Dosen Pembimbing : Ayub Minardjo S. Putro, S.pd., M.Pd.
Disusun Oleh : Billie Jaya ( 21413224 )
DEPARTEMEN MATA KULIAH DASAR UMUM UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESIA SECARA LANGSUNG Contoh Artikel Data positif TENGGARONG Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, Senin ( 19/12 ) membuka sosialisasi peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu dan pemilukada di Pendopo Odah Etam Tenggarong. Bupati Kukar dalam sambutannya yang dibacakan HM Ghufron mengatakan, partisipasi masyarakat berarti membuka kesempatan bagi keterlibatan peran masyarakat ecara luas bagi para pemilih, tidak terkecuali kita semua untuk ada di tengah gelanggang untuk menjadi pemain, bukan sekedar penonton. Pemilihan yang diselenggarakan langsung merupakan tanda demokrasi yang sedang tumbuh dinegara kita yang harus kita dukung bersama. Karena pemilu langsung merupakan proses demokratisasi dalam upaya bersama kita secara terus menerus untuk merebut kembali hati rakyat, membuat public semakin menentukan, berada di tengah gelanggang. Pemilu langsung memberi ruang yang makin besar bagi pemilih untuk menjadi penentu. Pemilu memfasilitasi rakyat untuk menentukan secara langsung siapa pejabat public yang kita percayaa. Oleh karena itu, pemilu memfasilitasi rakyat untuk menentukan masa depan bangsa yang lebih baik lagi. Karena melalui pemilulah, masyarakat dapat mengevaluasi kebijakan pemerintah. Pada pilkada 2010 yang lalu di Kukar, berdasarkan data KPU jumlah dalam daftar pemilih tetap sebanyak 431.783 orang. Pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 283.234 orang ( 65,60% ). Dengan demikian terdapat pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 148.549 orang (34,40 %), mudahan angka ini nantinya dapat ditekan serendah mungkin, harap HM Ghufron. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian kita bersama, agar partisipasi masyarakat dalam pemilu di Kukar dapat meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Keterlibatan dan peran serta masyarakat secaraaktif dalam pemilu harus didukung oleh 4 (empat ) prakondisi yaitu adanya jaminan akses masyarakat terhadap keterbukaan informasi, adanya wadah untuk mengakomodasikan pendapat / aspirasi masyarakat, adanya jaminan bagi peran aktif masyarakat melakukan control dan independensi panitia penyelenggara harus dijaga.
Contoh Artikel Data Negatif JAKARTA - Ukuran lubang ternyata dapat menjadi masalah besar dalam proses pemilihan umum 2014. Betapa tidak, oknum politisi selalu memanfaatkan segala cara untuk memenangkan pesta demokrasi. Menurut Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Muhammad, segala cara akan dilakukan peserta pemilu untuk menang. Dari cara yang baik sampai melakukan kecurangan. "Sekarang ini peserta pemilu, lain polanya. Ibarat telekomunikasi pascabayar dan Panwas sudah awasi ini sejak dulu," ungkap Muhammad, di Aula PTIK, Jakarta, Kamis (5/12/2013). Dia menjelaskan, dahulu ada pola memotret kertas suara setelah mencoblos dengan menggunakan handphone. "Tolong coblos kumisnya, dipotret. Nanti dapat Rp50 ribu. Jadi mereka coblos terus foto, 100 meter sudah ditunggu tim sukses. Kumis siapa ini, mata siapa ini," terangnya. Oleh karenanya, dibuat peraturan tidak boleh bawa ponsel saat mencoblos. Namun, persoalan tidak usai. Ternyata ada cara lain dengan memberikan potongan kertas suara kapada tim sukses karena ukuran lubang kertas suara pencoblosan cukup besar. "Ada lagi lebih terampil, dengan lubang coblos dibuat besar, lalu kemudian potongan kertas dikantongi, kumis siapa, mata siapa, ini dibayar lagi," tegasnya. Makanya, Muhammad mengkritisi ukuran lubang dalam kertas suara harus diperhatikan, guna mengantisipasi kecurangan. "Kaji ukurang lubang standar, yang ditemukan di sejumlah pemilukada, lobang besar sampai uang logam," pungkasnya. Data Positif Data Negatif Sarana Penyaluran Aspirasi Rakyat Masih Maraknya Money Politics Membuka kesempatan bagi setiap orang yang mau mencalonkan diri menjadi wakil rakyat Penggelembungan Jumlah Suara oleh para peserta pemilu dengan cara kotor Wakil rakyat yang terpilih merupakan pilihan masyarakat sehingga diharap lebih pro rakyat Banyaknya Daftar Pemilih Tetap yang tidak Valid (Masih banyak rakyat yang tidak terdaftar) Pemilu berlangsung Aman & Damai hampir di seluruh Indonesia UU pemilu yang baru membuat eksistensi partai kecil menurun Perwujudan kedaulatan rakyat (Demokrasi) Dijadikan ajang korupsi untuk dana kampanye Mendongkrak ekonomi & pariwisata Kurangnya partisipasi rakyat ( banyak yang golput ) Opini : Pemilu di Indonesia dijadikan sebagai ajang pesta demokrasi, dimana rakyat menggunakan hak pilihnya dan menggunakan kedaulatannya guna memilih wakil mereka yang akan duduk di pemerintahan dan diharap para wakil yang mereka pilih dapat menyalurkan aspirasi mereka dalam pemerintahan dan juga membuat kebijakan-kebijakan yang Pro Rakyat. Dalam pelaksanaannya setiap orang berhak untuk mencalonkan diri dalam pemilu, tetapi pada kenyataannya untuk menjadi wakil rakyat haruslah orang yang telah memiliki figur di mata masyarakat dan juga membayarkan sejumlah uang kepada parpol guna digunakan sebagai dana kampanye ( Golkar mematok minimal 1 miliar kepada para kadernya jika ingin mencalonkan diri ). Akibat hal itu, yang seharusnya memperjuangkan aspirasi masyarakat ketika sudah terpilih, para wakil rakyat cenderung melakukan berbagai cara untuk mengeruk keuntungan ketika sedang duduk di pemerintahan. Bahkan mendekati pemilu banyak kasus- kasus korupsi terbongkar yang melibatkan wakil rakyat karena mereka membutuhkan dana tidak sedikit untuk kampanye. Selain itu karena ambisi yang tinggi, tidak jarang mereka menggunakan cara-cara kotor antara lain money politics, penggelembungan suara, dan juga pemalsuan DPT. Tentunya hal itu tidak dapat ditoleransi dan harus diberantas, dan itu bukan saja tanggung jawab KPU tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia guna mengawasi secara teliti pemilu berjalan dengan bersih dan bebas dari KKN. Tetapi hal itu bukanlah hal yang mudah diterapkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat. Melihat keadaan yang begitu karut-marut menjadikan banyak orang memilih untuk golput, hal itu terlihat dari tingkat partisipasi yang hanya sekitar 60%. UU Pemilu yang baru juga cenderung menyulitkan partai kecil dan menguntungkan partai besar sehingga hal itu menjadi agenda yang perlu diperbaiki. Selain hal-hal diatas, pemilu juga mendongkrak ekonomi & pariwisata karena pemilu dijadikan ajang wisata oleh turis-turis mancanegara, terutama setelah PBB memberi pernyataan bahwa pemilu di Indonesia merupakan yang paling demokrasi di dunia. Jadi kesimpulannya, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia dan jangan hanya menjadikan pemilu sebagai pesta demokrasi semata tetapi benar- benar dijadikan tempat penyaluran aspirasi. Tuntutan Keadilan Formal Tuntutan Keadilan Material Hukum berlaku secara umum ( Asas Kesamaan ) Hukum berlaku secara adil Semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan secara sama Semua orang diperlakukan Adil berdasarkan penilaian masyarakat Hukum tidak mengenal pengecualian Hukum berdasarkan reaksi masyarakat yang timbul Contoh kasus : Tiga Butir Kakao Membawa Minah ke Pengadilan Purwokerto (ANTARA News) - Nenek bernama Minah (55) itu tampak terdiam menghadapi meja hijau Pengadilan Negeri Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (19/11), tanpa didampingi seorang penasihat hukum.Hari itu merupakan sidang yang ketiga kalinya dia jalani atas dakwaan terhadap dirinya, yakni mencuri tiga butir buah kakao seberat tiga kilogram. Warga Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang ini berusaha tetap tegar saat menyampaikan pembelaan atas dakwaan tersebut karena dia merasa tidak mencuri buah kakao sebanyak tiga kilogram di kebun milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) 4 pada pertengahan Agustus silam seperti yang dituduhkan. "Saya `namung` (hanya, red.) memetik tiga butir buah kakao," kata dia dalam bahasa Banyumasan bercampur Indonesia. Dia pun meminta Hakim PN Purwokerto Muslich Bambang Luqmono untuk tidak menghukumnya. "Inyong (saya, red.) tidak mau dihukum, Pak Hakim," katanya. Kendati demikian, majelis hakim tetap menjatuhkan vonis kepada Minah karena mencuri tiga butir buah kakao. "Menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama satu bulan 15 hari dengan ketentuan tidak usah terdakwa jalani kecuali jika terdakwa dijatuhi pidana lain selama tiga bulan masa percobaan," kata Hakim PN Purwokerto Muslich Bambang Luqmono yang terlihat meneteskan air mata. Menurut hakim, hal-hal yang meringankan terdakwa antara lain Aminah telah lanjut usia. Selain itu, kata dia, terdakwa merupakan petani kakao yang tidak punya apa-apa. "Tiga butir buah kakao sangat berarti bagi petani untuk dijadikan bibit dan bagi perusahaan jumlah tersebut tak berarti," kata dia yang tampak terharu dan menahan tangis. Dia mengaku tersentuh dengan yang dialami Minah karena teringat kehidupan orang tuanya yang juga petani. Bahkan menurut dia, perkara nenek Minah yang dinilai kecil tersebut sudah melukai banyak orang. Mendengar putusan hakim ini, para pengunjung sidang yang sengaja datang untuk memberi dukungan dan semangat kepada Minah pun menyambutnya dengan bersorak gembira. Pengunjung pun segera mengumpulkan uang menggunakan kardus untuk diberikan kepada Minah. Sementara itu Jaksa Penuntut Umum (JPU) Noor Haniah hanya memandang ke arah Minah dan mengaku pikir-pikir. Sebuah kejadian menarik pun muncul seusai persidangan karena Muslich menyempatkan diri bersalaman dan mencium tangan Minah. Kakao Pembawa Petaka Kisah sedih Minah ini berawal dari pencurian tiga butir buah kakao seberat tiga kilogram di kebun PT RSA 4 yang dituduhkan kepadanya. Saat itu Minah berkeinginan menambah tanaman kakao miliknya yang berjumlah 200 batang sehingga dia memetik tiga butir kakao di kebun PT RSA dan meletakkannya di atas tanah. Akan tetapi, apa yang dilakukan Minah diketahui mandor PT RSA 4, Tarno alias Nono. Dia pun menegur Minah dan menanyakan perihal kakao yang dicurinya. Minah pun mengatakan jika buah kakao yang dipetiknya akan dijadikan bibit. Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno mengatakan, kakao di kebun PT RSA 4 dilarang dipetik oleh masyarakat. Dia juga menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada jalan masuk perkebunan. Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu produksi usaha perkebunan. Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno sembari menyerahkan tiga butir buah kakao tersebut untuk dibawa mandor itu. Kendati telah meminta maaf, dia sama sekali tidak menyangka jika perbuatannya justru berujung ke pengadilan. Akhir Agustus 2009, Minah dipanggil Kepolisian Sektor Ajibarang untuk menjalani pemeriksaan terkait tiga butir buah kakao yang dipetiknya di kebun PT RSA 4. Atas tuduhan tersebut, Minah dijerat Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman enam bulan penjara. Terhitung sejak 19 Oktober 2009, kasus itu ditangani Kejaksaan Negeri Purwokerto setelah dilimpahkan oleh kepolisian dan Minah pun ditetapkan sebagai tahanan rumah. Sejak saat itu pula, Minah harus mondar-mandir dari rumahnya di Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, untuk menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Negeri Purwokerto. Setiap kali menjalani pemeriksaan, Minah harus mengeluarkan ongkos hingga Rp50 ribu untuk ojek dan angkutan umum dari rumahnya menuju Purwokerto yang berjarak sekitar 40 kilometer tersebut. Dia mengaku kesulitan mencari uang untuk ongkos karena kehidupannya sebagai petani sangat pas-pasan. "Kadang anak saya memberi ongkos ke Purwokerto. Bahkan, Bu Jaksa juga pernah `nyangoni` (memberi uang saku, red.) saya sebesar Rp50 ribu," kata nenek tujuh anak dan belasan cucu ini. Kendati demikian, hal itu bukan penghalang bagi Minah untuk menjalani pemeriksaan hingga persidangan di pengadilan karena hal itu demi melepaskan diri dari jeratan hukum. Kasus yang dihadapi Minah hanya segelintir permasalahan hukum yang dihadapi rakyat kecil. Hanya karena tiga butir buah kakao, Minah harus menghadapi vonis pengadilan.Vonis yang dihadapi Minah tak sebanding dengan harga kakao yang konon dicurinya. Harga satu kilogram kakao basah saat ini sekitar Rp7.500. "Itu kalau biji kakao telah dikerok dari buahnya," kata Amanah (70), kakak Minah. Menurut dia, dari tiga butir buah kakao hanya menghasilka tiga ons biji kakao basah. "Jika dijual, harganya sekitar Rp2.000," katanya. Akan tetapi dalam dakwaan yang ditujukan kepada Minah, jumlah kerugiannya mencapai Rp30 ribu atau Rp10 ribu per butir. Dia mengaku heran terhadap dakwaan yang ditujukan kepada adiknya karena selama ini dalam pemberitaan di televisi, banyak pelaku tindak pidana korupsi yang menggerogoti keuangan negara ratusan juta hingga miliaran rupiah, hanya dituntut hukuman maupun vonis yang ringan. (*) Komentar : Bila kita membaca berita diatas, terdapat tuntutan keadilan formal dan juga material, dimana berdasarkan tuntutan keadilan formal, semua orang dalam situasi yang sama dianggap memiliki kedudukan yang sama. Sehingga nenek Minah yang hanya mengambil ( mencuri ) 3 buah kakao terancam terkena hukuman percobaan 1 bulan 15 hari guna mempertanggungjawabkan perbuatannya. Berdasarkan tuntutan keadilan formal, keputusan yang diambil hakim sudah sesuai dan tidak melanggar hukum karena mencuri bagaimanapun bentuknya merupakan pelanggaran hukum. Sehingga tidak ada pengecualian bagi nenek Minah yang sudah berusia senja dan hanya mencuri 3 buah kakao yang bisa dibilang tidak ada artinya bagi suatu perusahaan perkebunan. Berdasarkan tuntutan keadilan material, Memang yang namanya pencurian tetap suatu kesalahan seberapapun besar kecilnya bila dipandang perlu ditindak lanjuti silahkan saja. Hanya saja yang jadi tak berimbang di sini adalah, seorang nenek nenek yang hanya mencuri 3 biji kakao harus berhadapan dengan meja hijau tanpa di dampingi pengacara karena tidak adanya kemampuan finansial untuk membayar jasa pengacara. Sehingga ketika kasus ini merebak di media, masyarakat banyak yang menyampaikan protes & juga menyorot kasus ini serta banyak memberi dukungan kepada Nenek Minah. Masyarakat menilai hal ini tidak adil karena Nenek Minah yang hanya mencuri 3 buah kakao + usianya sudah senja harus menjalani hukuman, tetapi koruptor uang rakyat justru melenggang bebas. Sehingga pada akhirnya hakim memvonis bebas nenek Minah dengan mempertimbangakan beberapa hal dan yang terpenting karena banyak masyarakat yang protes dan merasa tidak puas dengan tetap berjalannya kasus ini. Begitu nenek Minah divonis bebas penonton sidang langsung bersuka ria dan memberi selamat, hal ini tentu berbeda dalam persidangan koruptor yang dimana masyarakat cenderung memberi dukungan negatif guna memperberat kasusnya. Opini Saya berkaitan dengan hukuman bagi para KORUPTOR : a. Hukuman mati Untuk opsi ini saya kurang mendukung, alasannya di banyak negara hukuman ini sudah dihapuskan karena dianggap tidak manusiawi ( pelanggaran HAM ) dimana dianggap mengambil hak hidup manusia, serta sudah tidak lagi relevan terhadap perubahan jaman. Selain itu dalam pelaksanaannya tidak memberi efek jera kepada para pelakunya sehingga dirasa kurang efektif. Yang paling penting saya rasa dengan hukuman mati membuat orang yang tersangkut korupsi tidak diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan membuat manusia melampaui kewenangan Tuhan yaitu mencabut hak hidup orang lain. Belum lagi dalam kasus korupsi susah ditemukan bukti nyata sehingga potensi kekeliruan dalam pembuktian selalu ada dan itu sama saja mencabut nyawa orang tidak bersalah. Sehingga terus terang saya kurang setuju bila koruptor dihukum mati & tentunya tidak yakin hukuman ini akan diterapkan benar-benar di Indonesia karena wakil rakyat yang memiliki wewenang membuat & mengubah undang-undang saja masih banyak yang korupsi. Bagaimana mungkin mereka membuat keputusan yang merugikan / menguntungkan bagi dirinya ? b. Dimiskinkan Saya paling setuju dengan opsi ini, alasannya hukuman ini dirasa paling manusiawi dibanding dua hukuman lainnya serta membuat para koruptor berpikir ulang ketika hendak melakukan korupsi. Dengan memiskinkan para koruptor, diharapakan juga untuk menghindari upaya praktik mafia-mafia hukum karena di Indonesia hukum dapat dibeli dengan uang dan jika tidak memiliki apa-apa maka mau bayar dengan apa kepada sang mafia. Jadi kepada koruptor hakim memberikan hukuman berupa hukuman badan (Penjara), denda yang besar, serta penyitaan terhadap aset-aset yang di korupsikan tersebut dan jika korupsinya sampai membahayakan ekonomi negara, sekalian dibangkrutkan saja dengan menyita seluruh aset yang dimilikinya. Wakil ketua KPK juga mendukung opsi ini melalui salah satu perkataannya yang berbunyi "Korupsi di Indonesia seperti fenomena gunung es. Penjara tidak cukup memberikan efek jera, sehingga koruptor harus dimiskinkan dengan cara menyita kekayaan hasil korupsi." Dengan memiskinkan aset-aset yang dimiliki para koruptor, kedepannya setelah selesai masa hukumannya maka si koruptor tersebut tidak memiliki aset-aset kejahatan tersebut. Dengan demikian, maka para koruptor lain akan berpikir ulang dan merasa takut untuk melakukan korupsi. c. Dipotong jari Saya juga tidak setuju dengan hukuman ini karena dirasa tidak manusiawi. Selain itu orang yang mencetuskan ide ini ( Akil Mochtar ) justru terjerat kasus suap sehingga jika hukuman ini sudah diterapkan maka dia sendiri yang menerima akibatnya. Dari salah satu kutipan berita, ketika Mantan Ketua MK ini ditanya oleh salah seorang wartawan mengenai apa yang pernah diutarakannya, ia justru menampar wartawan itu. Hal ini menunjukkan dirinya yang tidak konsisten. Sehingga dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa hukuman ini juga tidak relevan untuk dijalankan serta terkesan sadis sehingga dapat mengarah ke kasus pelanggaran HAM.
