Anda di halaman 1dari 20

VARISES VENA TUNGKAI

PENDAHULUAN
Varises adalah vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh peningkatanan tekanan
vena. Varises ini merupakan suatu manifestasi yang dari sindrom insufiensi vena dimana pada
sindrom ini aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik
menuju tungkai yang kemudian mengalami kongesti.
Bentuk ringan dari insufisiensi vena hanya menunjukkan keluhan berupa perasaan yang tidak
nyaman, menggangu atau penampilan secara kosmetik tidak enak, namun pada penyakit vena
berat dapat menyebabkan respon sistemuk berat yang dapat menyebabkan kehilangan
tungkai atau berakibat kematian.
Nyeri, kemerahan, rasa terbakar, gatal, kram, kelemahan otot dan tungkai lemas
merupakan keluhan yang biasanya dikeluhkan oleh sebagian penderita dengan insufisiensi
vena. Selanjutnya apabila telah terjadi insufisiensi vena yang kronis dapat memicu terjadinya
kerusakan kulit dan jaringan lunak dibaahnya lebih lanjut yang dapat menyebabkan
kerusakan lebih berat.
!eadaan insufisiensi vena kronis akhirnya akan menyebabkan terjadinya perubahan kronis
kulit dan jaringan lunak yang dimulai dengan bengkak ringan. "erjalanan sindrom ini akhirnya
akan menghasilkan perubahan arna kulit, dermatitis stasis, selulitis kronis atau rekuren,
infark kulit, ulkus, dan degenerasi ganas. !omplikasi berat yang dapat muncul sebagai akibat
dati insufisiensi vena dapat berupa ulkus pada tungkai yang kronis dan sulit menyembuh,
phlebitis berulang, dan perdarahan yang berasal varises, dan hal ini dapat diatasi dengan
penanganan dan koreksi pada insufisiensi vena itu sendiri.
!ematian dapat terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang bersumber dari varises vena
friabel, tapi kematian yang diakibat oleh varises vena paling dekat dihubungkan dengan
adanya troboemboli vena sekunder. "asien dengan varises vena mempunyai risiko tinggi
mengalami trobosis vena profunda (deep vein thrombosis,DVT) karena menyebabkan gagguan
aliran darah menjadi aliran darah statis yang sering menyebabkan phlebitis superfisial
kemudian berlanjut menjadi perforasi pembuluh darah vena termasuk pembluluh darah vena
profunda. "ada penatalaksaan penderita dengan varises vena perlu diperhatikan kemungkinan
adanya #V$ karena adanya tromboemboli yang tidak diketahui dan tidak diterapi akan
meningkatkan terjadinya mortalitas sekitar %&'(&).
Varises vena baru mungkin dapat muncul setelah adanya episode #V$ yang tidak diketahui
yang menyebabkan kerusakan pada katup vena. "ada pasien ini adanya faktor risiko yang
mendasari untuk terjadinya tromboemboli dan memiliki risiko tinggi untuk terjadi rekurensi.
SEJARAH
*etode untuk mengobati varises vena telah dikembangkan sejak lebih dari +&&& tahun, tetapi
sampai saat ini relatif sedikit penekanan pada hasil kosmetik. Beberapa pendekatan
pembedahan memberikan hasil yang tidak memuaskan pada pasien dengan varises vena.
"rosedur dari ,inton yang diperkenalkan pada akhir tahun -.%& juga menggunakan
pendekatan terbuka untuk menghilangkan pembuluh darah yang inkompeten dan memotong
subfasia dari vena perforata, prosedur ini juga memberikan hasil kosmetik yang tidak
memuaskan.
"rosedur $rendelenburg yang diperkenalkan oleh /riedrich $rendelenburg pada akhir -0&&
merupakan suatu cara pengobatan dimana vena safena diligasi dan dikeluarkan melalui insisi
yang dibuat di pertengahan paha. "rosedur ini kemudian dimodifikasi oleh "ethes, seorang
murid dari $rendelenburg yang menambahkan insisi pada lipatan paha dan dilakukan ligasi
pada vena safenofemoral. 1alaupun dinamakan dengan prosedur $rendelenburg, sebenarnya
ligasi pada paha sudah dilakukan pada aal abad -2.
Beberapa pendekatan baru untuk menstripping Vena Safena *agna 3VS*4 telah diperkenalkan
sejak aal abad ke +&. Stripper dari *ayo adalah sebuah cincin yang dipasangkan
ekstraluminal yang memotong pembuluh darah kecil yang memberikan aliran darah ke VS*.
5lat dari Babcock adalah sebuah stripper intraluminal dengan kepala berbentuk seperti buah
yang digunakan untuk menarik pembuluh vena dan melepaskannya dari tempatnya melekat.
5lat dari !eller adalah sebuah kaat internal digunakan untuk menarik pembuluh vena,
sekarang alat yang digunakan adalah "6N Stripper 3perforation-invagination stripper4
Skleroterapi menggunakan sklerotan kimia sudah populer dilakukan sejak akhir tahun -0&&'
an. Sejak tahun -.%& diperkenalkan sklerotan modern yang mempunyai efek samping yang
minimal dan digunakan bersamaan dengan terapi pembedahan sebagai terapi primer varises
vena.
Stab-avulsion menggunakan kaitan phlebectomy sudah digunakan oleh 7alen selama abad
kedua. "rosedur ini kembali digunakan pada tahun -.(& dan popularitasnya meningkat
sampai sekarang.
$eknik terbaru untuk ablasi vena menggunakan energi termal yang dihantarkan ke diding
pembuluh vena menggunakan pemanasan laser atau radiofrekuensi 38/4. 6ni merupakan
pendekatan yang disetujuai pada akhir tahun +&&& untuk pengobatan gangguan vena.
ANATOMI
Vena Safena *agna 3VS*4 beraal dari sisi medial kaki merupakan bagian dari lengkung vena
dan mendapat percabangan dari vena profunda pada kaki yang kemudian berjalan keatas
sepanjang sisi anterior malleolus medialis. #ari pergelangan kaki, VS* berjalan pada sisi
anteromedial betis sampai lutut dan ke bagian paha dimana terletak lebih medial. #ari betis
bagian atas sampai pelipatan paha VS* ditutupi oleh sebuah fasia tipis dimana fasia ini
berfungsi untuk mencegah agar vena ini tidak berdilatasi secara berlebihan. Normalnya VS*
memiliki ukuran normal %'9 mm pada pertengahan paha.
