Oleh : KELOMPOK 14 Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. Marchta Sinaga (100111212)
Kasus Laki-laki Firman 4,5 tahun, diantar orang tuanya ke IGD dengan keluhan nyeri perut, kembung, sudah 4 hari tidak buang air besar dan muntah beberapa kali. Kurang lebih 5 hari ini anak tersebut mengeluh sering merasa mual, tidak nafsu makan dan demam yang terutama dirasakan pada malam hari. Seminggu sebelumnya anak tersebut pernah BAB dan terdapat cacing pada kotorannya. Anak tersebut kurus, terlihat lemas dan agak pucat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah : 158/88 mmHg, denyut nadi : 74x/menit, frekuensi nafas : 36x/menit, suhu : 37,8 derajar celcius. Pemeriksaan abdomen : tampak perut membesar, metallic sound (+), nyeri tekan epigastrik (+), nyeri tekan dan lepas (+), bunyi usus meningkat. Pemeriksaan penunjang: leukositosis, Hb , hematokrit , Radiologi : Tampak samping : terdapat gambaran pelebaran lengkung usus halus, air-fluid level Tampak depan : step ladder sign Pemeriksaan tinja : telur ascariasis lumbricoide
Anamnesis : Identitas Pasien: Nama : Firman Jenis kelamin : laki-laki Umur : 4,5 tahun Keluhan utama : nyeri perut Onset : 4 hari yang lalu Kuantitas : kambuh-kambuhan Keluhan penyerta : perut kembung, tidak BAB selama 4 hari, mual, muntah, demam di malam hari, tidak nafsu makan. Riwayat penyakit dahulu : riwayat menderita keluhan yang sama disangkal Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien . Riwayat sosial ekonomi : suka jajan sembarangan
Pemeriksaan fisik :
Tekanan darah : 158/88 mmHg, denyut nadi : 74x/menit, frekuensi nafas : 36x/menit, suhu : 37,8 derajar celcius. Pemeriksaan thorax : ronkhi di kedua lapang paru, takipneu Pemeriksaan jantung : bunyi S1 dan S2 jernih Pemeriksaan abdomen : tampak perut membesar, metallic sound (+), nyeri tekan epigastrik (+), nyeri tekan dan lepas (+), bunyi usus meningkat. Pemeriksaan rectal toucher : tonus spinchter melemah, ampula recti kosong.
Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan Radiologi : Foto Polos Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema CT-Scan USG MRI Angiografi b. Pemeriksaan Laboratiorium Leukositosis menunjukan adanya strangulasi, pada urinalisa menunjukan dehidrasi. Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level pada foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon. Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran step ladder dan air fluid level terutama pada obstruksi bagian distal.
Gambaran air fluid level pada ileus obstruktif
Gambar : ascariasis yang bisa menyebabkan ileus obstruktif
Diagnosis : ileus obstruktif et causa ascariasis Diagnosa banding : ??????
Anatomi dan histologi
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di regio abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada junctura denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang memgbentuk messenterium. Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis.
Fisiologi usus Usus halus berfungsi sebagai tempat absorpsi protein,lemak dan vitamin serta zat besi yang ada di dakam tubuh. Disana ia memiliki dua gerakan : a. Gerakan Segmentasi ( mencampur dan mendorong ) Jadi ketika kimus masuk ke duodenum, maka duodenum akan membentuk seperti rantai sosis dan kimus perlahan di dorong ke depan dengan cara kimus terpecah menjadi diserap ke bagian depan dan ke bagian belakang begitu seterusnya dan proses ini bisa berlangsung 8- 15 jam ( Guyton, 2007).
b. Gerakan propulsif ( peristaltik ) Gerakan ini adalah murni gerakan mendorong dari usus bagian proksimal hingga ke bagian distal,,ketika makanan sudah berada di katup illecaecal makanan akan dihambat sampai adanya rengsangan dari gastrin yang menandakan bahwa lambung akan segera terisi makanan dan katup ileocaecal akan membuka lalu kimus akan masuk ke colon ( Sherwood, 2001 ). Mikrobiologi ????? Parasitologi ?????
Etiologi : Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain : 1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. 2. Non hernia inkarserata, antara lain : a. Adhesi atau perlekatan usus Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. b. Invaginasi Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. c. Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian jejunum, biasanya jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi. d. Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis radii mesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
e. Tumor Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
Manisfestasi klinis Ileus Obstruktif Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston,1995): 1. Nyeri abdomen 2. Muntah 3. Distensi 4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi). Patofisiologi Cr lagi soalnya tanda panahnya kurang jelas Penatalaksanaan a. Persiapan sebelum operasi : Pemasangan pipa nasogastrik Resusitasi cairan dan elektrolit Pemberian antibiotik, terutama jika terjadi strangulasi. b. Operasi c. Pasca bedah : Harus dicegah terjadinya gagal ginjal, karena cairan dan elektrolit, dan harus memberikan kalori yang cukup. Gizi : ??????? Prognosis : Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas.