Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UAS

PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN






Dosen Pembimbing :
Ayub Minardjo S. Putro, S.pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Billie Jaya ( 21413224 )





DEPARTEMEN MATA KULIAH DASAR UMUM
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
PELAKSANAAN PEMILU DI INDONESIA SECARA LANGSUNG
Contoh Artikel Data positif
TENGGARONG Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, Senin ( 19/12 ) membuka
sosialisasi peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu dan pemilukada di Pendopo Odah
Etam Tenggarong. Bupati Kukar dalam sambutannya yang dibacakan HM Ghufron
mengatakan, partisipasi masyarakat berarti membuka kesempatan bagi keterlibatan peran
masyarakat ecara luas bagi para pemilih, tidak terkecuali kita semua untuk ada di tengah
gelanggang untuk menjadi pemain, bukan sekedar penonton. Pemilihan yang
diselenggarakan langsung merupakan tanda demokrasi yang sedang tumbuh dinegara kita
yang harus kita dukung bersama. Karena pemilu langsung merupakan proses demokratisasi
dalam upaya bersama kita secara terus menerus untuk merebut kembali hati rakyat, membuat
public semakin menentukan, berada di tengah gelanggang. Pemilu langsung memberi ruang
yang makin besar bagi pemilih untuk menjadi penentu. Pemilu memfasilitasi rakyat untuk
menentukan secara langsung siapa pejabat public yang kita percayaa. Oleh karena itu, pemilu
memfasilitasi rakyat untuk menentukan masa depan bangsa yang lebih baik lagi. Karena
melalui pemilulah, masyarakat dapat mengevaluasi kebijakan pemerintah. Pada pilkada 2010
yang lalu di Kukar, berdasarkan data KPU jumlah dalam daftar pemilih tetap sebanyak
431.783 orang. Pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 283.234 orang ( 65,60%
). Dengan demikian terdapat pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 148.549
orang (34,40 %), mudahan angka ini nantinya dapat ditekan serendah mungkin, harap HM
Ghufron.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian kita bersama, agar
partisipasi masyarakat dalam pemilu di Kukar dapat meningkat baik secara kuantitas maupun
kualitas. Keterlibatan dan peran serta masyarakat secaraaktif dalam pemilu harus didukung
oleh 4 (empat ) prakondisi yaitu adanya jaminan akses masyarakat terhadap keterbukaan
informasi, adanya wadah untuk mengakomodasikan pendapat / aspirasi masyarakat, adanya
jaminan bagi peran aktif masyarakat melakukan control dan independensi panitia
penyelenggara harus dijaga.

Contoh Artikel Data Negatif
JAKARTA - Ukuran lubang ternyata dapat menjadi masalah besar dalam proses pemilihan
umum 2014. Betapa tidak, oknum politisi selalu memanfaatkan segala cara untuk
memenangkan pesta demokrasi. Menurut Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Muhammad, segala cara akan dilakukan peserta pemilu untuk menang. Dari cara yang baik
sampai melakukan kecurangan. "Sekarang ini peserta pemilu, lain polanya. Ibarat
telekomunikasi pascabayar dan Panwas sudah awasi ini sejak dulu," ungkap Muhammad, di
Aula PTIK, Jakarta, Kamis (5/12/2013). Dia menjelaskan, dahulu ada pola memotret kertas
suara setelah mencoblos dengan menggunakan handphone. "Tolong coblos kumisnya,
dipotret. Nanti dapat Rp50 ribu. Jadi mereka coblos terus foto, 100 meter sudah ditunggu tim
sukses. Kumis siapa ini, mata siapa ini," terangnya. Oleh karenanya, dibuat peraturan tidak
boleh bawa ponsel saat mencoblos. Namun, persoalan tidak usai. Ternyata ada cara lain
dengan memberikan potongan kertas suara kapada tim sukses karena ukuran lubang kertas
suara pencoblosan cukup besar. "Ada lagi lebih terampil, dengan lubang coblos dibuat besar,
lalu kemudian potongan kertas dikantongi, kumis siapa, mata siapa, ini dibayar lagi,"
tegasnya.
Makanya, Muhammad mengkritisi ukuran lubang dalam kertas suara harus diperhatikan,
guna mengantisipasi kecurangan. "Kaji ukurang lubang standar, yang ditemukan di sejumlah
pemilukada, lobang besar sampai uang logam," pungkasnya.
Data Positif Data Negatif
Sarana Penyaluran Aspirasi Rakyat Masih Maraknya Money Politics
Membuka kesempatan bagi setiap orang yang mau
mencalonkan diri menjadi wakil rakyat
Penggelembungan Jumlah Suara oleh para peserta
pemilu dengan cara kotor
Wakil rakyat yang terpilih merupakan pilihan
masyarakat sehingga diharap lebih pro rakyat
Banyaknya Daftar Pemilih Tetap yang tidak Valid
(Masih banyak rakyat yang tidak terdaftar)
Pemilu berlangsung Aman & Damai hampir di
seluruh Indonesia
UU pemilu yang baru membuat eksistensi partai
kecil menurun
Perwujudan kedaulatan rakyat (Demokrasi) Dijadikan ajang korupsi untuk dana kampanye
Mendongkrak ekonomi & pariwisata Kurangnya partisipasi rakyat ( banyak yang golput )
Opini :
Pemilu di Indonesia dijadikan sebagai ajang pesta demokrasi, dimana rakyat menggunakan
hak pilihnya dan menggunakan kedaulatannya guna memilih wakil mereka yang akan duduk
di pemerintahan dan diharap para wakil yang mereka pilih dapat menyalurkan aspirasi
mereka dalam pemerintahan dan juga membuat kebijakan-kebijakan yang Pro Rakyat. Dalam
pelaksanaannya setiap orang berhak untuk mencalonkan diri dalam pemilu, tetapi pada
kenyataannya untuk menjadi wakil rakyat haruslah orang yang telah memiliki figur di mata
masyarakat dan juga membayarkan sejumlah uang kepada parpol guna digunakan sebagai
dana kampanye ( Golkar mematok minimal 1 miliar kepada para kadernya jika ingin
mencalonkan diri ). Akibat hal itu, yang seharusnya memperjuangkan aspirasi masyarakat
ketika sudah terpilih, para wakil rakyat cenderung melakukan berbagai cara untuk mengeruk
keuntungan ketika sedang duduk di pemerintahan. Bahkan mendekati pemilu banyak kasus-
kasus korupsi terbongkar yang melibatkan wakil rakyat karena mereka membutuhkan dana
tidak sedikit untuk kampanye. Selain itu karena ambisi yang tinggi, tidak jarang mereka
menggunakan cara-cara kotor antara lain money politics, penggelembungan suara, dan juga
pemalsuan DPT. Tentunya hal itu tidak dapat ditoleransi dan harus diberantas, dan itu bukan
saja tanggung jawab KPU tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia guna
mengawasi secara teliti pemilu berjalan dengan bersih dan bebas dari KKN. Tetapi hal itu
bukanlah hal yang mudah diterapkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat. Melihat
keadaan yang begitu karut-marut menjadikan banyak orang memilih untuk golput, hal itu
terlihat dari tingkat partisipasi yang hanya sekitar 60%. UU Pemilu yang baru juga cenderung
menyulitkan partai kecil dan menguntungkan partai besar sehingga hal itu menjadi agenda
yang perlu diperbaiki. Selain hal-hal diatas, pemilu juga mendongkrak ekonomi & pariwisata
karena pemilu dijadikan ajang wisata oleh turis-turis mancanegara, terutama setelah PBB
memberi pernyataan bahwa pemilu di Indonesia merupakan yang paling demokrasi di dunia.
Jadi kesimpulannya, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan pemilu di
Indonesia dan jangan hanya menjadikan pemilu sebagai pesta demokrasi semata tetapi benar-
benar dijadikan tempat penyaluran aspirasi.
Tuntutan Keadilan Formal Tuntutan Keadilan Material
Hukum berlaku secara umum ( Asas Kesamaan ) Hukum berlaku secara adil
Semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan
secara sama
Semua orang diperlakukan Adil berdasarkan
penilaian masyarakat
Hukum tidak mengenal pengecualian Hukum berdasarkan reaksi masyarakat yang timbul
Contoh kasus :
Tiga Butir Kakao Membawa Minah ke Pengadilan
Purwokerto (ANTARA News) - Nenek bernama Minah (55) itu tampak terdiam menghadapi
meja hijau Pengadilan Negeri Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis
(19/11), tanpa didampingi seorang penasihat hukum.Hari itu merupakan sidang yang ketiga
kalinya dia jalani atas dakwaan terhadap dirinya, yakni mencuri tiga butir buah kakao seberat
tiga kilogram. Warga Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang ini berusaha tetap tegar
saat menyampaikan pembelaan atas dakwaan tersebut karena dia merasa tidak mencuri buah
kakao sebanyak tiga kilogram di kebun milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) 4 pada
pertengahan Agustus silam seperti yang dituduhkan. "Saya `namung` (hanya, red.) memetik
tiga butir buah kakao," kata dia dalam bahasa Banyumasan bercampur Indonesia. Dia pun
meminta Hakim PN Purwokerto Muslich Bambang Luqmono untuk tidak menghukumnya.
"Inyong (saya, red.) tidak mau dihukum, Pak Hakim," katanya. Kendati demikian, majelis
hakim tetap menjatuhkan vonis kepada Minah karena mencuri tiga butir buah kakao.
"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama satu bulan 15 hari dengan ketentuan tidak
usah terdakwa jalani kecuali jika terdakwa dijatuhi pidana lain selama tiga bulan masa
percobaan," kata Hakim PN Purwokerto Muslich Bambang Luqmono yang terlihat
meneteskan air mata. Menurut hakim, hal-hal yang meringankan terdakwa antara lain
Aminah telah lanjut usia. Selain itu, kata dia, terdakwa merupakan petani kakao yang tidak
punya apa-apa. "Tiga butir buah kakao sangat berarti bagi petani untuk dijadikan bibit dan
bagi perusahaan jumlah tersebut tak berarti," kata dia yang tampak terharu dan menahan
tangis. Dia mengaku tersentuh dengan yang dialami Minah karena teringat kehidupan orang
tuanya yang juga petani. Bahkan menurut dia, perkara nenek Minah yang dinilai kecil
tersebut sudah melukai banyak orang. Mendengar putusan hakim ini, para pengunjung sidang
yang sengaja datang untuk memberi dukungan dan semangat kepada Minah pun
menyambutnya dengan bersorak gembira. Pengunjung pun segera mengumpulkan uang
menggunakan kardus untuk diberikan kepada Minah. Sementara itu Jaksa Penuntut Umum
(JPU) Noor Haniah hanya memandang ke arah Minah dan mengaku pikir-pikir. Sebuah
kejadian menarik pun muncul seusai persidangan karena Muslich menyempatkan diri
bersalaman dan mencium tangan Minah. Kakao Pembawa Petaka Kisah sedih Minah ini
berawal dari pencurian tiga butir buah kakao seberat tiga kilogram di kebun PT RSA 4 yang
dituduhkan kepadanya. Saat itu Minah berkeinginan menambah tanaman kakao miliknya
yang berjumlah 200 batang sehingga dia memetik tiga butir kakao di kebun PT RSA dan
meletakkannya di atas tanah. Akan tetapi, apa yang dilakukan Minah diketahui mandor PT
RSA 4, Tarno alias Nono. Dia pun menegur Minah dan menanyakan perihal kakao yang
dicurinya. Minah pun mengatakan jika buah kakao yang dipetiknya akan dijadikan bibit.
Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno mengatakan, kakao di kebun PT RSA 4 dilarang
dipetik oleh masyarakat. Dia juga menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada jalan
masuk perkebunan. Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang
tidak boleh merusak kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu produksi
usaha perkebunan. Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno
sembari menyerahkan tiga butir buah kakao tersebut untuk dibawa mandor itu. Kendati telah
meminta maaf, dia sama sekali tidak menyangka jika perbuatannya justru berujung ke
pengadilan. Akhir Agustus 2009, Minah dipanggil Kepolisian Sektor Ajibarang untuk
menjalani pemeriksaan terkait tiga butir buah kakao yang dipetiknya di kebun PT RSA 4.
Atas tuduhan tersebut, Minah dijerat Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan
ancaman hukuman enam bulan penjara. Terhitung sejak 19 Oktober 2009, kasus itu ditangani
Kejaksaan Negeri Purwokerto setelah dilimpahkan oleh kepolisian dan Minah pun ditetapkan
sebagai tahanan rumah. Sejak saat itu pula, Minah harus mondar-mandir dari rumahnya di
Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, untuk menjalani pemeriksaan
di Kejaksaan Negeri Purwokerto. Setiap kali menjalani pemeriksaan, Minah harus
mengeluarkan ongkos hingga Rp50 ribu untuk ojek dan angkutan umum dari rumahnya
menuju Purwokerto yang berjarak sekitar 40 kilometer tersebut. Dia mengaku kesulitan
mencari uang untuk ongkos karena kehidupannya sebagai petani sangat pas-pasan. "Kadang
anak saya memberi ongkos ke Purwokerto. Bahkan, Bu Jaksa juga pernah `nyangoni`
(memberi uang saku, red.) saya sebesar Rp50 ribu," kata nenek tujuh anak dan belasan cucu
ini. Kendati demikian, hal itu bukan penghalang bagi Minah untuk menjalani pemeriksaan
hingga persidangan di pengadilan karena hal itu demi melepaskan diri dari jeratan hukum.
Kasus yang dihadapi Minah hanya segelintir permasalahan hukum yang dihadapi rakyat
kecil. Hanya karena tiga butir buah kakao, Minah harus menghadapi vonis pengadilan.Vonis
yang dihadapi Minah tak sebanding dengan harga kakao yang konon dicurinya. Harga satu
kilogram kakao basah saat ini sekitar Rp7.500. "Itu kalau biji kakao telah dikerok dari
buahnya," kata Amanah (70), kakak Minah. Menurut dia, dari tiga butir buah kakao hanya
menghasilka tiga ons biji kakao basah. "Jika dijual, harganya sekitar Rp2.000," katanya.
Akan tetapi dalam dakwaan yang ditujukan kepada Minah, jumlah kerugiannya mencapai
Rp30 ribu atau Rp10 ribu per butir. Dia mengaku heran terhadap dakwaan yang ditujukan
kepada adiknya karena selama ini dalam pemberitaan di televisi, banyak pelaku tindak pidana
korupsi yang menggerogoti keuangan negara ratusan juta hingga miliaran rupiah, hanya
dituntut hukuman maupun vonis yang ringan. (*)
Komentar :
Bila kita membaca berita diatas, terdapat tuntutan keadilan formal dan juga material, dimana
berdasarkan tuntutan keadilan formal, semua orang dalam situasi yang sama dianggap
memiliki kedudukan yang sama. Sehingga nenek Minah yang hanya mengambil ( mencuri ) 3
buah kakao terancam terkena hukuman percobaan 1 bulan 15 hari guna
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Berdasarkan tuntutan keadilan formal, keputusan
yang diambil hakim sudah sesuai dan tidak melanggar hukum karena mencuri bagaimanapun
bentuknya merupakan pelanggaran hukum. Sehingga tidak ada pengecualian bagi nenek
Minah yang sudah berusia senja dan hanya mencuri 3 buah kakao yang bisa dibilang tidak
ada artinya bagi suatu perusahaan perkebunan. Berdasarkan tuntutan keadilan material,
Memang yang namanya pencurian tetap suatu kesalahan seberapapun besar kecilnya bila
dipandang perlu ditindak lanjuti silahkan saja. Hanya saja yang jadi tak berimbang di sini
adalah, seorang nenek nenek yang hanya mencuri 3 biji kakao harus berhadapan dengan meja
hijau tanpa di dampingi pengacara karena tidak adanya kemampuan finansial untuk
membayar jasa pengacara. Sehingga ketika kasus ini merebak di media, masyarakat banyak
yang menyampaikan protes & juga menyorot kasus ini serta banyak memberi dukungan
kepada Nenek Minah. Masyarakat menilai hal ini tidak adil karena Nenek Minah yang hanya
mencuri 3 buah kakao + usianya sudah senja harus menjalani hukuman, tetapi koruptor uang
rakyat justru melenggang bebas. Sehingga pada akhirnya hakim memvonis bebas nenek
Minah dengan mempertimbangakan beberapa hal dan yang terpenting karena banyak
masyarakat yang protes dan merasa tidak puas dengan tetap berjalannya kasus ini. Begitu
nenek Minah divonis bebas penonton sidang langsung bersuka ria dan memberi selamat, hal
ini tentu berbeda dalam persidangan koruptor yang dimana masyarakat cenderung memberi
dukungan negatif guna memperberat kasusnya.
Opini Saya berkaitan dengan hukuman bagi para KORUPTOR :
a. Hukuman mati
Untuk opsi ini saya kurang mendukung, alasannya di banyak negara hukuman ini
sudah dihapuskan karena dianggap tidak manusiawi ( pelanggaran HAM ) dimana
dianggap mengambil hak hidup manusia, serta sudah tidak lagi relevan terhadap
perubahan jaman. Selain itu dalam pelaksanaannya tidak memberi efek jera kepada
para pelakunya sehingga dirasa kurang efektif. Yang paling penting saya rasa dengan
hukuman mati membuat orang yang tersangkut korupsi tidak diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri dan membuat manusia melampaui kewenangan Tuhan yaitu
mencabut hak hidup orang lain. Belum lagi dalam kasus korupsi susah ditemukan
bukti nyata sehingga potensi kekeliruan dalam pembuktian selalu ada dan itu sama
saja mencabut nyawa orang tidak bersalah. Sehingga terus terang saya kurang setuju
bila koruptor dihukum mati & tentunya tidak yakin hukuman ini akan diterapkan
benar-benar di Indonesia karena wakil rakyat yang memiliki wewenang membuat &
mengubah undang-undang saja masih banyak yang korupsi. Bagaimana mungkin
mereka membuat keputusan yang merugikan / menguntungkan bagi dirinya ?
b. Dimiskinkan
Saya paling setuju dengan opsi ini, alasannya hukuman ini dirasa paling manusiawi
dibanding dua hukuman lainnya serta membuat para koruptor berpikir ulang ketika
hendak melakukan korupsi. Dengan memiskinkan para koruptor, diharapakan juga
untuk menghindari upaya praktik mafia-mafia hukum karena di Indonesia hukum
dapat dibeli dengan uang dan jika tidak memiliki apa-apa maka mau bayar dengan apa
kepada sang mafia. Jadi kepada koruptor hakim memberikan hukuman berupa
hukuman badan (Penjara), denda yang besar, serta penyitaan terhadap aset-aset yang
di korupsikan tersebut dan jika korupsinya sampai membahayakan ekonomi negara,
sekalian dibangkrutkan saja dengan menyita seluruh aset yang dimilikinya. Wakil
ketua KPK juga mendukung opsi ini melalui salah satu perkataannya yang berbunyi
"Korupsi di Indonesia seperti fenomena gunung es. Penjara tidak cukup memberikan
efek jera, sehingga koruptor harus dimiskinkan dengan cara menyita kekayaan hasil
korupsi." Dengan memiskinkan aset-aset yang dimiliki para koruptor, kedepannya
setelah selesai masa hukumannya maka si koruptor tersebut tidak memiliki aset-aset
kejahatan tersebut. Dengan demikian, maka para koruptor lain akan berpikir ulang
dan merasa takut untuk melakukan korupsi.
c. Dipotong jari
Saya juga tidak setuju dengan hukuman ini karena dirasa tidak manusiawi. Selain itu
orang yang mencetuskan ide ini ( Akil Mochtar ) justru terjerat kasus suap sehingga
jika hukuman ini sudah diterapkan maka dia sendiri yang menerima akibatnya. Dari
salah satu kutipan berita, ketika Mantan Ketua MK ini ditanya oleh salah seorang
wartawan mengenai apa yang pernah diutarakannya, ia justru menampar wartawan
itu. Hal ini menunjukkan dirinya yang tidak konsisten. Sehingga dari kutipan diatas
dapat dilihat bahwa hukuman ini juga tidak relevan untuk dijalankan serta terkesan
sadis sehingga dapat mengarah ke kasus pelanggaran HAM.








Kutipan :
Merdeka.com - Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan tidak
sependapat jika koruptor dihukum mati. Jika terpilih menjadi presiden, Anies
menegaskan, para koruptor harus dimiskinkan. "Dimiskinkan total. Menurut saya itu
hukuman yang bisa kita tegakkan. Saya minta hakim-hakim, jaksa tuntut sebesar-
besarnya," ujar Anies, Senin (9/12). Jika hukuman mati tetap dipaksakan, Anies
berkilah, tidak ada ruang untuk memperbaiki diri. Anies mengkhawatirkan jika
hukuman mati diterapkan, kemudian orang dianggap tidak bersalah akan repot.
"Kalau kita lakukan hukuman (mati) tidak bisa diubah tidak ada ruang kekeliruan.
Hari ini potensi kekeliruan dalam pembuktian selalu ada. Saya tidak lihat dari HAM
tapi ruang kesalahan kekeliruan masih ada," kata Anies. "Orang terlanjur tiga tahun
dihukum mati dan misalnya ternyata bukan dia. Kalau tidak ada orang mau
dikemanakan. Ruangan itu harus diberi. Kalau dimiskinkan, saya rasa orang takut
korupsi. Saya sepakat dengan MA dan mendukung keras hakim Artijo dan timnya,"
tutupnya. Sebelumnya, wacana hukuman mati bagi koruptor telah direkomendasikan
oleh PBNU. Dalam Munas Alim Ulama NU beberapa waktu lalu, rekomendasi itu
diupayakan sebagai dorongan moral bagi para aparat penegak hukum untuk tidak
melakukan praktik-praktik korupsi lagi. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj
menyatakan, koruptor ada dua macam, yakni koruptor yang merugikan negara dan
membangkrutkan negara. "Koruptor yang merugikan bisa dihukum sesuai
kejahatannya, namun yang membangkrutkan negara hingga triliunan rupiah
hendaknya dihukum mati," kata Said Aqil.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Koruptor di Indonesia semestinya
dimiskinkan agar memberi efek jera, kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi Bibit Samad Riyadi. "Korupsi di Indonesia seperti fenomena gunung es.
Penjara tidak cukup memberikan efek jera, sehingga koruptor harus dimiskinkan
dengan cara menyita kekayaan hasil korupsi," katanya dalam lokakarya antikorupsi
bagi jurnalis, di Yogyakarta, Rabu. Ia mengatakan kasus Artalita Suryani yang
menikmati fasilitas di penjara seharusnya bisa menjadi contoh koruptor yang tidak
jera menjalani hukuman itu. Menurut dia, para koruptor sudah sepatutnya
mempertanggungjawabkan kekayaan yang mereka peroleh dari kejahatannya,
sehingga seharusnya mendapatkan hukuman yang sepadan. Bibit mengatakan korupsi
di Indonesia sangat mengakar dan mewabah, sehingga sulit diberantas. "Korupsi sulit
diberantas sejak adanya upaya kriminalisasi terhadap KPK pada 2009," katanya. Ia
mengatakan korupsi di Indonesia terjadi di banyak bidang, dari tingkatan yang
terkecil, seperti pungutan dalam pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), dan
pungutan uang sekolah.
Menurut dia, korupsi terjadi karena ada niat melakukan kejahatan itu, dan
kemampuan untuk melakukannya. Oleh karena itu, kata dia masyarakat perlu terus
menerus melakukan pencegahan korupsi. "Upaya pencegahan yang sederhana bisa
dilakukan melalui pendidikan keluarga," katanya. Dalam lokakarya tersebut, KPK
juga mengajak para jurnalis untuk mengawal penanganan kasus korupsi. Ia
mengatakan kalangan jurnalis dan masyarakat sebagai mitra KPK memiliki peranan
strategis untuk ikut mengawasi penanganan kasus korupsi. "Pers berperan mengawasi,
mengadukan, dan mengingatkan KPK jika suatu kasus korupsi tidak segera
ditangani," katanya. Menurut dia, pers juga memiliki fungsi memberikan sanksi sosial
kepada para koruptor.
Ia mengatakan peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi penting, karena
korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang merugikan negara dan Bangsa
Indonesia.
Lokakarya ini diselenggarakan bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen
(AJI)

Anda mungkin juga menyukai