Kutipan : Merdeka.com - Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan tidak sependapat jika koruptor dihukum mati. Jika terpilih menjadi presiden, Anies menegaskan, para koruptor harus dimiskinkan. "Dimiskinkan total. Menurut saya itu hukuman yang bisa kita tegakkan. Saya minta hakim-hakim, jaksa tuntut sebesar- besarnya," ujar Anies, Senin (9/12). Jika hukuman mati tetap dipaksakan, Anies berkilah, tidak ada ruang untuk memperbaiki diri. Anies mengkhawatirkan jika hukuman mati diterapkan, kemudian orang dianggap tidak bersalah akan repot. "Kalau kita lakukan hukuman (mati) tidak bisa diubah tidak ada ruang kekeliruan. Hari ini potensi kekeliruan dalam pembuktian selalu ada. Saya tidak lihat dari HAM tapi ruang kesalahan kekeliruan masih ada," kata Anies. "Orang terlanjur tiga tahun dihukum mati dan misalnya ternyata bukan dia. Kalau tidak ada orang mau dikemanakan. Ruangan itu harus diberi. Kalau dimiskinkan, saya rasa orang takut korupsi. Saya sepakat dengan MA dan mendukung keras hakim Artijo dan timnya," tutupnya. Sebelumnya, wacana hukuman mati bagi koruptor telah direkomendasikan oleh PBNU. Dalam Munas Alim Ulama NU beberapa waktu lalu, rekomendasi itu diupayakan sebagai dorongan moral bagi para aparat penegak hukum untuk tidak melakukan praktik-praktik korupsi lagi. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menyatakan, koruptor ada dua macam, yakni koruptor yang merugikan negara dan membangkrutkan negara. "Koruptor yang merugikan bisa dihukum sesuai kejahatannya, namun yang membangkrutkan negara hingga triliunan rupiah hendaknya dihukum mati," kata Said Aqil.
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Koruptor di Indonesia semestinya dimiskinkan agar memberi efek jera, kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Riyadi. "Korupsi di Indonesia seperti fenomena gunung es. Penjara tidak cukup memberikan efek jera, sehingga koruptor harus dimiskinkan dengan cara menyita kekayaan hasil korupsi," katanya dalam lokakarya antikorupsi bagi jurnalis, di Yogyakarta, Rabu. Ia mengatakan kasus Artalita Suryani yang menikmati fasilitas di penjara seharusnya bisa menjadi contoh koruptor yang tidak jera menjalani hukuman itu. Menurut dia, para koruptor sudah sepatutnya mempertanggungjawabkan kekayaan yang mereka peroleh dari kejahatannya, sehingga seharusnya mendapatkan hukuman yang sepadan. Bibit mengatakan korupsi di Indonesia sangat mengakar dan mewabah, sehingga sulit diberantas. "Korupsi sulit diberantas sejak adanya upaya kriminalisasi terhadap KPK pada 2009," katanya. Ia mengatakan korupsi di Indonesia terjadi di banyak bidang, dari tingkatan yang terkecil, seperti pungutan dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), dan pungutan uang sekolah. Menurut dia, korupsi terjadi karena ada niat melakukan kejahatan itu, dan kemampuan untuk melakukannya. Oleh karena itu, kata dia masyarakat perlu terus menerus melakukan pencegahan korupsi. "Upaya pencegahan yang sederhana bisa dilakukan melalui pendidikan keluarga," katanya. Dalam lokakarya tersebut, KPK juga mengajak para jurnalis untuk mengawal penanganan kasus korupsi. Ia mengatakan kalangan jurnalis dan masyarakat sebagai mitra KPK memiliki peranan strategis untuk ikut mengawasi penanganan kasus korupsi. "Pers berperan mengawasi, mengadukan, dan mengingatkan KPK jika suatu kasus korupsi tidak segera ditangani," katanya. Menurut dia, pers juga memiliki fungsi memberikan sanksi sosial kepada para koruptor. Ia mengatakan peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi penting, karena korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang merugikan negara dan Bangsa Indonesia. Lokakarya ini diselenggarakan bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI)