Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGGABUNGAN USAHA
Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha yang
terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau pengembangan kekayaan
perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan
pemiliknya.
Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu
produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang
tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling
menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui
penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis
maupun yang tidak sejenis.
Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun 1999:
Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith)
perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain
Sifat Penggabungan Usaha
Horizontal integration
Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang
sama, misalnya perusahaan consumer product bergabung dengan perusahaan
consumer product juga.
Vertical integration
Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda,
secara berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi yang sama, misalnya Merck
& Co salah satu produsen obat terbesar, mengakuisisi Medco Containment Services, Inc,
distributor obat-obatan dokter. Penggabungan usaha secara integrasi vertikal ini
diharapkan dapat mengurangi biaya pengiriman obat-obatan ke pasar
Conglomeration
Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa
yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan melakan
diversifikasi untuk mengurangi risiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk
mengimbangi perubahan penghasilan, seperti kegunaan akuisisi pada perusahaan
manufaktur.
Alasan-Alasan Penggabungan Usaha
Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha diperluas melalui
penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru? Beberapa alasan yang
mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah:
Manfaat Biaya (Cost Adventage).
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui
pengembangan. Hal ini benar, terutama pada periode inflasi.
Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih
kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha
kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.
Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays).
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera
beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah
yang lainnya.
Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers).
Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka. Karena perusahaan-
perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambilalih, beberapa di antara
mereka memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha
pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio hutang-terhadap ekuitas
yang tinggi biasanya bukan merupakan calon pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan,
contohnya, bank-bank yang independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk memperluas
pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank regional. Bank menggunakan
penggabungan sebagai suatu cara untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud.

Bentuk Penggabungan Usaha

Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat dibedakan ke
dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :
1) Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut
:
Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi
satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah
untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi
diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut.
Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai
hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok
(supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian
bahan baku dan kontinuitas produksi.
Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan
vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang
memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel
dan perusahaan makanan (catering).
2) Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :
Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang
kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan.
Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status
hukum adalah perusahaan yang membelinya.
Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu
perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru
Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh
saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang
dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan
lainnya.

Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha

1. Metode Penyatuan Kepemilikan (by pooling of interest method)
Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan
kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan
kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu
kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah
satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-
perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga
karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung
dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku
masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih
beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga dimasukkan
dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan
mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.

Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat menggunakan
metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan
secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan
menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama
apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk
menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk
periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated).
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest
a) Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan
penggabungan
b) Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang
digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung
c) Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah
kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih
yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung
d) Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan yang
bergabung.
2. Metode Pembelian ((by purchase method))
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi
yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung.
Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan
kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama seperti pada
transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai
dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan
biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan
diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase
Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai
wajarnya
Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika pengakuisisi
mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi
penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara
proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan).
Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila terjadi
selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih
tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.

Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk:

Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk:
Tidak hanya perusahaan yang sudah dewasa, perusahaan yang ingin mencapai tahap dewasapun
melakukan diversifikasi produk, diversifikasi produk sangat penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan, karena diversifikasi sangat membantu,dengan tidak bergantung kepada satu
produk/barang saja, apabila salah satu produk/barang menurun dalam pasaran/tidak laku, perusahaan
tersebut akan menjual produk lainnya yang sedang in sekarangn ini. Dan seharusnya perusahaan
melakukan diversifikasi dengan berbagai macam barang dan tidak mempunya jenis/kegunaan yang
hampir sama, kareana apabila perusahaan melakukan diversifikasi dengan dua produk/barang dan
mempunyai fungsi yang hampir sama ketika perusahaan mengalami penurunan perusahaan tersebut
bisa menglami kebangkrutan,
Tujuan Investasi Jangka Panjang
Suatu perusahaan melakukan investasi jangka panjang tentunya didasarkan pada tujuan tertentu yang
kemungkinan berbeda dengan perusahaan lain. Dalam uraian di depan telah disebutkan bahwa salah
satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum tujuan investasi memang mencari
untung, tetapi bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari
untung. Dari tulisan para ahli, diperoleh informasi bahwa pada umumnya tujuan investasi adalah
sebagai berikut:
a) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti bunga, royalti,
deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
b) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi, kepentingan
sosial.
c) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian ekuitas
perusahaan tersebut.
d) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang dihasilkan.
e) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis.
f) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

B. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan antara Pemilikan perusahaan pusat
atas perusahaan cabangnya, dalam satu satuan ekonomi. Laporan Keuangan Konsolidasi menyajikan
posisi keuangan dan hasil operasi untuk pusat perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih
cabang perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan akan entitas entitas individual tersebut
merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan atau diperlukan apabila salah satu
perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain, jika tidak memiliki hak kendali
(control) yang lebih, maka mereka adalah badan usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing
akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan,
ditambahkan atau yang sejenisnya..
Dari difinisi umum diatas, dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan Konsolidasi
diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain.
Otherwise, laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan. Artinya; jika tidak memiliki hak kendali
(control) yang lebih, maka mereka adalah badan usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing
akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan,
ditambahkan atau yang sejenisnya.
Laporan keuangan konsolidasi harus disusun jika salah satu perusahaan yang bergabung memiliki
control (kendali) terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini tentunya perusahaan investor (acquirer).
Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung
memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya
bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50% (IAI 1994). Laporan tersebut
tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas
peristiwa ekonomi

Tujuan laporan keuangan konsolidasi
Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu: agar dapat memberikan
gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan
(economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa, dimana laporan
konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus
didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga. Konsolidasi diharuskan jika satu perusahaan
memiliki mayoritas saham beredar dari perusahaan lain.

Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi
Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan hasil gabungan di
bawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang saham, kreditor dan peyedia dana lainnya.
Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik mengenai operasi
gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan individual yang membentuk entitas
konsolidasi Perlu disadari; Disamping memberi manfaat, laporan keuangan konsolidasi juga dapat
menjadi ekses yang tidak baik, antara lain:
Dapat menyembunyikan kinerja perusahaan individu yang tidak bagus dengan kinerja perusahaan
lain yang bagus.
Tidak semua saldo laba ditahan konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan, begitu pula
dengan aktiva.
Rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang terbentuk tidak mencerminkan
kondisi entitas yang membentuk konsolidasi maupun induk perusahaan
Beberapa akun tidak dapat seluruhnya dibandingkan, misalnya akun piutang
Banyaknya informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan penyajian yang wajar.

Gambaran Umum Proses Konsolidasi
Sebagai informasi awal, secara umum prosedur dan proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi
adalah sebagai berikut:
Laporan keuangan terpisah (dari dua entity atau lebih) digabungkan atau ditambahkan bersama
sama, setelah beberapa penyesuaian dan eliminasi, untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi.
Penyesuaian dan eliminasi tersebut terkait dengan transaksi dan kepemilkan antar perusahaan.
Proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi akan menjadi masalah apabila kepemilikan
terhadap perusahaan anak kurang dari 100%.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4
A. Ruang Lingkup Laporan Keuangan Konsolidasi
Suatu induk perusahaan yang memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan
lebih dari 50% saham berhak suara pada perusahaan lain, harus menyajikan laporan keuangan
konsolidasi. Suatu perusahaan yang memiliki 50% atau kurang saham berhak suara pada perusahaan
lain, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi apabila dapat dibuktikan bahwa pengendalian tetap
ada. Laporan keuangan konsolidasi harus mengkonsolidasikan seluruh anak perusahaan baik yang
berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila:
a) Pengendalian pada anak perusahaan bersifat sementara karena anak perusahaan khusus diakuisisi
dengan tujuan untuk dijual kembali atau dialihkan dalam jangka pendek.
b) Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga tidak mampu mengalihkan
dananya kepada induk perusahaan.
Penyertaan induk perusahaan pada anak perusahaan yang memenuhi salah satu kriteria di atas harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang
Akuntansi untuk Investasi.
B. Prosedur Konsolidasi
Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus dieliminasi.
Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi antara induk perusahaan
dan anak perusahaan, harus dieliminasi. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan keuangan anak
perusahaan pada dasarnya harus sama dengan tanggal pelaporan keuangan perusahaan induk. Apabila
tanggal pelaporan tersebut berbeda maka laporan keuangan anak perusahaan dengan tanggal
pelaporan yang berbeda tersebut dapat digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang:
a. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.
b. Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan tersebut diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda (yang lebih dari tiga bulan)
digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh
dari setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan yang signifikan, yang terjadi antara tanggal
pelaporan yang berbeda tersebut.
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk
transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak mungkin digunakan kebijakan
akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, maka harus diungkapkan
penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda tersebut dan proporsi unsur yang terkait dengan
kebijakan akuntansi tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi.
Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi antara kewajiban
dan modal. Hak minoritas dalam laba disajikan tersendiri dalam laporan laba rugi konsolidasi.
I nvestasi pada anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi, terhitung sejak investasi
tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai anak perusahaan dan juga bukan perusahaan asosiasi
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi pada
Perusahaan Asosiasi.

C. INVESTASI PERUSAHAAN ASOSIASI
Pengertian
perusahaan asosiasi sebagai suatu perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh yang signifikan
(memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut kebijakan keuangan serta
operasi investee, tetapi bukan merupakan pengendalian terhadap kebijakan tersebut) dan bukan
merupakan anak perusahaan maupun joint venture dari investornya.
Sedangkan anak perusahaan (subsidiary) didefinisikan sebagai perusahaan yang dikendalikan oleh
perusahaan lain (yang disebut induk perusahaan).
Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, 20 % atau lebih
dari hak suara pada perusahaan investee, maka dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya,
jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20 %
hak suara, maka dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas
oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor
mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas. Sebaliknya, apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi
dicatat dengan menggunakan metode biaya.
Jadi, jika penyertaan saham perusahaan pada perusahaan asosiasi kurang dari 20 %, maka penyertaan
saham perusahaan dibukukan dengan metode biaya

Pengaruh Signifikan
Istilah "perusahaan asosiasi" digunakan untuk menggambarkan suatu perusahaan dimana
investor mempunyai pengaruh signifikan. Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak
langsung melalui anak perusahaan, 20% atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee, maka
investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung
maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20% hak suara, dianggap investor
tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain
tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai
pengaruh yang signifikan maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.
Sebaliknya apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan maka investasi dicatat
dengan menggunakan metode biaya

Metode Akuntansi
Metode Ekuitas
Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan dan nilai tercatat
ditambahkan atau dikurangi untuk mengakui bagian investor atas laba atau rugi investee
setelah tanggal perolehan. Distribusi laba (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee
mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga
diperlukan untuk mengubah hak kepemilikan proporsional investor pada investee yang timbul dari
perubahan dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi. Perubahan
semacam itu meliputi perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva tetap, perbedaan
dalam penjabaran valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang timbul dari penggabungan usaha.
Metode Biaya
Menurut metode biaya, investor mencatat investasinya pada perusahaan investee sebesar
biaya perolehan. Investor menyakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (kecuali dividen
saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh investee setelah
tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai
pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi sesuai Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi.

Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat digunakan sebagai ukuran
yang memadai untuk merefleksikan penghasilan yang diperoleh investor dari investasi dalam
suatu perusahaan asosiasi karena distribusi yang diterima tersebut hampir tidak ada hubungannya
dengan kinerja perusahaan asosiasi. Mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap perusahaan
asosiasi, investor memiliki tolok ukur atas kinerja perusahaan asosiasi, yaitu imbalan investasi
(return on investment). Investor melaksanakan tanggungjawab ini dengan memperluas lingkup
laporan keuangan konsolidasi sehingga mencakup bagiannya atas hasil usaha perusahaan asosiasi dan
dengan demikian menyediakan analisis terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih
relevan dapat dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas memungkinkan pelaporan
aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor dengan lebih informatif.
Investasi di perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode biaya
jika perusahaan asosiasi beroperasi dengan pembatasan yang ketat dalam jangka panjang sehingga
secara signifikan mempengaruhi kemampuannya untuk mengalihkan dana kepada investor. Investasi
di perusahaan asosiasi juga dipertanggung jawabkan dengan menggunakan metode biaya jika
investasi diperoleh dan dimiliki secara khusus dengan tujuan untuk dijual dalam jangka pendek. Investor
menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal dimana:
a) investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dala perusahaan asosiasi tetapi menahan,
seluruh atau sebagian, investasinya; atau
b) penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena beberapa alasan

Penerapan Metode Ekuitas
Terdapat beberapa prosedur dalam penerapan metode ekuitas yang tidak berbeda dengan
prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. Selanjutnya, konsep yang mendasari prosedur
konsolidasi yang digunakan dalam perolehan anak perusahaan digunakan dalam perolehan investasi
dalam perusahaan asosiasi.
Investasi dalam perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas sejak tanggal
pada saat investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih (baik positif maupun
negatif) antara biaya perolehan (acquisition cost) dengan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto
yang dapat diidentifikasi (net identificable asset) pada tanggal akuisisi harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentang
Akuntansi Penggabungan Usaha.Penyesuaian yang diperlukan terhadap bagian investor atas laba rugi
setelah akuisisi harus dilakukan untuk hal-hal berikut:
a) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya.
b) Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang
dapat diidentifikasi (investor's share of the fair value of net identifiable assets) .
Laporan keuangan perusahaan asosiasl yang paling akhir digunakan oleh investor dalam penerapan
metode ekuitas; laporan tersebut biasanya disajikan pada tanggal yang sama dengan laporan
keuangan investor. Jika tanggal pelaporan tersebut berbeda, perusahaan asosiasi sering
menyajikan, untuk digunakan oleh investor, laporan pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan
investor. Jika penyamaan tanggal tidak mungkin dilakukan, dapat digunakan laporan keuangan
yang disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda, akan tetapi prinsip konsistensi
mempersyaratkan bahwa jangka waktu penggunaan tanggal tersebut konsisten dari periode
ke periode.
Jika digunakan laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda, penyesuaian
dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi antara investor
dan perusahaan asosiasi antara tanggal laporan keuangan perusahaan asosiasi dan tanggal laporan
keuangan investor.
Laporan keuangan investor lazimnya disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi untuk
transaksi dan peristiwa yang sama dalam keadaan yang serupa. Apabila perusahaan asosiasi
menggunakan kebijakan akuntansi yang lain daripada yang digunakan investor untuk transaksi
dan peristiwa yang sama, maka penyesuaian tertentu dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan
asosiasi apabila laporan tersebut digunakan oleh investor dalam penerapan metode ekuitas. Jika
penyesuaian semacam itu tidak dapat dilakukan, fakta adanya perbedaan tersebut harus diungkapkan.
Jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pihak luar, investor
menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah penyesuaian untuk dividen saham prioritas dengan
mengabaikan apakah dividen tersebut telah atau belum dideklarasikan.Jika, berdasarkan metode
ekuitas, bagian investor atas kerugian perusahaan asosiasi sama atau melebihi nilai tercatat dari
investasi, maka investasi dilaporkan nihil. Kerugian selanjutnya diakru oleh investor apabila
telah timbul kewajiban atau investor melakukan pembayaran kewajiban perusahaan asosiasi yang
dijaminnya. Jika perusahaan asosiasi selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan apabila
setelah bagiannya atas laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum diakui. Jika terjadi
penurunan permanen atas nilai investasi dalam perusahaan asosiasi, nilai tercatat dikurangkan untuk
mengakui pentrunan tersebut. Karena investasi pada perusahaan asosiasi secara individual penting
bagi investor, maka nilai tercatat ditentukan untuk setiap perusahaan asosiasi secara individual.

D. SPECIAL PUPURPOSE ENTITY (SPE)
Special Purpose Entity (SPE) adalah suatu entitas yang dibentuk oleh perusahaan sponsor/perusahaan
induk untuk suatu tujuan tertentu (khusus, sempit, dan temporary), misalnya untuk membagi atau
menghilangkan resiko finansial. SPV ini merupakan salah satu bentuk off-balance-sheet-financing. Pada
dasarnya, off-balance-sheet entity ini diciptakan oleh suatu pihak (transferor atau sponsor) yang
mentransfer asset ke pihak lain (SPV) untuk melaksanakan aktivitas bisnis maupun transaksi bisnis
tertentu.

Tujuan SPE :
Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang perusahaan induk
(sponsor) off-balance-sheet
Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau hipotek ke dalam bentuk
liquid
Mengurangi besarnya pajak

Karakteristik SPE :
Memiliki modal yang terbatas
Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen
Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yang menerima dan mendistribusikan
kas sesuai dengan persyaratan kontrak, sekaligus bertindak sebagai perantara SPV dengan pihak yang
membentuk SPV.
Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasa tertentu sesuai perjanjian.

Alasan pembentukan SPE :
Sekuritisasi
Risk sharing
Keuntungan kompetitif
Financial enginering
Regulatory reasons

Anda mungkin juga menyukai