Sepanjang perjalanannya sejumlah vena peforata mungkin menghubungkan antara VS*
dengan sistem vena profunda pada regio femoral, tibia posterior, gastrocnemius, dan vena
soleal 3gambar -4. 5ntara pergelangan kaki dan lutut terdapat :ockett perforator, yang
merupakan kelompok vena perforata yang menghubungkan sistem vena profunda dengan
lengkung vena posterior yang memberikan percabangan ke VS* dari baah pergelangan kaki
dan berakhir di VS* di baah lutut.
Selain vena perforata pada beberapa vena superfisial juga memberikan cabang ke VS*.
Sedikit di baah Safenofemoral ;unction 3S/;4, VS* menerima percabangan dari cabang
kutaneus lateral dan medial femoral, vena iliaka sirkumfleksa eksterna, vena epigastrika
superfisialis, dan vena pudenda interna. 5pabila vena'vena ini mengalami refluks akan
bermanifestasi pada paha bagian baah dan b<tis bagian atas. 5khir dari perjalanan VS*
berakhir di vena femoralis bercabangan ini disebut dengan Safenofemoral junction. pada
pertemuan antara vena safena magna dengan vena femoralis terdapat katup terakhir dari
VS*.
MASALAH
"enyakit vena sangat umum terjadi dan kejadiannya meningkat seiring bertambahnya umur,
lebih dari setengah dari populasi berumur (= tahun menderita penyakit ini. ;enis yang paling
banyak adalah berupa insufisiensi vena, dan manifestasi yang paling sering terlihat berupa
varises vena dan telangiectasia dengan kelainan kulit dan jaringan lunak yang berkembang
kemudian. Sebagian besar pasien dengan insufisiensi vena menunjukkan gejala subjektif baik
ringan maupun sangat berat. "engobatan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki
kelainan yang mendasari, menghilangkan atau menutup titik tempat terjadinya refluks untuk
mencegah darah vena kembali ke sirkulasi sentral.
EPIDEMIOLOGI
5ngka insiden dan prevalensi dari penyakit insufisiensi vena bergantung pada umur dan jenis
kelamin pada populasi umum. Varises lebih sering terjadi pada anita dari pada laki'laki pada
beberapa tingkat umur. "ada penelitian kesehatan komunitas $ecumsech, varises ditemukan
2+ ) pada anita berumur (&'(. tahun dan hanya - ) laki'laki pada umur +&'+. tahun.
Vasises retikuler yang berukuran lebih kecil telah ada sejak aal kehidupan. >anya sedikit
kasus baru yang berkembang setelah kelahiran. Varises trunkal dan jaring telangiektasia
relatif jarang ditemukan pada anak'anak dan kemudian muncul seiring bertambahnya umur.
"emeriksaan serial yang dilakukan pada sekitar =&& anak berumur -&'-+ tahun dan setelah 9
dan 0 tahun terlihat adanya gejala sebelum vena abnormal terlihat di permukaan kulit.
"ertama terlihat adalah vena retikuler abnormal. Vena retikuler ini diikuti perkembangannya
setelah beberapa tahun terjadi inkompeten vena perforata yang akhirnya diikuti oleh
munculnya varises tunkal.
5ngka prevalensi penyakit vena didapatkan lebih tinggi pada Negara barat dan Negara
industry dari pada negara kurang berkembang.
ETIOLOGI
Berbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstrinsik yaitu faktor lingkungan
bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit vena. "enyebab terbanyak dari
varises vena adalah oleh karena peningkatan tekanan vena superfisialis, namun pada
beberapa penderita pembentukan varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah
terjadi kelenahan pada dinding pembuluh darah vena alaupun tidak adanya peningkatan
tekanan vena. "ada pasien ini juga didapatkan distensi abnormal vena di lengan dan tangan.
>erediter merupakan faktor penting yang mendasari terjadinya kegagalan katup primer,
namun faktor genetik spesifik yang bertanggung jaab terhadap terjadi varises masih belum
diketahui. "ada penderita yang memiliki riayat refluks pada safenofemoral junction 3tempat
dimana v. Safena *agna bergabung dengan v. femoralis kommunis4 akan memiliki risiko dua
kali lipat. "ada penderita kembar mono?igot, sekitar 2= ) kasus terjadi pada pasangan
kembarnya. angka prevalensi varises vena pada anita sebesar 9% ) sedangakan pada laki'
laki sebesar -. ).
!eadaan tertentu seperti berdiri terlalu lama akan memicu terjadinya peningkatan tekanan
hidrostatik dalam vena hal ini akan menyebakan distensi vena kronis dan inkopetensi katup
vena sekunder dalam sistem vena superfisialis. ;ika katup penghubung vena dalam dengan
vena superfisialis di bagian proksimal menjadi inkopeten, maka akan terjadi perpindahan
tekanan tinggi dalam vena dalam ke sistem vena superfisialis dan kondisi ini secara progresif
menjadi irreversibel dalam aktu singkat.
Setiap orang khususnya anita rentan menderita varises vena tungkai, hal ini dikarenakan
pada anita secara periodik terjadi distensi dinding dan katup vena akibat pengaruh
peningkatan hormon progrestron. !ehamilan meningkatkan kerentangan menderita varises
karena pengaruh faktor hormonal dalam sirkulasi yang dihubungkan dengan kehamilan.
>ormon ini akan meningkatkan kemampuan distensi dinding vena dan melunakkan daun
katup vena. "ada saat bersaan, vena harus mengakomodasikan peningkatan volume darah
sirkulasi. "ada akhir kehamilan terjadi penekanan vena cava inferior akibat dari uterus yang
membesar. "enekanan pada v. cava inferior selanjutnya akan menyebabkan hipertensi vena
dan distensi vena tungkai sekunder. berdasarkan mekanisme tersebut varises vena pada
kehamilan mungkin akan menghilang setelah proses kelahiran. "engobatan pada varises yang
sudah ada sebelum kehamilan akan menekan pembentukan varises pada vena yang lain
selama kehamilan.
@mur merupakan faktor risiko independen dari varises. @mur tua terjadi atropi pada lamina
elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan otot polos meninggalkan
kelemahan pada vena sehingga meningkatkan kerentanan mengalami dilatasi.
Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi. Abstruksi akan
menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah vena ke sirkulasi sentral, maka
dalam keadaan vena yang mengalami varises tidak dianjurkan untuk di ablasi.
PATOFISIOLOGI
"ada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah vena naik
keatas dan masuk kedalam. "ertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena superfisialis
kemudian dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya meleati katup vena ke
vena profunda yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan paru. Vena superfisial
terletak suprafasial, sedangkan vena vena profunda terletak di dalam fasia dan otot. Vena
perforata mengijinkan adanya aliran darah dari vena superfisial ke vena profunda.
#i dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas melaan
gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu mekanisme pompa otot.
"ompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda sekitar = atm. $ekanan sebesar =
atm tidak akan menimbulkan distensi pada vena profunda dan selain itu karena vena profunda
terletak di dalam fasia yang mencegah distensi berlebihan. $ekanan dalam vena superfisial
normalnya sangat rendah, apabila mendapat paparan tekanan tinggi yang berlebihan akan
menyebabkan distensi dan perubahan bentuk menjadi berkelok'kelok.
!eadaan lain yang meyebabkan vena berdilatasi dapat dilihat pada pasien dengan dialisis
shunt dan pada pasien dengan arterivena malformation spontan. "ada pasien tersebut terjadi
peningkatan tekanan dalam pembuluh darah vena yang memberikan respon terhadap vena
menjadi melebar dan berkelok'kelok. "ada pasien dengan kelainan herediter berupa
kelemahan pada dinding pembuluh darah vena, tekanan vena normal pada pasien ini akan
menyebabkan distensi vena vena menjadi berkelok'kelok.
"eningkatan tekanan di dalam lumen paling sering disebabkan oleh terjadinya insufisiensi
vena dengan adanya refluks yang meleati katup vena yang inkompeten baik terjadi pada
vena profunda maupun pada vena superficial. "eningkatan tekanan vena yang bersifat kronis
juga dapat disebabkan oleh adanya obstruksi aliran darah vena. "enyebab obstruksi ini dapat
oleh karena thrombosis intravaskular atau akibat adanya penekanan dari luar pembuluh
darah. "ada pasien dengan varises oleh karena obstruksi tidak boleh dilakukan ablasi pada
varisesnya karena segera menghilang setelah penyebab obstruksi dihilangkan.
!egagalan katup pada vena superfisal paling umum disebabkan oleh karena peningkatan
tekanan di dalam pembuluh darah oleh adanya insufisiensi vena. "enyebab lain yang mungkin
dapat memicu kegagalan katup vena yaitu adanya trauma langsung pada vena adanya
kelainan katup karena thrombosis. Bila vena superficial ini terpapar dengan adanya tekanan
tinggi dalam pembuluh darah , pembuluh vena ini akan mengalami dilatasi yang kemudian
terus membesar sampai katup vena satu sama lain tidak dapat saling betemu.
!egagalan pada satu katup vena akan memicu terjadinya kegagalan pada katup'katup
lainnya. "eningkatan tekanan yang berlebihan di dalam sistem vena superfisial akan
menyebabkan terjadinya dilatasi vena yang bersifat lokal. Setelah beberapa katup vena
mengalami kegagalan, fungsi vena untuk mengalirkan darah ke atas dan ke vena profunda
akan mengalami gangguan. $anpa adanya katup'katup fungsional, aliran darah vena akan
mengalir karena adanya gradient tekanan dan gravitasi.
Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya perubahan
hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi lebih lunak dan
lentur, namun bila terbentuk bvarises selama kehamilan hal ini memerlukan evaluasi lebih
lanjut untuk menyingkir adanya kemungkinan disebabkan oleh keadaan #V$ akut.
!erusakan yang terjadi akibat insufisiensi vena berhubungan dengan tekanan vena dan
volume darah vena yang meleati katup yang inkompeten. Sayangnya penampilan dan
ukuran dari varies yang terlihat tidak mencerminkan keadaan volume atau tekanan vena yang
sesungguhnya. Vena yang terletak dibaah fasia atau terletak subkutan dapat mengangkut
darah dalam jumlah besar tanpa terlihat ke permukaan. Sebaliknya peningkatan tekanan tidak
terlalu besar akhirnya dapat menyebabkan dilatasi yang berlebihan.
KLINIS
"asien dengan varises vena mungkin menunjukkan komplikasi varises akut berupa perdarahan
varises, dermatitis, tromboplebitis, selulitis, dan ulkus. pasien mungkin juga datang ke dokter
untuk berkonsultasi karena terjadi perburukan dari gejala kronis. Beberapa pasien datang
untuk mendapatkan informasi tentang implikasi medis dari varises vena, yang lainnya murni
datang karena adanya keluhan kosmetik.
7ejala subjektif biasanya lebih berat pada aal perjalanan penyakit, lebih ringan pada
pertengahan dan menjadi berat lagi seiring berjalannya aktu. Beratnya gejala tidak
berkorelasi dengan ukuran pelebaran vena yang terlihat atau dengan jumlah volume refluks
yang terjadi. 7ejala yang muncul umunya berupa kaki terasa berat, nyeri atau kedengan
sepanjang vena, gatal, rasa terbakar, keram pada malam hari, edema, perubahan kulit dan
kesemutan. Nyeri biasanya tidak terlalu berat namun dirasakan terus'menerus dan memberat
setelah berdiri terlalu lama.
Nyeri yang disebabkan oleh insufisiensi vena bisanya membaik bila beraktifitas seperti
berjalan atau dengan mengangkat tungkai, sebaliknya nyeri pada insufisiensi arteri akan
bertambah berat bila berjalan dan tungkai diangkat. Neri dan gejala lainnya mungkin
memberat pada saat siklus menstruasi, kehamilan, dank arena respon terapi hormonal
eksogen 3kontrsepsi oral4. "ada sedikit anita merasakan nyeri setelah melakukan hubungan
seksual.
5namnesis yang terarah seharusnya meliputi hal'hal berikut ini B
-. 8iayat insufisiensi vena 3 kapan onset terlihatnya pembuluh darah abnormal, onset dari
gejala yang muncul, penyakit vena sebelumnya, adanya riayat menderita varises
sebelumnya4
+. /aktor predisposisi 3keturunan, trauma pada tungkai, pekerjaan yang membutuhkan posisis
tubuh berdiri yang terlalu lama, supporter olah raga4
%. 8iayat edema 3onset, predisposisi, lokasi edema, intensitas, jenis edema, perubahan
setelah beristirahat pada malam hari4
9. 8iayat pengobatan penyakit vena sebelumnya 3obat, injeksi, pembedahan, kompresi4
=. 8iayat menderita tromboplebitis vena superficial atau vena profunda
(. 8iayat menderi penyakit vaskuler lainnya 3penyakit arteri perifer, penyakit arteri
coronaria, lymphadema, lymphangitis4
2. 8iayat keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
"emeriksaan fisik sistem vena penuh dengan kesulitan karena sebagian besar sistem vena
profunda tidak dapat dilakukan pemeriksaan langsung seperti inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi. "ada sebagian besar area tubuh, pemeriksaan pada system vena superfisial harus
mencerminkan keadaan sistem vena profunda secara tidak langsung.
"emeriksaan vena dapat dilakukan secara bertahap melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan
pemeriksaan menggunakan #oppler. >asil pemeriksaan tersebut nantinya dibuatkan peta
mengenai gambaran keadaan vena yang di terjemahkan ke dalam bentuk gambar. 7ambar ini
akan memberikan informasi mengenai penatalaksaan selanjutnya.
Inspeksi
6nspeksi tungkai dilakukan dari distal ke proksimal dari depan ke belakang. 8egion perineum,
pubis, dan dinding abdomen juga dilakukan inspeksi. "ada inspeksi juga dapat dilihat adanya
ulserasi, telangiektasi, sianosis akral, eksema, bro spot, dermatitis, angiomata, varises vena
prominent, jaringan parut karena luka operasi, atau riayat injeksi sklerotan sebelumnya.
Setiap lesi yang terlihat seharusnya dilakukan pengukuran dan didokumentasikan berupa
pencitraan. Vena normalnya terlihat distensi hanya pada kaki dan pergelangan kaki. "elebaran
vena superfisial yang terlihat pada region lainnya pada tungkai biasanya merupakan suatu
kelainan. "ada seseorang yang mempunyai kulit yang tipis vena akan terlihat lebih jelas.
Stasis aliran darah vena yang bersifat kronis terutama jika berlokasi pada sisi medial
pergelangan kaki dan tungkai menunjukkan gejala seperti perubahan struktur kulit. @lkus
dapat terjadi dan sulit untuk sembuh, bila ulkus berlokasi pada sisi media tungkai maka hal ini
disebabkan oleh adanya insufusiensi vena. 6nsufisiensi arteri dan trauma akan menunjukkan
gejala berupa ulkus yang berloksi pada sisi lateral.
Palpasi
"alapsi merupakan bagian penting pada pemeriksaan vena. Seluruh permukaan kulit
dilakukan palpasi dengan jari tangan untuk mengetahui adanya dilatasi vena alaupun tidak
terlihat ke permukaan kulit. "alpasi membantu untuk menemukan keadaan vena yang normal
dan abnormal. Setelah dilakukan perabaan pada kulit, dapat diidentifikasi adanya kelainan
vena superfisial. "enekanan yang lebih dalam dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan
vena profunda.
"alpasi diaali dari sisi permukaan anteromedial untuk menilai keadaan SV* kemudian
dilanjutkan pada sisi lateral diraba apakah ada varises dari vena nonsafena yang merupakan
cabang kolateral dari VS*, selanjutnya dilakukan palpasi pada permukaan posterior untuk
meinail keadaan VS". Selain pemeriksaan vena, dilakukan juga palpasi denyut arteri distal dan
proksimal untuk mengetahui adanya insufisiensi arteri dengan menghitung indeks ankle'
brachial. Nyeri pada saat palpasi kemungkinan adanya suatu penebalan, pengerasan,
thrombosis vena. Cmpat puluh persen #V$ didapatkan pada palpasi vena superfisialis yang
mengalami thrombosis.
Perkusi
"erkusi dilakukan untuk mengetahui kedaan katup vena superficial. :aranya dengan
mengetok vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang yang menjalar sepanjang vena
di bagian proksimal. !atup yang terbuka atau inkopeten pada pemeriksaan perkusi akan
dirasakan adanya gelombang tersebut.
Manuver Pertes
*anuver "erthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah retrograde
dengan aliran darah antegrade. 5liran antergrade dalam system vena yang mengalami varises
menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya obstruksi vena profunda. >al ini penting
karena apabila aliran darah pada vena profunda tidak lancar, aliran bypass ini penting untuk
menjaga volume aliran darah balik vena ke jantung sehingga tidak memerlukan terapi
pembedahan maupun skeroterapi.
@ntuk melakukan manuver ini pertama dipasang sebuah "enrose tourniDuet atau diikat di
bagian proksimal tungkai yang mengalami varises. "emasangan tourniDuet ini bertujuan untuk
menekan vena superficial saja. Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan atau berdiri sambil
menggerakkan pergelangan kaki agar sistem pompa otot menjadi aktif. "ada keadaan normal
aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan darah dalam vena yang mengalami varises
menjadi berkurang, namun adanya obstruksi pada vena profunda akan mengakibatkan vena
superficial menjadi lebih lebar dan distesi.
"erthes positif apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien diposisikan dengan
tungkai diangkat 3test ,inton4 dengan tourniDuet terpasang. Abstruksi pada vena profunda
ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena yang melebar tidak dapat kembali ke
ukuran semula.
Tes Tren!elen"ur#
$es $rendelenburg sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena superficial
dengan pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. $es ini dilakukan dengan cara
mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan pengikatan pada paha sampai vena yang
mengalami varises kolaps. !emudian pasien disuruh untuk berdiri dengan ikatan tetap tidak
dilepaskan. 6nterpretasinya adalah apabila varises yang tadinya telah kolaps tetap kolaps atau
melebar secara perlahan'lahan berarti adanya suatu inkopenten pada vena superfisal, namun
apabila vena tersebut terisi atau melebar dengan cepat adannya inkopensi pada katup vena
yang lebih tinggi atau adanya kelainan katup lainnya.
Auskultasi $en##unakan D%ppler
"emeriksaan menggunakan #oppler digunakan untuk mengetahui arah aliran darah vena yang
mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau aliran dari mana atau ke mana.
"robe dari dopple ini diletakkan pada vena kemudian dilakukan penekanan pada vena disisi
lainnya. "enekanan akan menyebabkan adanya aliran sesuai dengan arah dari katup vena
yang kemudian menyebabkan adanya perubahan suara yang ditangkap oleh probe #oppler.
"elepasan dari penekanan vena tadi akan menyebabkan aliran berlaanan arah akut.
Normalnya bila katup berfungsi normal tidak akan ada aliran berlaanan arah katup saat
penekanan dilepaskan, akhirnya tidak aka nada suara yang terdengar dari #oppler.
Pe$eriksaan La"%rat%riu$
"emeriksaan laboratorium saat ini tidak bermanfaat dalam menegakkan diagnosis atau terapi
varises vena.
Pe$eriksaan I$a#in#
$ujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan seluruh
area yang mengalami obstruksi dan refluks dalam system vena superficial dan system vena
profunda. "emeriksaan yang dapat dialkukan yaitu venografi dengan kontras, *86, dan @S7
color'flo dupleks. @S7 dupleks merupakan pemeriksaan imaging standar yang digunakan
untuk diagnosis sindrom insufisiensi vasirses dan untuk perencanaan terapi serta pemetaan
preoperasi. :olor'flo @S7 3@S7 tripleks4 digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah
dalam vena menggunakan pearnaan yang berbeda. "emeriksaan yang paling sensitive dan
spesifik yaitu menggunakan *agnetic 8esonance venography 3*8V4 digunakan untuk
pemeriksaan kelainan pada sistem vena profunda dan vena superficial pada tungkai baah
dan pelvis. *8V juga dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang menyebabkan
nyeri dan edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan teknik pemeriksaan
invasive. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pemeriksaan @S7
dupleks sebagai pemeriksaan rutin penyakit vena. Sekitar -= ) pasien yang dilakukan
pemeriksaan venografi ditemukan adanya #V$ dan pembentukan trombosisi baru setelah
pemberian kontras.
PENATALAKSANAAN
Terapi N%n Operati&
'( Kaus Kaki K%$presi )St%*kin#+
!aus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik pasien dengan
varises vena dan mengilangkan edema. !aus kaki dengan tekanan +&'%& mm>g 3grade 664
memberikan hasil yang maksimal. "ada penelitian didapatkan sekitar %2'92 ) pasien yang
menggunakan kaus kaki ini selama - tahun setelah menderita #V$ mencegah terjadi ulkus
pada kaki. !ekurangan menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang relatif mahal,
kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang baik. "ada penelitian randomi?e
controlled trial compression menggunakan stoking 3grade 6 dan 664 dibandingkan dengan
kontrol penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks VS* dan mengurangi keluhan
dan gejala varises pada anita hamil namun tidak ada perbedaan terhadapa pembentukan
varises vena.
,( Skler%terapi
Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan kedalam pembuluh darah
yang abnormal sehingga terjadi destruksi endotel yang diikuti dengan pembentukan jaringan
fibrotik. Sklerotan yang digunakan saat yaitu ferric chloride, salin hipertonik, polidocanol,
iodine gliserin, dan sodium tetradecyl sulphate, namun untuk terapi varises vena safena paling
umum digunakan saat ini adalah sodium tetradecyl sulphate dan polidacanol. !edua bahan ini
dipilih karena sedikit menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan arna kulit
3penumpukan hemosiderin4 yang rendah, dan jarang menimbulkan kerusakan jaringan apabila
terjadi ekstravasasi ke jaringan.
$erapi menggunakan kombinasi skleroterapi dengan ligasi safenofemoral junction sangat
pupuler dilakukan pada tahun -.(&an dan -.2&an, terapi kombinasi ini diberikan setelah
dilakukan pembedahan konvensional untuk menghilangkan vaarises residual setelah operasi.
Sebuah penelitian yang membandingkan antara kombinasi skleroterapi dengan ligasi S/;
dibandingkan kombinas ligasi S/; dengan stripping didapatkan angka rekurensi klinis dan
rekuresnsi terjadinya refluks S/; yang lebih tinggi pada kelompok yang menggunakan
skleroterapi.
Sklerotan dibagi berdasarkan jenis substansinya yaitu yang berbentuk foam dan benbentuk
liDuid. "ada sklerotan jenis foam memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis
liDuid yaitu dosis yang lebih sedikit, lebih efektif dan menimbulkan komplikasi yang lebih
rendah. "ada sebuah penelitian non'randomised membandingkan antara sklerotan jenis foam
dengan liDuid didapatkan angka oklusi pembuluh darah yang lebih tinggi 3(2 ) dengan -2 )
dalam - tahun4 dan angka gejala klinis yang lebih rendah 30,- ) dan += )4 pada pasien yang
menggunakan sklerotan foam. $idak ada komplikasi ditemukan pada penelitian ini. "enelitian
randomi?ed trial lebih lanjut yang membandingkan antara polidocalol foam dengan polidocanol
liDuid didapatkan dalam terapi VS* inkompen 3diameter E 0 mm4 didapatkan keberhasilan
dalam mengablasi refluks VS* lebih tinggi pada polidocanol jenis foam 3 09) laan -9 )4.
Terapi Mini$al Invasi&
'( Ra!i%&rekuensi a"lasi )RF+
8adiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi yang diletakkan
di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah dan jaringan sekitar pembuluh
darah. "emanasan ini menyebakan denaturasi protein, kontraksi kolagen dan penutupan vena.
!ateter dimasukkan sampai ujung aktif kateter berada sedikit sebelah distal S/; yang
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan @S7. @jung kateter menempel pada endotel vena,
kemusian energy radiofrekuensi dihantarkan melalui kateter logam untuk memanaskan
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. ;umlah energy yang diberikan dimonitor melalui
sensor termal yang diletakkan di dalam pembuluh darah. Sensor ini berfungsi mngatur suhu
yang sesui agar ablasi endotel terjadi.
"enelitian multi'center didapat 0= ) VS* mengalami obliterasi pada + tahun. #ua penelitian
randomi?ed'controlled trial yang membandingkan ablasi radiofrekuensi dengan pembedahan
konvensional. "enelitian pertama ,urie et al melaporkan hasil dari CVA,VeS Study yang
merupakan percobaan multi'center dengan 0- pasien yang dilakukan radiofrekuensi ablasi
atau ligasi S/;, Stripping VS* dan phlebectomy. >asil yang didapat 0- ) oklusi VS* pada
kelompok 8/ ablasi dengan lama aktu peratan lebih singkat dari pada kelompok
pembedahan 3 29 S# -& mnt Vs 0. S# -+ mnt4, lebih cepat pada 8/ ablasi 3-,%. Vs (,(= hari
kerja4. 1alaupun komplikasi yang sitimbulkan pada 8/ ablasi lebih sedikit, komplikasi pasca
terapi berupa parestesia lebih banyak pada kelompok 8/ ablasi 3 -() dibandingkan ( ) pada
kelompok pembedahan, tetapi tidak signifikan4. 6nterpretasi hasil study CVA,VeS sulit
dilakukan karena berbagai variasi teknik anestesi dan prosedur yang dilakukan pada berbagai
:enter. Selain itu jumlah sample yang kecil tidak cukup kuat untuk menampilkan signifikansi
perbedaan antara teknik yang dilakukan.
"enelitian kedua , 8autio randomi?ed pada +0 pasien yang mendapatkan 8/ ablasi atau
pembedahan konvensional. !edua kelompok ini dilakukan di baah anestesi umum. >asil
yang didapat penurunan rata'rata V:SS 3venous clinical severity score4. "ada 8/ ablasi
didapat score V:SS =,- 3S#F-,=4 dan pada pembedahan didapat 9,9 3S#F-4, nyeri pasca
pembedahan secara signifikan lebih rendah pada 8/ ablasi dibandingkan kelompok
pembedahan konvensional, komplikasi parestesia didapatkan -% ) pada kelompok 8/ dan +%
) pada pembedahan, $homboplebitis sistemik didapat +& ) pada kelompok 8/. Biaya
pengobatan lebih besar pada kelompo 8/ ablasi dibandingkan dengan kelompok pembedahan
konvensional.
"ada beberapa penelitian individual didapatkan komplikasi yang lebih rendah pada 8/ ablasi.
Safena neuritis %'9.), kulit terbakar +'2 ), hematoma dan phlebitis. #V$ dilaporkan sekitar
- ) dan &,% ) terjadi emboli pulmonum.
,( En!%ven%us Laser Terap- )E.LT+
Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah dengan Cndovenous laset
therapy 3CV,$4. !euntungan yang didapat menggunakan pilihan terapi ini adalah dapat
dilakukan pada pasien poliklinis di baah anestesi local. CV,$ yang secara luas digunakan
menggunakan daya sebesar -& -9 att. "rosedurnya CV,$ menggunakan fibre laser yang
dimasukkan ke distal VS* sampai S/; dibaah control @S7.
"rosedur yang dilakukan pertama'tama dialkuakn anestesi local perivena dengan jalan
memberikan infiltrasi di sekitar pembuluh darah pepanjang VS*. $ujuannya selain
memberikan efek analgesia juga memberikan efek penekanan pada vena agar dinding vena
beraposisi dengan fibred an berperan sebagai heat sink mencegah kerusakan jaringan local.
CV,$ tidak menyebabkan vena segera menjadi mengecil bila dibandingkan dengan apabila
dilakukan /8 ablation, tetapi vena akan mengecil secara gradual beberapa minggu sampai
tidak tampak setelah ( bulan dengan pemerikasaan @S7, kemudia diikuti dengan kerusakan
endotel, nekrosis koagulatif, penyempitan dan thrombosis vena.
"ada sebuah penelitian observasional, VS* mengecil .9 '.. ) dengan perbaikan penampilan
varises superficial dan menurunkan gejala yang timbul. #ilaporkan oleh *in et al, sekitar =&&
pasien yang di follo'up selam % tahun didapatkan abalsi VS* sebesar .0 ) pada - bulan dan
.% ) pada + tahun.
!omplikasi utama yang muncul seperti bruising 3+9 )4 dan thomboplebitis 3=)4, tetapi tidak
didapatkan adanya #V$, perasaan terbakar atau parestesia. #ebandingkan dengan 8/
abalaton absennya komplikasi #V$ adalah kemungkinan karena duarsi terapi yang lebih
singkat, kontak dengan kateter trombogenik yang lebih singkat, dan suhu yang digunakan
lebih tinggi.
Terapi Pe$"e!aan
'( A$"ualt%r- ple"e*t%$- )Sta" Avulsi%n+
$eknik yang digunakan adalah teknik Stab'avulsion dengan menghilangkan segmen varises
yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi ukuran kecil dan menggunakan
kaitan khusus yang dibuat untuk tujuan ini, prosedur ini dapat digunakan untuk
menghilangkan kelompok varises residual setelah dilakukan sphenectomy.
*ikroinsisi dibuat diatas pembuluh darah menggunakan pisau kecil atau jarum yang berukuran
besar. Selanjutnya kaitan phlebectomy dimasukkan ke dalam dan vena dicapai melalui
mikroinsisi ini. *enggunakan kaitan kemudian dilakukan traksi pada vena, bagian vena yang
panjang dipisahkan dari perlekatan sekitarnya.. bila vena tidak dapat ditarik apat dilakukan
insuisi di tempat lain dan proses diulangi dari aal sampai keseluruhan vena.
,( Sape*t%$-
$eknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik menggunakan peralatan
stripping internal dan teknik invaginasi dengan jalan membalik pembuluh darah dan
menariknya menggunakan traksi endovenous, teknik tersebut dapat menurunkan terjadinya
cedera pada struktur di sekitarnya.7ambar ='(. @ntuk menghilangkan VS*, sebuah insisi
dibuat +'% cm sebelah medial lipatan paha untuk melihat S/;.
Sebelum melakukan stripping pada VS*, semua percabangan dari S/; harus diidentifikasi dan
dilakukan ligasi untuk memilinimalkan terjadinya rekurensi. Setelah ligasi dan pemisahan
;unction, peralatan stripping dimasukkan ke dalam VS* di lipatan paha didorong sampai level
cruris selnajutnya alat strippeer dikeluarkan melalui insisi yang dibuat 3= mm ataiu lebih kecil4
sekitar - cm dari tuberosity tibia pada lutut. !emudia head stripper dipasangkan pada lipatan
paha dan dikunci pada ujung proksimal vena. "embuluh darah kemudian ditarik dan dilipat ke
dalam lumen vena sepanjang pembuluh darah sampai pintu keluar yang dibuat sebelumnya di
bagian distal. ;ika di perlukan dapat diberikan gaas yang berisi efinefrin atau dilakukan ligasi
untuk tujuan hemostasis setelah dilakukan stripping.
$eknik lama dalam stripping vena sudah ditinggalkan karena tingginya insiden komplikaasi
yang terjasi setelah dilakukan stripping, komplikasi ini meliputi kerusakan pada nervus safena,
yang berlokasi sangat dekat dengan vena pada regio lutut.
!omplikasi banyak terjadi pada bila VS" dikeluarkan, karena anatomi dan risiko terjadinya
cedera pada vena poplitea dan nerevus peroneal lebih besar. Safenopopliteal junction harus
diidentifikasi dengan pemeriksaan dupleks @S7 sebelum dilakukan deseksi, dan visualisasi dari
Safeno popleteal jungtion secara langsung yang adekuat sangat pentingdilakukan. Setelah
dilakukan ligasi dan pemisahan junction, sebiauh peralatan stripping dimasukkan ke dalam
vena sampai distal cruris dan dikeluarkan melalui pintu yang dibuat dengan insisi 3+ '9 mm4.
Selanjutnya stripper dikunci di proksimal vena dan dilakukan invaginasi dan ditarik dari daerah
lutut sampai daerah pergelnagn kaki.
M%!i&ikasi Teknik Pe$"e!aan
'( A$"ulat%r- /%nservative Hae$%!-na$i* Mana#e$ent )A/HM %r /HI.A+
Conservative haemodynamic surgery for varicose veins 3:>6V54 adalah sebuah teknik
pembedahan fisiologis meliputi identifikasi mengugunakan ultrasound dupleks dan ligasi
refluk. Vena perforata dan vena safena dipersiapkan dan tidak dilakukan tindakan
phlebektomi. 1alaupun terdapat peningkatan hemodinamik dan morbilitas yang rendah
namun agka rekurensi masih cukup tingg sebesar %= ) pada % tahun. Namun pada sebuah
studi yang membandingkan antara ligasi S/;, stripping, dan phlebektomi dilaporkan hasil yang
sama pada % tahun tapi dengan kerusakan pada nervus cutaneus yang lebih sedikit pada
kelompok :>6V5. "rosedur ini belum secara luas digunakan karena teknik yang relatif lebih
rumit.
,( Transillu$inate! P%0ere! Ple"e*t%$- A"lati%n %& .ari*%sities )Tri.e1e+
"helebektomi dengan transiluuminasi merupakan metode unutk ablasi varises yang lebih cepat
dan reliabel. $eknik memungkinkan dilakukan insisi dan menimbulkan komplikasi yang lebih
sedikit. Beberapa studi melaporkan peningkatan biaya operasi, peningkatan insiden terjadinya
hematome, dan parestesia pada pasien dengan $riVeG. 1alupun demikian teknik ini mungkin
bermanfaan pada pembedahan dengan varises yang rekuren dimana didapatkan jaringan
parut perivaskular dan kekkakuan pembuluh vena yang menurunkan efikasi bila dilakukan
stab avulsion konvensional
2( Su"&as*ial En!%s*%pi* Per&%rat%r Li#ati%n )SEPS+ an! Te Lint%n Pr%*e!ure
"eran dari vena perforata dalam etiologi varises vena masih kontroversi. Bagaimanapun
ukuran dan persentase vena perforata yang mengalami inkompenten di sisi medial cruris
menunjukkna hubungan dengan severitas penyakit insufisiensi vena kronis. Beberapa ahli
bedah vaskurel berpendapat ligasi pada vena perforata merupakan tindakan yang tidak rutin
dilakukan.
Bila ligasi vena perforata diperlukan untuk mengisolasi vena perforata yang inkompeten,
tindakan ligasi endoskopi lebih disarankan dibandingkan dengan operasi terbuka untuk
menghindari masalah dengan penyembuhan luka operasi. 5tau bila dilakukan operasi terbuka,
penentuan vena perforata melalui pemeriksaan ultraound mungkin dapat mengatasi masalah
penyembuhan luka operasi bila dibandingkan dengan prosedur ,inton tradisional
3( E1ternal .alvular Stents
"enggunaan valvular stent eksternal diperkenalkan oleh ,ane merupakan sebuah solusi yang
fisiologis dalam mengatasi refluks vena dengan mempertahankan VS*. #ia medriskripsikan
pada -=&& pasien alaupun ourcome data hanya tersedia pada -&2 pasien saja menunjukkan
setelah folo'up selama =2 bulan , .& ) didapatakan dengan S/; yang kompeten dengan
rara'rata penuruanan diameter VS* dari 2,( menjasi 9,0 mm. 8ekurensi secara klinis
menurun. Sayangnya pasien dengan VS* yang berdiameter -&'-- mm atau dengan varises
yang berkelok'kelok sepanjang VS/ diekslusi dan teknik ini hanya dapat diaplikasikan pada %9
) pasien saja. "asien dengan valvuloplasty didapatkan tingkat morbiditas yang lebih rendah
dibandingkan bila dialakukan stripping. !omplikasi yang terjasi lebih jarang dan infeksi yang
terjasi karena pelepasa cuff hanya &,% ) kasus. $eknik mungkin dapat dipilih pada pasien
dengan varises vena minor, namun belum ada penelitian yang membandingkan dengan teknik
lain dan teknik ini belum secara luas digunakan.
4( En!%ven%us Diater$-
$eknik ini telah dialakukan oleh beberapa ahli bedah pada than -.(&'-.2&'an. $idak ada bukti
keuntungan yang didapat dan ini meningkatkan ririko terjadinya cidera termal. Studi terbaru
dikatakan teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengablasi percangan VS* yang
inkompeten dengan tetap mempertahankan VS* setelah dilakuakan ligasi Safeno'femoral
alupun tidak ada folo up yang dilakuakan selanjutnya dan sebagian besar pasien
memerlukan terapi tambahan seperti skloroterapi.
/%st5e&&e*tiveness
$idak ada studi yang membandingkan cost'efektif pada berbagai metode'metode dalam terapi
varises vena kecuali studi yang dilakukan oleh 8autio yang membandingkan cost analisis
antara VN@S dengan pembedahan. ,ogikanya , terapi mengguanakan kaus kaki 3stocking4 dan
skleroterapi merupakan terapi yang memerlukan biaya yang paling rendah namun denag hasil
yang kurang baik daripada pembedahan.
@ntuk terapi minimal invasif peningkatan biaya berasal dari biaya tambahan dari penggunaan
kateter dan sumber tenaga dan prosedur yang dilakukan di dalam ruang operasi serta
penggunaan general dan regional anestesi dibandingkan dengan pembedahan konvensional.
Bagaimanapun bila CV,$ dilakukan pada pasien poliklinis dengan follo'up skleroterapi ,
memungkinkan terapi ini menjadi lebih cost efektif dibandingkan pembedahan.
KOMPLIKASI
,ima sampai tujuh persen kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus, keadaan ini sering
bersifat sementara namun dapat bersifat permanen. 6nform konsen mengenai komplikasi ini
diperlukan sebelum dilakukan tindakan terapi. N>S,5 melaporkan komplikasi akibat cedera
pada saraf pada -+ pasien dengan drop foot setelah dilakukan ligasi safeno'popliteal.
!omplikasi berupa terjepitnya vena dan arteri femoral juga tidak dapat untuk dihindari.
>ematome dan infeksi pada luka relatif sering terjadi 3 sampai dengan -& )4, dan terjadi
gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari'hari. $hromboembolism berpotensi terjadi pada
pembedahan varises vena, tetapi belum ada bukti yang menujukkan risiko ini meningkat bila
dilakukan pembedahan. Sebagian besar ahli bedah vaskuler melakukan profilaksisi agar tidak
terjadi komplikasi thomboemboli ini. $abel + menunjukkan angka komplikasi yang terjadi pada
berbagai prosedur yang digunakan dalam terapi varises vena.
Rekurensi .arises .ena
Perkiraan tingkat rekurensi bervariasi tergantung pada lama follow-up, definisi dari
rekurensi itu sendiri dan metode terapi primer yang dilakukan. Dapat dilihat pada tabel 3,
terdapat perbedaan tingakt rekurensi bila dilahat dari pemeriksaan dupleks ultrasound
dengan hanya melakukan pemeriksaan klinis
PROGNOSIS
"asien dengan refluks vena yang signifikan memiliki risiko tinggi terjadinya ulkus varises yang
akan sulit di terapi secara efektif. "ada pasien dengan komplikasi perdarahan dan
thomboemboli memberikan prognosis yang kurang baik dalam terapi varises vena. #engan
terapi yang tepat akan memberikan hasil yang baik dan progesifitas penyakit akan berhenti
dan prognosis akan menjdi lebih baik
RINGKASAN
Varises vena merupakan suatu kelainan pada pembuluh darah vena yang terjadi akibat
peningkatana tekanan di dalam vena dan terjadinya kegagalan ataau inkompetensi dari katup
vena dalam mengalirkan darah. #iagnosis varises ini dapat ditegakkan melalui gejala'gejala
klinis yang muncul serta dikonfirmasi melalui pemeriksaan penunjang untuk lebih memastikan
diagnosis. 7ejala yang sering muncul yaitu kaki terasa berat, nyeri atau kedengan sepanjang
vena, gatal, rasa terbakar, keram pada malam hari, edema, perubahan kulit dan kesemutan.
7ejala tersebut akan bertambah berat bila pasien berdiri terlalu lama. "emeriksaan fisik yang
dilakukan berupa inspeksi pada kulit untuk melihat adanya perubahan'perubahan yang terjadi
pada kulit dan juga melihat apakaha terdapat pelebaran vena superfisialis, palapsi dilakukan
pada seluruh permukaan kulit untuk menilai pelebaran vena dan apakah didapatkan adanya
nyeri tekan. "erkusi juga dilakukan untuk menilai keadaan katup vena. "emeriksaan lain juga
diperlukan untuk menegakkan diagnosis vasrises yantiu dengan melakukan manuver "erthes
atau manuver $rendelenburg. "emeriksaan yang diperlukan dapat dilakukan auskultasi
menggunakan #oppler, pemerksaan @S7 dan *86
"enatalaksanan varises dapat berupa terapi non'operatif dan terapi operatif. $erapi non'
opertaif sangat mudah dilakukan dan memerlukan biaya yang relatif lebih murah dari pada
terapi operatif namun angka rekurensinya masih cukup tinggi. $erapi non'operatif yang saat
ini sering dilakukan adalah dengan menggunakan stocking kompresi, skleroterapi, terapi
minimal invasif. $erapi operatif biasanya memberikan hasil yang lebih baik dengan angka
rekurensi yang lebih rendah dari pada terapi non'operatif. !ekurangannya adalah biaya yang
relative lebih mahal , hal ini dikarenakan terapi operatif dilakukan dibaah anestesi umum
atau regional dan dilakukan di dalam ruang operasi. Baik terapi non'operatif maupun terapi
operatif dapat menimbulkan komlikasi akibat dari terapi yang dilakukan.
"rognosis penyakit ini baik bila tidak adanya komplikasi seperti perdarahan, thromboemboli,
dan refluks yang terjadi tidak terlalu berat. $erapi yang tepat dan adekuat akan menurunkan
progresifitas penyakit varises vena.
DAFTAR PUSTAKA
Beale,7ough. Treatment Options for rimary Varicose Veins-! "evie#. Cur ; Vasc Cndovasc
Surg %&, 0%'.= 3+&&=4
:raig /.Varicoe Veins.5vailable at B httpBHH.emedicine.comHmedHtopic+200.htm. 5cceses B
5pril ., +&&0 ,ast @pdate B Aktober -, +&&9

Anda mungkin juga menyukai