tersusun dan lebih luas (contohnya konsep -konsep, prinsip-prinsip, model-model, atau
teori-teori).
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang para ahli gunakan dalam
menyampaikan disiplin ilmu akademis mereka, memahaminya, dan mengaturnya secara
sistematis. Elemen-elemen ini biasanya dapat diberikan pada orang-orang yang bekerja
pada beragam bentuk disiplin dimana elemen -elemen tersebut disajikan; mereka
memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari elemen atau penerapan yang digunakan
pada elemen lainnya. Pengetahuan faktual berisi eleme n-elemen dasar yang harus
diketahui para murid jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin atau untuk
memecahkan masalah apapun di dalamnya. Elemen -elemen biasanya merupakan simbol -
simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau benang -benang simbol
yang menyampaikan informasi penting. Sebagian terbesar, pengetahuan faktual muncul
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
78
pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua bagian jenis pengetahuan faktual adalah
pengetahuan terminologi dan pengetahuan detail -detail dan elemen-elemen yang spesifik.
a. Pengetahuan Terminologi
Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non-
verbal tertentu (contohnya kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar).
Setiap pokok bahasan berisi sejumlah besar nama -nama dan simbol-simbol, baik verbal
maupun non-verbal, yang memiliki rujukan tertentu. Mereka berada pada bahasa disiplin
dasarjalan pintas yang digunakan para ahli untuk mengungkapkan apa yang mereka
ketahui. Dalam usaha apapun oleh para ahli untuk berkomuni kasi dengan ahli lainnya
mengenai fenomena dalam disiplin ilmu mereka, mereka menganggap penting untuk
menggunakan nama-nama dan simbol-simbol khusus yang telah dipikirkan. Dalam
banyak kasus, tidak mungkin bagi para ahli untuk memperbincangkan masalah dal am
disiplin ilmu mereka tanpa mempergunakan istilah -istilah penting. Cukup harafiah,
mereka tidak mampu bahkan untuk memikirkan mengenai banyak fenomena dalam
disiplin ilmu kecuali mereka menggunakan nama -nama dan simbol-simbol ini.
b. Pengetahuan yang Detail dan Elemen-elemen yang Spesifik
Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu pada
pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat-tempat, orang-orang, tanggal, sumber informasi,
dan semacamnya. Hal ini dapat melibatkan informasi yang sangat tepat dan spesifik,
seperti tanggal yang tepat dari suatu peristiwa atau besarnya fenomena dengan tepat. Hal
ini dapat juga meliputi informasi perkiraan, seperi periode waktu dimana suatu peristiwa
terjadi atau besarnya tata cara umum suatu fenomena. Fakt a-fakta spesifik adalah fakta-
fakta yang dapat diisolasi terpisah, elemen -elemen terpisah berlawanan dengan elemen -
elemen yang hanya dapat diketahui dalam konteks yang lebih luas.
Setiap pokok bahasan berisi beberapa peristiwa, tempat -tempat, orang-orang,
tanggal, dan detail-detail lainnya yang para ahli tahu dan percaya dapat menggambarkan
pengetahuan yang penting mengenai bidang tersebut. Fakta -fakta spesifik semacam itu
merupakan informasi mendasar yang para ahli gunakan dalam menggambarkan bidang
mereka dan dalam memikirkan mengenai masalah -masalah atau topik-topik tertentu
dalam bidang tersebut. Fakta-fakta ini dapat dibedakan dari terminologi, dalam
terminologi itu secara umum menunjukkan konvensi -konvensi atau persetujuan-
persetujuan dalam suatu bidang, sementara fakta-fakta menyajikan temuan-temuan yang
sampai dengan alat selain persetujuan-persetujuan konsensual yang dibuat untuk tujuan -
tujuan komunikasi.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, model-model mental, atau teori-
teori eksplisit dan implisit dalam model -model psikologi kognitif yang berbeda. Skema -
skema, model-model dan teori-teori ini menunjukkan pengetahuan yang seseorang miliki
mengenai bagaimana pokok bahasan tertentu diatur dan disusun, bagaimana bagia n-
bagian atau potongan-potongan informasi yang berbeda saling berhubungan dan
berkaitan dalam suatu cara yang lebih sistematis, bagaimana bagian -bagian ini berfungsi
bersama-sama. Pengetahuan konseptual meliputi tiga jenis: pengetahuan klasifikasi dan
kategori, pengetahuan prinsip dan generalisasi , dan pengetahuan model, teori, dan
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
79
struktur. Klasifikasi-klasifikasi dan kategori -kategori membentuk dasar untuk prinsip dan
generalisasi. Hal ini, pada gilirannya, membentuk dasar untuk teori -teori, model-model,
dan struktur-struktur.
a. Pengetahuan Klasifikasi dan Kategori
Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan
penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda. Seiring
berkembangnya pokok bahasan, individ u-individu yang bekerja padanya mengetahui
bahwa hal ini bermanfaat untuk mengembangkan klasifikasi dan kategori yang dapat
mereka gunakan untuk menyusun dan mengatur fenomena tersebut. Jenis pengetahuan ini
lebih umum dan sering lebih abstrak daripada pen getahuan terminologi dan fakta-fakta
tertentu. Setiap pokok bahasan memilik suatu set kategori yang digunakan untuk
menemukan elemen-elemen baru sama halnya untuk berhadapan dengannya tepat ketika
mereka ditemukan. Klasifikasi dan kategori berbeda dari ter minologi dan fakta-fakta
dalam hal mereka membentuk penghubung -penghubung hubungan antara elemen-elemen
tertentu.
b. Pengetahuan Prinsip dan Generalisasi
Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu akademis dan
digunakan untuk mempelajari fenomena atau memecahkan masalah -masalah dalam
disiplin ilmu. Salah satu tanda dari seorang ahli pokok bahasan adalah kemampuan untuk
mengenali pola-pola yang bermakna (contohnya generalisasi) dan menghidupkan
pengetahuan pola-pola yang relevan ini dengan sedikit usaha kognitif. (Bransford,
Brown, dan Cocking, 1999).
Pengetahuan prinsip dan generalisasi meliputi pengetahuan dari abstraksi -
abstraksi tertentu yang merangkum pengamatan -pengamatan fenomena. Abstraksi -
abstraksi ini memiliki manfaat yang paling besar dalam menggambarkan, memprediksi,
menjelaskan, atau menentukan tindakan atau petunjuk yang paling tepat dan relevan yang
akan diambil. Prinsip dan generalisasi bersama -sama membawa sejumlah fakta-fakta dan
peristiwa-peristiwa spesifik, menggambarkan proses-proses dan hubungan-hubungan
antara detail-detail spesifik ini (detail -detail yang membentuk klasifikasi dan kategori),
dan, lebih lanjut, menjelaskan proses -proses dan hubungan-hubungan antar klasifikasi
dan kategori. Dengan cara ini, mereka memungkinkan para ahli untuk mulai mengatur
keseluruhan dalam cara yang koheren dan hemat.
Prinsip-prinsip dan generalisasi -generalisasi cenderung merupakan gagasan -
gagasan mendasar yang dapat menjadi sulit untuk dipahami para murid karena para murid
mungkin tidak diperkenalkan secara keseluruhan dengan fenomena yang mereka diminta
untuk ringkas dan atur. Jika para murid memang harus mengetahui prinsip -prinsip dan
generalisasi-generalisasi, bagaimanapun, mereka memiliki alat untuk menghubungkan
dan mengatur sejumlah besar pokok bahasan. Sebagai hasilnya, mereka harus memiliki
pengertian yang mendalam mengenai pokok bahasan sama halnya ingatan yang lebih baik
mengenai hal ini.
c. Pengetahuan Teori, Model, dan Struktur
Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip -
prinsip dan generalisasi -generalisasi bersama dengan hubungan -hubungan diantara
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
80
mereka yang menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat mengenai suatu fenomena,
masalah, atau pokok bahasan yang kompleks. Hal -hal ini adalah perumusan-perumusan
yang paling abstrak. Mereka dapat menunjukkan hubungan antar satu dengan yang lain
dan pengaturan sejumlah besar detail -detail spesifik, klasifikasi -klasifikasi dan kategori -
kategori, dan prinsip-prinsip dan generalisasi -generalisasi. Pengetahuan teori, model, dan
struktur, berbeda dari pengetahuan prinsip dan generalisasi dalam penekanannya pada
suatu set prinsip dan generalisasi yang terkait dalam beberapa hal untuk membentuk
suatu teori, model, atau struktur. Prinsip -prinsip dan generalisasi-generalisasi dalam
subjenis pengetahuan prinsip dan generalisasi tidak perlu dikaitkan dalam cara apaun
yang berarti.
Sub jenis pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan dari
paradigma-paradigma yang berbeda, epistemologi-epistemologi, teori-teori, dan model-
model yang digunakan prinsip-prinsip yang berbeda untuk menggambarkan, memahami,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Disiplin -didiplin ilmu memiliki paradigma -
paradigma dan epistemologi -epistemologi yang berbeda dalam penyusunan penyelidikan,
dan para murid harus mengetahui cara -cara yang berbeda mengenai memahami dan
mengatur pokok bahasan dan area-area penelitian dalam pokok bahasan. Dalam biologi,
contohnya, pengetahuan mengenai teori evolusi dan bagaimana untuk berfikir dalam
istilah-istilah evolusioner untuk menjelaskan fenomena -fenomena biologi yang berbeda
adalah sustu aspek penting dari bagian jenis pengetahuan konseptual ini. Dengan cara
yang sama, teori-teori konstruktif sosial, kognitif, dan perilaku dala m psikologi membuat
asumsi-asumsi epistemologi yang berbeda dan mencerminkan sudut pandang -sudut
pandang berbeda dalam perilaku manusia.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana melakukan
sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin hingga
memecahkan masalah-masalah baru. Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk
dari suatu rangkaian langkah-langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan
keahlian-keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metode-metode secara kolektif
disebut sebagai prosedur-prosedur (Alexander, Schallert, dan Hare, 1991; Anderson,
1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan
prosedural juga meliputi pengetahuan mengenai kriteria yang digunakan untuk
menentukan kapan menggunakan beragam prosedur.
Sementara pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual menyajikan
pengetahuan apa, pengetahuan prosedural menekankan pada bagaimana. Dengan
kata lain, pengetahuan prosedural mencerminkan pengetahuan dari proses yang
berbeda, sementara pengetahuan faktual dan konseptual berkaitan dengan apa yang
disebut produk. Pengetahuan prosedural merupakan spesifik atau berhubungan erat
dengan pokok-pokok bahasan atau disiplin-disiplin ilmu tertentu. Maka, pengetahuan
prosedural untuk pengetahuan mengenai keahlian -keahlian, algoritma-algoritma, tehnik-
tehnik, dan metode-metode yang merupakan apesifik subjek atau spesifik disiplin ilmu.
a. Pengetahuan Keahlian dan Algoritma Spesifik Suatu Subjek
Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian langkah -
langkah, yang secara kolektif dikenal sebagai prosedur. Kadangkala langkah -langkah
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
81
tersebut diikuti perintah yang pasti; di waktu yang lain keputusa n-keputusan harus dibuat
mengenai langkah mana yang dilakukan selanjutmya. Dengan cara yang sama, kadang -
kadang hasil akhirnya pasti; dalam kasus lain hasilnya tidak pasti. Meskipun proses
tersebut bisa pasti atau lebih terbuka, hasil akhir tersebut secara umum dianggap pasti
dalam bagian jenis pengetahuan.
b. Pengetahuan Tehnik dan Metode Spesifik Suatu Subjek
Pengetahuan tehnik dan metode spesifik suatu subjek meliputi pengetahuan yang
secara luas merupakan hasil dari konsesus, persetujuan, atau norma -norma disipliner
daripada pengetahuan yang lebih langsung merupakan suatu hasil observasi, eksperimen,
atau penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan bagaimana
para ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tersebut berfikir dan menyelesai kan masalah-
masalah daripada hasil -hasil dari pemikiran atau pemecahan masalah tersebut.
c. Pengetahuan Kriteria Untuk Menentukan Kapan Menggunakan Prosedur -
Prosedur yang Tepat
Sebelum terlibat dalam suau penyelidikan, para murid dapat diharapkan
mengetahui metode-metode dan tehnik-tehnik yang telah digunakan dalam penyelidikan -
penyelidikan yang sama. Pada suatu tingkatan nanti dalam penyelidikan tersebut, mereka
dapat diharapkan untuk menunjukkan hubungan -hubungan antara metode-meode dan
tehnik-tehnik yang mereka benar-benar lakukan dan metode-metode yang dilakukan oleh
murid lain.
Para ahli tahu kapan dan dimana menerapkan pengetahuan mereka. Mereka
memiliki kriteria yang membantu mereka menggunakan jenis -jenis pengetahuan
prosedural spesifik suatu subje k yang berbeda; yaitu, pengetahuan mereka
dikondisikan, mereka mengetahui kondisi -kondisi dibawah prosedur -prosedur yang
akan diterapkan (Chi, Feltovich, dan Glaser, 1981). Kriteria beragam dari satu pokok
bahasan dan pokok bahasan lainnya. Pada awalnya, terlihat kompleks dan abstrak bagi
para murid; murid-murid memperoleh makna ketika mereka dikaitkan dengan situasi -
situasi dan masalah-masalah yang konkret.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum
sama halnya dengan kewaspadaan dan penget ahuan tentang kesadaran pribadi seseorang.
Penekanan kepada murid untuk lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan
dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para murid akan menjadi lebih sadar
dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui
kesadaran secara umum, dan ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka
akan cenderung belajar lebih baik (Bransford, Brown, dan Cocking, 1999).
a. Pengetahuan Strategis
Spengetahuan strategis adalah pengetahuan mengenai strategi -strategi umum
untuk pembelajaran, berfikir, dan pemecahan masalah. Strategi -strategi dalam subjenis
ini dapat digunakan melintasi banyak tugas -tugas dan pokpk-pokok bahasan yang ber
beda, daripada paling bermanfaat untuk satu jenis tugas tertentu dalam area subjek yang
spesifik. Pengetahuan strategis meliputi pengetahuan beragam strategi yang dapat murid
gunakan untuk mengingat materi, makna inti dari teks, atau mengerti apa yang mereka
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
82
dengar di ruang kelas atau baca dalam buku dan materi -materi pelajaran lainnya.
Sejumlah besar strategi pembelajaran yang berbeda dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori umum: repetisi, pengembangan, dan pengaturan. Strategi -strategi repetisi
meliputi pengulangan kat a-kata atau istilah-istilah agar diingat terus-menerus oleh
seseorang; mereka pada umumnya bukan merupakan strategi -strategi yang paling efektif
dalam level-level pembelajaran dan pemahaman yang lebih dalam. Kebalikannya,
strategi-strategi pengembangan mel iputi penggunaan beragam alat bantu mengingat
untuk tugas-tugas mengingat sama halnya dengan tehnik -tehnik seperti meringkas, dan
memilih gagasan utama dari teks. Strategi -strategi pengembangan membantu
perkembangan memprosesan materi yang akan dipelajari dengan lebih dalam dan
menghasilkan pemahaman dan pembelajaran yang lebih baik daripada strategi -strategi
repetisi. Strategi-strategi pengaturan meliputi beragam bentuk menguraikan, menggambar
peta-peta kognitif atau memetakan konsep, dan mencatat; para murid memindahkan
materi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Startegi -strategi pengaturan biasanya
menghasilkan pemahaman dan pembelajaran yang lebih baik daripada strategi -strategi
repetisi.
Sebagai tambahan dalam strategi -strategi pembelajaran umum ini , para murid
dapat memiliki pengetahuan mengenai beragam strategi metakognitif yang bermanfaat
dalam merencanakan, memonitor, dan mengatur kesadaran mereka. Para murid dapat
secepatnya menggunakan strategi -strategi ini untuk merencanakan kesadaran mereka,
memonitor kesadaran mereka, dan mengatur kesadaran mereka. Kategori ini mengacu
pada pengetahuan murid mengenai beragam strategi, bukan penggunaan nyata.
Akhirnya, pengetahuan strategis, meliputi strategi -strategi umum untuk
memecahkan masalah dan berfikir . Strategi-strategi pemecahan masalah, terdapat
strategi-strategi umum untuk berfikir deduktif dan induktif, termasuk menilai validitas
pernyataan-pernyataan logis yang berbeda, mencegah kebulatan dalam argumen -
argumen, membuat kesimpulan-kesimpulan yang tepat dari sumber-sumber data yang
berbeda, dan mendukung contoh-contoh yang tepat untuk membuat kesimpulan -
kesimpulan.
b. Pengetahuan Mengenai Tugas Kognitif, Termasuk Pengetahuan Kontekstual dan
Kondisional
Para murid mengembangkan pengetahuan mengenai st rategi-trategi pembelajaran
dan berfikir, pengetahuan ini mencerminkan baik strategi -strategi umum apa yang
digunakan dan bagaimana menggunakan mereka. Sama dengan pengetahuan prosedural,
bagaimanapun, pengetahuan tidak dapat mencukupi untuk keahlian dalam pembelajaran.
Para murid juga perlu mengembangkan pengetahuan kondisional untuk strategi -strategi
kognitif umum ini; dengan kata lain, mereka perlu mengembangkan beberapa
pengetahuan mengenai kapan dan mengapa menggunakan strategi -strategi ini secara tepat
(Paris, Lipson, dan Wixson, 1983). Seluruh strategi yang berbeda ini dapat menjadi tidak
tepat untuk seluruh situasi, dan pelajar tersebut harus mengembangkan beberapa
pengetahuan mengenai kondisi -kondisi dan tugas-tugas yang berbeda dimana strategi -
strategi paling tepat digunakan. Pengetahuan kondisional mengacu pada pengetahuan
mengenai situasi-situasi dimana para murid dapat menggunakan pengetahuan
metakognitif. Kebalikannya, pengetahuan prosedural mengacu pada pengetahuan
mengenai situasi-situasi dimana para murid dapat menggunakan keahlian -keahlian,
algoritma-algoritma, tehnik-tehnik, dan metode-metode spesifik suatu subjek. Aspek
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
83
pengetahuan kondisional penting yaitu merupakan norma -norma sosial umum dan
situasional lokal, konvensional, dan budaya un tuk menggunakan strategi -strategi yang
berbeda.
c. Pengetahuan-Diri
Ilmuwan mengetahui kapan mereka tidak mengetahui sesuatu dan kemudian
mereka memiliki beberapa strategi untuk menemukan informasi yang dibutuhkan secara
tepat. Kewaspadaan-diri mengenai kaluasan dan kelebaran dari dasar pengetahuan dirinya
merupakan aspek penting pengetahuan -diri. Para murid perlu memperhatikan terhadap
jenis strategi yang berbeda. Kesadaran seseorang cenderung terlalu bergantung pada
strategi tertentu, dimana terdapat str ategi-strategi yang lain yang lebih tepat untuk tugas
tersebut, dapat mendorong kearah suatu perubahan dalam penggunaan strategi.
Jika para murid tidak menyadari bahwa mereka tidak mengetahui beberapa aspek
mengenai pengetahuan factual atau pengetahuan kon septual atau bahwa mereka tidak
mengetahui bagaimana melakukan pengetahuan prosedural, tidak mungkin mereka akan
melakukan usaha apapun untuk mempelajari materi baru. Suatu tanda keahlian adalah
bahwa mereka tahu apa yang mereka tahu dan apa yang mereka ti dak tahu, dan mereka
tidak memiliki kesan-kesan yang salah atau berlebihan mengenai pengetahuan dan
keahlian-keahlian mereka yang sebenarnya.
Dimensi Proses Kognitif
Dua tujuan pendidikan terpenting adalah untuk mengembangkan daya ingat dan
mendorong terjadinya proses transfer. Terjadinya proses transfer merupakan tanda
keberhasilan proses belajar. Daya ingat atau Retention merupakan kemampuan seorang
siswa untuk megingat materi -materi pelajaran beberapa saat sesudah pengajaran dengan
sama akuratnya seperti pada saat siswa tersebut mengikuti pelajaran tersebut.
Kemampuan transfer merupakan kemampuan seorang siswa untuk menggunakan apa
yang telah dia pelajari untuk memecahkan persoalan -persoalan baru, untuk menjawab
soal-soal baru, atau untuk memfasilitasi proses belajar hal-hal baru (Mayner dan Wittroc,
1996). Singkatnya, kemampuan daya ingat berarti bahwa seorang siswa harus mampu
mengingat apa saja yang telah dia pelajari, sementara kemampuan transfer mengharuskan
seorang siswa untuk dapat mengingat dan juga memahami serta menggunakan apa saja
yang telah dia pelajari (Bransford, Brown, and Cocking, 1999; Detterman dan Sternberg,
1993; MckEough, Lupart, danMArini, 1995; Mayer, 1995; Phye, 1997). Menurut
Anderson & Krathwohl (2001: 64), tujuan pendidikan di deskripsikan menjadi enam
kategori proses, yaitu: remembering; understanding, apply, analyze, evaluate, create.
Kategori proses mengingat atau remembering merupakan proses yang sangat
berhubungan dengan proses daya ingat. Kelima kategori proses lainnya leb ih berkaitan
dengan proses transfer, yaitu kategori proses memahami ( understanding), menerapkan
(apply), menganalisa (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create).
1. Mengingat (Remembering)
Jika tujuan dari suatu soal adalah untuk mengemba ngkan proses daya ingat
mengenai material yang dipelajari dalam bentuk yang sama pada saat materi tersebut
diajarkan, maka kategori proses kognitif yang relevan adalah mengingat atau
remembering. Kategori Mengingat merupakan kategori dimana terjadi aktifit as menarik
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
84
kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang seorang siswa. Dua
proses kognitif yang berkaitan dengan kategori ini adalah menyadari atau recoqnizing dan
mengingat kembali atau recalling. Jenis pengetahuan yang relevan dengan kateg ori ini
adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif, serta kombinasi -kombinasi yang mungkin dari jenis -jenis
pengetahuan tersebut.
a. Menyadari (Recognizing)
Proses menyadari mencakup aktifitas menarik kembali informasi yang relevan dari
memori jangka panjang untuk membandingkan informasi tersebut dengan infromasi lain
yang sedang disajikan. Dalam proses ini, para siswa mencari -cari dalam memori jangka
panjang mereka untuk mendapatkan potongan in formasi tertentu yang mirip atau
sepenuhnya sama dengan informasi lain yang sedang disajikan kepada mereka. Saat para
siswa dihadapkan pada informasi baru, mereka harus menentukan apakah informasi baru
tersebut sesuai dengan pengetahuan lain yang telah mer eka pelajari sebelumnya, dan
harus mencari persamaan diantara kedua hal tersebut. Nama alternatif untuk proses
menyadari ini adalah mengidentifikasi atau Identifying.
b. Mengingat Kembali ( Recalling)
Proses ini mencakup aktifitas penarikan kembali informas i yang relevan dari
memori jangka panjang pada saat didesak. Desakan yang diberikan biasanya dalam
bentuk sebuah soal. Dalam proses ini seorang siswa akan mencari -cari dalam memori
jangka panjangnya potongan-potongan informasi dan membawa potongan -potongan
informasi tersebut kedalam memori pengalaman kerjanya untuk diproses. Nama alternatif
dari proses ini adalah penarikan kembali atau retrieving.
2. Memahami (Understand)
Seorang siswa dikatakan mampu Memahami jika siswa tersebut dapat menarik
makna dari suatu pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk dalam soal-soal yang dihadapinya.
Petunjuk-petunjuk soal tersebut dapat berupa komunikasi dalam bentuk lisan, tertulis dan
grafik (gambar) dalam cara penyajian apa pun juga (bisa berupa penyajian dalam suatu
perkuliahan, penyajian dalam buku, maupun penyajian melalui layar komputer). Para
siswa dapat memahami suatu hal jika mereka menghubungkan pengetahuan baru yang
sedang mereka pelajari dengan pengetahuan yang sebelumnya telah mereka miliki. Lebih
khususnya lagi, para siswa akan lebih mudah untuk memahami suatu hal jika
pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari itu diintegrasikan dengan skema -skema
dan kerangka kerja yang telah mereka kenali sebelumnya. Karena hal -hal konseptual
merupakan dasar dari skema-skema dan kerangka kerja semacam itu, maka pengetahuan
konseptual (conceptual knowledge) merupakan dasar dari proses memahami. Proses -
proses kognitif yang termasuk dalam kategori Memahami meliputi proses
menginterpretasikan (interpreting), mencontohkan (exemplifying), Mengklasifikasikan
(classifying), merangkum (summarizing), menduga (inferring), membandingkan
(comparing), menjelaskan (explaining).
a. Menginterpretasikan (Interpreting)
Proses ini terjadi pada seorang siswa mampu mengubah sebuah informasi dari
satu bentuk penyajian ke bentuk lainnya. Proses ini bisa berupa mengubah suatu kata -kata
menjadi kata-kata lain (contohnya, memfrasakan kembali atau paraphrasing), gambar
menjadi kata-kata, kata-kata menjadi gambar, angka-angka menjadi kata-kata, kata-kata
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
85
menjadi angka-angka, not-not musik menjadi nada, dan semacam itu. Nama alternatif
untuk proses ini adalah mengklasrifikasi ( clarifying), memfrasakan kembali
(paraphrasing), menyajikan (representing), dan menerjemahkan (translating).
b. Mencontohkan (Exemplifying)
Proses mencontohkan ini terjadi apabila seorang siswa memberikan suatu contoh
khusus mengenai suatu prinsip atau konsep umum. Proses ini mencakup proses
mengidentifikasi sifat -sifat dasar dari suatu konsep atau prinsip umum tertentu. Para
siswa juga harus mampu menggunakan sifat -sifat tersebut untuk memilih atau menyusun
sebuah contoh. Nama alternatif untuk proses ini adalah menggambarkan ( illustrating),
merekakan (instantiate).
c. Mengklasifikasi (Classifying)
Proses klasifikasi terjadi pada saat seo rang siswa menyadari bahwa suatu hal (bisa
berupa suatu keadaan atau suatu contoh) termasuk kedalam suatu kategori tertentu (suatu
konsep atau prinsip tertentu). Usaha Mengklasifikasi juga merupakan usaha untuk
mendeteksi sifat-sifat atau pola dari suatu hal (contoh atau keadaan) yang relevan atau
sesuai dengan sifat-sifat atau pola dari suatu konsep atau prinsip. Proses mengklasifikasi
merupakan proses yang melengkapi proses mencontohkan. Proses mencontohkan
berangkat dari sebuah konsep atau prinsip umum y ang harus dicarikan contoh atau
keadaan khususnya oleh para siswa. Sebaliknya, proses mengklasifikasi berangkat dari
suatu contoh atau keadaan khusus yang harus dicarikan prinsip atau konsep umumnya
oleh para siswa. Nama alternatif untuk proses mengklasifi kasi ini adalah
mengkategorisasi (categorizing), dan menggolongkan (subsuming).
d. Merangkum (Summarizing)
Proses ini terjadi pada saat seorang siswa mengajukan sebuah pernyataan yang
mewakili suatu informasi yang telah disajikan sebelumnya, atau pada saat seorang siswa
meringkas suatu tema umum. Proses meringkas ini meliputi usaha menyusun suatu
penyajian dari suatu informasi dan kemudian membuat rangkuman dari informasi
tersebut, seperti menentukan tema atau pokok pikiran dari suatu informasi.
e. Menduga (Inferring)
Proses menduga merupakan proses menemukan suatu pola dari serangkaian contoh
atau kasus. Proses menduga terjadi pada saat seorang siswa mampu merangkum sebuah
konsep atau prinsip umum yang dapat diterapkan pada serangkaian contoh atau kasus
yang diberikan kepadanya dengan cara mendaftar sifat -sifat dari contoh kasusnya yang
relevan dengan suatu konsep atau prinsip yang dia ajukan, dan yang lebih penting lagi,
dengan cara menunjukkan hubungan antara contoh kasus yang dia miliki dangan prinsip
atau konsep umum yang dia ajukan. Nama alternatif untuk proses menduga adalah
menyimpulkan (concluding), meramalkan kemungkinan ( extrapolating), menyisipkan
(interpolating), dan memprediksi (predicting).
f. Membandingkan (Comparing)
Proses membandingkan mer upakan proses mendeteksi adanya persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, pemikiran, permasalahan, situasi dan
lain-lain. Yang termasuk dalam proses membandingkan adalah usaha untuk menemukan
persamaan antara elemen dan pola dari suatu objek, kejadian, pemikiran dengan elemen
dan pola dari objek, kejadian, dan pemikiran lainnya. saat proses ini digunakan
bersamaan dengan proses menduga, dan bersamaan dengan proses
mengimplementasikan, maka proses membandingkan dapat mengembangkan proses
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
86
rasionalisasi dengan menggunakan analogi. Nama alternatif untuk proses ini adalah
mengkontraskan/ membedakan ( contrasting), memetakan (mapping), dan memasangkan
(matching).
g. Menjelaskan (Explaining)
Proses Menjelaskan ini terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk menyusun
suatu pemodelan sebab-akibat dari suatu sistem dan menggunakan pemodelan tersebut.
Pemodelan tersebut dapat diciptakan dari suatu teori umum (seperti yang sering terjadi
pada bidang ilmu pengetahuan alam), atau didasarkan pada hasil s uatu penelitian atau
pengalaman (seperti yang sering terjadi pada bidang ilmu sosial atau kemanusiaan). Yang
dimaksud dengan suatu penjelasan yang utuh adalah penjelasan yang meliputi
penyusunan pemodelan sebab-akibat, dan penggunaan pemodelan tersebut unt uk
menjelaskan mengapa perubahan dari suatu bagian dari suatu sistem dapat menyebabkan
perubahan pada bagian lainnya dari sistem tersebut. Nama alternatif dari proses
menjelaskan ini adalah menyusun model ( constructing models).
3. Menerapkan (Apply)
Kategori proses kognitif ini meliputi penggunaan prosedur atau cara kerja tertentu
untuk mengerjakan suatu latihan atau menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu,
kategori menerapkan ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan prosedural atau
procedural knowledge. Soal latihan atau exercises merupakan jenis tugas dimana para
siswa sudah mengetahui prosedur atau cara kerja yang seharusnya digunakan. Jadi para
siswa hanya akan mengembangkan suatu pendekatan yang bersifat rutin dalam tugas
tersebut. Suatu permasalahan atau persoalan merupakan jenis tugas dimana para siswa
memang belum pernah mngetahui prosedur apakah yang harus digunakan, jadi para siswa
harus menemukan prosedur yang tepat untuk memecahkan persoalan tersebut. Kategori
menerapkan ini terdiri dari dua proses kognitif, yaitu: (1) proses melaksanakan
(executing), yaitu apabila tugas yang diberikan berupa sebuah latihan, dan (2) proses
mengimplementasikan, yaitu apabila tugas yang diberikan dalam bentuk suatu persoalan.
a. Melaksanakan (Executing)
Dalam proses melaksanakan, seorang siswa secara rutin melaksanakan suatu
prosedur pada saat mereka menghadapi suatu tugas yang telah familiar bagi mereka. Rasa
familiar yang dirasakan para siswa terhadap suatu tugas biasanya sudah merupakan
petunjuk yang khusus untuk membantu para siswa dalam memilih prosedur yang tepat
untuk digunakan. Proses melaksanakan ini lebih sering digunakan bersamaan dengan
penggunaan keahlian-keahlian tertentu atau penggunaan suatu alogaritma tertentu dan
bukannya penggunaan metode atau teknik tertentu. Keahlian dan algoritma memiliki
sifat-sifat yang membuat keduanya tidak terpisahkan dari proses melaksanakan. Pertama,
keduanya tediri dari serangakaian langkah dalam pola tertentu. Kedua, pada saat langkah -
langkah tersebut diterapkan dengan tepat, hasil akhirnya merupakan sebuah jawaban yang
telah ditentukan sebelumnya. Nama laternatif untuk proses ini adalah membawakan
(carrying out)
b. Mengimplementasikan ( Implementing)
Proses mengimplementasikan terjadi pada saat seorang siswa memil ih dan
menggunakan suatu prosedur tertentu guna menyelesaikan sebuah tugas yang tidak
familiar bagi siswa tersebut. Karena para siswa harus membuat suatu pilihan, mereka
harus terlebih dahulu memahami jenis permasalahan yang sedang mereka hadapi serta
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
87
pilihan-pilihan prosedur yang tersedia. Oleh karena itu, maka proses
mengimplementasikan ini diterapkan bersamaan dengan kategori proses kognitif yang
lainnya, seperti kategori memahami dan menciptakan.
Karena para siswa dihadapkan pada persoalan yang tidak fa miliar bagi mereka,
mereka tidak dapat langsung mengetahui prosedur mana dari semua pilihan prosedur
yang ada yang harus digunakan. Selain itu, tidak ada sebuah prosedur yang sudah
sepenuhnya sempurna untuk dapat diterapkan pada suatu persoalan; sejumlah m odifikasi
mungkin perlu dilakukan pada prosedur tersebut. Proses ini lebih sering dihubungkan
dengan penggunaan teknik atau metode tertentu dan bukannya dengan keahlian atau
algoritma tertentu. Teknik dan metode memiliki sifat tertentu sehingga keduanya se ring
kali dikaitkan dengan proses mengimplementasikan. Sifat yang pertama, sebuah prosedur
lebih mirip dengan suatu diagram atau bagan alur dan bukannya sebuah urutan yang
sudah tetap. Yang dimaksud dengan hal itu adalah, kita masih bisa memasukkan
keputusan kita pada suatu titik tertentu dari suatu prosedur. Sifat yang kedua, sering kali
tidak ada suatu jawaban tunggal yang pasti yang dapat kita harapkan pada saat kita
menerapkan suatu prosedur dengan tepat. Nama altenatif dari proses
mengimplementasikan adalah menggunakan (using).
4. Menganalisa (Analyze)
Yang termasuk dalam kategori menganalisa adalah usaha mengurai suatu materi
menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antara bagian -bagian
tersebut dan hubungan antara bagian -bagian tersebut dengan materi tersebut secara
keseluruhan. Kategori proses kognitif ini mencakup proses -proses membedakan
(differentiating), proses mengorganisasi ( organizing), dan proses menghubungkan
(attribute). Tujuan-tujuan pendidikan atau pengajaran yang termasu k kedalam kategori
menganalisa adalah tujuan-tujuan pengajaran seperti; agar siswa belajar untuk
menentukan suatu informasi yang relevan atau penting dari suatu pesan (proses
membedakan atau differentiating), agar para siswa dapat menentukan cara
pengorganisasian suatu pesan (proses mengorganisasi atau organizing), dan agar para
siswa dapat menentukan tujuan yang mendasari pesan tersebut (proses menghubungkan
atau attributing) meskipun kategori menganalisa dipandang sebagai suatu kategori yang
berdiri sendiri, kita harus mengetahui bahwa kategori ini merupakan pengembangan dari
kategori memahami (understanding) atau merupakan suatu kategori yang mendahului
kategori mengevaluasi (evaluating) atau menciptakan (creating).
a. Membedakan (Differentiating)
Proses membedakan ini merupakan proses membedakan bagian -bagian penyusun
dari suatu kesatuan hal. Pembedaan tersebut dilakukan berdasarkan tingkat relevansi dan
tingkat pentingnya bagian-bagian tersebut. Proses membedakan ini terjadi pada saat
seorang siswa mampu memisahkan informasi yang relevan dari yang tidak relevan, atau
yang penting dari yang tidak penting dan kemudian mampu untuk memperhatikan atau
berfokus pada informasi yang relevan atau yang penting saja. Proses membedakan ini
berbeda dari proses-proses kognitif yang berkaitan dengan kategori memahami atau
understand karena proses membedakan ini lebih berfokus pada pengorganisasian suatu
struktur dan penentuan hubungan antara bagian -bagian dari struktur tersebut dengan
struktur tersebut secara keseluruhan. Lebih khususnya lagi, proses membedakan ini
sangat berbeda dari proses membandingkan atau comparing karena proses membedakan
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
88
ini menggunakan konteks yang lebih luas sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu
informasi relevan atau tidak dan penting atau tidak. Nama alternatif dari proses
membedakan (differentiating) adalah memisahkan ( discriminating), membedakan
(distinguishing), mefokuskan (focusing), dan memilih (selecting).
b. Mengorganisasi (Organizingi)
Yang dimaksud dengan proses mengorganisasi ada lah mengidentifikasi elemen-
elemen dari suatu bentuk komunikasi atau situasi dan mengenali cara hubungan antar
elemen tersebut sehingga elemen tersebut dapat disusun menjadi suatu kesatuan struktur
yang koheren. Dalam proses ini, seorang siswa membangun se buah hubungan yang
sitematis dan koheren dari potongan -potongan informasi yag diberikan. Proses
mengorganisasi ini biasanya terjadi bersamaan dengan proses membedakan
(differentiating). Para siswa pertama-tama mengidentifikasi elemen-elemen yang penting
atau relevan terlebih dahulu dan kemudian menentukan bentuk struktur atau kesatuan
keseluruhan dari elemen-lemen tersebut. Proses mengorganisasi ini juga bisa terjadi
bersamaan dengan proses menghubungkan atau ( attributing) yang hanya berfokus pada
penentuan sudut pandang atau maksud arti seorang penulis tertentu. Nama alternatif
untuk proses mengorganisasi ini adalah menemukan koherensi ( finding coherence),
mengintegrasi (integrate), menggarisbawahi (outlining), menguraikan (parsing), dan
menyusun (structuring).
c. Menghubungkan (Attributing)
Proses in terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk menegaskan sudut
pandang , penyimpangan , nilai -nilai, atau maksud dari suatu bentuk komunikasi. Yang
termasuk kedalam proses ini adalah proses mengurai atau dekonstr uksi. Didalamnya, para
siswa menentukan maksud dari penulis materi yang diberikankan kepada para siswa
tersebut. Berbeda dari proses mengartikan ( interpreting) yang mengharuskan para siswa
untuk juga memahami materi yang diberikan kepada mereka, proses men ghubungkan ini
juga mencakup perluasan diluar kategori memahami guna menduga maksud atau sudut
pandang yang terkandung dalam suatu materi yang disajikan. Nama alternatif untuk
proses ini adalah mengurai ( deconstruct).
5. Mengevaluasi (Evaluate)
Kategori mengevaluasi diartikan sebagai tindakan membuat suatu penilaian
(judgement) yang didasarkan pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria yang paling
sering digunakan dalam mengevaluasi adalah kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria
tersebut dapat ditentukan sendiri oleh para siswa atau para guru. Standar yang bisa
digunakan bisa berupa standar kuantitatif maupun standar kualitatif. Standar -standar
tersebut kemudian diterapkan pada kriteria -kriteria yang dipilih tadi. Kategori
mengevaluasi mencakup sej umlah proses kognitif, yaitu memeriksa ( checking), dan
mengkritik (critiquing). Proses memeriksa atau checking merupakan proses membuat
penilaian terhadap suatu konsistensi internal dari suatu hal, sementara proses mengkritik
atau critiquing merupakan proses membuat penilaian yang didasarkan pada kriteria -
kriteria eksternal.
a. Memeriksa (Checking)
Yang termasuk kedalam proses memeriksa ini adalah proses menguji suatu
konsistensi internal atau kesalahan internal yang terjadi pada suatu operasi atau produks i.
Contohnya, proses memeriksa terjadi pada saat seorang siswa menguji apakah suatu
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
89
kesimpulan sesuai dengan premis yang mendahuluinya, atau pada saat mereka menguji
apakah suatu data mendukung atau justru membatalkan suatu hipotesa, dan pada saat para
siswa menguji apakah suatu materi yang disajikan mengandung bagian -bagian yang
justru saling berkontradiksi satu sama lain. Jika proses memeriksa ini digabungkan
dengan proses merencanakan atau planning (yaitu proses kognitif yang termasuk ke
dalam kateori menciptakan atau create), dan dengan proses mengimplementasikan atau
implementing (yaitu proses kognitif yang termasuk dalamkategori menerapkan atau
apply), maka proses memeriksa ini juga akan mencakup proses -proses menentukan
keberhasilan kerja suatu rencana. Nama alternatif untuk proses memeriksa ini adalah
mengkoordinasi/ Mengatur ( coordinating), mendeteksi (detecting), memonitor
(monitoring), dan menguji (testing).
b. Mengkritik (Critiquing)
Yang termasuk kedalam proses mengkritik adalah proses menilai su atu operasi atau
produk berdsarkan kriteria-kriteria dan standar-standar eksternal. Dalam proses ini,
seorang siswa harus mencatat sifat -sifat positif dan negatif dari suatu produk dan
membuat penilaian berdasarkan sifat -sifat tersebut. Proses mengkritik merupakan dasar
dari pola pikir kritis contoh dari proses mengkritik ini adalah proses menilai kebaikan
dari solusi yang diterapkan untuk memecahkan persoalan hujan asam dalam hal
kefektifan guna dan dana. Nama alternatif untuk proses ini adalah menghakimi (judging).
6. Menciptakan (Create)
Yang termasuk kedalam kategori menciptakan ini adalah proses mengumpulkan
sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang koheren dan fungsional. Tujuan -
tujuan pengajaran pelajaran yang termasuk kedalam kategori menc iptakan ini adalah
mengajarkan pada para siswa agar mampu membuat suatu produk baru dengan cara
mengorganisasi sejumlah elemen secara mental menjadi suatu pola atau struktur yang
belum pernah ada atau tidak pernah diprediksi sebelumnya. Proses -proses kognitif yang
termasuk kedalam kategori ini biasanya juga dikoordinasikan dengan pengalaman belajar
yang sudah dimiliki oleh para siswa sebelumnya. Meskipun kategori menciptakan ini
mengharuskan adanya suatu pola pikir kreatif dari pihak siswa, pola pikir kreat if tersebut
tidak sepenuhnya terbebas dari tuntutan -tuntutan atau batasan-batasan yang telah
ditentukan dalam suatu pengajaran pelajaran atau batasan -batasan yang terjadi dalam
situasi tertentu.
a. Memunculkan (Generating)
Proses memunculkan ini merupakan proses penyajian suatu masalah dan
menemukan semua alternatif atau hipotes yang sesuai dengan sejumlah kriteria tertentu.
Seringkali, pada saat pertama kali suatu masalah disajikan, masalah tersebut tampaknya
sudah memiliki sebuah solusi yang cocok. Namun cara penyajian masalah yang berbeda
ternyata juga berdampak pada solusi yang berbeda pula bagi masalah tersebut. Pada saat
proses melampaui pengetahuan atau batasan -batasan serta teori-teori yang telah dipelajari
oleh para siswa sebelumnya, pada saat itul ah proses memunculkan ini merupakan proses
berpikir divergen dan merupakan inti dari pola pikir kreatif.
Proses Memunculkan ini digunakan dalam batasan tertentu. Kategori Memahami
atau Understand juga mengharuskan adanya suatu bentuk proses Memunculkan. Pr oses-
proses Mengartikan/ Menginterpretasikan ( Interpreting), Mencontohkan (Exemplifying),
Mengklasifikasi/ Mengkelompokkan (Classifying), Merangkum (Summarizing),
Suwarto, Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif
WIDYATAMA
90
Menduga (Inferring), Membandingkan (Comparing), dan Menjelaskan (Explaining) yang
termasuk kedalam kategori Memahami merupakan bentuk proses Memunculkan yang
diperlukan dalam kategori Memahami tersebut. Namun, tujuan dari kategori Memahami
lebih bersifat konvergen, yaitu memperoleh suatu hasil akhir yang tunggal. Sebaliknya,
tujuan dari proses Memunculkan yang termasuk kedalam kategori Menciptakan ini lebih
bersifat divergen, yaitu untuk memperoleh berbagai macam kemungkinan. Nama
alternatif untuk proses ini adalah proses Membuat hipotesa atau Hypothesizing.
b. Merencanakan (Planning)
Proses merencanakan merupakan proses merancang sebuah solusi yang sesuai
dengan kriteria dari permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan kata lain, proses ini
merupakan proses mengembangkan sebuah rencana untuk menyelesaikan sebuah
masalah. Proses merencanakan ini berh enti sampai tahap pelaksanaan langkah -langkah
untuk menciptakan solusi nyata yang dapat diterapkan pada suatu masalah. Dalam proses
merencanakan ini, para siswa bisa membuat suatu sub -sub tujuan, atau memecah sebuah
tugas menjadi sub-sub tugas pada saat si swa tersebut menyelesaikan masalahnya. Para
guru biasanya tidak membuat tujuan -tujuan pengajaran yang berkaitan dengan proses
merencanakan ini. Mereka lebih banyak membuat tujuan -tujuan pengajaran yang
berkaitan dengan proses menghasilkan atau producing, yang merupakan tahap terakhir
dari proses kreatif seseorang. Apabila hal tersebut terjadi, proses merencanakan hanya
dapat diasumsikan termasuk dalam proses menghasilkan atau merupakan bagian implisit
dari proses menghasilkan tersebut. Dalam kasus semacam i tu, proses merencanakan
dilakukan oleh para siswa secara samar -samar pada saat siswa tersebut menghasilkan
suatu produk (proses Menghasilkan). Nama alternatif untuk proses merencakan ini adalah
merancang (designing).
c. Menghasilkan (Producing)
Proses ini merupakan proses melaksanakan suatu rencana yang telah dibuat untuk
memecahkan suatu masalah. Rencana tersebut harus memenuhi spesifikasi -spesifikasi
yang telah ditentukan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tujuan -tujuan pengajran
yang termasuk kedalam kategori menciptakan atau create bisa mencakup dan bisa
mengecualikan sifat-sifat orisinil atau keunikan dari suatu hasil. Hal yang sama juga
terjadi pada tujuan-tujuan pengajran yang termasuk ke dalam proses menghasilkan ini.
Nama alternatif untuk proses menghasilkan ini adalah menyusun ( constructing).
Penutup
Dua dimensi dalam pendidikan yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif. Dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan factual (berisi elemen-elemen dasar
yang harus diketahui para murid j ika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin atau
untuk memecahkan masalah apapun di dalamnya) , pengetahuan konseptual (meliputi
skema-skema, model-model mental, atau teori -teori eksplisit dan implisit dalam model -
model psikologi kognitif yang berbeda) , pengetahuan procedural (pengetahuan
mengenai bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan -
latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah-masalah baru), dan pengetahuan
metakognitif (pengetahuan mengenai kesadaran seca ra umum sama halnya dengan
kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada
No.1/Volume 19/2010
WIDYATAMA
WIDYATAMA
91
murid untuk lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahu an dan pemikiran
mereka sendiri).
Pengetahuan faktual mencakup pengetahuan terminology dan pengetahuan yang
detail. Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan klasifikasi dan kategori,
pengetahuan prinsip dan general, pengetahuan teori, model, dan struktur. Pengetahuan
prosedural mencakup pengetahuan keahlian dan algoritma, pengetahuan tek nik dan
metode, pengetahuan kriteria untuk menerapkan prosedur yang tepat. Pengetahuan
metakognitif mencakup pengetahuan strategis, pengetahuan tugas kognitif, pengetahuan
kontekstual pengetahuan kondisional, dan pengetahuan diri. Dimensi proses kognitif
meliputi: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, dan
menciptakan.
Daftar Rujukan
Alexander, P., Schallert, D., & Hare, V. 1991. Coming to terms: How researchers in
learning and literacy talk about knowledge. Review of educational research. 61,
315-343.
Anderson, J. R. 1983. The architecture of cognition. Cambridge, MA: Harvard University
Press.
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A taxonomy for learning, teaching, and
assessing: a revision of blooms taxonomy of educational of obje ctives (Rev. ed).
New York: Addison Wesley.
Bransford, J. D, Brown, A. I., & Cocking, R. R. 1999. How people learn: Brain, mind,
experience and school . Washington, DC: National Academy Press.
Chi, M., Feltovich, P., & Glaser, R. 1981. Categorization and r epresentation of physics
problems by experts and novices. Cognitive Science, 5, 121-152.
deJong, T., & Ferguson-Hessler, M. 1996. Types and qualities of knowledge.
Educational Psychologist , 31, 105-113.
Detterman, D. K., & Sternberg, R. J. 1993. Transfer on trial: Intelligence, cognition,
and instruction. Norwood, NJ: ABLEX.
Dochy, F., & Alexander, , P. 1995. Mapping prior knowledge: A framework of
discussion among researchers. European Journal of Psychology in Education , 10,
224-242.
Mayer, R. E. 1995. Teaching and testing of problem solving. Dalam. L. W. Anderson
(Ed.), International encyclopedia of teaching and teacher education , 2nd ed.
(4728-4731). Oxford, UK: Pergamon.
MckEough, A., Lupart, J., & Marini, A. (Eds). 1995. Teaching for transfer . Mahwah,
NJ: Erlbaum.
Peris, S., Lipson, M., & Wixson, K. 1983. Becoming a strategic reader. Contemporary
Educational Psychology, 8, 293-316.
Phye, G. D. (Ed.). 1997. Handbook of classroom assessment . San Diego, CA:
Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai