Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan
tekanan dan material tambahan (filler material)

Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000
sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan
maju dengan pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir.
Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.

Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya
digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah
melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang
penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konsturksi las
merupakan hal yang umum di semua negara di dunia.

Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup
pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas.
Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting
dalam masyarakat industri modern.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya
banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan
bermacam-macam penngetahuan.

Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek,
secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin
dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara
pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari
bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang.

KLASIFIKASI CARA-CARA PENGELASAN DAN PEMOTONGAN
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam
bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara
konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut pada waktu ini dapat dibagi dua golongan,
yaitu klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan(sumber panas) dan klasifikasi
berdasarkan cara kerja.

Ditinjau berdasarkan sumber panasnya klasifikasi pengelasan dapat dibedakan tiga:
1.Mekanik
2.Listrik
3.Kimia

Ditinjau berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas
utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.

1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair
dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
2. pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk
tidak turut mencair.


PROSES-PROSES PENGELASAN
a. Las listrik dengan elektroda berselaput (SMAW)
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan.


Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung
elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair
dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap
pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan memutupi permukaan
las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.

Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, missal pada ujung
elektroda bersuhu 3400 C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000 C.



Keuntungan
SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna. Karena sederhana
dan mudah dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya, membuat proses SMAW ini
mempunyai aplikasi luas mulai dari refinery piping hingga pipelines, dan bahkan untuk
pengelasan di bawah laut guna memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. SMAW bisa
dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa dijangkau dengan sebatang elektroda.
Sambungan-sambungan pada daerah dimana pandangan mata terbatas masih bisa di las
dengan cara membengkokkan elektroda.

Proses SMAW digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous dan non ferrous,
termasuk baja carbon dan baja paduan rendah, stainless steel, paduan-paduan nikel, cast
iron, dan beberapa paduan tembaga.

Kelemahan
Meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya guna tinggi, proses ini
mempunyai beberapa karakteristik dimana laju pengisiannya lebih rendah dibandingkan
proses pengelasan semi-otomatis atau otomatis. Panjang elektroda tetap dan pengelasan
mesti dihentikan setelah sebatang elektroda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa
terbuang, dan waktu juga terbuang untuk menggantiganti elektroda. Slag atau terak yang
terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las sebelum lapisan berikutnya didepositkan.
Langkah-langkah ini mengurangi efisiensi pengelasan hingga sekitar 50 %.

Asap dan gas yang terbentuk merupakan masalah, sehingga diperlukan ventilasi memadai
pada pengelasan di dalam ruang tertutup. Pandangan mata pada kawah las agak terhalang
oleh slag pelindung dan asap yang menutupi endapan logam. Dibutuhkan juru las yang
sangat terampil untuk dapat menghasilkan pengelasan berkualitas radiography apabila
mengelas pipa atau plat hanya dari arah satu sisi.


b. Las Listrik TIG

Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari pengelasan paduan
untuk bodi pesawat terbang.

Prinsip : Panas dari busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk akan
meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas mulia (Ar
atau He)

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram
yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda
wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda
wolfram sedemikian tingginya sampai 3410 C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi
busur listrik.

Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang
melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.

Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tampa selaput yang digerakkan dan didekatkan
ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.

Sebagi gas pelindung dipakai gas inert seperti argon, helium atau campuran dari kedua gas
tersebut yang pemakainnya tergantung dari jenis logam yang akan dilas.

Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengn air yang bersirkulasi.





Pembakar las TIG terdiri dari :
1) Penyedia arus
2) Pengembali air pendingi,
3) Penyedia air pendingin,
4) Penyedia gas argon,
5) Lubang gas argon ke luar,
6) Pencekam elektroda,
7) Moncong keramik atau logam,
8) Elektroda tungsten,
9) Semburan gas pelindung.

Keuntungan : Digunakan untuk Alloy Steel, Stainless Steel maupun paduan Non Ferrous: Ni,
Cu, Al (Air Craft). Disamping itu mutu las bermutu tinggi, hasil las padat, bebas dari
porositas dan dapat untuk mengelas berbagai posisi dan ketebalan.

Keuntungan
Proses GTAW menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada bahan-bahan ferrous dan non
ferrous. Dengan teknik pengelasan yang tepat, semua pengotor yang berasal dari atmosfir
dapat dihilangkan. Keuntungan utama dari proses ini yaitu, bisa digunakan untuk membuat
root pass bermutu tinggi dari arah satu sisi pada berbagai jenis bahan. Oleh karena itu
GTAW digunakan secara luas pada pengelasan pipa, dengan batasan arus mulai dari 5
hingga 300 amp, menghasilkan kemampuan lebih besar untuk mengatasi masalah pada
posisi sambungan yang berubah-ubah seperti celah akar. Sebagai contoh, pada pipa tipis
(dibawah 0,20 inci) dan logam-logam lembaran, arus bisa diatur cukup rendah sehingga
pengendalian penetrasi dan pencegahan terjadinya terbakar tembus (burnt through) lebih
mudah dari pada pengerjaan dengan proses menggunakan elektroda terbungkus.
Kecepatan gerak yang lebih rendah dibandingkan dengan SMAW akan memudahkan
pengamatan sehingga lebih mudah dalam mengendalikan logam las selama pengisian dan
penyatuan.

Kelemahan.
Kelemahan utama proses las GTAW yaitu laju pengisian lebih rendah dibandingkan dengan
proses las lain umpamanya SMAW. Disamping itu, GTAW butuh kontrol kelurusan
sambungan yang lebih ketat, untuk menghasilkan pengelasan bermutu tinggi pada
pengelasan dari arah satu sisi. GTAW juga butuh kebersihan sambungan yang lebih baik
untuk menghilangkan minyak, grease, karat, dan kotoran-kotoran lain agar terhindar dari
porosity dan cacat-cacat las lain.

GTAW harus dilindungi secara berhati-hati dari kecepatan udara di atas 5 mph untuk
mempertahankan perlindungan inert gas di atas kawah las.



c. Las Listrik Submerged (SAW)

Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan fluksi
serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan
bahan dasar di dalam timbunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya
pada las listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm
las).

Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan menutup lapian las.
Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-
terak las.

Elektora yang merupakan kawat tampa selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju
oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik.

Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban dan DC dengan tegangan
tetap bila menggunakan listrik AC.

Perlu adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah
untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila menggunakan sumber listrik DC
dengan tegangan tetap, kecepatan pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya
menggunakan polaritas balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang
digunakan untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk pengelasan
dengan eletroda lebih dari satu.

Keuntungan Las Busur Rendam:
Kualitas Las baik
Penetrasi cukup
Bahan las hemat
Tidak perlu operator trampil
Dapat memakai arus yang tinggi

Kerugian Las Busur Rendam:
Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan
Posisi pengelasan hanya horisontal
Penggunaan sangat terbatas

Keuntungan
Proses las SAW ini dapat digunakan untuk mengelas carbon steel, low alloy steel, stainless
steel dan beberapa paduan nikel tinggi. Proses ini digunakan secara luas untuk membuat
lapisan anti karat dengan menggunakan elektroda berbentuk lembaran (tebal 0,5 mm dan
lebar 60 mm). Proses las ini dapat dikerjakan dengan arus lebih tinggi serta elektroda
berganda, sehingga diperoleh laju pengisian dua hingga sepuluh kali lebih cepat dari pada
SMAW. Karakteristik penetrasi yang dalam dari proses SAW ini menyebabkan kampuh las
bisa dibuat lebih sempit, sehingga dapat mengurangi jumlah lapisan yang diperlukan dan
juga menghemat waktu pengelasan. Lapisan slag yang menyelimuti logam las memberikan
perlindungan yang handal terhadap logam las cair, sehingga menghasilkan deposit las
bermutu tinggi.

Sebagai sebuah proses las busur terbuka, SAW tidak menimbulkan radiasi tinggi dimana hal
ini memberikan kenyamanan kepada juru las. SAW adalah proses las rendah hydrogen,
tetapi kandungan hydrogennya tergantung dari tingkat kekeringan dan jenis flux yang
dipakai. Kekerasan di daerah HAZ cenderung lebih rendah karena panas masukan yang
lebih tinggi menyebabkan laju pendinginan menjadi lebih lambat. Pada umumnya tampilan
bead yang halus dari pengelasan SAW membuat inspeksi visual menjadi lebih mudah
terhadap cacat-cacat las karena kesalahan operator atau kesalahan fungsi peralatan.

Kelemahan
Di dalam prakteknya, proses las SAW membutuhkan penanganan dan waktu pemasangan
lebih banyak untuk meletakkan benda kerja sedemian rupa sehingga pengelasan dapat
dilakukan dengan posisi datar. Terbatasnya pandangan mata terhadap busur dan kawah las
selama pengelasan membuat proses ini menjadi lebih sulit dalam mempertahankan posisi
las di atas sambungan, meskipun pada umumnya hal ini tidak menjadi masalah. Waktu
pemasangan untuk pengelasan lebih lama dibandingkan dengan GMAW dan SMAW,
sehingga proses ini tidak ekonomis pada pekerjaan-pekerjaan kecil. Apabila menggunakan
panas masukan lebih besar, bisa terbentuk butiran-butiran kasar di daerah HAZ. Keadaan
ini menyebabkan hilangnya sifat impact, yang pada beberapa aplikasi tidak diperbolehkan.
Pada pengelasan dengan lapisan banyak, harus dipilih kombinasi kawat/flux yang sesuai
sehingga dapat mencegah pembentukan unsur Mn dan Si pada logam las, karena unsur-
unsur ini akan menaikan kekerasan, menurunkan ketangguhan, dan menimbulkan masalah
retak pada sour service.

d. Las Listrik MIG

Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh busur
listrik antara dua electron dan bahan dasar.

Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh
pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan
keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan gas
pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas.

Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran
argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan
MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan
secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan
secara otomatik.

Elektroda keluar melalui tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.


Keuntungan
Proses pengelasan GMAW dapat dikerjakan secara semi-otomatis atau otomatis. Asap dan
percikan las pada GMAW hubungan singkat lebih sedikit dibandingkan dengan SMAW, juga
tidak ada slag yang harus dibersihkan setelah pengelasan selesai. Kecepatan pengelasan
dan laju pengisian sama atau bisa lebih besar dari pada SMAW. Larutan logam las
umumnya lebih rendah karena penetrasi GMAW lebih dangkal. Dengan panas masukan
rendah dan penetrasi yang dangkal, logam-logam tipis lebih mudah disambung dan
sambungan yang memiliki celah root lebih lebar akan lebih mudah dilas. Pada fabrikasi pipa-
pipa di bengkel, root pass bermutu tinggi dapat dikerjakan lebih cepat pada berbagai posisi
dan pada umumnya dengan biaya lebih rendah.

GMAW spray transfer dan globular transfer mempunyai kawah las yang lebih mudah dilihat,
sama halnya dengan las busur teknik hubungan singkat (short circuiting arc) tetapi tanpa
slag. Karena tidak ada flux dan relatif sedikit jumlah deoxidizer yang diberikan pada kawat,
lebih sedikit pekerjaan membersihkan yang diperlukan setelah pengelasan selesai.
Keseragaman panjang busur dipertahankan dengan cara membuat sumber listrik memiliki
tegangan konstan. Proses las GMAW mempunyai laju pengisian lebih besar pada
pengelasan paduan-paduan ferrous dan non-ferrous. Proses ini cocok dipergunakan pada
las kampuh dan pengelasan untuk membuat lapisan anti karat pada stainless steel, nickel
based alloys dan paduan-paduan tembaga seperti aluminum bronze.

Kelemahan.
Peralatan las GMAW lebih mahal, dan lebih rumit dalam pemasangan dan perawatan,
dibandingkan dengan SMAW. Biaya kawat las dan shielding gas bisa menjadi lebih mahal
dibandingkan dengan elektroda terbungkus, tetapi hal ini bisa diimbangi karena produktivitas
yang tinggi dan sedikitnya pemborosan.

Shielding gas pada pengelasan GMAW dapat terganggu karena pengaruh tiupan angin,
sehingga harus diambil tindakan pencegahan apabila kecepatan angin lebih dari 5 mph.
Pelindung angin atau tirai khusus dapat dipakai untuk menahan atau mengurangi tiupan
angina, sehingga kecepatannya cukup rendah untuk menjaga shielding gas secara
memadai. Memperbesar aliran gas untuk mengimbangi pengaruh tiupan angin yang
berlebihan, akan menimbulkan masalah lain yang lebih buruk, karena akan timbul turbulensi
disekitar busur yang akan menarik udara disekitarnya.

GMAW memerlukan ruang gerak yang lebih besar terhadap benda kerja karena pengaruh
ukuran welding gun dan nozzle. Pada umumnya alat pengumpan kawat harus ditempatkan
sedekat mungkin dengan benda kerja.

Short-circuiting welding dapat dipakai untuk mengelas root pass dengan cara butt weld atau
sambungan bercabang tetapi harus dikontrol ketat saat melakukan fill pass, karena ada
resiko non-fusion atau cold lap. Ketika melakukan fill pass pada pengelasan pipa dengan
cara butt weld, pengelasan hanya dilakukan dengan cara las naik yaitu antara posisi jam 10
dan jam 2, dimana pipa bisa ditahan tetap oleh kuda-kuda penyangga (posisi 5G) atau
diputar (1G). Proses pengelasan ini tidak cocok dikerjakan pada fillet weld apabila tebal
logam lebih dari 1/4 inch, dan pada umumnya tidak digunakan untuk fabrikasi pressure
vessel, tangki atau palang-palang struktur.

Lack of fusion yang terletak diantara lapisan-lapisan las sukar dideteksi dengan radiography
dan karena pengaruh kontrol yang buruk dari proses hubungan singkat ini, masalah LOF
menjadi cukup berat, sehingga membuat beberapa fabrikator meninggalkan proses
pengelasan ini. Dibandingkan dengan proses las SMAW, pengelasan short-circuiting butuh
kebersihan, dan kelurusan sambungan serta penggerindaan tack weld yang lebih baik guna
mendapatkan hasil pengelasan root pass bermutu tinggi.

LOF tidak akan menjadi masalah jika panas masukan dibuat lebih tinggi pada GMAW spray
transfer atau globular transfer. Pada GMAW spray transfer, terdapat radiasi busur yang
banyak. Hal ini tidak menyenangkan bagi juru las dan membuat proses ini lebih cocok untuk
las otomatis pada beberapa aplikasi. Pengelasan GMAW spray transfer terbatas pada
pengelasan posisi datar dan horizontal saja karena kawah las lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai